Anda di halaman 1dari 15

BANK INDONESIA DAN

SEWA GUNA USAHA (LEASING)

Makalah

Kelompok :

Kevin Dwi Lestari (07) 1902612010434


Komang Ayu Risa Reswara P. (10) 1902612010437
Ni Putu Yuniari (13) 1902612010440
Ni Komang Mita Dewi (32) 1902612010459

MANAJEMEN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya maka kami dapat menyelesaikan
makalah kami mengenai “Bank Indonesia dan Sewa Guna Usaha (Leasing)” dapat
kami selesaikan dengan baik.
Penulisan makalah ini bertujuan guna memenuhi salah satu tugas Mata
Kuliah “Pasar Keuangan dan Lembaga Keuangan”. Disamping itu makalah ini di
harapkan dapat dijadikan sarana pembelajaran serta dapat menambah wawasan
dan pengetahuan bagi pembaca.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang
membangun dari berbagai pihak. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Denpasar, 10 Maret 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan....................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................6
2.1 Tujuan Bank Indonesia............................................................................6
2.2 Tugas Bank Indonesia..............................................................................6
2.3 Hubungan dengan Pemerintah.................................................................7
2.4 Hubungan dengan Lembaga Lainnya......................................................7
2.5 Pengertian Sewa Guna Usaha (Leasing)..................................................8
2.6 Jenis-jenis Leasing...................................................................................8
2.7 Kegiatan Leasing......................................................................................9
2.8 Pihak-pihak yang terlibat dalam Leasing...............................................10
2.9 Mekanisme Leasing...............................................................................10
2.10 Perkembangan Leasing di Indonesia......................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Bank Indonesia merupakan lembaga yang memiliki peran penting dalam
perekonomian terutama dibidang moneter, keuangan, dan perbankan. Bank
Indonesia dibentuk dengan tujuan sosial ekonomi tertentu yang menyangkut
kepentingan nasional atau kesejahteraan umum, seperti stabilitas harga dan
perkembangan ekonomi, dan disisi lain dalam suatu sister perbankan, ketiadaan
koordinator dan regulator yang tidak berpihak akan mengakibatkan bank tidak
dapat melaksanakan operasinya secara efisien.
Tidak dapat disangkal, kebutuhan akan sesuatu dari tahun ke tahun
semakin meningkat, demi terwujudnya kebutuhan tersebut diperlukan biaya atau
modal dalam bentuk moneter (uang) ataupun berupa barang. Hal ini merupakan
peluang besar bagi pelaku usaha dibidang leasing (pembiayaan) secara kredit
kepada masyarakat yang membutuhkan. Dengan proses yang mudah serta
menggiurkan banyak masyarakat yang tertarik untuk hal ini. Tak dipungkiri
hampir seluruh lapisan masyarakat pernah berurusan dalam pengadaan kendaraan
bermotor atau barang-barang lainnya.
Leasing atau sewa guna usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan
perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh
suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-
pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut
untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang
jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama.
Dengan melakukan leasing perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan
jalan sewa beli untuk dapat langsung digunakan berproduksi, yang dapat diangsur
setiap bulan, triwulan ataupun enam bulan sekali kepada pihak lessor.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dari makalah ini adalah:

4
1. Apa sajakah tujuan Bank Indonesia.
2. Apa sajakah tugas-tugas Bank Indonesia.
3. Apa sajakah hubungan dengan Pemerintah.
4. Apa sajakah hubungan dengan Lembaga.
5. Apakah pengertian Sewa Guna Usaha (Leasing).
6. Apa sajakah jenis-jenis leasing.
7. Apa sajakah kegiatan leasing.
8. Siapakah pihak-pihak yang terlibat.
9. Apa sajakah mekanisme leasing.
10. Bagaimanakah perkembangan leasing di Indonesia.

I.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dari
makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui tujuan Bank Indonesia.
2. Untuk mengetahui tugas-tugas Bank Indonesia.
3. Untuk mengetahui hubungan dengan Pemerintah.
4. Untuk mengetahui hubungan dengan Lembaga.
5. Untuk mengetahui pengertian Sewa Guna Usaha (Leasing).
6. Untuk mengetahui jenis-jenis leasing.
7. Untuk mengetahui kegiatan leasing.
8. Untuk mengetahui pihak-pihak yang terlibat dalam leasing.
9. Untuk mengetahui mekanisme leasing.
10. Untuk mengetahui perkembangan leasing di Indonesia.

I.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan makalah adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penulisan ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih terhadap ilmu
pengetahuan serta pemikiran yang bermanfaat.
2. Manfaat Praktis
Penulisan ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan kepada
masyarakat mengenai Bank Indonesia dan Sewa Guna Usaha (leasing).

5
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Tujuan Bank Indonesia


Bank Indonesia adalah bank sentral Republik Indonesia. Sebagai bank
sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah mengandung dua
aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan
terhadap mata uang negara lain.
Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara aspek
kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara
lain.
Sejak tahun 1999 Bank Indonesia ditetapkan sebagai lembaga negara yang
independent dan memiliki kewenangan penuh dalam menjalankan tugasnya serta
bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak lain. Dengan demikian Bank
Indonesia wajib menolak intervensi dalam bentuk apapun dan dari pihak
manapun. Status dan kedudukan Bank Indonesia ini diperlukan agar Bank
Indonesia dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter
dengan lebih efektif dan efisien.
Dengan satu tujuan tunggal tersebut, diharapkan Bank Indonesia dapat
memfokuskan langkah serta memperjelas batasan-batasan tanggung jawab yang
harus dilakukan. Dalam mensukseskan tujuan tunggal Bank Indonesia, yaitu
memelihara nilai rupiah, maka Bank Indonesia memiliki tiga pilar utama yang
sekaligus juga menjadi bidang jangkauan tugasnya. Tiga pilar tersebut adalah:
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.
3. Menjaga stabilitas sistem keuangan.

II.2 Tugas Bank Indonesia


Bank Indonesia memiliki satu tujuan tunggal dan tiga pilar utama dalam
mendukung tercapainya tujuan tunggal tersebut. Mengingat peran dan
kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mengemban amanat untuk

6
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Maka dari itu, Bank Indonesia
memiliki beberapa tugas seperti:
1. Menjaga kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa.
2. Menjaga kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain.
3. Membuat dan mengawasi regulasi untuk semua bank yang ada di Indonesia.
4. Melakukan penelitian dan juga pemantauan.
5. Menyimpan uang kas negara dan memberikan bantuan dana kepada Bank-
bank di Indonesia yang sedang mengalami krisis.

II.3 Hubungan dengan Pemerintah


Hubungan Bank Indonesia dengan pemerintah seperti yang dituangkan
dalam Undang-undang nomor 23 tahun 1999 adalah sebagai berikut:
1. Bertindak sebagai pemegang kas pemerintah.
2. Untuk dan atas nama Pemerintah Bank Indonesia dapat menerima pinjaman
luar negeri, menatausahakan serta menyelesaikan tagihan dan kewajiban
keuangan pemerintah terhadap pihak luar negeri.
3. Pemerintah wajib meminta pendapat Bank Indonesia dan atau mengandung
Bank Indonesia dalam sidang kabinet yang membahas ekonomi, perbankan,
dan keuangan yang berkaitan dengan tugas Bank Indonesia atau kewenangan
Bank Indonesia.

II.4 Hubungan dengan Lembaga Lainnya


Dilihat dari sistem ketatanegaraan Republik Indonesia, kedudukan Bank
Indonesia sebagai lembaga negara yang independent, tidak sejajar dengan
lembaga tinggi negara seperti DPR, BPK, dan Mahkamah Agung. Meskipun Bank
Indonesia berkedudukan sebagai lembaga negara independent dalam
melaksanakan tugasnya, Bank Indonesia mempunyai hubungan kerja dan
koordinasi yang baik dengan DPR, BPK, Pemerintah dan pihak lain.
Dalam hubungannya dengan Presiden dan DPR, setiap awal tahun
anggaran Bank Indonesia menyampaikan informasi tertulis mengenai evaluasi
pelaksanaan kebijakan moneter dan rencana kebijakan moneter yang akan datang.
Khusus kepada DPR, pelaksanaan tugas dan wewenang setiap triwulan dan
sewaktu waktu bila diminta oleh DPR. Selain itu Bank Indonesia menyampaikan

7
rencana dan realisasi anggaran tahunan kepada pemerintahan dan DPR. Dalam
hubungannya dengan BPK, Bank Indonesia wajib menyampaikan laporan
keuangan tahunan kepada BPK.

II.5 Pengertian Sewa Guna Usaha (Leasing)


Pengertian leasing secara umum adalah suatu bentuk kegiatan pembiayaan
alat atau barang modal berupa hak opsi atau tanpa hak opsi yang dimanfaatkan
untuk nasabah dalam kurun waktu tertentu, yang mana pembayaran dilakukan
secara dicicil atau angsuran.
Beberapa ahli berpendapat bahwa pengertian leasing adalah suatu bentuk
perjanjian yang dilakukan oleh para pemilik aktiva atau barang dengan
nasabahnya. Dalam hal ini pemilik aktiva akan disebut lessor dan pemilik nasabah
akan disebut lesse. Nantinya pihak lessor akan menyediakan barang atau modal
yang dibutuhkan oleh pihak lesse untuk operasional produksi.

II.6 Jenis-jenis Leasing


Leasing dapat dibedakan menjadi lima jenis dalam proses penerapannya.
Kelima jenis leasing tersebut adalah sebagai berikut:
1. Capital Lease
Capital lease adalah jenis perusahaan leasing yang berasal dari suatu
lembaga keuangan. Jenis leasing ini pada umumnya bisa melayani pihak nasabah
yang memerlukan kebebasan dalam hal menentukan barang atau modal dengan
spesifikasi baru.
Dalam penerapannya, pihak lessor akan memberikan dana untuk membayar
barang yang diperlukan kepada pihak supplier lalu akan diserahkan kepada pihak
lesse. Nantinya pihak lessor akan mendapat imbalan berupa nasabah dalam bentuk
pembayaran secara angsuran dalam periode waktu tertentu sesuai dengan
kesepakatan bersama.
2. Operating Lease
Operating lease adalah suatu jenis perusahaan leasing yang mana pihak
lessor akan membeli barang untuk disewakan kepada nasabahnya dalam kurun
waktu tertentu. Untuk hal ini, pihak nasabah hanya perlu membayar biaya rental

8
barang saja, untuk harga barang dan biaya lainnya nanti akan ditanggung oleh
pihak lessor.
3. Sales Type Lease
Sales type lease atau lease penjualan merupakan jenis leasing yang biasanya
dikerjakan oleh perusahaan industri yang melakukan penjualan lease barang dari
hasil produknya. Terdapat dua jenis pendapatan yang dapat diakui, yaitu
pendapatan dari hasil jual barang dan pendapatan dari bunga pembelanjaan selama
kurun waktu lease.
4. Leverage Lease
Leverage lease merupakan jenis perusahaan leasing yang melibatkan pihak
ketiga. Artinya, pihak lessor tidak membayar objek leasing sebanyak 100%, tapi
hanya sekitar 20% sampai 40% saja. Sisanya nanti akan ditanggung oleh pihak
ketiga tersebut.
5. Cross Border Lease
Cross border lease adalah jenis perusahaan leasing yang dikerjakan antar
negara. Artinya pihak lessor dan lesse tidak ada dalam satu negara yang sama,
namun berada di dua negara yang berbeda. Biasanya jenis leasing ini hanya
melakukan leasing pada barang yang memiliki nominal sangat besar seperti
produk pesawat terbang airbus atau boeing.

II.7 Kegiatan Leasing


Kegiatan leasing dibagi menjadi dua cara yaitu sebagai berikut:
1. Melakukan sewa guna usaha menggunakan hak pilih (opsi) bagi lesse
(finance leassee)
Kriteria untuk finance leassee yaitu apabila jumlah pembayaran sewa guna
usaha dan selama masa sewa guna usaha pertama kali, ditambah nilai sisa barang
yang di-lease dapat menutupi harga perolehan barang modal yang di-lease dan
keuntungan bagi pihak lessor. Dalam perjanjian sewa guna usaha memuat
ketentuan mengenai hak opsi bagi lesse.
2. Melakukan sewa guna usaha tanpa hak opsi bagi lesse (operating lease)
Kriteria untuk operating lease yaitu apabila jumlah pembayaran pada masa
leasing pertama tidak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang di-

9
lease-kan dan keuntungan bagi pihak lessor. Dalam perjanjian sewa guna usaha
tidak memuat ketentuan mengenai hak opsi bagi lesse. Dalam praktik kegiatan
operating lease pihak lessor sengaja membeli barang modal yang kemudian
dileasekan pada pihak lesse. Biaya yang dikenakan lesse adalah biaya untuk
memperoleh barang yang dibutuhkan lesse beserta bunganya.

II.8 Pihak-pihak yang terlibat dalam Leasing


Dalam melakukan kegiatan leasing melibatkan empat pihak yang
berkepentingan yaitu:
1. Lessor yaitu perusahaan sewa guna atau pihak yang memberikan jasa
pembiayaan kepada pihak Lesse dalam bentuk penyediaan barang modal.
2. Lesse yaitu perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam
bentuk barang modal dari pihak Lessor.
3. Supplier yaitu perusahaan yang mengadakan atau menyediakan barang untuk
dijual kepada Lesse dengan pembayaran secara tunai oleh Lessor.
4. Kreditor, pihak kreditor dalam transaksi sewa guna biasanya adalah bank
yang memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor. Kreditor
atau pihak bank juga dapat memberikan kredit kepada pihak supplier untuk
pembelian barang-barang modal yang kemudian akan di jual sebagai objek
sewa guna kepada Lesse atau Lessor.

II.9 Mekanisme Leasing

Keterangan Gambar:

10
1. Lesse menghubungi pemasok untuk pemilihan dan penentuan jenis barang,
spesifikasi, harga, jangka waktu penagihan, dan jaminan purna jual atas
barang yang akan disewa.
2. Lesse melakukan negoisasi dengan lessor mengenai kebutuhan pembiayaan
barang modal. Dalam hal ini, lesse dapat meminta lease quotation yang tidak
mengikat dari lessor. Dalam quotation terdapat syarat-syarat pokok
pembiayaan leasing, antara lain: keterangan barang, harga barang, cash
security deposit, residual value, asuransi, biaya administrasi, jaminan uang
sewa (lease rental), dan persyaratan-persyaratan lainnya.
3. Lessor mengirimkan letter of offer atau commitment letter kepada lesse yang
berisi syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai barang modal
yang dibutuhkan, lesse menandatangani dan mengembalikannya kepada
lessor.
4. Penandatangan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhi lesse,
dimana kontrak tersebut mencakup hal-hal: pihak-pihak yang terlibat, hak
milik, jangka waktu, jasa leasing, opsi bagi lesse, penutupan asuransi,
tanggung jawab dan objek leasing, perpajakan jadwal pembayaran angsuran
sewa dan sebagainya.
5. Pengiriman order beli kepada pemasok disertai instruksi pengiriman barang
kepada lesse sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang telah disetujui.
6. Pengiriman barang dan pengecekan barang oleh lesse sesuai pesanan serta
menandatangani surat tanda terima dan perintah bayar selanjutnya
diserahkan.
7. Penyerahan dokumen oleh pemasok kepada lessor termasuk faktur dan bukti-
bukti kepemilikan barang lainnya.
8. Pembayaran oleh lessor kepada pemasok.
9. Pembayaran sewa (lease payment) secara berkala oleh lesse kepada lessor
selama masa leasing yang seluruhnya mencakup pengembalian jumlah yang
dibiayai beserta bunganya.

11
II.10 Perkembangan Leasing di Indonesia
Lembaga leasing di Indonesia mulai ada pada tahun 1973, yang kemudian
diatur oleh pemerintah sejak tahun 1974 dan diikuti dengan peraturan-peraturan
yang lain. Sehingga jelaslah bahwa perkembangan leasing di Indonesia masih
sangat muda sekali, bahkan masih banyak masyarakat yang tidak mengenal istilah
leasing. Pada umumnya yang memahami leasing adalah pengusaha-pengusaha
tingkat atas, karena transaksi leasing yang dapat memanfaatkan adalah mereka.
Dan usaha leasing ini belum terjangkau oleh golongan Pegem (pengusaha
golongan ekonomi menengah) dan Pegel (pengusaha golongan ekonomi lemah).
Kehadiran industri pembiayaan (multi finance) di Indonesia sesungguhnya
belumlah terlalu lama, terutama bila dibandingkan dengan di negara-negara maju.
Dari beberapa sumber, diketahui industri ini mulai tumbuh di Indonesia pada
1974. Kelahirannya didasarkan pada surat keputusan bersama (SKB) tiga menteri,
yaitu Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan.
Setahun setelah dikeluarkannya SKB tersebut, berdirilah PT Pembangunan
Armada Niaga Nasional pada 1975. Kelak, perusahaan tersebut mengganti
namanya menjadi PT (Persero) PANN Multi Finance. Kemudian, melalui
Keputusan Presiden (Keppres) No.61/1988, yang ditindaklanjuti dengan SK
Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988, pemerintah membuka lebih luas
lagi bagi bisnis pembiayaan, dengan cakupan kegiatan meliputi leasing, factoring,
consumer finance, modal ventura dan kartu kredit.
Sebagai sesama industri keuangan, perkembangan industri leasing relatif
tertinggal dibandingkan yang lain, perbankan, misalnya. Terlebih lagi bila
dibandingkan dengan perbankan pasca Pakto 1988. Pada era inilah bank muncul
dan menjamur bagai musim hujan. Deregulasi yang digulirkan pemerintah di
bidang perbankan telah membuahkan banyak sekali bank, walaupun dalam skala
gurem. tetapi banyak kalangan menuding, justru Pakto 88 inilah menjadi biang
keladi suramnya industri perbankan di kemudian hari. Puncaknya, terjadi pada
1996 ketika pemerintah melikuidasi 16 bank. Langkah itu ternyata masih diikuti
dengan dimasukkannya beberapa bank lain dalam perawatan Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN).

12
Meski demikian, perusahaan pembiayaan juga mampu berkembang cukup
mengesankan. Hingga saat ini leasing di Indonesia telah ikut berkiprah dalam
pembiayaan perusahaan. Jenis barang yang dibiayai pun terus meningkat. Jika
sebelumnya hanya terfokus pada pembiayaan transportasi, kini berkembang pada
keperluan kantor, manufaktur, konstruksi dan pertanian. Hal ini mengindikasikan
multi finance kian dikenal pelaku usaha nasional.
Ada beberapa hal menarik jika kita mencermati konsentrasi dan
perkembangan perusahaan leasing. Pada era 1989, misalnya, industri ini di
Indonesia cenderung berupaya memperbesar aset. perburuan aset tersebut
diantaranya disebabkan tantangan perekonomian menuntut mereka tampil lebih
besar, sehat dan kuat. Perusahaan yang tidak beranjak dari skala semula, tampak
terguncang-guncang dana akhirnya tutup sama sekali.
Dengan aset dan skala usaha yang besar, muncul anggapan perusahaan
lebih andal dibandingkan yang lain. Bagi yang kapasitasnya memang terbatas,
mereka berupaya agar tetap tampil megah dan gagah. Maka, dimulailah saling
lirik dan penjajakan di antara sesamanya. Skenario selanjutnya, banyak
perusahaan leasing yang melakukan penggabungan menjadi satu grup.
Tampaknya, langkah ini membuahkan hasil positif. Selain modal dan aset
menggelembung, kredibilitas dan penguasaan pasar pun ikut terdongkrak.
Namun gairah menggelembungkan aset tersebut berangsur-angsur mulai
pudar. Karena pada tahun berikutnya (1990), industri leasing mulai kembali pada
prinsip dasar ekonomi. mereka lebih mengutamakan keuntungan yang sebesar-
besarnya.
Sebetulnya, berubahnya orientasi ini dipicu oleh kian sengitnya persaingan
di industri leasing. Akibatnya, kehati-hatian menjadi agak terabaikan. Indikasinya,
persyaratan untuk memperoleh sewa guna usaha menjadi semakin longgar.
Bahkan, kabarnya di Bengkulu, orang bisa mendapatkan sewa guna usaha hanya
dengan menyerahkan selembar kartu tanda penduduk (KTP).
Pada tahun 1991, kembali terjadi perubahan besar-besaran pada
perusahaan pembiayaan. Seiring dengan kebijakan uang ketat (TMP = tight
money policy) – yang lebih dikenal dengan Gebrakan Sumarlin I dan II – suku

13
bunga pun ikut meroket naik. Akibatnya, banyak kredit yang sudah disetujui
terpaksa ditunda pencairannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.bi.go.id/id/tentang-bi/profil/governance/process.aspx#floating-5
https://brainly.co.id/tugas/21346174
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sewa_guna_usaha
https://accurate.id/akuntansi/pengertian-leasing/
https://www.kajianpustaka.com/2020/12/leasing-sewa-guna-usaha.html?m=1
abidin: PERKEMBANGAN LEASING DI INDONESIA (jaenal-
abidinbin.blogspot.com)
https://jaenal-abidinbin.blogspot.com/2012/06/kegiatan-dan-pihak-pihak-yang-
terlibat.html#:~:text=Dalam%20leasing%20ada%20beberapa%20pihak-pihak
%20yang%20terlibat,%20yaitu,pihak%20Lesse%20dalam%20bentuk
%20penyediaan%20barang%20modal.%202.

15

Anda mungkin juga menyukai