Anda di halaman 1dari 23

TUGAS PASAR KEUANGAN DAN LEMBAGA KEUANGAN

BANK INDONESIA DAN SEWA GUNA USAHA(LEASING)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3

Ni Made Dwi Apsari Natalia (03/2002612010471)

Kadek Trisnayanti (05/2002612010474)

Ni Made Widya Sari (06/2002612010475)

Ni Luh Made Yuniastari (13/2002612010483)

PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Bank Indonesia dan Sewa Guna
Usaha (Leasing). Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pasa
r Keuangan dan Lembaga Keuangan. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat men
ambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Serta pembaca dapat mengetahui tentang
Bank Indonesia dan tentang sewa guna usaha (Leasing).

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karna itu, kami sa
ngat mengarapkan kritik dan saran dari pada dosen dan para pembaca untuk melengkapi segal
a kekurangan dan kesalahan dari malakah ini. Akhir kata, kami mengucapkan terimaksih.

Denpasar, 17 Pebruari 2022

Penulis

DAFTAR ISI

II
KATA PENGANTAR.............................................................................................................II
DAFTAR ISI..........................................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................6
1.3 Tujuan............................................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................8
2.1 Definisi Bank Indonesia................................................................................................8
2.2 Sejarah Bank Indonesia.................................................................................................8
2.3 Tujuan Bank Indonesia..................................................................................................9
2.4 Tugas Bank Indonesia...................................................................................................9
2.5 Hubungan Bank Indonesia dengan Pemerintah...........................................................10
2.6 Hubungan Bank Indonesia dengan Lembaga lainnya.................................................12
2.7 Visi dan Misi Bank Indonesia.....................................................................................12
2.8 Definisi Sewa Guna Usaha (Leasing).........................................................................13
2.9 Jenis – jenis Sewa Guna Usaha...................................................................................13
2.10 Kegiatan Sewa Guna Usaha......................................................................................15
2.11 Pihak – pihak Yang Terlibat......................................................................................15
2.12 Mekanisme Sewa Guna Usaha..................................................................................17
2.13 Perkembangan Sewa Guna Usaha.............................................................................17
BAB III PENUTUP................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................22
3.2 Saran............................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23

III
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank Indonesia merupakan lembaga yang memiliki peran penting dalam perekono
mian terutama dibidang moneter, keuangan, dan perbankan. Bank Indonesia dibentuk den
gan tujuan sosial ekonomi tertentu yang menyangkut kepentingan nasional atau kesejahter
aan umum, seperti stabilitas harga dan perkembangan ekonomi, dan disisi lain dalam suat
u sistem perbankan, ketiadaan kordinator dan regulator yang tidak berpihak akan mengaki
batkan bank-bank tidak dapat melaksanakan operasinya secara efisien. Peran Bank Indon
esia akan tercermin dari tugas utama yang diembannya, yaitu menetapkan dan melaksana
kan kebijakan moneter, mengatur dan mengawasi bank, serta menjaga kelancaran sisitem
pembayaran.

Salah satu pelaksanaan tugas Bank Indonesia adalah dibidang sistem pembayaran
yang bisa dikatakan telah berakar sejak masa De Javasche Bank (DJB). Sebagai bank sirk
ulasi untuk Bank Hindia Belanda, De Javasche Bank telah berpengalaman dalam melaksa
nakan sisitem pembayaran, baik pembayaran tunai, maupun pembayaran non tunai. Ketik
a De Javasche Bank berganti menjadi Bank Indonesia pada 1 juli 1953, tugas pelaksanaan
sisitem pembayaran itu kembali dimantapkan dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 1953
atau Undang-Undang pokok Bank Indonesia 1953 pada pasal 7 ayat 2 sebagai berikut: “B
ank menyelenggarakan pengedaran uang itu terdiri dari uang kertas bank, mempermudah
jalannya uang giral di Indonesia dan memajukan jalannya pembayaran dengan luar neger
i”. Sejak saat itu Bank Indonesia menyelenggarakan pengedaran uang melalui jaringan ka
ntor-kantor cabangnya ke seluruh wilayah Indonesia.

Leasing sebagai salah satu sistem pembiayaan mempunyai peranan dalam peningk
atan pembangunan perekonomian Nasional. Usaha Leasing dapat membantu badan-badan
dan pengusaha-pengusaha Indonesia, terutama pengusaha industri kecil, dalam mengatasi
cara pembiayaan untuk memperoleh alat-alat perlengkapan maupun barang-barang modal
yang mereka perlukan, yang juga berarti meingkatkan pembangunan perekonomian Nasio
nal.

4
Kemudian pemilihan penggunaan jasa perusahaan leasing juga dipengaruhi oleh k
euntungan yang diperoleh pengguna jasa leasing apabila dbandingkan dengan perjanjian y
ang lainnya. Secara umum beberapa segi keuntungan leasing adalah:

1. Penghematan modal

Dengan adanya sistem pembiayaan melalui leasing, maka lessee bisa didapatk
an dana untuk membeli peralatan atau mesin-mesin untuk proses produksinya hingga
sebesar 100% dari harga barang tersebut. Dengan demikian lessee bisa memanfaatkan
modal yang sudah ada untuk keperluan lain misalnya membiayai proyek-proyek lainn
ya sebagai cadangan untuk pembiayaan musiman dan lain-lain.

2. Sangat flexible

Pengertian flexible ini bersifat sangat luas yang merupakan ciri utama bagi kel
ebihan leasing dibandingkan dengan kredit dari bank.

3. Sebagai sumber dana

Leasing merupakan salah satu sumber dana bagi perusahaan-perusahaan indus


try maupun perusahaan komersil lainnya Mekanisme untuk memperoleh dana yaitu de
ngan melalui sale and lease back atas aset yang sudah dimiliki oleh lessee.

4. On atau off balance sheet

Tanpa adanya maksud-maksud melakukan window dressing, leasing sesuai de


ngan kebutuhannya bisa dibukukan dengan menggunakan on atau off balance sheet.

5. Menguntungkan cash flow

Fleksibilitas dari penentuan besarnya rental sangat menguntungkan cash flow.


Untuk suatu investasi di mana pendapatan penjualan diperoleh secara musiman atau j
uga di mana keuntungan baru bisa diperoleh pada masa-masa akhir investasi maka bes
arnya rental juga bisa disesuaikan dengan kemampuan cash flow yang ada.

6. Menahan pengaruh inflasi

Dalam keadaan inflasi, lessee mengeluarkan biaya rental yang sama. Dengan d
emikian nilai riil dari rental tersebut telah berkurang. Atau bisa dikatakan bahwa lesse
e membayar hari ini dengan perhitungan nilai mata uang kemarin.

7. Sarana kredit jangka menengah dan jangka panjang

5
Terutama sekali d Indonesia, saat ini dirasakan sangat sulit untuk mendapatka
n dana pinjaman rupiah untuk jangka menengah dan jangka panjang. Untuk mengatasi
hal tersebut, leasing merupakan salah satu alternatif yang bisa memenuhi kebutuhan i
ni.

8. Dokumentasinya sangat sederhana

Leasing biasanya menggunakan dokumentasi yang sudah standar. Adalah lebi


h simple bagi lessee untuk melakukan transaksi leasing yangberikutnya dengan mengi
kuti dokumentasi yang sudah ada dibandingkan dengan merundingkan pinjaman baru
dari bank.

9. Berbagai biaya yang ada bisa dikelompokkan dalam satu paket

Sebagai akibat dari pembelian suatu barang akan menimbulkan biayabiaya ant
ara lain berupa biaya pengiriman, biaya pemasangan, konsultan fee, biaya down paym
ent dan termasuk juga biaya premi asuransi. Semua biaya-biaya tersebut bisa digabun
g menjadi satu dengan harga barang untuk kemudian diamortisasikan sepanjang masa
leasing.

Maka dengan uraian tersebut, mendorong keinginan kami untuk membahas dan m
emahami lebih dalam tentang Bank Indonesia dan Sewa Guna Usaha (Leasing).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan – permasalahan dala


m makalah ini dapat didefinisikan sebagai berikut.

1. Apakah yang dimaksud dengan Bank Indonesia?


2. Bagaimana sejarah dari Bank Indonesia?
3. Apakah tujuan dari Bank Indonesia?
4. Apa saja tugas – tugas dari Bank Indonesia?
5. Bagaimana hubungan Bank Indonesia dengan pemerintah?
6. Bagaimana hubungan Bank Indonesia dengan Lembaga lainnya?
7. Apa saja visi dan misi dari Bank Indonesia?
8. Apakah yang dimaksud dengan sewa guna usaha (leasing)?
9. Apa saja jenis – jenis dari sewa guna usaha (leasing)?
10. Bagaimana kegiatan dari sewa guna usaha (leasing)?
11. Siapa saja pihak-pihak yang terlibat dalam sewa guna usaha (leasing)?

6
12. Bagaimana mekanisme dari sewa guna usaha (leasing)?
13. Bagaimana perkembangan sewa guna usaha (leasing) di Indonesia?

1.3 Tujuan

1. Dapat mengetahui tentang Bank Indonesia.


2. Dapat mengetahui sejarah dari Bank Indonesia.
3. Dapat mengetahui tujuan dari Bank Indonesia.
4. Dapat mengetahui tugas-tugas dari Bank Indonesia.
5. Dapat mengetahui hubungan Bank Indonesia dengan pemerintah.
6. Dapat mengetahui hubungan Bank Indonesia dengan lembaga lainnya.
7. Dapat mengetahui visi dan misi dari Bank Indonesia.
8. Dapat memahami tentang sewa guna usaha (leasing).
9. Dapat mengetahui jenis-jenis dari sewa guna usaha (leasing).
10. Dapat mengetahui bagaimana kegiatan dari sewa guna usaha (leasing).
11. Dapat mengetahui siapa saja pihak – pihak yang terlibat dalam sewa guna usaha (leas
ing).
12. Dapat mengetahui bagaimana mekanisme dari sewa guna usaha (leasing).
13. Dapat mengetahui bagaimana perkembangan sewa guna usaha (leasing) di Indonesia.

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah bank sentral Republik Indonesia. Dimana merupakan lemb
aga negara yang independen, bebas dari campur tangan Pemerintah dan/atau pihak-pihak l
ainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang. Pihak luar ti
dak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia juga
berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari piha
k manapun juga. Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indon
esia dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efekti
f dan efisien.

2.2 Sejarah Bank Indonesia

Sejarah Bank Indonesia adalah dimulai pada tahun 1828, tepatnya saat masa peme
rintahan Hindia-Belanda dengan didirikannya De Javasche Bank. De Javasche Bank berp
eran sebagai bank sentral yang bertugas untuk mencetak dan mengedarkan uang di negara
ini. Selang satu abad, yaitu pada tahun 1953, De Javasche Bank berganti nama menjadi B
ank Indonesia dan mengalihfungsikannya. Saat itu Bank Indonesia adalah bank sentral ya
ng mempunyai tiga fungsi utama yaitu sistem pembayaran, perbankan, dan moneter.

Selanjutnya, pemerintah juga memberikan wewenang kepada Bank Indonesia untu


k melaksanakan fungsi bank komersial sama seperti pendahulunya yaitu De Javasche Ban
k. Lalu pada tahun 1968, UU yang mengatur tentang Bank Indonesia diterbitkan oleh pem
erintah dan berisi aturan tentang tugas dan kedudukan Bank Indonesia. Undang-Undang t
ersebut di antaranya juga bertujuan sebagai pembeda dengan bank-bank komersial lainny
a.

Selain itu, tugas lain dari Bank Indonesia adalah membantu pemerintah dalam me
ningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat. Memasuki era baru pada tahun 1999, we
wenang dan tugas utama baru Bank Indonesia adalah mencapai dan menjaga nilai rupiah
agar tetap stabil. Tugas dan wewenang Bank Indonesia tersebut diatur dan ditetapkan dala
m Undang-Undang No.23 Tahun 1999.

Kemudian, pemerintah melakukan amandemen dengan menerbitkan Perppu Pengg


anti UU No.2 Tahun 2008 terkait perubahan kedua atas UU No.23 tahun 1999 tentang Ba

8
nk Indonesia sebagai solusi untuk memelihara stabilitas sistem keuangan negara. Fungsi d
ari amandemen UU tentang Bank Indonesia adalah meningkatkan daya tahan perbankan n
asional saat terjadi krisis global dengan cara memanfaatkan fasilitas pembiayaan jangka p
endek dari Bank Indonesia melalui peningkatan akses perbankan.

2.3 Tujuan Bank Indonesia

Tujuan utama dari Bank Indonesia adalah mencapai dan menjaga kestabilan nilai r
upiah. Berdasarkan tujuan utama Bank Indonesia tersebut, Bank Indonesia diharapkan ma
mpu mengutamakan langkah apa yang harus dilakukan serta memperkuat batasan-batasan
tanggung jawab. Maka dari itu, baik pemerintah maupun masyarakat dapat melihat kinerja
Bank Indonesia dengan transparan dan mudah

Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang mer
upakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas tersebut perlu diintegrasi agar tujuan me
ncapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien.

1. Mencapai dan Memelihara Kestabilan Nilai Rupiah.


2. Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter.
3. Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran Stabilitas Sistem Keuangan.

2.4 Tugas Bank Indonesia

Adapun tugas Bank Indonesia adalah sebagai berikut:


1. Memelihara nilai rupiah agar tetap stabil terhadap barang dan jasa.
2. Memelihara nilai rupiah agar tetap stabil terhadap mata uang asing.
3. Menyusun dan mengawasi regulasi bagi seluruh bank yang ada di Indonesia.
4. Melakukan riset dan pengamatan.
5. Menyimpan dana kas negara.
6. Menyediakan bantuan berupa suntikan dana kepadaBank-Bank yang ada di Indonesia j
ika sedang terjadi krisis.

Aspek pertama dari tugas Bank Indonesia dapat dilihat dan diukur melalui grafik p
erkembangan inflasi. Sedangkan aspek kedua bisa diukur dan dilihat berdasarkan nilai tuk
ar rupiah terhadap mata uang asing.

9
2.5 Hubungan Bank Indonesia dengan Pemerintah

Bank Indonesia bertindak sebagai pemegang kas Pemerintah. Bank Indonesia untu
k dan atas nama Pemerintah dapat menerima pinjaman luar negeri, menatausahakan, serta
menyelesaikan tagihan dan kewajiban keuangan Pemerintah terhadap pihak luar negeri.

Pasal 54

1. Pemerintah wajib meminta pendapat Bank Indonesia dan atau mengundang Bank Indo
nesia dalam sidang kabinet yang membahas masalah ekonomi, perbankan dan keuang
an yang berkaitan dengan tugas Bank Indonesia, atau masalah lain yang termasuk kew
enangan Bank Indonesia.
2. Bank Indonesia memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah mengena
i Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta kebijakan lain yang berk
aitan dengan tugas dan wewenang Bank Indonesia.

Pasal 55

1. Dalam hal Pemerintah akan menerbitkan surat-surat utang negara, Pemerintah wajib t
erlebih dahulu berkonsultasi dengan Bank Indonesia.
2. Sebelum menerbitkan surat utang negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemer
intah wajib berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat.
3. Bank Indonesia dapat membantu penerbitan surat-surat utang negara yang diterbitkan
Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
4. Bank Indonesia dilarang membeli untuk diri sendiri surat-surat utang negara sebagaim
ana dimaksud pada ayat (1), kecuali di pasar sekunder.
5. Perbuatan hukum Bank Indonesia membeli surat utang negara untuk diri sendiri tidak
di pasar sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dinyatakan batal demi hukum.

Pasal 56

1. Bank Indonesia dilarang memberikan kredit kepada Pemerintah.


2. Dalam hal Bank Indonesia melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
perjanjian pemberian kredit kepada Pemerintah tersebut batal demi hukum.

Dalam Hubungan Keuangan

10
Dalam hal hubungan keuangan dengan Pemerintah, Bank Indonesia membantu me
nerbitkan dan menempatkan surat-surat hutang negara guna membiayai Anggaran Pendap
atan dan Belanja Negara (APBN) tanpa diperbolehkan membeli sendiri surat-surat hutang
negara tersebut. Bank Indonesia juga bertindak sebagai kasir Pemerintah yang menatausa
hakan rekening Pemerintah di Bank Indonesia, dan atas permintaan Pemerintah, dapat me
nerima pinjaman luar negeri untuk dan atas nama Pemerintah Indonesia.

Namun demikian, agar pelaksanaan tugas Bank Indonesia benar-benar terfokus ser
ta agar efektivitas pengendalian moneter tidak terganggu, pemberian kredit kepada Pemer
intah guna mengatasi deficit spending - yang selama ini dilakukan oleh Bank Indonesia b
erdasarkan undang-undang yang lama - kini tidak dapat lagi dilakukan oleh Bank Indones
ia.

Independensi dalam Interdependensi

Meskipun Bank Indonesia merupakan lembaga negara yang independen, tetap dip
erlukan koordinasi yang bersifat konsultatif dengan Pemerintah, sebab tugas-tugas Bank I
ndonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan-kebijakan ekonomi nas
ional secara keseluruhan. Koordinasi di antara Bank Indonesia dan Pemerintah diperlukan
pada sidang kabinet yang membahas masalah ekonomi, perbankan, dan keuangan yang be
rkaitan dengan tugas-tugas Bank Indonesia.

Dalam sidang kabinet tersebut Pemerintah dapat meminta pendapat Bank Indonesi
a. Selain itu, Bank Indonesia juga dapat memberikan masukan, pendapat, serta pertimban
gan kepada Pemerintah mengenai Rancangan APBN serta kebijakan-kebijakan lain yang
berkaitan dengan tugas dan wewenangnya.

Di lain pihak, Pemerintah juga dapat menghadiri Rapat Dewan Gubernur Bank In
donesia dengan hak bicara tetapi tanpa hak suara. Oleh sebab itu, implementasi independe
nsi justru sangat dipengaruhi oleh kemantapan hubungan kerja yang proporsional di antar
a Bank Indonesia di satu pihak dan Pemerintah serta lembaga-lembaga terkait lainnya di l
ain pihak, dengan tetap berlandaskan pembagian tugas dan wewenang masing-masing.

2.6 Hubungan Bank Indonesia dengan Lembaga lainnya

Dilihat dari sistem ketatanegaraan Republik Indonesia, kedudukan BI sebagai lem


baga negara yang independen, tidak sejajar dengan lembaga tinggi negara seperti Dewan
Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan, dan Mahkamah Agung. Kedudukan BI j

11
uga tidak sama dengan Departemen karena kedudukan BI berada di luar pemerintahan. M
eskipun BI berkedudukan sebagai lembaga negara independen, dalam melaksanakan tuga
snya, BI mempunyai hubungan kerja dan koordinasi yang baik dengan DPR, BPK, Pemer
intah, dan pihak lainnya.

Dalam hubungannya dengan Presiden dan DPR, setiap awal tahun anggaran BI me
nyampaikan informasi tertulis mengenai evaluasi pelaksanaan kebijakan moneter dan ren
cana kebijakan moneter yang akan datang. Khusus kepada DPR, pelaksanaan tugas dan w
ewenang setiap triwulan dan sewaktu-waktu bila diminta oleh DPR. Selain itu, BI menya
mpaikan rencana dan realiasasi anggaran tahunan kepada Pemerintah dan DPR. Dalam hu
bungannya dengan BPK, BI wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada BPK.

Menyadari pentingnya dukungan dari berbagai pihak bagi keberhasilan tugasnya,


BI senantiasa bekerja sama dan berkoordinasi dengan berbagai lembaga negara dan unsur
masyarakat lainnya. Beberapa kerjasama ini dituangkan dalam nota kesepahaman (MoU),
keputusan bersama (SKB), serta perjanjian-perjanjian, yang ditujukan untuk menciptakan
sinergi dan kejelasan pembagian tugas antar lembaga serta mendorong penegakan hukum
yang lebih efektif.

2.7 Visi dan Misi Bank Indonesia

Visi

Menjadi bank sentral digital terdepan yang berkontribusi nyata terhadap perekonomian na
sional dan terbaik di antara negara emerging markets untuk Indonesia maju.

Misi

1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan monete
r dan bauran Kebijakan Bank Indonesia;.
2. Turut menjaga stabilitas sistem keuangan melalui efektivitas kebijakan makroprudensi
al Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan mikroprudensial Otoritas Jasa Keuan
gan;
3. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan digital melalui penguatan kebijakan si
stem pembayaran Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan Pemerintah serta mitr
a strategis lain;

12
4. Turut mendukung stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanj
utan melalui sinergi bauran Kebijakan Bank Indonesia dengan kebijakan fiskal dan ref
ormasi struktural Pemerintah serta kebijakan mitra strategis lain;
5. Turut meningkatkan pendalaman pasar keuangan untuk memperkuat efektivitas kebija
kan Bank Indonesia dan mendukung pembiayaan ekonomi nasional;
6. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di tingkat nasional hingga di ti
ngkat daerah;
7. Mewujudkan bank sentral berbasis digital dalam kebijakan dan kelembagaan melalui
penguatan organisasi, sumber daya manusia, tata kelola dan sistem informasi yang ha
ndal, serta peran internasional yang proaktif.

2.8 Definisi Sewa Guna Usaha (Leasing)

Pengertian sewa guna usaha menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KM
K.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha: Sewa guna us
aha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara guna
usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating
lease), untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayara
n secara berkala. Selanjutnya yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan sewa g
una usaha dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli ob
jek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sebaliknya operating lease tid
ak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha.

Dari definisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sewa guna usaha mer
upakan suatu kontrak atau persetujuan sewa-menyewa. Objek sewa guna usaha adalah bar
ang modal dan pihak lessee memiliki hak opsi dengan harga berdasarkan nilai sisa.

2.9 Jenis – jenis Sewa Guna Usaha

Adapun jenis-jenis leasing yang dikenal secara umum, sebagai berikut:

1. Finance Lease (Sewa Guna Usaha Pembiayaan)


Perusahaan sewa guna usaha (Lessor) adalah pihak yang membiayai penyedia
an barang modal. Penyewa guna usaha (Lessee) biasanya memilih barang modal yang
dibutuhkan dan atas nama perusahaan sewa guna usaha, sebagai pemilik barang moda
l tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan, serta pemeliharaan barang modal yan
g menjadi obyek transaksi sewa guna usaha, melakukan pembayaran sewa guna usaha

13
secara berkala dimana jumlah seluruhnya ditambah dengan pembayaran nilai sisa (resi
dual value), kalau ada akan mencakup pengembalian harga perolehan barang modal y
ang dibiayai serta bunganya, yang merupakan pendapatan perusahaan sewa guna usah
a.
2. Operating Lease (Sewa Menyewa Biasa)
Perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal dan selanjutnya disewa-g
una-usahakan kepada penyewa guna usaha. Berbeda dengan finance lease, jumlah sel
uruh pembayaran sewa guna usaha berkala dalam operating lease tidak mencakup jum
lah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut berikut dengan
bunganya. Sebab, sewa guna usaha mengharapkan keuntungan justru dari penjualan b
arang yang disewa-guna-usahakan atau melalui beberapa kontrak sewa guna usaha lai
nnya.
3. Sales-Type Lease (Sewa Guna Usaha Penjualan)
Sewa guna usaha jenis ini merupakan transaksi pembiayaan sewa guna usaha s
ecara langsung (direct finance lease) di mana dalam jumlah transaksi termasuk laba ya
ng diperhitungkan oleh pabrikan atau penyalur yang juga merupakan perusahaan sewa
guna usaha. Sewa guna usaha jenis ini seringkali merupakan suatu jalur pemasaran ba
gi produk perusahaan tertentu.
4. Leveraged Lease.
Transaksi sewa guna usaha jenis ini melibatkan setidaknya tiga pihak, yaitu, p
enyewa guna usaha dan kreditor jangka panjang yang membiayai bagian terbesar dari
transaksi sewa guna usaha.
5. Syndicated Lease
Sewa guna usaha sindikasi ini terdiri beberapa perusahaan sewa guna usaha se
cara bersama melakukan transaksi sewa guna usaha dengan satu penyewa guna usaha
dengan nilai transaksi yang cukup besar. Dalam transaksi akan ditunjuk salah satu per
usahaan anggota sindikasi sebagai koordinator yang berhubungan dengan pihak penye
wa guna usaha dalam. melaksanakan segala sesuatu yang menyangkut transaksi sewa
guna usaha. Pelaksanaan transaksi ini dapat dilakukan baik melalui sewa guna usaha l
angsung maupun tidak langsung. merupakan perusahaan sewa guna usaha. Sewa guna
usaha jenis ini seringkali merupakan suatu jalur pemasaran bagi produk perusahaan te
rtentu.

14
2.10 Kegiatan Sewa Guna Usaha

Dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1169/KMK.


01/1991 pasal 2 ayat 1, disebutkan bahwa kegiatan sewa guna usaha terbagi kedalam
dua jenis, yaitu Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi (Finance Lease) dan Sewa Guna
Usaha Tanpa Hak Opsi (Operating Lease). Kegiatan sewa guna usaha digolongkan se
bagai sewa guna usaha dengan hak opsi apabila memenuhi semua kriteria berikut :

1. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama dita
mbah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan baran
g modal dan keuntungan lessor.
2. Masa sewa guna usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang
modal Golongan I, 3 (tiga) tahun untuk barang modal Golongan II dan III, dan 7 (t
ujuh) tahun untuk Golongan bangunan.
3. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.

Sedangkan kegiatan sewa guna usaha digolongkan sebagai sewa guna usaha ta
npa hak opsi apabila memenuhi semua kriteria berikut:

1. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama tidak
dapat menutupi harga perolehan barang modal yang disewa guna usahakan ditamb
ah keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor.
2. Perjanjian sewa guna usaha tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.

2.11 Pihak – pihak Yang Terlibat

Untuk melakukan kegiatan leasing pasti melibatkan empat pihak yang berkepenti
ngan yaitu; lessor, lesse, supplier, dan bank atau kreditor

1. Lessor
Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaa
n kepada pihak lesse dalam bentuk barang modal. Lessor dalam financial lease bertuju
an untuk mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai penye
diaan barang modal dengan mendapatkan keuntungan.
Sedangkan lessor dalam operator lease, bertujuan mendapatkan keuntungan da
ri penyediaan barang serta pemberiaan jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan
serta pengoperasian barang modal tersebut.
2. Lesse

15
Lesse adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk
barang modal dari lessor. Lesse dalam financial lease bertujuan mendapatkan pembia
yaan berupa barang atau peralatan dengan cara pembayaran angsuran atau secara berk
ala. Pada akhir kontrak leasing, lesse memiliki hak opsi atas barang tersebut, maksudn
ya pihak lesse memiliki hak untuk membeli barang tersebut berdasarkan nilai sisa. Da
lam operating lease, lesse dapat memenuhi kebutuhan peralatannya di samping tenaga
operator dan perawatan alat tersebut tanpa resiko bagi lesse terhadap kerusakan.

3. Supplier.

Suppiler adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan baran


g untuk dijual kepada lesse dengan pembayaran secara tunai oleh lessor. Dalam meka
nisme financial lease, supplier langsung menyerahkan barang kepada lesse tanpa mela
lui pihak lessor sebagai pihak yang memberikan pembiayaan. sebaliknya dalam operat
ing lease, supplier menjual barangnya langsung kepada lessor dengan pembayaran ya
ng sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, yaitu secara tunai atau berkala.

4. Bank atau kreditor

Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditor tidak terliba


t secara langsung dalam kontrak leasing, namun pihak bank memegang peranan dalam
hal penyediaan dana kepada lessor terutama dalam mekanisme leverage lease dimana
sumber dana pembiayaan lessor diperoleh melalui kredit bank. Pihak supplier dalam h
al ini tidak tertutup kemungkinan menerima kredit dari bank.untuk memperoleh baran
g-barang yang nantinya akan dijual sebagai objek leasing kepada lesse atau lessor.

5. Asuransi
Asuransi adalah perusahaan yang akan menanggung risiko terhadap perjanjian
antar lessor dengan lessee. Dalam hal ini lessee dikenakan biaya asuransi dan apabila t
erjadi sesuatu, maka perusahaan akan menanggung resiko sebesar sesuai dengan perja
njian terhadap barang yang dileasingkan.

2.12 Mekanisme Sewa Guna Usaha

Sewa guna usaha sendiri membantu perusahaan-perusahaan yang baru saja dirint
is atau memiliki kondisi finansial menengah ke bawah. Proses sewa guna usaha melibatk
an beberapa pihak sekaligus, yakni perusahaan pembiayaan sebagai lessor, nasabah seba

16
gai lessee, penjual yang menyediakan barang modal sebagai supplier, serta asuransi seba
gai pihak yang menanggung risiko dari sewa guna usaha.

Setiap perusahaan pembiayaan akan memberikan perjanjian yang berbeda-beda,


namun umumnya memuat identitas atau informasi nasabah, jenis barang modal yang dib
utuhkan, jumlah atau nilai barang yang disewakan, ketentuan pembayaran, syarat kepem
ilikan, dan sanksi yang berlaku. Setelah perjanjian disepakati, maka perusahaan pembiay
aan akan menghubungi supplier dan pihak asuransi agar bisa memulai kegiatan sesegera
mungkin.

Biaya yang dikeluarkan oleh nasabah dalam kegiatan sewa guna usaha meliputi b
iaya administrasi yang biasanya dihitung per tahun, besar bunga dari barang yang disew
akan, dan premi asuransi sebagai penanggung risiko. Adapun biaya-biaya ini akan tercan
tum dalam perjanjian, sehingga nasabah memiliki kendali untuk menyetujui atau tidak m
enyetujuinya. Lalu, selama perjanjian sewa guna usaha masih berlaku, hak milik barang
hasil transaksi masih menjadi milik perusahaan pembiayaan.

2.13 Perkembangan Sewa Guna Usaha

Perkembangan leasing di Indonesia terjadi sejak munculnya bussiness leasing pa


da tahun 1973. Dan kemudian leasing mulai diatur sejak tahun l974, yaitu dengan dikelu
arkannya SK bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagang
an Republik Indonesia No.KEP/122/MK/IV/2/1974:No.30/Kpb/1/1974; tanggal 7 Pebru
ari 1974, mengatur tentang Perijinan Usaha Leasing. Dimana menurut SK tersebut yang
dapat melakukan usaha leasing adalah Lembaga Keuangan yang dimaksud dalam SK M
enteri Keuangan No.Kep.38/MK/IV/l/1972 dan Badan Usaha Iain non lembaga keuanga
n yang bergerak dalam bidang leasing, tennasuk subsidiary dari suatu Lembaga keuanga
n, perwakilan tunggal (pasal 1). Pada tahun yang sama diterbitkan SK Menteri Keuanga
n Republik Indonesia No.Kcp.649/MK/5/1974tanggal7Pebruari 1974. yang menegaskan
tentang Surat Keputusan Bersama tentang aturan perijinan usaha leasing yang terdiri 8 p
asal. Kemudian diterbitkan SK Menteri Keuangan No.Kep.650/MK/IV/1974, tentang pe
rpajakan atau yang bersangkutan dengan perpajakan, SK Menteri Keuangan Republik In
donesia No.125/KMK.013/1988 tentang ketentuan dan tata cara Pelaksanaan lembaga pe
mbiayaan dan Keputusan Menteri Keuangan No. 961/ KMK.04/1983 tentang tarip peny
usutan digolongkan menjadi beberapa golongan.

17
Perkembangan leasing yang didukung dengan peraturan-peraturan tersebut sanga
t mendukung perkembangan leasing di Indonesia. Tidak dapat kita pungkiri walaupun sa
ngat pesat dan dapat mengikuti perkembangan dalam pembiayaan-pembiayaan perusaha
an khususnya dibidang ekonomi. Leasing dapat maju dan berkembang seiring dan sejala
n dengan unsur-unsur lain yang mempengaruhi pesatnya perkembangan perekonomian d
i Indonesia. Dan lebih mengesankan karena leasing merupakan salah satu altematif yang
sangat relevan bagi perusahaan, baik dipandang dari segi pendanaan,pengoperasian,fleks
ibilitas atau bahkan sampai pengaruhnya dalam perbaikan neraca. Karena kenyataannya
yang diterapkan dalam leasing bukan hanya sekedar operating lease yaitu sewa menyew
a biasa akan tetapi leblh dltujukan pada operasional leasing sebagai capital lease.

Perusahaan leasing di Indonesia sudah cukup banyak, walaupun masih dalam tar
af Peges. Dan jenis-jenis barang yang dibiayai leasing makin banyak yang pada mulanya
hanya pembiayaan di bidang transportasi, sekarang telah berkembang pada sektor indust
ri, konstruksi, pertanian dan lebih banyak pada sektor yang lain. Hal ini menandakan lea
sing semakin dimengerti oleh masyarakat khususnya usahawan Peges. Kesadaran masya
rakat untuk membuka leasing karena adanya dorongan pemerintah yang melakukan dere
gulasi adanya kemudahan bagi perusahaan- perusahaan asing yang dapat menanamkan
modalnya di Indonesia. Serta didukung adanya era globalisasi,makin memudahkan kom
unikasi. Karena informasi dari hasil komunikasi sangat memacu pertumbuhan ekonomi s
uatu bangsa khususnya bangsa Indonesia. Karena dengan cepat dan tepatnya suatu infor
masi akan memudahkan bagi para pengusaha untuk menjual barangnya baik ke dalam m
aupun ke luar, sehingga akan mendorong tingkat produktivitas, yang akhimya memerluk
an modal untuk meningkatkan hasil produksinya. Sehingga dengan adanya perusahaan l
easing dapat membantu mereka yang mempunyai tingkat produktivitas tinggi akan tetapi
tidak memiliki cukup dana untuk menyediakan aktiva yang akan digunakan untuk proses
produksinya. Karena dengan cara menyewa produsen memerlukan dana yang lebih kecil
apabila dibandingkan dengan harus membeli untuk menyediakan aktiva tersebut. Maka
jalan satu-satunya untuk memperoleh dana secara cepat adalah leasing.

Tetapi dengan hal tersebut mengakibatkan kesalahan dalam penafsiran leasing, y


ang hanya dianggap sebagai sumber pembiayaan sama dengan mencari pinjaman pada b
ank. Padahal fungsi leasing tidak hanya sekedar .memberikan pembiayaan, akan tetapi le
asing dapat merupakan sarana untuk menunjang kemajuan usaha, misalnya dalam pola p
eningkatan efisiensi barang modal, menggunakan tax benefit yang ada untuk membuat e

18
fisiensi permodalan usaha, karena menurut SK Menteri Keuangan No. 650, pengerahan
atas jasa yang dilakukan perusahaan leasing tidak tennasuk utang pajak penjualan. Oleh
karena itu perusahaan leasing jangan dipandang hanya sekedar altematif pencarian pemb
iayaan saja, akan tetapi merupakan lembaga yang lebih canggih.

Dalam perkembangannya perusahaan leasing di Indonesia makin tahun makin be


rkembang, hal ini dapat dilihat scmakin banyaknya perusahaan leasing yang ada di Indo
nesia yaitu dari hanya 3 buah perusahaan tahun 1975 menjadi 17 pada tahun 1982, meni
ngkat 47 tahun 1984 dan mcnjadi 83 tahun 1987 dan akhimya pada lahun 1990 menjadi
112 perusahaan leasing.

Dunia bussines leasing mengalami persaingan yang hebat pada tahun 1989, hal i
ni dikarenakan adanya kelonggaran perijinan membuka perusahaan leasing oleh pemerin
tah. Sehingga mulai tahun ini sesama perusahaan leasing saling bersaing untuk merebut
pasaran. Kalau pada tahun- tahun sebelumnya leasing tidak perlu dipromosikan akan teta
pi mulai tahun ini mulai dipromosikan, sehingga mereka kini tidak lagi memburu profit t
etapi memburu asset. Hal ini dapat ditengarai adanya peningkatan asset dari tahun ketah
un, pada 1986 penerimaan asset dari seluruh perusahaan termasuk leasing Rp. 1.197.197.
043.530 sedangkan tahun 1987 menjadi Rp. 1.625.888.153.797 yang berarti ada tingkat
kenaikan 35% dan tahun 1988 Rp.1.750.643.326.292,- yang berarti meningkat sebesar 7
%. Kalau dibandingkan kenaikan tahun 1987 dan tahun 1988. maka pada penurunan dari
25% menjadi 7,7%. Akan tetapi hal ini disebabkan karena kurangnya komunikasi antara
perusahaan leasing dan pemerintah serta kemalasan perusahaan leasing untuk memberik
an laporan.

Tahun 1988 merupakan tahun penurunan perusahaan leasing. Akan tetapi pada ta
hun ini banyak perusahaan baru yang mengajukan perijinan untuk membuka perusahaan
leasing. Dan pada tahun 1988 sampai 1989 merupakan tahun promosi perusahaan leasin
g atau semacamnyan walaupun tujuannya untuk meningkatkan assetnya belum tercapai
pada tahun 1990 perusahaan leasing menurunkan suku bunganya. Tujuan perusahaan lea
sing untuk meningkatkan assetnya adalah agar dapat memperoleh pinjaman atau kerjasa
ma. Hal ini disebabkan karena adanya persaingan yang ketat, sehingga perusahaan leasin
g dituntut untuk menambah pembiayaannya, karena perusahaan leasing merupakan peru
sahaan padat modal.

19
Setelah tahun 1989 dimana perusahaan leasing berlomba-lomba untuk meningkat
kan assetnya, karena banyaknya perusahaan leasing dan guncangan perekonomian, sehin
gga mereka dituntut untuk terampil lebih besar, sehat dan kuat sehingga mereka mendap
at kepercayaan. Oleh sebab itu mereka bergabung menjadi group-group, sehingga munc
ul group-group perusahaan leasing di Indonesia. Pengelompokkan perusahaan ini tidak s
aja terjadi pada perusahaan leasing akan tetapi juga pada jenis perusahaan lain. Pengaruh
dari group ini sangat besar terhadap perekonomian di Indonesia, tidak saja pada kredibili
tasnya akan tetapi juga pengaruhnya terhadap penguasaan pasar. Group-group ini yang s
ekarang dikenal masyarakat sebagai konglomerat- konglomerat. Maka pada akhir tahun
1990, karena kepercayaan masyarakat dan kekuatan group-group tersebut, maka perusah
aan leasing tidak lagi berburu asset akan tetapi kembali pada tujuannya semula untuk me
mperoleh profit, walaupun persaingan antar perusahaan masih sangat ketat, sehingga terj
adi penurunan suku bunga pada tahun l990.

Pada tahun 1991 telah terjadi perubahan dalam tubuh perusahaan- perusahaan lea
sing, karena adanya pengetatan uang sehingga kredit-kredit yang telah ditandatangi terpa
ksa ditunda, apalagi didukung adanya kenaikan suku bunga, maka perusahaan leasing ag
ar dapat memperoleh kredit baik dari dalam atau luar negeri untuk membiayai perusahaa
nnya, maka mereka melakukan penggabungan perusahaan. Sehingga sampai saat ini mas
ih terjadi peleburan- peleburan perusahaan leasing agar mereka menjadi lebih besar. Ta
mpaknya perusahaan leasing mengalami kemajuan pesat, dengan semakin besamya peru
sahaan leasing, akan tetapi disisi lain merupakan kendala bagi perusahaan-perusahaan ke
cil yang ingin memanfaatkan sumber pembiayaan dari perusahaan leasing. Dengan sema
kin besarnya perusahaan leasing, memungkinkan ruang geraknya lebih maju dan mulai
mengarah pada pasar luar negeri.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

De Javasche Bank berperan sebagai bank sentral yang bertugas untuk mencetak
dan mengedarkan uang di negara ini. Bank Indonesia juga bertindak sebagai kasir
Pemerintah yang menatausahakan rekening Pemerintah di Bank Indonesia, dan atas
permintaan Pemerintah, dapat menerima pinjaman luar negeri untuk dan atas nama
Pemerintah Indonesia.

Sewa guna usaha merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa-menyewa.


Perusahaan sewa guna usaha (Lessor) adalah pihak yang membiayai penyediaan barang
modal. Berbeda dengan finance lease, jumlah seluruh pembayaran sewa guna usaha
berkala dalam operating lease tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh barang modal tersebut berikut dengan bunganya. Sebab, sewa guna usaha
mengharapkan keuntungan justru dari penjualan barang yang disewa-guna-usahakan atau

21
melalui beberapa kontrak sewa guna usaha lainnya. Sewa guna usaha jenis ini
merupakan transaksi pembiayaan sewa guna usaha secara langsung (direct finance lease)
di mana dalam jumlah transaksi termasuk laba yang diperhitungkan oleh pabrikan atau
penyalur yang juga merupakan perusahaan sewa guna usaha. Sewa guna usaha sindikasi
ini terdiri beberapa perusahaan sewa guna usaha secara bersama melakukan transaksi
sewa guna usaha dengan satu penyewa guna usaha dengan nilai transaksi yang cukup
besar. merupakan perusahaan sewa guna usaha.

3.2 Saran

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan kepada para
pembaca. Kami mengharapkan kritik dan sarannya untuk memperbaiki cara penulisan
dari karya tulis kami.

DAFTAR PUSTAKA

“Profil.” 2022. Bi.go.id. 2022. https://www.bi.go.id/id/tentang-bi/profil/default.aspx.


“Bank Indonesia: Sejarah Berdiri, Fungsi, Dan Tujuannya.” 2022. Ocbcnisp.com. 2022. https
//www.ocbcnisp.com/id/article/2022/01/03/bank-indonesia-adalah.
“UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG B
ANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN RE
PUBLIK INDONESIA.” n.d. https://ojk.go.id/waspada-investasi/id/regulasi/Documents/
UU_No_23_1999_Bank_Indonesia.pdf.
“Governance.” 2022. Bi.go.id. 2022. https://www.bi.go.id/id/tentang-bi/profil/governance/pro
cess.aspx#:~:text=Hubungan%20dengan%20Lembaga%20Lain,-Dilihat%20dari%20sist
em&text=Kedudukan%20BI%20juga%20tidak%20sama,%2C%20Pemerintah%2C%20d
an%20pihak%20lainnya.
Harrison, W., Gania, G., & Pujiati, D. (n.d.). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sewa Guna
Usaha (Leasing) 2.1.1 Pengertian Sewa Guna Usaha. https://elibrary.unikom.ac.id/id/epr

22
int/300/8/UNIKOM_ANNISA%20NUR%20FARIDA_14.BAB%20II%20Tinjauan%20
Pustaka.pdf
www.facebook.com/pusatinvestor. (2017, July 26). Siapa saja pihak-pihak yang terlibat dala
m usaha “leasing.” PusatInvestor. https://pusatinvestor.com/siapa-saja-pihak-pihak-yan
g-terlibat-dalam-usaha-leasing/
Perusahaan Sewa Guna: Arti, Cara Kerja, dan Jenis - Advance Innovations. (2021, Decembe
r 22). Advance Innovations. https://www.ad-ins.com/id/perusahaan-sewa-guna/#:~:text=
Bagaimana%20Cara%20Kerja%20Sewa%20Guna%20Usaha%3F&text=Proses%20sewa
%20guna%20usaha%20melibatkan,risiko%20dari%20sewa%20guna%20usaha
Muchlisin Riadi. (2020, December 3). Leasing (Pengertian, Jenis, Bentuk, Mekanisme, Keleb
ihan dan Kekurangan). Kajianpustaka.com; Blogger. https://www.kajianpustaka.com/20
20/12/leasing-sewa-guna-usaha.html

23

Anda mungkin juga menyukai