Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

LEASING
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Study hadist
Dosen Pengampu :
Bpk. Ridhwan, SE, MM

Disusun oleh
1. Santi Fitriani (1320200059)
2. Rini Dewi Kusuma (1320200082)
3. Firda Aisyah (1320200029)
4. Dicky Gustiawan (1320200043)
5. Muhammad Rivaldi Sangaji (1320200058)
6. Rihza Agil Aprian (1320200004)
MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan.
Atas karunia-Nya berupa nikmat iman dan kesehatan ini akhirnya penulis bisa
menyelesaikan makalah bertema Leasing. Tidak lupa shalawat serta salam
tercurahkan bagi Baginda Agung Rasulullah SAW yang syafa’atnya akan kita
nantikan kelak.
Makalah berjudul “LEASING” disusun guna memenuhi tugas Dosen pada
mata kuliah Bank dan Lembaga keuangan di Universitas Islam As-Syafi’iyah.
Penulis tidak hanya membahas konteks Leasing saja, tetapi juga pengembangan
teori-teori terkait. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
mendukung serta membantu penyelesaian makalah. Harapannya, semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekaligus menumbuhkan rasa cinta
tanah air.
Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada
ketidaksesuaian kalimat dan kesalahan. Meskipun demikian, penulis terbuka pada
kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Bekasi, Agustus 2022


Penulis

Kelompok 3

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................I

DAFTAR ISI..........................................................................................................II

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB 2......................................................................................................................3

PEMBAHASAN.....................................................................................................3

2.1 Pengertian..................................................................................................3

2.2 Jenis-Jenis Perusahaan Leasing.................................................................5

2.3 Mekanisme dan Teknik Pembiayaan Leasing...........................................6

2.4 Perkembangan Leasing di Indonesia.........................................................9

BAB 3....................................................................................................................11

PENUTUPAN.......................................................................................................11

3.1 KESIMPULAN......................................................................................11

3.2 SARAN...................................................................................................12

II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang tingkat pertumbuhan
ekonominya terus berkembang dari waktu ke waktu. Namun untuk
mengembangkan potensi usaha tersebut tentulah aspek pendanaan sangat
penting. Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, saat ini semakin
banyak orang yang mendirikan suatu lembaga pembiayaan yang bergerak
di bidang penyediaan dana ataupun barang yang akan dipergunakan oleh
pihak lain di dalam mengembangkan usahanya. Lembaga pembiayaan
tersebut merupakan lembaga keuangan non bank. Yang membedakan
lembaga pembiayaan dengan bank adalah bank mengambil dana secara
langsung dari masyarakat sedangkan lembaga pembiayaan non bank tidak
mengambil dana secara langsung dari masyarakat.
Berkembangan hukum bisnis di Indonesia saat ini mengalami
kemajuan yang cukup pesat, walaupun kemajuan tersebut ditandai masa-
masa cukup sulit. Secara umum kemajuan yang dicapai oleh bangsa
Indonesia dalam berbagai bidang kehidupan tidak diraih begitu saja akan
tetapi memerlukan kerja keras serta kerjasama segenap lapisan masyarakat
secara terus menerus serta berkesinambungan. Pertumbuhan ekonomi yang
sangat pesat serta kompleks melahirkan berbagai bentuk kerjasama bisnis.
Kerjasama bisnis yang terjadi sangat beraneka ragam tergantung pada
bidang bisnis yang sedang dijalankan. Keanekaragaman kerjasama bisnis
ini tentu saja melahirkan masalah serta tantangan baru, karena hukum
harus siap untuk dapat mengantisipasi setiap perkembangan yang muncul.
Salah satu lembaga pembiayaan yang berkembang pesat saat ini
adalah sewa guna usaha atau biasa disebut juga dengan leasing. Kegiatan
sewa guna usaha (leasing) diperkenalkan untuk pertama kalinya di
Indonesia pada Tahun 1974 dengan dikeluarkannya Surat Keputusan
Bersama Menteri keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri
Perindustrian No. Kep-122/MK/2/1974, No. 32/M/SK/2/1974 dan No.
30 /KPB/I/74 Tanggal 7 Pebruari 1974 tentang “Perijinan Usaha Leasing”.

1
Sejak saat itu dan khususnya sejak tahun 1980 jumlah perusahaan sewa
guna usaha dan transaksi sewa guna usaha makin bertambah dan
meningkat dari tahun ke tahun untuk membiayai penyediaan barang-
barang modal dalam dunia usaha.
Lembaga pembiayaan merupakan lembaga keuangan bersamasama
dengan lembaga perbankan. Lembaga Pembiayaan (financing institution),
kegiatan usahanya lebih menekankan pada fungsi pembiayaan dalam
bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan dan filterisasi pernah
mengalami kesimpang siuran di tengah jalan, sekalipun hanya minoritas
saja. Oleh karena itu, para ulama bangkit mengadakan riset hadis-hadis
yang beredar dan meletakkan dasar kaidah-kaidah atau peraturan-peraturan
yang ketat bagi seorang yang meriwayatkan hadis yang nantinya ilmu ini
disebut ilmu hadist.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud Leasing ?
2) Bagaiman deskripsi berbagai jenis perusahaan Leasing?
3) Bagaimana deskripsi mekanisme dan teknik pembiayaan Leasing?
4) Bagaimana deskripsi perkembangan Leasing di Indonesia?
1.3 Tujuan
1) Mengetahui Maksud Leasing
2) Mengetahui deskripsi berbagai jenis perusahaan Leasing
3) Mengetahui deskripsi mekanisme dan teknik pembiayaan Leasing
4) Mengetahui deskripsi perkembangan Leasing di Indonesia

2
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Menurut Keputusan Menteri Keuangan No 1169/KMK.01/1991 Sewa
guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal,
baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease), maupun sewa guna
usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh ;esse se;a,a kamgla
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Perusahaan sewa guna
usaha di Indonesia lebih dikenal dengan nama Leasing. Kegiatan utamanya adalah
bergerak di bidang pembiayaan untuk keperluan barang-barang modal yang
diinginkan oleh nasabah. Pembiayaan yang dimaksud jika seorang nasabah
membutuhkan barang-barang modal seperti peralatan kantor atau mobil dengan
cara disewa atau dibeli secara kredit dapat diperoleh diperusahaan leasing. Pihak
Leasing dapat membiayai keinginan nasabah dengan perjanjian yang telah
disepakati kedua pihak.
Perusahaan Leasing dapat diselenggarakan oleh atau badan usaha yang
berdiri sendiri. Keterbatasan perusahaan leasing adalah tidak boleh melakukan
kegiatan yang dilakukan oleh bank seperti memberikan simpanan dan kredit
dalam bentuk uang.
Pengertian sewa guna usaha secara umum adalah perjanjian antara lessor
(perusahaan leasing) dengan lessee (nasabah) di mana pihak lessor memyediakan
barang dengan hak penggunaan oleh lessee dengan imbalan pembayaran sewa
untuk jangka waktu tertentu. Sedangkan pengertian sewa guna usaha sesuai
dengan keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 adalah “kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha
dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi
(operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara berkala”. Yang dimaksud dengan finance lease
adalah kegiatan sewa guna usaha dimana lessee pada akhir masa kontrak
mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa

3
yang disepakati. Sebaliknya,operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk
membeli objek sewa guna usaha.
a Ketentuan Leasing
Kegiatan Leasing secara remi diperbolehkan beroperasi di indonesia setelah
keluar surat keputusan bersama antara Menteri Keuangan,Menteri Perindustrian
dan Menteri Perdagangan Nomor Kep. 122/MK/IV/2/1974, Nomor 32/M/SK/2/74
dan Nomor 30/Kpb/I/74 Tanggal 7 Februari 1974 Tentang Perizinan Usaha
Leasing di Indonesia. Wewenang untuk memberikan usaha Leasing di keluarkan
oleh Menteri Keuangan berdasarkan Surat keputusan Nomor 649/MK/IV/5/1974
Tanggal 6 Mei 1974 yang mengatur mengenai ketentuan tata cara perizinan dan
kegiatan usaha leasing di Indonesia.
Lembaga Pembiayaan Menurut ketentuan ini dimungkinkan untuk melakukan
salah satu dari kegiatan  pembiayaan seperti :
1. Sewa guna usaha ( Leasing )
2. Modal ventura ( venture capital )
3. Anjak Piutang ( factoring )
4. Pembiayaan konsumen ( consumer finance )
5. Kartu Kredit ( credit card )
 Pemberian izin untuk melakukan usaha-usaha pembiayaan seperti di atas,
terlebih dulu harus memperoleh izin dari Menteri Keuangan.
b Pihak-pihak yang terlibat
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam proses pemberian fasilitas leasing
adalah sebagai berikut :
1. Lessor
Merupakan perusahan leasing yang membiayai keinginan para nasabahnya
untuk memperoleh barang-barang modal
2. Lessee
Adalah nasabah yang mengajukan permohonan leasing kepada lessor
untuk memperoleh barang modal yang di inginkan.
3. Supplier

4
Yaitu pedagang yang menyediakan barang yang akan di leasing sesuai
perjanjian antara lessor dengan lessee dan dalam hal ini suplier juga dapat
bertindak sebagai lessor.
4. Asuransi
Merupakan perusahaan yang akan menanggung resiko terhadap perjanjian
antara lessor dengan lessee. Dalam hal ini lessee dikenakan biaya asuransi
dan apabila terjadi sesuatu, maka perusahaan akan menanggung resiko
sebesar sesuai dengan perjanjian terhadap barang yang di leasingnya.
 Sejarah Leasing di Indonesia
Lembaga pembiayaan yang pertama kali diperkenalkan dan
dikembangkan di Indonesia adalah kegiatan sewa guna usaha leasing pada
tahun 1974, dengan dikeluarkannya Surat Keputusan bersama Menteri
Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan dengan nomor
masing-masing 122/1974,32/1974 dan 30/1974 tanggal 7 Februari 1974
tentang Perijinan usaha leasing.
 Dasar Hukum Leasing di Indonesia
 SKB Menkeu dan Menperin dan Mendag No. 122/MK/2/1974, No.
32/M/SK/1974, DAN NO.30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari tentang
Perijinan Usaha Leasing.
 SK MenKeu No. 650/MK/IV/5/1974 tentang Penegasan Ketentuan Pajak
Leasing dan Besarnya Bea Materai terhadap Usaha Leasing.
 Kep Men Keu No. 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan Modal
Leasing : Perusahaan swasta nasional Rp. 3 milyar, Perusahaan Patungan
Indonesia – Asing sebesar Rp. 10 milyar, Koperasi sebesar Rp. 3 milyar.
Keputusan Menteri Keuangan no 1169/KMK.01/1991, 21 Nov 1991
tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha
2.2 Jenis-Jenis Perusahaan Leasing
Jenis-jenis perusahaan leasing dalam menjalankan kegiatannya dibagi
kedalam 3 (tiga) kelompok yaitu :
a Independent Leasing

5
Merupakan perusahaan leasing yang berdiri sendiri dapat sekaligus
sebagai supplier atau membeli barang-barang modal dari supplier lain untuk
dileasekan.
b Captive Lessor
Produsen dan supplier mendirikan perusahaan leasing dan yang merekan
leasekan adalah barang-barang milik mereka sendiri. Tujuan utamanya adalah
untuk dapat meningkatkan penjualan, sehingga mengurangi penumpukan barang
di gudang/toko.
c Lease Broken
Perusahaan jenis ini kerjanya hanyalah mempertemukan keinginan lessee
untuk memperoleh barang modal kepada pihak lessor untuk dileasekan.
Jadi,dalam hal ini lease broken hanya sebagai perantara antara pihak lessor
dengan pihak lessee.
2.3 Mekanisme dan Teknik Pembiayaan Leasing
A. Mekanisme Leasing
1) lesse menghubungi pemasok untuk pemilihan dan penentuan jenis barang,
spesifikasi, harga, jangka waktu penagihan, dan jaminan purna jual atas
barang yang akan disewa.
2) Lesse melakukan negoisasi dengan lessor mengenai kebutuhan
pembiayaan barang modal. Dalam hal ini, lessee dapat meminta lease
quotation yang tidak mengikat dari lessor. Dalam quotation terdapat
syarat-syarat pokok pembiayaan leasing, antara lain: keterangan barang,
harga barang, cash security deposit, residual value, asuransi, biaya
administrasi, jaminan uang sewa ( lease rental ), dan persyaratan-
persyaratan lainnya.
3) Lessor mengirimkan letter of offer atau comittment letter kepada lessee
yang berisi syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayaai
barang modal yang dibutuhkan, lessee menandatangani dan
mengembalikannya kepaada lessor.
4) Penandatangan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhi lessee,
dimana kontrak tersebut mencakup hal-hal: pihak-pihak yang terlibat, hak
milik, jangka waktu, jasa leasing, opsi bagi lessee, penutupan asuransi,

6
tanggung jawab dan objek leasing, perpajakan jadwal pembayaran
angsuran sewa dan sebagainya.
5) Pengiriman order beli kepada pemasok disertai instruksi pengiriman
barang kepada lessee sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang telah
disetujui.
6) Pengiriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan
serta menandatangani surat tanda terim dan perintah bayar selanjutnya
diserahkan kepada pemasok.
7) Penyerahan dokumen oleh pemasok kepada lessor termasuk faktur dan
bukti-bukti kepemilikan barang lainnya.
8) Pembayaran oleh lessor kepada pemasok
9) Pembayaran sewa ( lease payment ) secara berkala oleh lessee kepada
lessor selama masa leasing yang seluruhnya mencakup pengembalian
jumlah yang dibiayai beserta bunganya.
B. Teknik-Teknik Pembiayaan Leasing
Teknik pembiayaan leasing dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu finance
lease dan operating lease.
a Finance Lease
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna (lessor) adalah pihak
yang membiayai penyediaan barang modal. Lessee biasanya memilih barang
modal yang dibutuhkan dan, atas nama perusahaan sewa guna usaha, sebagai
pemilik barang modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta
pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi sewa guna usaha.
Dalam praktinya, finance lease dapat dibagi dalam beberapa bentuk transaksi
antara lain sebagai berikut :
1. Direct finance lease
Dalam transaksi direct finance lease, pihak lessor membeli barang modal
atas permintaan dari lessee dan langsung disewagunausahakan kepada lessee.
Lessee dapat terlibat dalam proses pembelian barang modal dari pemasok.
2. Sale and lease back
Pihak lessee menjual barang modalnya kepada lessor untuk kemudian
dilakukan kontrak sewa guna usaha atas barang tersebut dengan jangka waktu

7
yang disepakati bersama. Metode transaksi ini membantu  lessee yang mengalami
kesulitan modal kerja.
3. Leveraged lease
Dalam proses sewa guna ini, pihak yang terlibat adalah lessor, lessee dan
kreditor jangka panjang dalam membiayai objek leasing. Pihak kreditor inilah
yang biasanya justru memberikan porsi yang besar dalam pembiayaan. Kreditor
jangka panjang, biasanya lembaga keuangan misalnya bank yang akan
menyediakan pembiayaan sebesar 60% - 80% yang disebutkan leverage debt
without recourse kepada pihak leassor. Apabila pihak lessee mengalami default
dan tidak mampu mengangsur, lessor tidak ikut bertanggungjawab kepada bank.
4. Syndicated lease
Metode ini terjadi apabila pembiayaan sewa guna usaha dilakukan oleh
lebih dari satu lessor. Kerja sama antara lessor ini didasarkan pada pertimbangan
risiko atau objek leasing yang membutuhkan dana dalam jumlah besar.
5. Vendor Program
Vendor program adalah suatu metode penjualan yang dilakukan oleh
dealer kepada konsumen dengan mendapatkan fasilitas leasing. Lessor akan
membayar objek leasing kepada vendor/dealer dan selanjutnya lessee akan
membayar angsuran secara periodik langsung kepada lessor atau melalui dealer.
d Operating Lease  
 Dalam teknik operating lesae, pihak pemilik objek leasing atau leasor
membeli barang modal dan disewagunausahakan kepada lesee. Pembayaran
periodik yang dilakukan oleh lessee tidak mencangkup biaya yang dikeluarkan
oleh lessor untuk mendapatkan barang modal tersebut dan bunganya. Lessor
mengharapkan keuntungan dari penjualan barang modal yang
disewagunausahakan. Lessor dapat juga memperoleh sumber penghasilan dari
perjanjian sewa sewa guna usaha yang lain.
Operating lease dapat juga disebut leasing biasa yaitu satu perjanjian
kontrak antara leasor dengan lessee, dengan catatan bahwa :
 Lessor sebagai pemilik objek leasing menyerahkannya kepada pihak lessee
untuk digunakan dengan jangka waktu relatif lebih pendek dari umur
ekonomis barang modal tersebut.

8
 Lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayar sejumlah sewa
secara berkala kepada leasor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah
keseluruhan biaya pemerolehan barang tersebut beserta bunganya. Hal ini
disebut nonfull pay out lease.
 Lessor menanggung segala risiko ekonomis dan pemeliharaan atas barang-
barang tersebut.
 Lessee pada ahir kontrak harus mengembalikan objek leasing pada lessor.
Lessee dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktu-waktu.
2.4 Perkembangan Leasing di Indonesia
Usaha leasing ( sewa guna usaha ) sebenarnya sudah ada sejak tahun 2000
sebelum masehi yang dilakukan oleh orang-orang Sumeria. Dokumen-dokumen
yang ditemukan dari kebudayaan Sumeria menunjukkan bahwa transaksi leasing
meliputi leasing peralatan, penggunaan tanah dan binatang piaraan.
    Kegiatan Leasing diperkenalkan untuk pertama kali di indonesia pada
tahun 1974 dengan di keluarkannya Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan,
Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian No. Kep. 122/MK/2/1974,
No.32/M/SK/1974 dan No. 30/Kpb/1/1974 Tanggal 7 februari 1974 tentang
“Perijinan usaha Leasing”. Sejak saat itu (khususnya tahun 1980) jumlah
perusahaan leasing dari tahun ke tahun untuk membiayai penyediaan barang-
barang modal dunia usaha. Untuk mendukung perkembangan usaha ini, Menteri
Keuangan selanjutnya mengeluarkan SK No. 650/MK/IV/5/1974 Tanggal 6 Mei
1974 tentang penegasan ketentuan pajak penjualan dan besarnya bea meterai
terhadap usaha leasing. Selanjutnya, tanggal 20 Desember 1988 dengan kebijakan
deregulasi, perusahaan pembiayaandi antaranya usaha leasing diatur dalam paket
tersebut. Dengan berlakunya paket kebijakan tersebut ketentuan leasing
sebelumnya dinyatakan tidak berlaku. Dalam paket tersebut juga
diperkenalkanistilah lembaga pembiayaan yaitu badan usaha yang melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan
tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.
Hadirnya perusahaan sewa guna usaha patungan (joint venture) bersama
perusahaan nasional telah mampu mempopulerkan peranan kegiatan sewa guna
sebagai alternatif pembiayaan barang modal yang sangat dibutuhkan para

9
pengusaha di idonesia, disamping cara-cara pembiayaan konvensional yang lazim
dilakukan melalui perbankan. Ketentuan minimum modal disetor untuk pendirian
suatu perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha leasing diatur
dalam pakdes 20, 1988 dengan keputusan Menteri Keuangan no.
1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988, dengan jumlah modal disetor
atau simpanan wajib dan pokok ditetapkan sebagai berikut :
a Perusahaan swasta nasional sebesar Rp. 3 milyar
b Perusahaan patungan indonesia-asing sebesar Rp. 10 milyar
c Koperasi sebesar Rp. 3 milyar

10
BAB 3
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahasan “ Leasing “ dapat disimpulkan bahwa :
“ Kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa
guna usaha dengan hak opsi atau finance lease maupun tanpa hak opsi atau
operating lease untuk digunakan oleh lessee (pemakai) selama jangka waktu
terentu berdasarkan pembayaran secara berkala sampai pada akhir masa kontrak
lessee dapat membeli barang tersebut dengan sisa nilai yang disepakati oleh
lessor”. Menurut Keputusan Menteri Keuangan No 1169/KMK.01/1991 Sewa
guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal,
baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease), maupun sewa guna
usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh ;esse se;a,a kamgla
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
Perusahaan sewa guna usaha di Indonesia lebih dikenal dengan nama
Leasing. Kegiatan utamanya adalah bergerak di bidang pembiayaan untuk
keperluan barang-barang modal yang diinginkan oleh nasabah. Pembiayaan yang
dimaksud jika seorang nasabah membutuhkan barang-barang modal seperti
peralatan kantor atau mobil dengan cara disewa atau dibeli secara kredit dapat
diperoleh diperusahaan leasing. Pihak Leasing dapat membiayai keinginan
nasabah dengan perjanjian yang telah disepakati kedua pihak. Perusahaan Leasing
dapat diselenggarakan oleh atau badan usaha yang berdiri sendiri. Keterbatasan
perusahaan leasing adalah tidak boleh melakukan kegiatan yang dilakukan oleh
bank seperti memberikan simpanan dan kredit dalam bentuk uang.
Usaha leasing ( sewa guna usaha ) sebenarnya sudah ada sejak tahun 2000
sebelum masehi yang dilakukan oleh orang-orang Sumeria. Dokumen-dokumen
yang ditemukan dari kebudayaan Sumeria menunjukkan bahwa transaksi leasing
meliputi leasing peralatan, penggunaan tanah dan binatang piaraan.Kegiatan
Leasing diperkenalkan untuk pertama kali di indonesia pada tahun 1974 dengan di
keluarkannya Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan
dan Menteri Perindustrian No. Kep. 122/MK/2/1974, No.32/M/SK/1974 dan No.
30/Kpb/1/1974 Tanggal 7 februari 1974 tentang “Perijinan usaha Leasing”. Sejak

11
saat itu (khususnya tahun 1980) jumlah perusahaan leasing dari tahun ke tahun
untuk membiayai penyediaan barang-barang modal dunia usaha.
3.2 SARAN
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam apa yang
penulis tulis, baca, dan pahami. Oleh karena itu untuk menjadikan makalah yang
penulis sajikan ini lebih baik, penulis memerlukan kritik dan saran dari para
pembaca yang budiman sebagai salah satu tanggung jawab ilmiah penulis.
Semoga apa yang penulis tulis bermanfaat bagi sumua pihak yang membutuhkan.
Aamiin.

12

Anda mungkin juga menyukai