Anda di halaman 1dari 28

PASAR DAN LEMBAGA KEUANGAN

“LEASING DAN MODAL VENTURA”

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Henny Rahyuda, S.E., M.M., Ak.

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2:
Ni Kadek Dwik Lisna Putri (2007521100)
Made Prajna Paramitha Dewi (2007521115)
Ketut Ari Satya Utami (2007521127)
Ni Putu Nanda Widia Wardani (2007521159)
Komang Cintya Trisna Dewi (2007521255)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................... i
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 1
1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 1
BAB II............................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 2
2.1 KONSEP LEASING DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA ............................ 2
A. Konsep Leasing .................................................................................................................. 2
B. Perkembangan Leasing di Indonesia .................................................................................. 3
2.2 MEKANISME LEASING..................................................................................................... 4
2.3 PENGGOLONGAN LEASING DAN TEKNIK-TEKNIK PEMBIAYAAN LEASING .... 6
A. Penggolongan Leasing ..................................................................................................... 6
B. Teknik-teknik Pembiayaan Leasing ................................................................................. 7
2.4 MANFAAT LEASING DAN PERAN ASURANSI DALAM LEASING ..................... 9
A. Manfaat Leasing ............................................................................................................... 9
3. Peran Asuransi dalam Leasing ....................................................................................... 10
2.5 MEKANISME PEMBAYARAN SEWA GUNA USAHA ................................................ 10
2.6 KONSEP MODAL VENTURA DAN SEJARAH SERTA PERKEMBANGANNYA DI
INDONESIA ............................................................................................................................. 11
A. Konsep Modal Ventura .................................................................................................. 11
B. Sejarah Modal Ventura serta Perkembangannya di Indonesia ....................................... 11
2.7 MANFAAT, JENIS, DAN MEKANISME KERJA MODAL VENTURA ....................... 13
A. Manfaat Modal Ventura ................................................................................................. 13
B. Jenis Modal Ventura....................................................................................................... 14
C. Mekanisme Kerja Modal Ventura .................................................................................. 17
BAB III ......................................................................................................................................... 24
PENUTUP..................................................................................................................................... 24

i
3.1 KESIMPULAN ................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 25
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan manusia di zaman modern ini begitu cepat berputar. Setiap hari manusia
bekerja demi mempertahankan hidupnya. Kehidupan yang serba cepat memcu manusia untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidup nya secara cepat pula.
Pemenuhan kebutuhan hidup secara cepat telah mendorong dan membuka peluang
bagi manusia untuk melakukan kegiatan bisnis. Aktifitas bisnis itu sendiri diwarnai oleh
berbagai bentuk hubungan bisnis atau kerjasama bisnis yang melibatkan pelaku bisnis. Dengan
semakin berkembangnnya aktifitas bisnis sekarang ini maka keperluan akan modal atau dana
bagi pelaku usaha atau masyarakat perlu di perluas.
Umumnya dana yang di butuhkan tersebut dapat di sediakan oleh Lembaga Perbankkan
melalui fasilitas kredit. Namun fasilitas kredit dari perbankan sangat terbatas dan tidak semua
pelaku usaha punya akses untuk mendapatkan bantuan pendanaan dari bank. Selain itu
lembaga perbankan ini juga memerlukan jaminan yang kadang kala tidak bisa dipenuhi oleh
pelaku usaha yang bersangkutan, maka perlu suatu upaya lain yaitu tanpa jaminan dan lebih
mudah prosesnya . Upaya lain tersebut dapat di lakukan melalui suatu jenis badan usaha yaitu
melalui Lembaga Pembiayaan yakni Leasing dan Modal Ventura
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa konsep leasing dan perkembangannya di Indonesia ?
2. Apa mekanisme Leasing ?
3. Apa penggolongan leasing dan teknik-teknik pembiayaan leasing ?
4. Apa manfaat leasing dan peran asuransi dalam leasing ?
5. Apa mekanisme pembayaran sewa guna usaha ?
6. Apa konsep modal ventura dan sejarah serta perkembangannya di Indonesia ?
7. Apa manfaat, jenis, dan mekanisme kerja modal ventura ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep leasing dan perkembangannya di Indonesia
2. Mengetahui mekanisme Leasing
3. Mengetahui penggolongan leasing dan teknik-teknik pembiayaan leasing
4. Mengetahui manfaat leasing dan peran asuransi dalam leasing
5. Mengetahui mekanisme pembayaran sewa guna usaha
6. Mengetahui konsep modal ventura dan sejarah serta perkembangannya di Indonesia
7. Mengetahui manfaat, jenis, dan mekanisme kerja modal ventura

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP LEASING DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA


A. Konsep Leasing
Beberapa pengertian sewa guna usaha (leasing) dikemukakan oleh beberapa sumber adalah
sebagai berikut.
1. Menurut Financial Accounting Standard Board (FABS 13)
Leasing adalah suatu perjanjian penyediaan barang-barang modal yang digunakan
untuk suatu jangka waktu tertentu.
2. Menurut The International Accounting Standard (IAS 17)
Leasing adalah suatu perjanjian di mana pemilik aset atau perusahaan sewa guna
usaha (lessor) menyediakan barang atau aset dengan hak penggunaan kepada penyewa
guna usaha (lessee) dengan imbalan pembayaran sewa untuk jangka waktu tertentu.
3. Menurut The Equipment Leasing Association (ELA-UK)
Leasing adalah suatu kontrak antara lessor dengan lessee untuk penyewaan suatu
jenis barang atau aset tertentu secara langsung, dari pihak pabrik atau agen penjual oleh
lessee. Hak kepemilikan barang tersebut tetap berada pada lessor. Lessee memiliki hak
pakai atas barang tersebut dengan membayar sewa dengan jumlah dan jangka waktu yang
telah ditetapkan.
4. Keputusan bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri
Perdagangan Nomor Kep. 122/MK/IV/74, Nomor 32/M/SK/2/74, Nomor 30/Kpb/I/74
Tanggal 7 Januari 1974
Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan
barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu,
berdasarkan pada pembayaran-pembayaran berkala disertai denga hak pilih bagi
perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan pada nilai sisa yang telah disepakati
bersama.
5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 Tanggal 21 November
1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (leasing)
Leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik
secara leasing dengan hak opsi (finance lease) maupun leasing tanpa hak opsi atau sewa
guna usaha biasa (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pada pembayaran secara berkala. Yang dimaksud finance lease adalah
kegiatan tentang di mana lessee pada akhir kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli
objek leasing berdasarkan pada nilai sisa yang disepakati. Sementara itu, yang dimaksud
dengan operating lease adalah kegiatan leasing pada akhir kontrak tidak mempunyai hak
opsi untuk membeli objek leasing.
6. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 Tanggal 18 Maret 2009 tentang Lembaga
Pembiayaan
Leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik
secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa
hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama
jangka waktu tertentu berdasarkan pada pembayaran secara angsuran.
Pada prinsipnya, leasing mengandung pengertian yang sama, yaitu memiliki unsur-unsur
pembiayaan perusahaan, penyediaan barang-barang modal, jangka waktu tertentu, pembayaran
berkala, adanya hak pilih atau hak opsi, dan adanya nilai sisa yang disepakati bersama.
Apabila dilihat dari segi pandangan hukum, ada empat tahap utama dalam kegiatan leasing,
antara lain:
a. Perjanjian antara pihak lessor dengan pihak lessee;
b. Berdasarkan pada sewa gun usaha, lessor mengalihkan hak penggunaan barang
pada pihak lessee;
c. Lessee membayar kepada lessor uang sewa atas penggunaan barang (aset);
d. Lessee mengembalikan barang tersebut kepada lessor pada akhir periode yang
ditetapkan lebih dahulu dan jangka waktunya kurang dari umur ekonomi barang
tersebut (Budisantoso dan Nuritomo, 2015:251-253).

B. Perkembangan Leasing di Indonesia


Usaha leasing sebenarnya sudah ada sejak 2000 SM yang dilakukan oleh orang-orang
Sumeria. Dokumen-dokumen yang ditemukan dari kebudayaan Sumeria menunjukkan bahwa
transaksi leasing meliputi leasing peralatan, penggunaan tanah, dan binatang piaraan. Dalam
perkembangan berikutnya, banyak sistem hukum mencantumkan leasing sebagai salah satu
metode pembiayaan. Perkembangan usaha di bidang industri pertanian, manufakturing, dan
transportasi membawa banyak jenis peralatan yang memungkinkan untuk dibiayai dengan cara
leasing. Kegiatan usaha leasing baru diperkenalkan pada 1974 dengan Surat Keputusan
Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan Nomor Kep.
122/MK/IV/1974, Nomor 32/M/SK/2/1974, Nomor 30/Kpb/I/74 tertanggal 7 Januari 1974
tentang Perizinan Usaha Leasing. Selanjutnya, Menteri Keuangan mengeluarkan Surat
Keputusan No. 649/MK/IV/5/1974 tertanggal 6 Mei 1974 yang mengatur mengenai ketentuan
tata cara perizinan dan kegiatan usaha leasing di Indonesia. Untuk mendukung
perkembangannya, Menteri Keuangan mengeluarkan Surat Keputusan Nomor
650/MK/IV/5/1974 tertanggal 6 Mei 1974 tentang penegasan Ketentuan Pajak Penjualan dan
Besarnya Bea Materai terhadap Usaha Leasing. Dengan dikeluarkannya kebijaksanaan
deregulasi 20 Desember 1988 atau disebut Pakdes 20 1988 kegiatan usaha leasing termasuk
dalam perusahaan pembiayaan. Di samping itu, Keppres Nomor 61 tahun 1988 dan Keputudan
Meteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 merupakan bagian
dari Pakdes 88 di mana lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana
secara langsung dari masyarakat. Ketentun minimum modal disetor untuk pendirian suatu
perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha leasing diatur dalam Pakdes 20 Tahun
1988 dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1252/KMK.013/1988 Tanggal 20
Desember 1988, di mana jumlah modal disetor atau simpanan wajib dan pokok ditetapkan
sebagai berikut.
1. Perusahaan swasta nasional senilai Rp. 3 miliar.
2. Perusahaan patungan Indonesia-asing senilai Rp. 10 miliar.
3. Koperasi senilai Rp. 3 miliar. Ketentuan mengenai besaran modal leasing ini kemudian
disesuaikan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tanggal 29
September 2009 tentang Perusahaan Pembiayaan. Jumlah modal disetor atau simpanan
pokok dan simpanan wajib dalam rangka pendirian perusahaan pembiayaan, yaitu :
1. Perusahaan swasta nasional atau perusahaan patungan sekurang-kurangnya senilai Rp.
100 miliar;
2. Koperasi sekurang-kurangnya senilai Rp. 50 miliar (Budisantoso dan Nuritomo, 2015:
253-254)

2.2 MEKANISME LEASING


Dalam transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 pihak yang berkepentingan,
antara lain:
1. Lessor
Yaitu perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan kepada
pihak lesse dalam bentuk barang modal. Dalam finance lease, lessor bertujuan
untuk mendapatkan kembalinya biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai
penyediaan barang modal dengan mendapatkan keuntungan. Sementara itu, dalam
operating lease, lessor bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari penyediaan
barang dan pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan dan
pengoperasian barang modal tersebut.
2. Lessee
Yaitu perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk barang
modal dari lessor. Dalam finance lease, lessee bertujuan mendapatkan pembiayaan
berupa barang atau peralatan dengan cara pembayaran angsuran atau secara
berkala. Sementara itu, dalam operating lease, lessee bertujuan dapat memenuhi
kebutuhan peralatannya di samping tenaga operator an perawatan alat tersebut
tanpa risiko bagi lessee terhadap kerusakan.
3. Pemasok (supplier)
Yaitu perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk
dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh lessor. Dalam finance
lease, pemasoj langsung menyerahkan barang kepada lessee tanpa melalui pihak
lessor sebagai pihak yang memberikan pembiayaan. Sementara itu, dalam
operating lease, pemasok menjual barangnya langsung kepada lessor dengan
pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, baik secara tunai
maupun secara berkala.
4. Bank atau Kreditor
Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditor tidak terlibat
secara langsung dalam kontrak tersebut, tetapi bank memegang peranan dalam hal
penyedian dana kepada lessor. Dalam hal ini, tidak menutup kemungkinan pemasok
akan menerima kredit dari bank (Budisantoso, 2015: 254).

Mekanisme dalam leasing antara lain:


1. Lessee menghubungi supplier untuk pemilihan dan penentuan jenis barang,
spesifikasi, harga, jangka waktu penggunaan dan jaminan purna jual atas barang
yang di lease.
2. Lease melakukan negosiasi dengan lessor mengenai kebutuhan pembiayaan barang
modal, dimana leasseedapat meminta lease quotation yang tidak mengikat dari
lessor. Dalam leasequotation terdapat syarat-syarat pokok pembiayaan leasing
antara lain: keterangan barang, harga barang, cash security deposit, esidual value,
asuransi, biaya administrasi, jaminan uang sewa (lease rental) dan persyaratan-
persyaratan lainnya.
3. Lesssor mengirim Letter Off Offer atau Comitment Letter kepada lease yang yang
berisi syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai barang modalyang
dibutuhkan lessee mendatangani dan mengembalikan kepada lessor.
4. Pendatanganan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhi lessee dimana
kontrak tersebut mencangkup hal-hal: pihak-pihak yang terlibat, hak milik, jangka
waktu, jasa leasing, opsi bagi leassee, penutupan asuransi, tanggung jawab atas
objek leasing, perpajakan jadwal pembayaran angsuran sewa dan sebagainya.
5. Pengiriman order bali kepada supplier disertai instruksi pengiriman barang kepada
lessee sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang telah disetujui.
6. Pengiriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan serta
menandatangani surat tanda terima dan perintah bayar yang selanjutnya diserahkan
kepada supplier.
7. Penyerahan dokumen oleh supplier kepada lessor termasuk faktur dan bukti-bukti
kepemilikan barang lainnya.
8. Pembayaran oleh lessor kepada supplier.
9. Pembayaran sewa (lease payment) secara berkala oleh lessee kepada lessor selama
masa leasing yang seluruhnya mencakup pengembalian jumlah yang dibiayai
beserta bunganya(Triandaru dan Budisantoso, 2009:191-193)
2.3 PENGGOLONGAN LEASING DAN TEKNIK-TEKNIK PEMBIAYAAN LEASING
A. Penggolongan Leasing
Ketika melaksanakan aktivitas usahanya, perusahaan leasing ini terbagi dalam tiga
golongan, yakni:
1) Independent Leasing Company
Independent Leasing Company memegang sebagian besar peran terkait dengan
pelaksanaan leasing. Perusahaan ini dikatakan independent karena ia bersifat perusahaan
yang berdiri sendiri yang berasal dari pemasok yang bisa saja sekaligus menjadi produsen
barang untuk mewujudkan kebutuhan barang modal dari nasabahnya sendiri (lessee).
Perusahaan bisa melakukan pembelian melalui beberapa pemasok bahkan produsen yang
nantinya dapat dilakukan lease pada pihak pemakai. Adapun beberapa lembaga keuangan
yang ikut serta dalam kegiatan usaha leasing ini adalah lembaga keuangan perbankan yang
biasanya dikenal sebagai lessor independent. Dimana lembaga ini memiliki wewenang
untuk memberikan pembiayaan leasing kepada lessee, memberikan pendanaan pada
perusahaan leasing, dan memberikan pembiayaan pada pihak pemasok yang dikenal
sebagai vendor program.
2) Captive Lessor
Jika antara pemasok ataupun produsen mendirikan sebuah perusahaan leasingnya
sendiri yang bertujuan guna membiayai segala produk yang mereka miliki, maka hal
tersebut akan menciptakan timbulnya captive lessor atau twoparty lessor karena pihak
pertamanya merupakan perusahaan induk beserta anak perusahaan leasing (subsidiary),
sedangkan pihak kedua terdiri dari pemakai barang (lessee). Kondisi ini akan terjadi jika
pemasok memiliki pendapat bahwa dengan mengadakan pemasok (manufacturer) dan
lessor independent (lessor), maka diharapkan pembiayaan leasing ini bisa menciptakan
peningkatan terhadap kemampuan penjualan sehingga dapat melebihi tingkat penjualan
yang ditentukan dengan memanfaatkan pembiayaan tradisional.
3) Lease Broker atau Packager
Perusahaan ini memiliki fungsi sebagai pihak yang menjadi perantara antara calon
lessee selaku pemakai barang dengan pihak lessor yang memerlukan sebuah barang modal
melalui leasing. Pada umumnya perusahaan ini tidak mempunyai barang ataupun peralatan
yang digunakan untuk mengurus transaksi leasing atas nama perusahaan mereka sendiri.
Kemudian selain itu, broker leasing juga menawarkan beberapa jenis jasa yang tersedia
dalam usaha leasing terkait dengan jasa yang diperlukan ketika melakukan transaksi
leasing. (Budisantoso, 2014)

B. Teknik-teknik Pembiayaan Leasing


Secara umum, teknik-teknik dalam pembiayaan leasing ini terbagi menjadi dua jenis,
yaitu finance lease dan operating lease.
1) Finance Lease
Finance lease atau yang juga dikenal dengan sebutan fill pay out leasing merupakan
teknik pembiayaan leasing dengan melakukan kontrak antara lessor dengan lessee.
Dimana ada beberapa catatan penting dalam kontrak ini, yaitu :
a. Lessor selaku pemilik barang leasing baik itu barang bergerak maupun barang
tidak bergerak mempunyai umur maksimal yang sama dengan masa kegunaan
ekonomis dari objek tersebut.
b. Lessee memiliki kewajiban untuk melakukan pembayaran pada pihak lessor secara
periodik tentunya sesuai dengan jumlah biaya maupun periode waktu yang sudah
ditentukan sebelumnya. Jumlah biaya itu adalah angsuran (lease payment) yang
meliputi biaya perolehan barang kemudian ditambah dengan jumlah segala biaya
lain yang telah dibelanjakan oleh lessor beserta tingkat keuntungannya.
c. Pihak lessor tidak bisa secara sepihak memutuskan masa kontrak ataupun
pemakaian dari objek leasing ketika masih dalam periode waktu pengembalian
yang sudah disepakati sebelumnya. Jika hal itu dilakukan, maka bisa menimbulkan
risiko ekonomis sehingga segala biaya pemeliharaan bahkan biaya lain yang masih
berkaitan dengan objek yang di-lease ditanggung oleh lessee.
d. Ketika sudah berada di akhir periode kontrak, maka pihak lessee mempunyai hak
opsi untuk memperpanjang masa lesse yang disertai persetujuan syarat dari kedua
belah pihak atau membeli barang itu seharga nilai sisa yang sudah disetujui.
e. Pembayaran periodik ketika terjadi masa perpanjangan sewa usaha umumnya
relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan angsuran sebelumnya.

Ketika menjalankan praktiknya, teknik finance lease ini juga terdiri dari beberapa bentuk
transaksi lainnya, yakni:
a. Direct Finance Lease
Bentuk transaksi ini terjadi ketika pihak lessor melakukan pembelian
barang modal berdasarkan permintaan dari pihak lessee yang kemudian langsung
dilakukan sewa guna pada lessee.
b. Sale and Lease Back
Bentuk transaksi ini terjadi saat lessee melakukan penjualan barang modal
yang ia miliki pada pihak lessor yang nantinya digunakan untuk menjalankan
kontrak sewa guna usaha terkait barang modal tersebut dengan periode waktu
yang sudah disetujui kedua belah pihak.
c. Leveraged Lease
Pada transaksi ini terdapat beberapa pihak yang ada di dalamnya yakni
pihak kreditur yang umumnya memberikan kuota yang paling besar dalam proses
pembiayaan objek leasing, pihak lessee, dan pihak lessor.
d. Syndicated Lease
transaksi ini dilakukan ketika terjadi pembiayaan leasing yang
dilaksanakan oleh lebih dari satu lessor. Dimana dalam proses kerja sama antara
lessor satu dan yang lainnya ini berdasarkan dengan pertimbangan risiko ataupun
objek leasing yang memerlukan jumlah pembiayaan yang besar.
e. Cross Border Lease
Bentuk transaksi ini dilaksanakan di luar batas suatu negara tertentu,
dimana pihak lessor lokasinya di negara yang berbeda dengan lokasi dari pihak
lessee. Sehingga bentuk transaksi ini dikenal dengan leasing lintas negara atau
leasing internasional.
f. Vendor Program
Transaksi ini merupakan suatu bentuk transaksi yang menggunakan sebuah
metode penjualan yang dilaksanakan oleh pihak supplier pada pihak konsumen
dengan memperoleh fasilitas leasing. Oleh karena itu, lessor harus melakukan
pembayaran terkait dengan objek leasing pada supplier yang kemudian pihak
lessee akan melakukan ppembayaran angsuran dengan berkala pada pihak lessor
ataupun lewat supplier.

2) Operating Lease
Dalam teknik ini, pihak lessor (pemilik objek leasing) akan melakukan
pembelian barang modal yang nantinya dapat di sewa gunakan pada pihak lessee.
Pembayaran secara berkala yang dilaksanakan oleh pihak lessee tidak melibatkan
biaya yang dibelanjakan oleh lessor guna memperoleh barang modal itu beserta
bunganya. Sehingga lessor berharap dapat memperoleh sejumlah laba melalui proses
menjual barang modal yang disewagunausahakan tersebut. Selain itu pihak lessor juga
bisa mendapatkan sumber penghasilan dari proses pernjanjian atau kontrak yang
dilakukan terkait dengan sewa guna usaha yang lainnya.
Teknik operating lease ini biasanya dikenal sebagai leasing biasa yang
merupakan sebuah pernjanjian atau kontrak yang dilakukan antara pihak lessee
dengan pihak lessor yang terdiri dari beberapa hal, yakni;
a. Pemilik objek leasing (lessor) harus menyerahkan objek tersebut pada lessee yang
nantinya akan dipakai dalam periode waktu tertentu dan biasanya lebih pendek
dibandingkan umur ekonomis objek leasing itu sendiri.
b. Lessee diharuskan untuk melakukan sejumlah pembayaran terkait dengan sewa
guna usaha secara periodik pada pihak lessor. Dimana pembayaran tersebut tidak
mencangkup jumlah keseluruhan biaya perolehan objek leasing serta bunga yang
ditentukan.
c. Lessor wajib bertanggung jawab terhadap semua risiko ekonomis serta
pemeliharaan terhadap objek leasing.
d. Pihak lessee berkewajiban untuk melakukan pengembalian objek leasing kepada
pihak lessor ketika kontrak selesai.
e. Pada umumnya, pihak lease dapat melakukan pembatalan atas kontrak leasing
pada sebarang waktu.

2.4 MANFAAT LEASING DAN PERAN ASURANSI DALAM LEASING


A. Manfaat Leasing
Adapun beberapa manfaat yang diperoleh dalam kegiatan leasing adalah:
1) Menghemat modal karena leasing tidak memerlukan modal dalam jumlah yang besar
ketika ingin menyediakan barang modal.
2) Sebagai sumber pembiayaan karena leasing menawarkan alternatif dalam proses
pembiayaan usaha selain melalui pihak bank ataupun lembaga keuangan lain.
3) Persyaratan yang sifatnya kurang ketat serta lebih fleksibel karena pada dasarnya
kontrak leasing ini lebih mudah disesuaikan berdasarkan kemampuan serta kondisi
dari keuangan lessee.
4) Biaya lebih murah karena pembiayaan leasing umumnya didasari pada perhitungan
present value (nilai uang sekarang).
5) Di luar neraca yang artinya tidak adanya berbagai macam kaidah ataupun kepastian
yang mewajibkan agar melakukan pencatatan tiap terjadi transaksi leasing dalam
neraca perusahaan jika leasing ini dilaksanakan melalui teknik operasional lease.
Dimana jumlah angsuran yang dibayarkan itu dikategorikan selaku beban sewa
sehingga leasing hanya terikat dengan laporan laba rugi perusahaan.
6) Memberikan keuntungan terhadap arus kas karena leasing menyediakan peraturan
yang sifatnya fleksibel sehingga pembayaran yang dilakukan akan langsung
mempengaruhi perencanaan arus kas.
7) Perlindungan terhadap inflasi yang artinya dengan adanya leasing yang khususnya
dilakukan berdasarkan tingkat suku bunga tetap, maka lessee akan melakukan
pembayaran dengan nominal yang tetap terkait sisa kewajiban yang asalnya dari
proses pelunasan pembelian yang telah dilaksanakan pada masa lampau.
8) Perlindungan akibat kemajuan teknologi karena leesse dapat menggunakan leasing
untuk menghindari terjadinya kerugian yang diakibatkan karena kemajuan model dari
objek leasing yang disewa.
9) Sumber pelunasan kewajiban yang artinya pelunasan sewa usaha sering kali dianalisis
berdasarkan modal kerja yang diperoleh dari aktiva yang disewa oleh lessee, sehingga
rasa khawatir yang dimiliki para kreditur mengenai pemakaian modal kerja yang dapat
berdampak terhadap pelunasan kredit bisa diatasi.
10) Kapitalisasi biaya artinya dengan adanya biaya lain sebagai biaya tambahan dapat
ditinjau untuk dikategorikan sebagai biaya modal guna membiayai proses leasing.
11) Mengatasi risiko keusangan karena biasanya operating lease memiliki periode waktu
yang pendek.
12) Kemudahan penyusunan anggaran karena pembayaran sewa secara periodik dengan
nilai yang tetap sama.
13) Sebagai sumber pembiayaan proyek dalam skala besar karena mudahnya proses
leasing dan selalu menerima jaminan penuh yang ditawarkan.

3. Peran Asuransi dalam Leasing


Dalam kegiatan leasing, asuransi berperan dalam meminimalkan risiko kerugian
besar yang mungkin terjadi. Terdapat kebijakan yang membatasi pengeluaran kontrak
kredit yang dapat diminimalisir dengan leasing, karena pelunasan sewa terjadi melalui
proses analisa modal kerja yang diperoleh dari aktiva yang telah disewakan. Dengan
demikian, para kreditur yang memiliki kekhawatiran terhadap penggunaan modal kerja
yang dapat menjadi sebuah pengaruh dari pelunasan kredit yang sudah dialokasikan
sebelumnya sudah bisa diatasi

2.5 MEKANISME PEMBAYARAN SEWA GUNA USAHA


Besarnya uang sewa dibayarkan oleh lessee terdiri dari unsur bunga dan cicilan pokok
yang jumlahnya selalu berubah-ubah. Pembayaran bunga tersebut akan semakin kecil sejalan
dengan penurunan saldo pokok. Pembayaran sewa dapat dilakukan dengan menggunakan dua
cara yaitu:
a. Pembayaran di muka (payment in advance)
Pembayaran angsuean pertama dilakukan pada saat realisasi. Angsuran ini hanya
mengurangi utang pokok karena saat itu belum dikenakan bunga. Misalnya, kontrak
leasing dilakukan pada tanggal 1 Januari 2005 untuk jangka waktu 12 bulan, pembayaran
sewa pertama dilakukan pada tanggal 1 Januari 2005.
b. Pembayaran sewa di belakang (payment in arrears)
Angsuran dilakukan pada periode berikutnya setelah realisasi. Angsuran ini mengandung
unsur bunga dan cicilan pokok. Misalnya, kontrak leasing dilakukan pada tanggal 1 Januari
2005 untuk jangka waktu 12 bulan, pembayaran sewa pertama dilakukan pada tanggal 1
Februari 2005.
Besarnya pembayaran sewa pada setiap periode ditentukan oleh beberapa faktor berikut
ini:
a. Nilai barang modal
b. Simpanan jaminan
c. Nilai sisa
d. Jangka waktu
e. Tingkat bunga

2.6 KONSEP MODAL VENTURA DAN SEJARAH SERTA PERKEMBANGANNYA DI


INDONESIA
A. Konsep Modal Ventura
Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company) adalah badan usaha yang
melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu Perusahaan yang
menerima bantuan pembiayaan (investee Company) untuk jangka waktu tertentu dalam
bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi, dan/atau
pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha.
Kegiatan usaha Perusahaan Modal Ventura meliputi :

• Penyertaan saham (equity participation)


• Penyertaan melalui pembelian obligasi konversi (quasi equity participation)
• Pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha (profit/revenue sharing)

B. Sejarah Modal Ventura serta Perkembangannya di Indonesia


Perusahaan modal ventura di Indonesia diawali sejak 1973 dengan pembentukan
PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI), sebuah badan usaha milik negara
(BUMN) yang sahamnya dimilki oleh Departemen Keuangan (82,2%) dan Bank Indonesia
(17,8%)
PT BPUI ini dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1973
bergerak dibidang penyertaan modal. Perusahaan modal ventura syari’ah, belakangan juga
hadir, meskipun masih dalam hitungan yang sangat sedikit. Secara prinsipil, dasar hukum
perusahaan modal ventura menginduk pada dasar hukum modal ventura yang sudah ada,
disamping diperkaya dengan prinsipprinsip yang sesuai syari’ah
Keberadaan Modal Ventura di Indonesia diawali dengan didirikannya PT Bahana
Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1973
tentang penyertaan modal Negara untuk mendirikan perusahaan perseroan yang usahanya
bergerak dalam bidang penyertaan modal pada tahun 1973 yang ditugasi untuk membiayai
pengembangan usaha. Dalam praktiknya, pembiayaan BPUI dilakukan dalam bentuk
equity financing pada Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) dengan tujuan agar rasio hutang
terhadap ekuitas lebih sehat dan layak dibiayai bank. Guna meminimalisir risiko
pembiayaan yang mungkin terjadi, BPUI juga ikut terlibat dalam manajemen PPU.
Selanjutnya, guna meningkatkan perkembangan industri modal ventura maka usaha
modal ventura pada tahun 1988 diperkenalkan secara luas melalui Pakdes 20/1988 yakni
dengan ditetapkannya Keppres No. 61 tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan dan agar
BPUI dapat terkonsentrasi memberikan pembiayaan modal ventura bagi usaha kecil maka
didirikanlah PT Bahana Artha Ventura. Kepress No.61/1988 kemudian disusul dengan
ketentuan pelaksanaannya berupa Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988
tanggal 20 Desember 1988. Selanjutnya, PT Bahana Artha Ventura bersama dengan
investor lain mendirikan perusahaan modal ventura daerah agar dapat memiliki akses
pembiayaan yang lebih luas.
Perkembangan modal ventura di Indonesia syarat dengan unsur-unsur idealisme,
yakni idealisme untuk mengembangkan usaha kecil dalam rangka memperkecil dalam
rangka memperkecil jurang golongan berpendapatan tinggi dengan golongan
berpendapatan rendah. Karena jika jurang tersebut masih besar, sangat sulitlah dikatakan
bahwa perekonomian Indonesia masih sesuai dengan amanah UUD 1945. Sejarah
perkembangan modal ventura di Indonesia dapat dibagi ke dalam tiga periode, yaitu
periode informalistik, periode formatif periode legalistik.
(a) Modal ventura dalam periode informalistik
Periode informalistik dari perkembangan modal ventura ini sudah lama ada dalam
masyarakat Indonesia. Sebab dalam masyarakat Indonesia, baik masyarakat asli,
maupun msyarakat timur asing seperti Cina, sudah biasa saling membantu terutama
antara sesama anggota keluarga dalam arti luas, atau antara sesama kerabat. Sering
terdengar misalnya seseorang yang mempunyai modal, kemudian membantu bisnis
digunakannya dengan jalan memberikan bantuan modal, dengan deal bahwa hasil
dari bisnis yang bersangkutan akan dibagi di antara mereka. Deal-deal seperti ini
sudah meresap dalam masyarakat Indonesia, yang mirip dengan deal bisnis modal
ventura.
(b) Modal ventura dalam periode formatif
Dalam masa formatif ini, bisnis modal ventura sudah mulai memperlihatkan
bentuknya. Sudah mulai melembaga, terencana dan dengan target tertentu. Tetapi
juga masih sarat dengan ideology untuk membantu perusahaan kecil. Bahkan sering
pula disebut-sebut bahwa ragam modal ventura pada masa inilah yang merupakan
prototype dari perusahaan modal ventura di Indonesia. Tidak dapat terbantahkan
bahwa sejarah lahirnya modal ventura di Indonesia tidak bias dipisahkan dengan
kelahiran suatu badan usaha milik negara, yang diberi nama PT Bahana Pembinaan
Usaha Indonesia (Bahana), yang didirikan dalam tahun 1973, dengan modal
dipegang oleh Departemen Keuangan dan Bank Indonesia. Inilah tonggak sejarah
kelahiran lembaga modal ventura di Indonesia
2.7 MANFAAT, JENIS, DAN MEKANISME KERJA MODAL VENTURA
A. Manfaat Modal Ventura
Bagi Perusahaan Pasangan Usaha
Manfaat utama yang diterima oleh perusahaan pasangan usaha adalah dapat dijalankannya
kegiatan usaha karena kebutuhan dana untuk modal usaha telah dapat dipenuhi oleh
perusahaan Modal Ventura. Dalam kenyataannya, Perusahaan Pasangan Usaha yang
mengajukan permohonan modal ventura biasanya adalah perusahaan kecil yang masih pada
awal perkembangan kegiatan usaha, meskipun sebenarnya tidak ada batasan bahwa
Perusahaan Pasangan Usaha harus usaha kecil dan masih pada awal perkembangan kegiatan
usaha Perusahaan dalam kondisi ini biasanya tidak cukup mempunyai kemampuan untuk
memperoleh bantuan dana pinjaman dari bank, sehingga berusaha mencari sumber pendanaan
yang lain, dan pendanaan yang lain ini antara lain adalah pendanaan dari Perusahaan Modal
Ventura.
Di samping manfaat utama tersebut, manfaat lain yang diterima oleh Perusahaan Pasangan
Usaha dan masih terkait dengan manfaat utama tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1) Peningkatan kemungkinan berhasilnya usaha.
2) Kelancaran pendanaan yang berasal dari modal ventura menyebabkan kegiatan usaha
Perusahaan Pasangan Usaha menjadi lancar, sehingga kebutuhan dana investasi, kebutuhan
dana operasional dan nonoperasional dapat terpenuhi dengan baik. Kelancaran pendanaan
ini menyebabkan kemungkinan akan berhasilnya usaha menjadi lebih besar.
3) Peningkatan efisiensi kegiatan usaha
Bantuan yang dapat diberikan oleh Perusahaan Modal Ventura tidak hanya dalam
hal pembiayaan saja. Perusahaan modal ventura juga dimungkinkan untuk ikut
memberikan bantuannya dalam mengelola kegiatan usaha Perusahaan Pasangan Usaha,
baik dari segi keuangan, produksi, distribusi dan pemasaran. Secara umum Perusahaan
Modal Ventura dapat juga membantu dari sisi manajemen Perusahaan Pasangan Usaha.
Bantuan manajemen ini terutama diarahkan agar efisiensi kegiatan usaha dari Perusahaan
Pasangan Usaha meningkat dan mampu menaikkan keuntungan. Kenaikan keuntungan
tidak hanya bermanfaat bagi Perusaliaan Pasangan Usaha tetapi juga bagi Perusahaan
Modal Ventura, karena dengan adanya kenaikan keuntungan berarti terjadi juga kenaikan
kemampuan Perusahaan Pasangan Usaha untuk memberikan balas jasa atas pembiayaan
yang telah diberikan oleh Perusahaan Modal Ventura.
4) Peningkatan bankability
Seperti telah diuraikan pada bagian awal dari subbab ini, Perusahaan Pasangan
Usaha yang mengajukan permohonan modal ventura biasanya adalah perusahaan kecil
yang masih pada awal perkembangan kegiatan usaha, Perusahaan dalam kondisi ini
biasanya tidak cukup mempunyai kemampuan untuk memperoleh bantuan dana pinjaman
dari bank. Dengan adanya bantuan dana dan manjemen oleh Perusahaan Modal Ventura,
Perusahaan Pasangan Usaha ini menjadi dapat berkembang dan meningkatkan
efisiensinya. Perusahaan yang telah dalam kondisi lebih baik ini menjadi relatif lebih
mampu untuk berinteraksi dengan bank terutama dalam hal memperoleh bantuan pinjaman
dari bank dan lembaga keuangan yang lain.
5) Peningkatan kemampuan pengembangan usaha
Persyaratan pengembalian pembiayaan dan balas jasa yang relatif lebih ringan
meningkatkan likuiditas perusahaan. Likuiditas perusahaan yang lebih baik ini dapat
dimanfaatkan untuk melakukan ekspansi usaha seperti peningkatan kapasitas produksi.
perluasan daerah pemasaran, peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, dan
lain-lain.

Bagi Perusahaan Modal Ventura


Mengingat usaha modal ventura mempunyai dua dimensi yaitu bisnis dan sosial, maka
manfaat utama yang dapat diperoleh Perusahaan Modal Ventura juga meliputi dua hal.
Pertama. Perusahaan Modal Ventura memperoleh balas jasa atas pembiayaan yang telah
dilakukan kepada Perusahaan Pasangan Usaha Kedua, Perusahaan Modal Ventura membantu
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak melalui pengembangan usaha yang sedang
mengalami kesulitan pembiayaan
Disamping manfaat utama tersebut. Perusahaan Modal Ventura dapat juga
memperolehmanfaat lain yang masih terkait dengan manfaat utama tersebut yang antara lain
adalah sebagai berikut:
1) Peningkatan kemampuan teknis dan pengalaman karyawan dan staf Perusahaan Modal
Ventura Karyawan dan staf Perusahaan Modal Ventura akan meningkatkan
pengalaman dan kemampuan teknisnya dalam mengelola berbagai macam perusahaan
seiring dengan semakin seringnya membantu Perusahaan Pasangan Usaha melakukan
kegiatan usahanya, Peningkatan kemampuan dan pengalaman, selain bermanfaat bagi yang
bersangkutan. juga bermanfaat bagi Perusahaan Modal Ventura tempat yang bersangkutan
bekerja.
2) Peningkatan informasi tentang modal ventura
Kesuksesan dalam mengadakan penyertaan modal dan membantu manajemen suatu
Perusahaan Pasangan Usaha dapat secara bertahap meningkatkan pengetahuan dan
kepercayaan masyarakat terhadap Perusahaan Modal Ventura terutama di Indonesia.
Pengetahuan dan kepercayaan masyarakat yang lebih besar terhadap modal ventura sangat
menguntungkan bagi pengembangan usaha modal ventura dalam jangka panjang.

B. Jenis Modal Ventura


Berdasarkan Cara Pemberian Bantuan
Bantuan yang diberikan Perusahaan Modal Ventura kepada Perusahaan Pasangan Usaha
dapat meliputi dua hal, yaitu bantuan finansial dan bantuan manajemen. Atas dasar cara
pemberian kedua jenis bantuan tersebut, mekanisme modal ventura dapat dibedakan menjadi:
a. Single tier approach
Pendekatan ini menempatkan sebuah Perusahaan Modal Ventura dalam dua fungsi
sekaligus, yaitu sebagai pemberi bantuan pembiayaan (fund company) dan juga sebagai
pemberi bantuan manajemen atau pengelolaan dana (management company).
Berdasarkan pengertian tersebut, pihak-pihak utama yang terkait dalam kegiatan modal
ventura hanya terdiri dari (1) Perusahaan Modal Ventura dan (2) Perusahaan Pasangan
Usaha (investee company). Berikut gambaran yang lebih jelas:

b. Two tier approach


Pendekatan ini memungkinkan sebuah Perusahaan Pasangan Usaha untuk
menerima bantuan pembiayaan dan bantuan manajemen dari Perusahaan Modal
Ventura yang berbeda. Berdasarkan pengertian tersebut, pihak-pihak yang terkait
meliputi tiga pihak, yaitu (1) Perusahaan Modal Ventura yang memberikan bantuan
pembiayaan, (2) Perusahaan Modal Ventura yang memberikan bantuan manajemen,
dan (3) Perusahaan Pasangan. Skema berikut ini akan memberikan gambaran yang
lebih jelas.
Berdasarkan Cara Penghimpunan Dana
Perusahaan Modal Ventura secara umum dapat menghimpun dana dari pinjaman dan
juga dari modal sendiri dalam berbagai bentuk. Sumber modal sendiri ini bisa berasal dari
investor perorangan, perusahaan dana pensiun, perusahaan asuransi, bank, suatu perusahaan
besar. pemerintah, dan lain-lain. Jika ditinjau dari cara penghimpunan dananya modal ventura
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Leverage venture capital
Modal ventura yang bersumber dari suatu Perusahaan Modal Ventura dengan
sebagian besar penghimpunan dananya dalam bentuk pinjaman dari berbagai macam
pihak disebut leverage venture capital. Penjelasan tersebut tidak berarti bahwa Perusahaan
Modal Ventura ini sama sekali tidak mempunyai modal sendiri, modal sendiri tetap ada
tetapi dalam proporsi yang relatif jauh lebih kecil dibandingkan dengan pinjamannya.
Dana dari penghimpunan dana inilah yang nantinya digunakan oleh Perusahaon Pasangan
Usaha untuk melakukan kegiatan usahanya.
b. Equity venture capital
Modal ventura yang bersumber dari suatu Perusahaan Modal Ventura dengan
sebagian besar penghimpunan dananya dalam bentuk modal sendiri dalam berbagai
bentuk disebut equity venture capital. Penjelasan tersebut tidak berarti bahwa Perusahaan
Modal Ventura ini sama sekali tidak mempunyai pinjaman dari pihak lain, pinjaman dari
pihak lain mungkin saja ada tetapi dalam proporsi yang relatif jauh lebih kecil
dibandingkan dengan modal sendirinya. Dana dari penghimpunan dana inilah yang
nantinya digunakan oleh Perusahaan Pasangan Usaha untuk melakukan kegiatan
usahanya.

Berdasarkan Kepemilikan
Atas dasar kepemilikannya. Perusahaan Modal Ventura dapat dibedakan dalam beberapa
jenis sebagai berikut:
a. Private ’Venture-Capital’ Company
Perusahaan modal ventura yang belum go public atau belum menjual sahamnya melalui
bursa efek disebut Private 'Venture Capital’ Company.
b. Public 'Venture-Capital’ Company
Perusahaan modal ventura yang telah go public atau menjual sahamnya melalui bursa efek
disebut Public ’Venture-Capital’ Company.
c. Bank Affiliate 'Venture-Capital' Company
Perusahaan modal ventura yang didirikan oleh bank-bank yang mengalami surplus
dana atau memang mempunyai misi khusus dalam hal modal ventura disebut Bank
Affiliate Venture Capital Company. Perusahaan modal ventura ini biasanya adalah suatu
anak perusahaan dari bank yang mendirikannya dan memiliki manajemen yang terpisah
dari perusahaan induknya. Alasan pihak bank mendirikan Perusahaan Modal Ventura ini
biasanya tidak selalu hanya karena ingin menambah keuntungan melalui diversifikasi
usaha yang didukung oleh adanya surplus dana. Alasan lain yang biasanya menjadi dasar
pendirian adalah adanya misi sosial dari bank untuk membantu usaha kecil yang
mengalami kesulitan dana dan manajemen, sehingga bank tersebut berusaha mendirikan
Perusahaan Modal Ventura.
d. Conglomerate 'Venture-Capital’ Company
Perusahaan modal ventura yang didirikan atau dimiliki oleh sejumlah perusahaan
besar disebut Conglomerate 'Venture-Capital’ Company. Perusahaan Modal Ventura jenis
banyak terdapat di negara industri dan kepemilikan suatu Perusahaan Modal Ventura bisa
saja terdiri dari dua atau lebih perusahaan besar.

C. Mekanisme Kerja Modal Ventura


Bantuan yang diberikan oleh Perusahaan Modal Ventura meliputi dua bentuk, yaitu
bantuan dana dan bantuan manajemen Berdasarkan pemahaman tersebut, pembahasan
mekanisme pembiayaan ini akan meliputi prinsip bantuan yang diberikan, tahap atau saat
perusahaan pasangan mulai menerima bantuan modal ventura, bentuk bantuan dana yang
diberikan, bentuk kesepakatan antara Perusahaan Modal Ventura dengan Perusahaan
Pasangan Usaha, dan cara divestasi.
Prinsip Bantuan
Terdapat tiga prinsip bantuan yang diberikan kepada suatu Perusahaan Pasangan
Usaha, yaitu:
a. Prinsip pertama
Pembiayaan melalut modal ventura dapat diberikan dalam bentuk penyertaan
modal secara langsung, yaitu ekuitas (equity) dan/atau dapat pula diberikan dalam
bentuk pinjaman subordinasi atau obligasi konversi pada perusahaan yang disertai,
yaitu ckuitas kuasi (quasy equity). Meskipun pembiayaan bisa dalam bentuk ekuitas
maupun ekuitas kuasi, hal tersebut tidak mengubah prinsip bahwa pembiayaan yang
diberikan melalui modal ventura adalah berupa pembiayaan yang lunak. Ekuitas kuasi
bisa saja berbentuk pinjaman, namun pinjaman tersebut bukan seperti pinjaman
komersial pada umumnya. Pinjaman tersebut mempunyai persyaratan yang lunak,
seperti antara lain jangka waktu yang relatif lebih panjang, adanya tenggang waktu
mulai pembayaran (grace period), dapat dikonversikan menjadi penyertaan murni, dan
lain-lain.
b. Prinsip kedua
Mengingat pada dasarnya bentuk dari investasi modal ventura adalah berupa
penyertaan, maka pendekatan dalam pengambilan keputusan oleh Perusahaan Modal
Ventura yang berkaitan dengan perusahaan pasangan usahanya adalah berdasarkan
pemikiran jangka panjang. Pendekatan jangka panjang ini mewarnai perilaku
Perusahaan Modal Ventura terhadap Perusahaan Pasangan Usaha, yang antara lain
dapat dilihat dari cara pembagian keuntungan. Pada tahap awal penyertaan, Perusahaan
Modal Ventura biasanya mendapatkan proporsi bagi hasil yang sangat kecil atau
bahkan tidak sama sekali. Kebijakan ini diharapkan akan dapat meningkatkan
kemampuan arus kas Perusahaan Pasangan Usaha untuk mendanai kegiatan usahanya
dan juga melakukan ekspansi usaha, sehingga dalam jangka panjang Perusahaan
Pasangan Usaha akan berkembang menjadi lebih sehat dan besar. Konsekuensi susulan
yang melekat pada Perusahaan Modal Ventura adalah perlunya campur tangan berupa
bantuan dalam manajemen atau pengelolaan perusahaan yang dibiayainya.
c. Prinsip ketiga
Bantuan yang diberikan memang mempunyai misi jangka panjang untuk
mengembangkan usaha perusahaan yang dibiayainya, namun hal ini tidak berarti
bahwa bantuan tersebut selamanya atau tanpa batas waktu. Penyertaan yang dilakukan
oleh Perusahaan Modal Ventura pada dasarnya bersifat sementara sampai dengan batas
waktu tertentu. Batas waktu ini sangat bervariasi dari negara ke negara, dan di
Indonesia batas waktunya hanyalah sampai dengan 10 tahun. Pada akhir masa
penyertaan. Perusahaan Modal Ventura harus memilih berbagai macam cara untuk
melakukan divestasi.
Penerapan ketiga prinsip di atas sangat diperlukan agar mekanisme dan proses yang
dilakukan dalam suatu modal ventura dapat berjalan sesuai dengan pengertian dasar
dari modal ventura. Mungkin saja terjadi mekanisme pembiayaan yang dilakukan
diberi nama modal ventura namun secara prinsip sebenarnya bukan modal ventura
melainkan kredit atau sekadar perjanjian pinjam-meminjam biasa. Selanjutnya, kunci
keberhasilan bantuan yang diberikan kepada Perusahaan Pasangan Usaha atau kunci
agar Perusahaan Pasangan Usaha menjadi dapat berkembang dan berdiri sendiri adalah:
- Bantuan diarahkan agar Perusahaan Pasangan Usaha dapat berdiri sendiri, baik dari
sisi pengelolaan maupun dari pendanaan usaha.
- Kegiatan usaha dilaksanakan dengan dukungan modal yang cukup dan sesuai
dengan kebutuhan jangka panjang.
- Kegiatan usaha dilaksanakan dengan dukungan sumber daya manusia yang tepat
dari segi kuantitas, kualitas, dan proporsi untuk kebutuhan jangka panjang
perusahaan.
- Kesepakatan atau perjanjian yang dibuat harus tegas namun fleksibel terhadap
perkembangan perekonomian dan teknologi.
- Dukungan dana dan sumber daya manusia dari pihak Perusahaan Modal Ventura
yang memadai sesuai dengan karakteristik dari masing-masing Perusahaan
Pasangan Usaha

Tahap Pembiayaan
Pada dasarnya Perusahaan Pasangan Usaha dapat memperoleh bantuan modal
ventura dalam setiap tahap kegiatan usahanya dan tidak harus pada tahap awal kegiatan
usaha. Dalam tahap mana pun Perusahaan Modal Ventura mulai memberikan bantuannya
kepada Perusahaan Pasangan Usaha, keputusan tersebut selalu diawali dengan analisis
mendalam terhadap kelayakan kegiatan usaha dari calon Perusahaan Pasangan Usaha.
Perusahaan Modal Ventura tidak akan memberikan bantuan kepada calon Perusahaan
Pasangan Usaha yang prospeknya untuk survive dan berkembang sangat diragukan.
Secara lebih spesifik, Perusahaan Pasangan Usaha dapat mendapatkan bantuan modal
ventura pada saat-saat berikut ini:
a. Pengembangan ide usaha
Ditinjau dari sisi risiko yang ditanggung oleh Perusahaan Modal Ventura, tahap
ini merupakan tahap yang paling berisiko. Pada tahap ini kegiatan usaha masih pada
tahap pengembangan ide dasar yang masih belum ditelaah secara mendalam oleh
calon Perusahaan Pasangan Usaha. Tugas Perusahaan Modal Ventura termasuk dalam
membantu pembuatan studi kelayakan bisnis dari kegiatan usaha yang akan dilakukan
oleh perusahaan pasangan usahanya.
b. Awal kegiatan usaha
Pada tahap ini, calon Perusahaan Pasangan Usaha sudah sangat yakin akan
kelayakan dan prospek dari kegiatan usaha yang akan dilakukan dan yang
bersangkutan telah siap untuk memulai kegiatan usahanya. Perusahaan Modal Ventura
diharapkan memberikan bantuan dana dan manajemennya untuk awal kegiatan usaha
ini.
c. Awal pengembangan usaha
Pada tahap ini Perusahaan Pasangan Usaha telah berhasil memulai kegiatan
usahanya dan hasilnya menunjukkan tanda-tanda adanya prospek pengembangan
usaha. Apabila pada tahap ini calon Perusahaan Pasangan Usaha merasa perlu
mendapatkan bantuan dari Perusahaan Modal Ventura, maka Perusahaan Modal
Ventura dapat memulai memberikan bantuannya,
d. Ekspansi
Pada tahap ini Perusahaan Pasangan Usaha telah berhasil melaksanakan
kegiatan usaha dengan baik dan berniat untuk melakukan pengembangan antara lain
berupa peningkatan omzet, peningkatan pangsa pasar perluasan target pasar,
diversifikasi usaha. pembukaan cabang, dan lain-lain. Kegiatan usaha yang semakin
kompleks memerlukan pendanaan yang lebih lancar, lebih besar, dan juga
memerlukan kualitas pengelolaan yang lebih tinggi, sehingga meskipun pada tahap ini
Perusahaan Pasangan Usaha telah mampu untuk memperoleh pinjaman dari bank atau
pihak lain, kehadiran Perusahaan Modal Ventura tetap bisa diharapkan.
e. Kejenuhan atau penurunan
Kegiatan usaha yang pada awal mulanya menunjukkan tanda-tanda baik dapat
saja berubah menjadi kurang menguntungkan karena berbagai macam sebab.
Penyebab terjadinya hal ini bisa saja karena adanya pesaing, krisis ekonomi,
perubahan atau pergesaran selera konsumen, perubahan kebijakan pemerintah, siklus
produk yang telah sampai pada tahap penurunan, dan lain-lain. Seiring dengan
penurunan ini maka terjadi pula penurunan kepercayaan dari pihak kreditor seperti
bank dan lain-lain serta bisa juga terjadi kesulitan pencarian solusi manajerial untuk
mengatasi permasalahan. Kehadiran bantuan dari Perusahaan Modal Ventura tidak
mustahil juga diperlukan oleh Perusahaan Pasangan Usaha dalam tahap ini.

Bentuk Pembiayaan
Perusahaan Modal Ventura dapat memberikan bantuan dana dalam satu atau lebih
bentuk bentuk di bawah ini:
a. Penyertaan modal dalam bentuk saham
b. Obligasi yang dapat dikonversikan menjadi saham
c. Pinjaman yang dapat dikonversikan menjadi saham
d. Pinjaman yang memberikan hak opsi bagi Perusahaan Modal Ventura untuk membeli
saham
e. Pinjaman dengan tingkat bunga yang relatif rendah
f. Pinjaman yang tidak perlu dibayar bila perusahaan belum mampu menutupi semua
biaya operasinya
g. Pinjaman yang apabila terjadi likuidasi, maka pengembaliannya berada pada prioritas
setelah obligasi dan pinjaman lainnya.
h. Dan lain-lain sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip modal ventura.

Bentuk Kesepakatan
Kesepakatan-kesepakatan antara Perusahaan Modal Ventura dengan Perusahaan
Pasangan Usahanya dituangkan dalam suatu kesepakatan formal atau perjanjian resmi
secara tertulis yang meliputi mekanisme pemberian bantuan dana dan manajemen sejak
awal sampai dengan dilakukannya tahap divestasi. Perjanjian ini penting bagi pelaksanaan
modal ventura karena kegiatan operasioanl modal ventura selanjutnya akan didasarkan
pada isi perjanjian tersebut. Isi dari perjanjian tersebut meliputi:
a. Jumlah pembiayaan
Jumlah pembiayaan harus disebutkan dengan jelas dengan satuan mata uang
yang telah disepakati bersama.
b. Cara penarikan atau pencarian
Cara penarikan dana bantuan dapat bermacam-macam. Dana tersebut dapat
ditarik tunai, menggunakan cek, menggunakan bilyet giro, pemindahbukuan ke
rekening tertentu, dan lain-lain sesuai kesepakatan bersama.
c. Jadwal penggunaan bantuan dana
Jadwal penarikan atau penggunaan dana harus disesuaikan dengan
kebutuhan dana tersebut dalam kegiatan usaha Perusahaan Pasangan Usaha.
Apabila dana terlambat diberikan akan dapat menyebabkan Perusahaan
Pasangan Usaha mengalami kesulitan dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Sedangkan apabila dana yang dicairkan melebihi kebutuhan kegiatan usaha
dalam suatu saat, maka hal tersebut dapat menyebabkan adanya dana
menganggur atau bahkan adanya penyalahgunaan dana yang tidak sesuai
dengan tujuan semula dalam kesepakatan.
d. Jangka waktu bantuan dana
Jangka waktu bantuan dana harus disebutkan dengan tegas sehingga
Perusahaan. Pasangan Usaha dapat membuat rencana cash flow yang sesuai.
e. Bentuk balas jasa finansial
Bentuk balas jasa yang diberikan oleh Perusahaan Pasangan Usaha dapat
berupa bunga, bagi hasil dari keuntungan, biaya, dan lain-lain.
f. Cara, jumlah, waktu pembayaran balas jasa finansial
Cara, jumlah, waktu pembayaran balas jasa finansial harus disebutkan
dengan jelas. Balas jasa dalam bentuk bagi hasil harus juga disertai proporsi
bagi hasil atas dasar periode waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan.
g. Cara penarikan kembali investasi (divestasi)
Divestasi dapat dilakukan dengan berbagai cara yang rencana
pelaksanaannya harus disepakati dulu pada awal proses modal ventura.
h. Syarat divestasi yang dipercepat
Dalam keadaan tertentu, divestasi dapat saja dilakukan lebih awal daripada
waktu yang telah direncanakan. Keadaan tertentu sebagai prasyarat
pelaksanaan divestasi yang dipercepat tersebut bisa sangan bervariasi, antara
lain: prospek Perusahaan Pasangan Usaha yang sangat diragukan, kerugian
Perusahaan Pasangan Usaha yang sangat besar. krisis perekonomian,
keuntungan atau perkembangan Perusahaan Pasangan Usaha yang sangat besar
sehingga tidak lagi memerlukan bantuan modal ventura dan lain-lain sesuai
kesepakatan.
i. Perubahan atau perpindahan kepemilikan Kesepakatan tentang adanya
kemungkinan perubahan atau perpindahan kepemilikan atas Perusahaan
Pasangan Usaha antara lain adalah:
- Prioritas kepada pihak tertentu untuk diberikan kesempatan membeli saham
atas Perusahaan Pasangan Usaha. Pihak tertentu ini termasuk Perusahaan
Pasangan Usaha itu sendiri.
- Ada atau tidaknya keharusan bagi Perusahaan Pasangan Usaha setelah
jangka waktu tertentu membeli kembali saham yang dimiliki oleh
Perusahaan Modal Ventura dengan harga tertentu.
- Kepastian mengenai boleh atau tidaknya Perusahaan Modal Ventura
mengalihkan saham miliknya pada pihak ketiga. Kesepakatan ini penting
karena perubahan kepemilikan ini belum tentu sesuai dengan keinginan
Perusahaan Pasangan Usaha.
- Kepastian mengenai boleh atau tidaknya Perusahaan Pasangan Usaha
melibatkan investor lain dalam kegiatan usahanya. Seandainya hal itu
dimungkinkan, kedua pihak juga harus menyepakati perlu atau tidaknya
pemberitahuan atau persetujuan terlebih dahulu dari Perusahaan Modal
Ventura atau pihak yang lain. Kesepakatan ini penting karena masuknya
investor lain dapat menyebabkan perubahan proporsi kepemilikan dan
kemungkinan adanya campur tangan dalam pengelolaan kegiatan usaha dari
investor yang baru tersebut.

Cara Divestasi
Mengingat penyertaan modal ventura adalah bersifat sementara atau tidak untuk
selamanya, maka kedua belah pihak harus memikirkan cara-cara divestasi yang akan
dilaksanakan. Divestasi atau penarikan kembali penyertaan modal yang telah dilakukan
oleh Perusahaan Modal Ventura pada Perusahaan Pasangan Usaha dapat dilaksanakan
dengan cara-cara berikut ini:
a. Pembelian kembali saham modal ventura oleh Perusahaan Pasangan Usaha
Apabila Perusahaan Pasangan Usaha cukup mampu maka divestasi dapat
dilakukan dengan cara pembelian kembali saham modal ventura oleh
Perusahaan Pasangan Usaha itu sendiri.
b. Penawaran saham melalui pasar modal (go-public)
Cara ini dapat dilakukan apabila kondisi Perusahaan Pasangan Usaha betul-
betul sehat dan prospektif sehingga sahamnya nanti dapat dijual melalui bursa
efek dengan harga yang wajar.
c. Pemberian kredit atau pinjaman dari bank
Sebagai pengganti dari penyertaan yang ditarik, maka Perusahaan Modal
Ventura berusaha menghubungkan Perusahaan Pasangan Usaha dengan bank
untuk mendapatkan kredit atau pinjaman. Cara ini dapat dilakukan apabila
keadaan Perusahaan Pasangan Usaha cukup sehat dan prospektif menurut
penilaian bank.
d. Perusahaan Pasangan Usaha dijual kepada perusahaan atau pihak lain Apabila
ada perusahaan lain yang tertarik untuk memiliki Perusahaan Pasangan Usaha
tersebut, maka Perusahaan Pasangan Usaha dapat dijual kepada perusahaan lain
tersebut, baik dengan cara tunai maupun dibeli dengan saham.
e. Perusahaan Pasangan Usaha dilikuidasi
Cara ini hanya ditempuh apabila cara-cara lain seperti yang telah disebutkan di
atas sudah sama sekali tidak mungkin untuk ditempuh. Likuidasi terpaksa
dilakukan biasanya karena setelah diberikan bantuan modal ventura usaha
nasabah tidak dapat berkembang dan cenderung rugi atau mempunyai prospek
di masa mendatang yang tidak menentu.
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara
sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi
(operating lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pada pembayaran secara angsuran. Pada prinsipnya, leasing mengandung pengertian
yang sama, yaitu memiliki unsur-unsur pembiayaan perusahaan, penyediaan barang-barang modal,
jangka waktu tertentu, pembayaran berkala, adanya hak pilih atau hak opsi, dan adanya nilai sisa
yang disepakati bersama.
Ketika melaksanakan aktivitas usahanya, perusahaan leasing ini terbagi dalam tiga
golongan, yakni Independent Leasing Company,Captive Lessor, Lease Broker atau Packager.
Secara umum, teknik-teknik dalam pembiayaan leasing ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu finance
lease dan operating lease.
Besarnya uang sewa dibayarkan oleh lessee terdiri dari unsur bunga dan cicilan pokok yang
jumlahnya selalu berubah-ubah. Pembayaran bunga tersebut akan semakin kecil sejalan dengan
penurunan saldo pokok. Pembayaran sewa dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu
Pembayaran di muka (payment in advance), Pembayaran sewa di belakang (payment in arrears).
Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company) adalah badan usaha yang
melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu Perusahaan yang menerima
bantuan pembiayaan (investee Company) untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan
saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan berdasarkan
pembagian atas hasil usaha.
Manfaat utama yang diterima oleh perusahaan pasangan usaha adalah dapat dijalankannya
kegiatan usaha karena kebutuhan dana untuk modal usaha telah dapat dipenuhi oleh perusahaan
Modal Ventura. Di samping manfaat utama tersebut, manfaat lain yang diterima oleh Perusahaan
Pasangan Usaha dan masih terkait dengan manfaat utama tersebut antara lain adalah sebagai
berikut yakni, Peningkatan kemungkinan berhasilnya usaha, Kelancaran pendanaan yang berasal
dari modal ventura menyebabkan kegiatan usaha Perusahaan Pasangan Usaha menjadi lancar,
Peningkatan efisiensi kegiatan usaha, Peningkatan bankability, Peningkatan kemampuan
pengembangan usaha
DAFTAR PUSTAKA

Budisantoso, Totok dan Nuritomo. (2014). Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 3. Jakarta:
Salemba Empat.

Perusahaan Modal Ventura .:: SIKAPI ::. (2021). Diakses pada November 11, 2021, melalui Ojk.go.id
website: https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/274

Panjaitan, Yuliana. (2013).ASPEK HUKUM PERUSAHAAN MODAL VENTURA SEBAGAI


SALAH SATU LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA.Skripsi. Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara. Medan.

Anda mungkin juga menyukai