Makalah
Kelompok :
MANAJEMEN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya maka kami dapat menyelesaikan
makalah kami mengenai “Bank Indonesia dan Sewa Guna Usaha (Leasing)” dapat
kami selesaikan dengan baik.
Penulisan makalah ini bertujuan guna memenuhi salah satu tugas Mata
Kuliah “Pasar Keuangan dan Lembaga Keuangan”. Disamping itu makalah ini di
harapkan dapat dijadikan sarana pembelajaran serta dapat menambah wawasan
dan pengetahuan bagi pembaca.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang
membangun dari berbagai pihak. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan....................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................6
2.1 Tujuan Bank Indonesia............................................................................6
2.2 Tugas Bank Indonesia..............................................................................6
2.3 Hubungan dengan Pemerintah.................................................................7
2.4 Hubungan dengan Lembaga Lainnya......................................................7
2.5 Pengertian Sewa Guna Usaha (Leasing)..................................................8
2.6 Jenis-jenis Leasing...................................................................................8
2.7 Kegiatan Leasing......................................................................................9
2.8 Pihak-pihak yang terlibat dalam Leasing...............................................10
2.9 Mekanisme Leasing...............................................................................10
2.10 Perkembangan Leasing di Indonesia......................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1. Apa sajakah tujuan Bank Indonesia.
2. Apa sajakah tugas-tugas Bank Indonesia.
3. Apa sajakah hubungan dengan Pemerintah.
4. Apa sajakah hubungan dengan Lembaga.
5. Apakah pengertian Sewa Guna Usaha (Leasing).
6. Apa sajakah jenis-jenis leasing.
7. Apa sajakah kegiatan leasing.
8. Siapakah pihak-pihak yang terlibat.
9. Apa sajakah mekanisme leasing.
10. Bagaimanakah perkembangan leasing di Indonesia.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Maka dari itu, Bank Indonesia
memiliki beberapa tugas seperti:
1. Menjaga kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa.
2. Menjaga kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain.
3. Membuat dan mengawasi regulasi untuk semua bank yang ada di Indonesia.
4. Melakukan penelitian dan juga pemantauan.
5. Menyimpan uang kas negara dan memberikan bantuan dana kepada Bank-
bank di Indonesia yang sedang mengalami krisis.
7
rencana dan realisasi anggaran tahunan kepada pemerintahan dan DPR. Dalam
hubungannya dengan BPK, Bank Indonesia wajib menyampaikan laporan
keuangan tahunan kepada BPK.
8
barang saja, untuk harga barang dan biaya lainnya nanti akan ditanggung oleh
pihak lessor.
3. Sales Type Lease
Sales type lease atau lease penjualan merupakan jenis leasing yang biasanya
dikerjakan oleh perusahaan industri yang melakukan penjualan lease barang dari
hasil produknya. Terdapat dua jenis pendapatan yang dapat diakui, yaitu
pendapatan dari hasil jual barang dan pendapatan dari bunga pembelanjaan selama
kurun waktu lease.
4. Leverage Lease
Leverage lease merupakan jenis perusahaan leasing yang melibatkan pihak
ketiga. Artinya, pihak lessor tidak membayar objek leasing sebanyak 100%, tapi
hanya sekitar 20% sampai 40% saja. Sisanya nanti akan ditanggung oleh pihak
ketiga tersebut.
5. Cross Border Lease
Cross border lease adalah jenis perusahaan leasing yang dikerjakan antar
negara. Artinya pihak lessor dan lesse tidak ada dalam satu negara yang sama,
namun berada di dua negara yang berbeda. Biasanya jenis leasing ini hanya
melakukan leasing pada barang yang memiliki nominal sangat besar seperti
produk pesawat terbang airbus atau boeing.
9
lease-kan dan keuntungan bagi pihak lessor. Dalam perjanjian sewa guna usaha
tidak memuat ketentuan mengenai hak opsi bagi lesse. Dalam praktik kegiatan
operating lease pihak lessor sengaja membeli barang modal yang kemudian
dileasekan pada pihak lesse. Biaya yang dikenakan lesse adalah biaya untuk
memperoleh barang yang dibutuhkan lesse beserta bunganya.
Keterangan Gambar:
10
1. Lesse menghubungi pemasok untuk pemilihan dan penentuan jenis barang,
spesifikasi, harga, jangka waktu penagihan, dan jaminan purna jual atas
barang yang akan disewa.
2. Lesse melakukan negoisasi dengan lessor mengenai kebutuhan pembiayaan
barang modal. Dalam hal ini, lesse dapat meminta lease quotation yang tidak
mengikat dari lessor. Dalam quotation terdapat syarat-syarat pokok
pembiayaan leasing, antara lain: keterangan barang, harga barang, cash
security deposit, residual value, asuransi, biaya administrasi, jaminan uang
sewa (lease rental), dan persyaratan-persyaratan lainnya.
3. Lessor mengirimkan letter of offer atau commitment letter kepada lesse yang
berisi syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai barang modal
yang dibutuhkan, lesse menandatangani dan mengembalikannya kepada
lessor.
4. Penandatangan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhi lesse,
dimana kontrak tersebut mencakup hal-hal: pihak-pihak yang terlibat, hak
milik, jangka waktu, jasa leasing, opsi bagi lesse, penutupan asuransi,
tanggung jawab dan objek leasing, perpajakan jadwal pembayaran angsuran
sewa dan sebagainya.
5. Pengiriman order beli kepada pemasok disertai instruksi pengiriman barang
kepada lesse sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang telah disetujui.
6. Pengiriman barang dan pengecekan barang oleh lesse sesuai pesanan serta
menandatangani surat tanda terima dan perintah bayar selanjutnya
diserahkan.
7. Penyerahan dokumen oleh pemasok kepada lessor termasuk faktur dan bukti-
bukti kepemilikan barang lainnya.
8. Pembayaran oleh lessor kepada pemasok.
9. Pembayaran sewa (lease payment) secara berkala oleh lesse kepada lessor
selama masa leasing yang seluruhnya mencakup pengembalian jumlah yang
dibiayai beserta bunganya.
11
II.10 Perkembangan Leasing di Indonesia
Lembaga leasing di Indonesia mulai ada pada tahun 1973, yang kemudian
diatur oleh pemerintah sejak tahun 1974 dan diikuti dengan peraturan-peraturan
yang lain. Sehingga jelaslah bahwa perkembangan leasing di Indonesia masih
sangat muda sekali, bahkan masih banyak masyarakat yang tidak mengenal istilah
leasing. Pada umumnya yang memahami leasing adalah pengusaha-pengusaha
tingkat atas, karena transaksi leasing yang dapat memanfaatkan adalah mereka.
Dan usaha leasing ini belum terjangkau oleh golongan Pegem (pengusaha
golongan ekonomi menengah) dan Pegel (pengusaha golongan ekonomi lemah).
Kehadiran industri pembiayaan (multi finance) di Indonesia sesungguhnya
belumlah terlalu lama, terutama bila dibandingkan dengan di negara-negara maju.
Dari beberapa sumber, diketahui industri ini mulai tumbuh di Indonesia pada
1974. Kelahirannya didasarkan pada surat keputusan bersama (SKB) tiga menteri,
yaitu Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan.
Setahun setelah dikeluarkannya SKB tersebut, berdirilah PT Pembangunan
Armada Niaga Nasional pada 1975. Kelak, perusahaan tersebut mengganti
namanya menjadi PT (Persero) PANN Multi Finance. Kemudian, melalui
Keputusan Presiden (Keppres) No.61/1988, yang ditindaklanjuti dengan SK
Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988, pemerintah membuka lebih luas
lagi bagi bisnis pembiayaan, dengan cakupan kegiatan meliputi leasing, factoring,
consumer finance, modal ventura dan kartu kredit.
Sebagai sesama industri keuangan, perkembangan industri leasing relatif
tertinggal dibandingkan yang lain, perbankan, misalnya. Terlebih lagi bila
dibandingkan dengan perbankan pasca Pakto 1988. Pada era inilah bank muncul
dan menjamur bagai musim hujan. Deregulasi yang digulirkan pemerintah di
bidang perbankan telah membuahkan banyak sekali bank, walaupun dalam skala
gurem. tetapi banyak kalangan menuding, justru Pakto 88 inilah menjadi biang
keladi suramnya industri perbankan di kemudian hari. Puncaknya, terjadi pada
1996 ketika pemerintah melikuidasi 16 bank. Langkah itu ternyata masih diikuti
dengan dimasukkannya beberapa bank lain dalam perawatan Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN).
12
Meski demikian, perusahaan pembiayaan juga mampu berkembang cukup
mengesankan. Hingga saat ini leasing di Indonesia telah ikut berkiprah dalam
pembiayaan perusahaan. Jenis barang yang dibiayai pun terus meningkat. Jika
sebelumnya hanya terfokus pada pembiayaan transportasi, kini berkembang pada
keperluan kantor, manufaktur, konstruksi dan pertanian. Hal ini mengindikasikan
multi finance kian dikenal pelaku usaha nasional.
Ada beberapa hal menarik jika kita mencermati konsentrasi dan
perkembangan perusahaan leasing. Pada era 1989, misalnya, industri ini di
Indonesia cenderung berupaya memperbesar aset. perburuan aset tersebut
diantaranya disebabkan tantangan perekonomian menuntut mereka tampil lebih
besar, sehat dan kuat. Perusahaan yang tidak beranjak dari skala semula, tampak
terguncang-guncang dana akhirnya tutup sama sekali.
Dengan aset dan skala usaha yang besar, muncul anggapan perusahaan
lebih andal dibandingkan yang lain. Bagi yang kapasitasnya memang terbatas,
mereka berupaya agar tetap tampil megah dan gagah. Maka, dimulailah saling
lirik dan penjajakan di antara sesamanya. Skenario selanjutnya, banyak
perusahaan leasing yang melakukan penggabungan menjadi satu grup.
Tampaknya, langkah ini membuahkan hasil positif. Selain modal dan aset
menggelembung, kredibilitas dan penguasaan pasar pun ikut terdongkrak.
Namun gairah menggelembungkan aset tersebut berangsur-angsur mulai
pudar. Karena pada tahun berikutnya (1990), industri leasing mulai kembali pada
prinsip dasar ekonomi. mereka lebih mengutamakan keuntungan yang sebesar-
besarnya.
Sebetulnya, berubahnya orientasi ini dipicu oleh kian sengitnya persaingan
di industri leasing. Akibatnya, kehati-hatian menjadi agak terabaikan. Indikasinya,
persyaratan untuk memperoleh sewa guna usaha menjadi semakin longgar.
Bahkan, kabarnya di Bengkulu, orang bisa mendapatkan sewa guna usaha hanya
dengan menyerahkan selembar kartu tanda penduduk (KTP).
Pada tahun 1991, kembali terjadi perubahan besar-besaran pada
perusahaan pembiayaan. Seiring dengan kebijakan uang ketat (TMP = tight
money policy) – yang lebih dikenal dengan Gebrakan Sumarlin I dan II – suku
13
bunga pun ikut meroket naik. Akibatnya, banyak kredit yang sudah disetujui
terpaksa ditunda pencairannya.
14
DAFTAR PUSTAKA
https://www.bi.go.id/id/tentang-bi/profil/governance/process.aspx#floating-5
https://brainly.co.id/tugas/21346174
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sewa_guna_usaha
https://accurate.id/akuntansi/pengertian-leasing/
https://www.kajianpustaka.com/2020/12/leasing-sewa-guna-usaha.html?m=1
abidin: PERKEMBANGAN LEASING DI INDONESIA (jaenal-
abidinbin.blogspot.com)
https://jaenal-abidinbin.blogspot.com/2012/06/kegiatan-dan-pihak-pihak-yang-
terlibat.html#:~:text=Dalam%20leasing%20ada%20beberapa%20pihak-pihak
%20yang%20terlibat,%20yaitu,pihak%20Lesse%20dalam%20bentuk
%20penyediaan%20barang%20modal.%202.
15