Anda di halaman 1dari 21

LEASING

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Anggraini Trisna Dewi 19622227


Astuti Katmila Sari 19622230
Desti Mutia Safitri 19622233
Meidi Carolina 19622251
Putri Mayang Ramadanti 19622257

Akuntansi Malam 2

Dosen Pembimbing : Agustinus Sihombing, S.H., M.H

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN TANJUNGPINANG


FAKULTAS EKONOMI
AKUNTANSI

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa, sehingga oleh karenanya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “LEASING” ini tepat pada waktunya.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh Bapak Agustinus Sihombing,
S.H.,M.H selaku Dosen pada mata kuliah Bank dan Lembaga Non Bank. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai leasing bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Dalam penyusunan makalah ini kami menjumpai hambatan, namun berkat


dukungan dari berbagai pihak serta kerjasama tim kelompok yang baik, akhirnya
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan cukup baik dan tepat waktu. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih atas
dukungan semua pihak terkait yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini.

Meski begitu, tentu makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat kami
harapkan demi menjadi perbaikan untuk makalah-makalah yang akan datang.
Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan pihak
terkait pada umumnya.

Tanjungpinang, 29 Mei 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................. I
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sewa Guna Usaha (Leasing)................................... 4
2.2 Tujuan Leasing.......................................................................... 5
2.3 Ketentuan Mengenai Leasing.................................................... 5
2.4 Pihak-Pihak yang Terlibat......................................................... 6
2.5 Kegiatan Leasing....................................................................... 7
2.6 Jenis-Jenis Perusahaan Leasing................................................. 9
2.7 Perjanjian Leasing..................................................................... 10
2.8 Biaya-Biaya yang Dikeluarkan................................................. 10
2.9 Prosedur Permohonan Leasing.................................................. 11
2.10 Sanksi-Sanksi............................................................................ 13

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan................................................................................ 14
3.2 Saran.......................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seperti yang kita ketahui, kebutuhan akan sesuatu dari tahun ke tahun
meningkat, demi terwujudnya kebutuhan tersebut diperlukan biaya atau modal
dalam bentuk moneter (uang) ataupun berupa barang. Hal ini merupakan peluang
besar bagi pelaku usaha di bidang leasing (pembiayaan) secara kredit kepada
masyarakat yang membutuhkan. Dengan proses yang mudah serta menggiurkan,
banyak masyarakat yang ”bermain” dalam hal ini. Tak dipungkiri hampir seluruh
lapisan masyarakat pernah berurusan dalam leasing khususnya dalam pengadaan
kendaraan bermotor atau barang-barang lain.

Masalah timbul akibat dari tidak terpenuhinya poin-poin kesepakatan


dalam perjanjian tersebut. Tidak terlunasinya kredit merupakan masalah yang
paling sering dijumpai yang berujung dengan penarikan oleh pihak leasing oleh
debt collector baik secara halus atau kasar yang dalam artiannya tindak di tempat
alias “dijemput paksa”. Hal ini menjadi problema karena cara tersebut berbenturan
dengan peraturan perundang-undangan. Untuk menjalankan suatu usaha maka kita
memerlukan modal yang tidak sedikit. Apalagi kita juga membutuhkan barang-
barang modal untuk menjalankan suatu usaha tersebut, agar kita dapat
menjalankan suatu usaha dengan lancar maka kita membutuhkan suatu lembaga
untuk memperoleh suatu dana usaha, lembaga ini dinamakan leasing.

Pengertian sewa guna usaha secara umum adalah perjanjian antara lessor
(perusahaan leasing) dengan lessee (nasabah) dimana pihak lessor menyediakan
barang dengan hak penggunaan oleh lessee dengan imbalan pembayaran sewa
untuk jangka waktu tertentu. Dengan melakukan leasing perusahaan dapat
memperoleh barang modal dengan jalan sewa beli untuk dapat langsung

1
digunakan berproduksi, yang dapat diangsur setiap bulan, triwulan atau enam
bulan sekali kepada pihak lessor.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan penulis jelaskan pada makalah ini adalah
sebagai berikut :

1. Apa pengertian dari sewa guna usaha atau leasing?


2. Apa tujuan dari kegiatan sewa guna usaha atau leasing?
3. Apa saja ketentuan di dalam leasing?
4. Siapa sajakah pihak yang terlibat di dalam kegiatan leasing tersebut?
5. Bagaimanakah kegiatan leasing tersebut?
6. Apa saja jenis-jenis perusahaan leasing?
7. Bagaiamana perjanjian di dalam leasing?
8. Apa sajakah jenis biaya yang dikeluarkan oleh Lesse terjadap Perusahaan
Leasing?
9. Bagaimanakah prosedur permohonan leasing?
10. Apa sajakah sanksi-sanksi yang diberikan kepada Lessee jika tidak bisa
memenuhi kewajibannya?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini ialah :

1. Mengetahui pengertian dari sewa guna usaha atau leasing


2. Mengetahui tujuan dari kegiatan sewa guna usaha atau leasing
3. Mengetahui apa saja ketentuan di dalam leasing
4. Mengetahui siapa sajakah pihak yang terlibat di dalam kegiatan leasing
5. Mengetahui bagaimana kegiatan di dalam leasing
6. Mengetahui jenis-jenis perusahaan leasing
7. Mengetahui bagaimana pernjanjian di dalam kegiatan leasing
8. Mengetahui jenis biaya yang dikeluarkan oleh Lesse terjadap Perusahaan
Leasing

2
9. Mengetahui prosedur permohonan leasing
10. Mengetahui mengenai apa saja sanksi-sanksi yang diberikan oleh Lesse jika
tidak bisa memenuhi kewajibannya

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sewa Guna Usaha (Leasing)

Perusahaan sewa guna usaha atau yang sering disebut dengan leasing.
Kegiatan utama perusahaan sewa guna usaha adalah bergerak dibidang
pembiayaan untuk keperluan barang-barang modal yang diinginkan oleh nasabah.
Pembiayaan yang dimaksud disini adalah barang-barang untuk modal nasabah
yang membutuhkan seperti peralatan kantor atau mobil dengan cara disewa atau
dibeli secara kredit dapat diperoleh diperusahaan leasing. Pihak leasing dapat
membiayai keinginan nasabah sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati oleh
kedua belah pihak.

Perusahaan leasing dapat diselenggarakan oleh badan usaha yang berdiri


sendiri. Keterbatasan usaha leasing adalah tidak boleh melakukan kegiatan yang
dilakukan oleh bank seperti memberikan simpanan dan kredit dalam bentuk uang.
Oleh karena itu, perusahaan leasing harus pandai-pandai dalam memberikan atau
memilih sasarannya jangan sampai bertentangan dengan jasa yang diberikan oleh
lembaga keuangan bank.

Pengertian sewa guna usaha secara umum adalah perjanjian antara lessor
(perusahaan leasing) dengan lessee (nasabah) dimana pihak lessor menyediakan
barang dengan hak penggunaan oleh lessee dengan imbalan pembayaran sewa
untuk jangka waktu tertentu. Sedangkan pengertian sewa guna sesuai dengan
keputusan Menteri Keuangan No.1169/KMK.01/1991 adalah “kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara sewa guna
usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi
(operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara berkala.”

4
Yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan sewa guna usaha
dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek
sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sebaliknya operating
lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha.

Pengertian lessor adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha


leasing dengan menyediakan berbagai macam barang modal, sedangkan lessee
adalah nasabah yang menginginkan barang modal tersebut.

2.2 Tujuan Leasing

Terdapat beberapa tujuan mengapa memilih Leasing. Umumnya, sewa terstruktur


untuk alasan berikut:

a. Manfaat Pajak
Manfaat pajak dicairkan untuk kedua belah pihak, yaitu Lessor dan Lessee.
Lessor, sebagai pemilik aset, dapat mengklaim penyusutan sebagai beban
dalam pembukuannya dan karenanya mendapatkan manfaat pajak.
Di sisi lain, penyewa dapat mengklaim MLP yaitu Leasing sebagai beban dan
memperoleh manfaat pajak dengan cara yang sama.
b. Hindari Kepemilikan dan dengan demikian Menghindari Risiko Kepemilikan.
Kepemilikan dihindari untuk menghindari investasi uang ke dalam aset. Ini
secara tidak langsung membuat leverage tetap rendah dan karenanya peluang
meminjam uang tetap terbuka untuk bisnis. Leasing adalah item di luar neraca.

2.3 Ketentuan mengenai leasing

Kegiatan leasing secara resmi diperbolehkan beroperasi di Indonesia


setelah keluar surat keputusan bersama antara Menteri Keuangan, Menteri
Perindustrian dan Menteri Perdagangan Nomor Kep.122/MK/IV/2/1974, Nomor
32/M/SK/2/74 dan Nomor 30/Kpb/I/74 Tanggal 7 Februari 1974 tentang
Perizinan Usaha Leasing di Indonesia.

5
Wewenang untuk memberikan usaha leasing dikeluarkan oleh menteri
keuangan berdasarkan Surat Keputusan Nomor 649/MK/IV/5/1974 Tanggal 6
Mei 1974 yang mengatur mengenai ketentuan tata cara perizinan dan kegiatan
usaha leasing di Indonesia.

Perkembangan selanjutnya adalah dengan keluarnya Kebijaksanaan


Deregulasi 20 Desember 1988 (Pakdes 20 1988) yang isinya mengatur tentang
usaha leasing di Indonesia dan dengan dikeluarkannya kebijaksanaaan ini, maka
ketentuan mengenai usaha leasing sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi.
Kemudian dalam Keppres Nomor 61 Tahun 1988 dan keputusan Menteri
Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 Tanggal 20 Desember 1988
diperkenalkan adanya istilah pembiayaan, yaitu kegiatan pembiayaan dalam
bentuk dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari
masyarakat luas.

Lembaga pembiayaan menurut ketentuan ini dimungkinkan untuk


melakukan salah satu dari kegiatan pembiayaan seperti:

a. Sewa guna usaha (Leasing)

b. Modal Ventura (Venture Capital)

c. Anjak Piutang (Factoring)

d. Pembiayaan Konsumen (consumen finance)

e. Kartu Kredit (credit card)

Pemberian izin untuk melakukan usaha-usaha pembiayaan seperti diatas, terlebih


dulu harus memperoleh izin dari Menteri Keuangan.

2.4 Pihak-Pihak yang Terlibat

Ada beberapa pihak yang terlibat dalam pemberian fasilitas leasing dan
masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajibannya. Masing-masing pihak

6
dalam melakukan kegiatannya selalu bekerja sama dan saling berkaitan satu sama
lainnya melalui kesepakatan yang dibuat bersama.

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam proses pemberian fasilitas leasing adalah
sebagai berikut :

1. Lessor
Merupakah perusahaan leasing yang membiayai keinginan para
nasabahnya untuk memperoleh barang-barang modal.
2. Lessee
Adalah nasabah yang mengajukan permohonan leasing kepada lessor
untuk memperoleh barang modal yang diinginkan.
3. Supplier
Yaitu pedagang yang menyediakan barang yang akan dileasing sesuai
perjanjian antara lessors dengan lesse dan dalam hal ini supplier juga dapat
bertindak sebagai lessor.
4. Asuransi
Merupakan perusahaan yang akan menanggung risiko terhadap perjanjian
antara lessor dan lessee. Dalam hal ini lessee dikenakan biaya asuransi dan
apabila terjadi sesuatu, maka perusahaan akan menanggung risiko sebesar
sesuai dengan perjanjian terhadap barang yang dileasingkan.

2.5 Kegiatan Leasing

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara satu perusahaan leasing dengan


perusahaan leasing lainnya dapat berbeda. Di dalam Surat Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 1169/KMK. 01/1991 Tanggal 21 November 1991, kegiatan
leasing dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

1. Melakukan sewa guna usaha dengan hak opsi bagi lessee (finance lease).
2. Melakukan sewa guna usaha dengan tanpa hak opsi bagi lessee (operating
lease).

7
Ciri-ciri kedua kegiatan leasing seperti yang dimaksud di atas adalah sebagai
berikut :

1) Kriteria untuk finance lease apabila suatu perusahaan leasing memenuhi


persyaratan :
a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha dan selama masa sewa guna usaha
pertama kali, ditambah dengan nilai sisa barang yang dilease harus dapat
menutupi harga perolehan barang modal yang dileasekan dan keuntungan
bagi pihak lessor.
b. Dalam perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai hak opsi
bagi lessee.

2) Sedangkan kriteria untuk operating lease adalah memenuhi persyaratan sebagai


berikut :
a. Jumlah pembayaran selama masa leasing pertama tidak dapat menutupi
harga perolehan barang modal yang di leasekan ditambah keuntungan bagi
pihak lessor.
b. Di dalam perjanjian leasing tidak memuat mengenai hak opsi bagi lessee.

Kemudian dalam praktiknya transaksi finance leasing dibagi lagi ke dalam


bentuk-bentuk sebagai berikut :

1. Direct finance lease

Transaksi ini dikenal juga dengan nama true lease. Di mana dalam transaksi ini
pihak lessor membeli barang modal atas permintaan lessee dan sekaligus
menyewagunakan barang tersebut kepada lessee. Lessee dapat menentukan
spesifikasi barang yang diinginkan termasuk penentuan harga dan suppliernya.
Oleh karena itu, proses pembelian yang dilakukan lessor hanyalah untuk
memenuhi kebutuhan pihak lessee.

8
2. Sales and lease back

Proses ini dilakukan dimana pihak lessee menjual barang modalnya kepada lessor
untuk dilakukan kontrak sewa guna usaha atas barang tersebut, antara lessee
dengan lessor. Metode ini biasanya digunakan untuk menambah modal kerja
pihak lessee.

Sedangkan dalam operating lease dimana pihak lessor sengaja membeli barang
modal untuk kemudian dileasekan kepada pihak lessee. Biaya yang dikenakan
terhadap lessee adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang yang
dibutuhkan oleh lessee berikut bunganya.

2.6 Jenis-Jenis Perusahaan Leasing

Jenis-jenis perusahaan leasing dalam menjalankan kegiatannya dibagi menjadi


tiga kelompok, yaitu:

1. Independent leasing
Merupakan perusahaan leasing yang berdiri sendiri dapat sekaligus sebagai
supplier atau membeli barang-barang modal dari supplier lain untuk
dileasekan.
2. Captive lessor
Dalam perusahaan jenis ini, produsen atau supplier mendirikan perusahaan
leasing dan yang mereka leasekan adalah barang-barang milik mereka sendiri.
Tujuan utamanya adalah untuk dapat meningkatkan penjualan sehingga
mengurangi penumpukkan barang di gudang atau toko.
3. Lease broker
Perusahaan jenis ini kerjanya hanyalah mempertemukan keinginan lessee untuk
memperoleh barang modal kepada pihak lessor untuk dileasekan. Jadi, dalam
hal ini lease broker hanyalah sebagai perantara antara pihak lessor dengan
pihak lessee.

9
2.7 Perjanjian Leasing

Perjanjian yang dibuat antara lessor dengan lessee disebut dengan “lease
agreement”, di mana di dalam perjanjian tersebut dimuat kontrak kerja bersyarat
antara kedua belah pihak, lessor dan lessee.

Isi kontrak yang dibuat secara umum tersebut memuat antara lain :

1. Nama dan alamat lessee


2. Jenis barang modal yang diinginkan
3. Jumlah atau nilai barang yang dileasingkan
4. Syarat-syarat pembayaran
5. Syarat-syarat kepemilikan atau syarat lainnya
6. Biaya-biaya yang dikenakan
7. Sanksi-sanksi apabila lessee ingkar janji.

Jika seluruh persyaratan sudah disetujui, maka pihak lessor akan


mengubungi supplier untuk negosiasi barang dan menghubungi pihak asuransi
untuk menanggung risiko kemacetan pembayaran oleh lessee. Namun, dalam
praktiknya dapat pula sebelum nasabah mengajukan permohonan ke perusahaan
leasing, pihak lessee terlebih dahulu melakukan negosiasi dengan suppliernya,
kemudian barulah mencari perusahaan leasing yang akan menjadi lessornya.

2.8 Biaya-Biaya yang Dikeluarkan

Setiap fasilitas leasing yang diberikan oleh perusahaan leasing kepada


pemohon (lessee) akan dikenakan berbagai macam biaya. Biaya-biaya ini
besarnya ditentukan oleh masing-masing perusahaan leasing. Artinya antara
perusahaan leasing biaya yang dibebankan terhadap lessee tidak sama. Besar
kecilnya biaya yang dikenakan terhadap nasabahnya akan memengaruhi
keuntungan yang diterima oleh perusahaan leasing.

10
Adapun biaya-biaya yang dibebankan kepda lessee biasa nya terdiri dari:

1. Biaya administrasi yang besarnya dihitung pertahun;


2. Biaya meterai untuk perjanjian;
3. Biaya bunga terhadap barang dileasekan;
4. Premi asuransi yang disetor kepada pihak asuransi.

Di antara biaya-biaya di atas, perolehan biaya bunga merupakan yang terbesar


sehingga keuntungan yang diperoleh pun terbesar dari bunga yang dibebankan
kepada para lessee tersebut.

2.9 Prosedur Permohonan Leasing

Setiap permohonan yang diajukan oleh pihak lessee haruslah langsung ke


pihak lessor, baik secara lisan maupun tertulis, kemudian oleh pihak lessor akan
dipelajari secara seksama sehingga pada akhirnya nanti tidak akan merugikan
pihak lessor akibat terjadi kesalahan analisis.

Prosedur permohonan fasilitas leasing oleh lessee kepada lessor secara


umum sebagai berikut:

1) Pihak lessee mengajukan permohonan untuk memperoleh fasilitas suatu


barang modal baik secara lisan maupun tertulis.
2) Pihak lessor akan meneliti maksud dan tujuan permohonan lessee.

Penelitian tentang kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan. Jika masih ada


dokumen atau informasi yang kurang, pemohon diminta untuk melengkapinya
selengkap mungkin.

Kelengkapan dokumen tersebut antar alain sebagai berikut:

a. Mengajukan permohonan secara tertulis kepada pihak leasing, yang berisi


antara lain maksud dan tujuan mengajukan leasing serta cara
pembayarannya.
b. Akte pendirian perusahaan jiak lessee berbentuk Perseroan Terbatas (PT)
atau yayasan.

11
c. KTP dan kartu keluarga jika lessee berbentuk perseorangan.
d. Laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) 3 tahun terakhir jika
lessee berbentuk PT.
e. Slip gaji dan bukti penghasilan lainnya jika lessee berbentuk perseorangan.
f. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) baik untuk perorangan maupun
perusahaan.

3) Jika dokumen yang dibutuhkan sudah lengkap, maka pihak lessor memberikan
informasi tentang persyaratan dalam perjanjian kontrak antara lessee dengan
lessor, termasuk hak dan kewajibannya masing-masing.

4) Pihak lessor akan mengadakan penelitian dan analisis terhadap informasi dan
data yang diberikan lessee dengan cara :
a. Penelitian data untuk mengukur kemampuan dan kemauan lessee
membayar kembali. Penelitian ini dapat dilakukan dengan 5 C, yaitu:
character, capacity, capital,conditon, dan colleteral;
b. Meneliti langsung ke lokasi lessee berada (on the spot);
c. Meneliti ke lokasi dimana lessee punya hubungan.

5) Penelitian dilakukan untuk mengukur kemampuan nasabah membayar dan


kemauan untuk membayar dengan disertai kebenaran informasi dan data yang
ada di lapangan. Dari hasil penelitian dapatlah ditarik tiga kedimpulan yaitu:
a. Menolak permohonan lessee dengan alasan tertentu;
b. Masih dipertimbangkan denga catatan ditunda atau permohnan belum
dapat diproses sampai jangka waktu tertentu dengan berbagai alasan;
c. Menerima permohonan lesse karena telah sesuai dengan keinginan lessor.

6) Jika permohohonan lesse telah diterima pihak lessor, maka pihak lessor
mengadakan pertemuan dengan pihak lessee, tentang persyaratan yang harus
dipenuhi antara lain penandatanganan surat perjanjian serta biaya-biaya yang
harus dibayar oleh lessee.

12
7) Pihak lessee membayar sejumlah kewajibannya dan menandatangani surat
perjanjian antara lessee dengan lessor.
8) Pihak lessor melakukan pemesanan kepada supplier sesuai dengan barnag yang
diinginkan lessee dan membayar sesuai dengan perjanjian dengan pihak
supplier.
9) Pihak lessor juga menghubungi serta membayar resmi asuransi yang sudah
disetor lessee sebelumnya kepada pihak lessor.
10) Pihak supplier mengirim barang sesuai dengan surat pesanan dan surat bukti
pembayaran yang telah dilakukan oleh lessor.
11) Pihak lessor juga mengirim polis asuransi kepada lessee setelah diterbitkan
oleh pihak lessor atas nama lessee.

Dalam praktiknya setiap permohonan fasilitas leasing oleh lessee, maka


prosedur dan persyaratan yang ditetapkan oleh perusahaan leasing berbeda antara
satu dengan yang lainnya. Hal ini sesuai dengan kepentingan perusahaan leasing
itu sendiri.

2.10 Sanksi-Sanksi

Sama seperti pinjaman lainnya, bahwa tidak semua pinjaman berjalan


mulus atau berjalan sesuai dengan prosedur yang ada, sekalipun sudah melalui
prosedur yang benar. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor. Begitu pula dengan
perusahaan leasing jelas tidak semua barang modal yang dibiayai akan terlunasi
sesuai rencana. Oleh karena itu, perlu ada tindakan lebih lanjut bagi lessee yang
lalai berupa sanksi-sanksi yang telah disepakati.

Sanksi-sanksi yang diberikan pihak lessor kepada pihak lessee apabila


lessee ingkar janji atau tidak memenuhi kewajibannya kepada pihak lessor sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati adalah sebagai berikut :

1. Berupa teguran lisan supaya segera melunasi


2. Jika teguran tidak digubris, maka akan diberikan teguran tertulis
3. Dikenakan denda sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati
4. Penyitaan barang yang dipegang oleh lessee.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengertian sewa guna usaha secara umum adalah perjanjian antara lessor
(perusahaan leasing) dengan lessee (nasabah) dimana pihak lessor menyediakan
barang dengan hak penggunaan oleh lessee dengan imbalan pembayaran sewa
untuk jangka waktu tertentu. Kegiatan utama perusahaan sewa guna usaha adalah
bergerak dibidang pembiayaan untuk keperluan barang-barang modal yang
diinginkan oleh nasabah. Pihak leasing dapat membiayai keinginan nasabah sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

Adapun pihak-pihak yang terlibat di dalam kegiatan leasing antara lain:


Lessor, Lesse, Supplier dan asuransi. Selanjutnya yaitu jenis-jenis dari perusahaan
leasing antara lain: independent leasing (perusahaan leasing yang berdiri sendiri
dapat sekaligus sebagai supplier atau membeli barang-barang modal dari supplier
lain untuk dileasekan), Captive lessor (produsen atau supplier mendirikan
perusahaan leasing dan yang mereka leasekan adalah barang-barang milik mereka
sendiri), dan Lease Broker (perusahaan yang mempertemukan keinginan lessee
untuk memperoleh barang modal kepada pihak lessor untuk dileasekan)

Selanjutnya apabila pihak lesse tidak dapat memenuhi kewajibannya atau


ingkar janji, maka pihak leasse tersebut akan memperoleh sanksi-sanksi, antara
lain: Berupa teguran lisan supaya segera melunasi, Jika teguran tidak digubris,
maka akan diberikan teguran tertulis, dikenakan denda sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakati dan sanksi yang terakhir yaitu penyitaan barang yang
dipegang oleh lessee.

14
3.2 Saran

Di dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari bahwa masih


banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik di dalam penulisan dan
penyusunan makalah ini, sehingga untuk menyempurnakan makalah ini, kami
membutuhkan saran dari pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Kasmir, 2014. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Raja Grafindo
Pesada

Kasmir, 2013. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sewa Guna Usaha: https://doc.lalacomputer.com/makalah-sewa-guna-usaha-


leasing/

iii

Anda mungkin juga menyukai