Anda di halaman 1dari 18

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PRODI PERBANKAN SYARIAH


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN


LEMBAGA KEUANGAN BANK DAN NON BANK

DOSEN PENGAMPU :KEMALA PUJI S.E.I.M.E

KELOMPOK 2 :

1.ARJUN FAHROJI (2251020197)

2.FAJAR KURNIAWAN (2251020221)

3.NADIA DAMAYANTI (2251020101)

4.PUTRI SALMA (2251020269)

5. HIDAYATUL FAJRIA (2251020333)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah dengan judul “Lembaga Keuangan Bank
(Bank dan BPR) & NON Bank (Asuransi, dana pensiun, pegadaian, perusahaan
investasi/reksadana, lembaga pembiayaan leasing, fintech pinjol)”

Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi besar Baginda
Muhammad saw yang telah menjadikan suri tauladan bagi umat diseluruh alam. Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Penyusun menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pembuatan-pembuatan
makalah yang akan datang.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................. i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................

1.3 Tujuan Pembahasan............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian,fungsi dan peranan lembaga keuangan bank dan non bank..............................

2.2 jenis-jenis lembaga keuangan bank dan non bank .............................................................

2.3 sejarah dan perkembangan lembaga keuangan bank dan non bank …………………….

2.4 pengenalan sistim keuangan di indonesia ..........................................................................

2.5 studi kasus yang terjadi…………………………………………………...........................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan........................................................................................................................

3.2 Daftar Pustaka


BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Lembaga keuangan merupakan badan usaha atau institusi di bidang jasa keuangan
yang bergerak dengan cara menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya untuk
pendanaan serta dengan mendapatkan keuntungan dalam bentuk bunga atau persentase.
Meski demikian, kegiatan usaha lembaga ini dapat berupa penghimpunan dana saja,
menyalurkan dana saja, atau keduanya sekaligus. Misalnya deposito, giro, tabungan. Selain
menghimpun juga memberikan jasa pelayanan keuangan kepada masyarakat. Lembaga ini
biasanya menawarkan jasa sama seperti bank yang memudahkan dalam transaksi keuangan.

Adapun jasa layanan masyarakat yang di berikan oleh lembaga keuangan bank adalah
sebagai berikut: Jasa pemindahan uang (transfer), Jasa penagihan (inkaso), Jasa penjualan
mata uang asing (valas), Jasa safe deposit box, Jasa kliring (clearing), Travelers cheque, Bank
card, Bank draft, Letter of credit (L/C), Dll.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu Lembaga Keuangan


2. Apa saja fungsi dan peranan Lembaga Keuangan
3. Apa saja jenis-jenis Lembaga Keuangan
4. Sejarah dan perkembangan Lembaga Keuangan
5. Pengenalan sistim keuangan di Indonesia
6. Mengetahui studi kasus yang terjadi

1.3 TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Untuk mengetahui apa itu Lembaga Keuangan


2. Untuk mengetahui fungsi dan peranan Lembaga Keuangan
3. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Lembaga Keuangan
4. Untuk mengetahui pengenalan sistim keuangan di Indonesia
5. Untuk mengetahui studi kasus yang terjadi
BAB ll

PEMBAHASAN

Pengertian Lembaga Keuangan


Lembaga Keuangan merupakan badan usaha atau institusi di bidang jasa keuangan
yang bergerak dengan cara memberikan fasilitas jasa layanan keuangan, menghimpun dana
dari masyarakat, dan menyalurkannya kembali untuk pendanaan ke berbagai kegiatan
keuangan yang mempengaruhi jalannya perekonomian. Tak hanya itu, Lembaga Keuangan
juga perlu memutar arus uang dalam perekonomian dengan mendapatkan keuntungan dalam
bentuk bunga atau persentase.
Contoh proses pengumpulan dana yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan yang
cukup konvensional antara lain, seperti penyediaan layanan penyimpanan dana (tabungan)
dan contoh dari kegiatan proses penyaluran dana, yaitu penyediaan jasa pinjaman (kredit).

Fungsi Lembaga Keuangan

1. Memberikan jaminan keamanan penyimpanan uang

Lembaga Keuangan yang berdiri di bawah hukum Indonesia, tentunya segala kegiatannya
akan diawasi dan aktivitas bisnisnya harus sesuai dengan aturan yang ada. Salah satu
aturannya, yaitu memberikan jaminan moral dan hukum pada nasabah agar mereka merasa
aman dan percaya, bahwa dana yang mereka miliki tersimpan secara utuh. Kemudian akan
dikembalikan saat jatuh temponya tiba, misalnya untuk tabungan deposito.

2. Memberikan informasi pada nasabah


Masyarakat yang menggunakan jasa Lembaga Keuangan wajib mendapatkan informasi
lengkap tentang produk keuangan yang digunakannya. Melalui Lembaga Keuangan, nasabah
dapat menerima informasi yang telah diberikan dan pengetahuan sejelas-jelasnya untuk
kepentingannya .
Misalnya, saat nasabah ingin mengambil produk KPR, pihak bank wajib memberikan
informasi tentang produk KPR dari A sampai Z.
3. Melancarkan pertukaran produk yang menggunakan kredit dan uang tunai

Lembaga Keuangan pun berfungsi melancarkan jasa pertukaran produk yang mencakup
barang dan jasa menggunakan sistem kredit atau uang tunai. Misalnya, nasabah yang ingin
memiliki rumah dapat melakukan pembayaran melalui KPR lewat Bank.

4. Sebagai alat transaksi untuk segala kegiatan

Lembaga Keuangan juga berfungsi menyediakan alat transaksi yang bisa digunakan di
mana
saja untuk berbagai macam keperluan. Contohnya, seperti transfer antar bank, pembayaran
tagihan harian, hingga ke pembayaran untuk belanja.

5. Memberikan pembiayaan untuk usaha dan kebutuhan konsumtif

Dalam hal ini, Lembaga Keuangan berfungsi menghimpun dana masyarakat dan kemudian
memutarnya kembali, melalui produk pinjaman yang tersedia untuk pembiayaan sesuai
keperluan nasabah.1

1
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-lembaga-keuangan/. Diakses pada 8 Sep,2022
Jenis-Jenis Lembagaan
Berdasarkan jenisnya, Lembaga Keuangan di Indonesia terbagi menjadi dua jenis, yaitu
lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank.
1. Lembaga Keuangan Bank
Lembaga Keuangan Bank (depository financial institution) adalah Lembaga
Keuangan yang memberikan fasilitas dan jasa perbankan bagi masyarakat. Baik dalam
penyimpanan, pembayaran, dan pemberian dana.
Sederhananya, Lembaga Keuangan Bank merupakan lembaga perantara keuangan
yang didirikan dengan wewenang untuk menerima dan menghimpun simpanan uang,
meminjamkan uang, serta menerbitkan banknote
2. Lembaga Keuangan Non-Bank
Lembaga Keuangan Non-Bank (non-depository financial institution) atau Lembaga
Keuangan Bukan Bank (LKBB) adalah lembaga keuangan yang melakukan proses
penghimpunan dana dengan cara mengeluarkan surat-surat berharga.
Selain itu, Lembaga Non-Bank juga memberikan berbagai jasa keuangan dan menarik
dana dari masyarakat secara deposito atau tidak langsung.

Contoh Lembaga Keuangan Bank


1. Bank Sentral
Bank Sentral bertanggung jawab untuk menstabilkan sistem moneter di suatu negara.
Masing-masing negara punya Bank Sentral. Di Indonesia, Bank Sentral yang diandalkan
adalah Bank Indonesia. Tentunya, Bank Indonesia harus selalu memastikan nilai mata uang
Rupiah stabil, agar dapat memberikan kestabilan juga pada perekonomian masyarakat.
2. Bank Komersial (Bank Umum)
Bank Komersial juga kita kenal sebagai Bank Umum, yaitu badan usaha yang
memberikan
jasa perbankan pada masyarakat secara konvensional atau dengan sistem syariah. Bank
Umum menyediakan jasa keuangan, seperti tabungan, deposito, giro, KPR, kredit multiguna,
dan lainnya.

3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)


BPR merupakan Bank yang yang menerima simpanan dalam bentuk deposito berjangka,
menyediakan pinjaman dan layanan keuangan lainnya pada masyarakat di wilayah terpencil.
Oleh karena itu, BPR biasanya berada di pedesaan dan lokasi lainnya yang jauh dari pusat

Contoh Lembaga Keuangan Bukan Bank

1.Perusahaan Asuransi

Dalam perusahaan asuransi tentunya menyediakan jasa proteksi pada para nasabahnya.
Agar
dapat mendapatkan proteksi itu, nasabah diwajibkan membayar premi sesuai ketentuan.
Nasabah pun bisa mendapatkan berbagai macam proteksi, mulai dari proteksi jiwa, proteksi
yang berkaitan dengan kesehatan, proteksi ketika bepergian, dan lainnya.

2. Pegadaian

Pegadaian adalah Lembaga Keuangan Non-Bank yang menyediakan kredit dengan


jaminan.
Masyarakat bisa mendapatkan pinjaman dengan syarat menjaminkan hartanya. Contoh harta
yang bisa dijaminkan adalah perhiasan, alat elektronik, kendaraan bermotor, dan lainnya.

3. Pasar Modal (Bursa Efek)

Pasar modal juga menjadi salah satu jenis Lembaga Keuangan Non-Bank andalan. Melalui
pasar modal, nasabah bisa bertransaksi menggunakan surat-surat berharga, seperti saham,
surat utang atau obligasi, hingga reksa dana2

2
https://eosteknologi.com/mengenal-lebih-dalam-apa-itu-sistem-keuangan/
Sejarah dan Perkembangan Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank

Pada tanggal 10 Oktober 1827, Indonesia masih dijajah Belanda, didirikan sebuah Bank di
Batavia dengan nama De Javasche Bank. Tujuan utama pendirian bank tersebut adalah untuk
meningkatkan perekonomian pemerintahan Belanda. Setelah Indonesia merdeka pada tahun
1951, De Javasche Bank dinasionalisasikan dan berganti nama menjadi Bank
Indonesia.Pendrian Bank oleh orang pribumi pertama kali dirintis oleh R. Aria Wiraatmadja,
seorang patih dari Purwokerto, tahun 1896. R. Wiraatmadja mendirikan Hulpen Spaar Bank
(Bank penolong dan tabungan).

Tujuan pendirian bank ini adalah untuk membantu peranggotaannya agar tidak jatuh ke
tangan yang suka memeras rakyat.Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan
adalah pada zaman kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Usaha perbankan ini berkembang ke
Asia Barat oleh para pedagang. Bila ditelusuri sejarah dikenalnya perbankan, arti bank dikenal
sebagai meja tempat penukaran uang. Dalama perjalanan sejarah kerajaan dimasa dahulu
penukaran uang dilakukan antara kerajaan yang satu dengan kerajaan lain.

Kegiatan penukaran ini sekarang dikenal dengan nama pedagang Valuta Asing (Money
Changer). Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan operasional perbankan berkembang lagi
menjadi tempat penitipan uang atau yang sekarang ini kegiatan simpanan. Kegiatan perbankan
bertambah dengan kegiatan peminjaman uang. Uang yang disimpan masyarakat, oleh
perbankan dipinjamkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan. Jasa-jasa bank
lainnya menyusul sesuaiperkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin
beragam

Perkembangan perbankan di Indonesia

Dalam dunia perbankan di Indonesia kurang waktu belakangan ini mengalami berbagai macam
perubahan. Ada 4 macam periode yang terjadi di Indonesia:

Periode 1988 – 1996

Dikeluarkannya paket deregulasi 27 Oktober 1988, antara lain berupa relaksasi ketentuan
permodalan untuk pendirian bank baru telah menyebabkan munculnya sejumlah bank umum
berskala kecil dan menengah. Pada akhirnya, jumlah bank umum di Indonesia membengkak
dari 111 bank pada Oktober 1988 menjadi 240 bank pada tahun 1994-1995, sementara jumlah
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) meningkat drastis dari 8.041 pada tahun 1988 menjadi 9.310
BPR pada tahun 1996

Periode 1997 – 1998

Bank Indonesia, pemerintah dan jasa lembaga-lembaga internasional berupaya keras


menanggulangi krisis tersebut, antara lain dengan melaksanakan rekapilitasasi perbankan yang
menelan dana lebih dari Rp 400 triliun terhadap 27 bank dan melakukan pengambilalihan
kepemlikan terhadap 7 bank lainnya.

Langkah-langkah untuk menanggulangi krisis keuangan dan perbankan:

 Penyediaan likuiditas kepada perbankan atau dikenal dengan Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia (BLBI)
 Merekapilitalisasi bank yang memiliki dampak yang signifikan terhdap
kebijakannyaMenutup bank yang bermasalah dan melakukan konsolidasi perbankan
 Mendirikan lembaga khusus untuk menangani masalah yang ada di industri Perbankan
seperti Bank Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)3

3
https://www.coursehero.com/file/53715122/BDLKdocx
Pengenalan sistem keuangan di Indonesia

Pengertian Sistem Keuangan

Sistem keuangan adalah sistem yang terdiri atas lembaga keuangan, pasar keuangan,
infrastruktur keuangan, serta perusahaan non keuangan dan rumah tangga yang saling
berinteraksi dalam pendanaan dan/atau penyediaan pertumbuhan perekonomian.”

Sistem keuangan pada setiap negara tidak bisa berjalan dengan semestinya karena sangat
bergantung pada stabilitas sistem itu sendiri. Stabilitas sistem keuangan yang baik tentu saja
akan membuat sistem keuangan nasional bisa berjalan dengan efektif dan efisien serta bisa
bertahan terhadap kerentanan internal dan eksternal.

Stabilitas sistem keuangan yang baik tentu saja akan alokasi sumber pendanaan atau
pembiayaan bisa memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan stabilitas sebuah negara.
Stabil atau tidaknya sistem keuangan di dalam sebuah negara tidak bisa dilihat dari
faktor-faktor yang menjadi penyebab instabilitas sektor keuangan. Salah satunya adalah
kegagalan pasar yang yang disebabkan oleh faktor struktural maupun perilaku.
Faktor lain yang menentukan stabilitas keuangan adalah globalisasi yang didukung dengan
perkembangan teknologi.

Supaya perekonomian negara bisa memiliki pondasi yang sangat kokoh, sangat penting
untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi
maupun evaluasi sistem keuangan secara berkesinambungan.

Dengan begitu, negara bisa meminimalisir bahkan mencegah resiko yang sangat
membahayakan sistem keuangan. Jika tidak dilakukan identifikasi dan evaluasi, potensi
keuangan negara bisa saja memiliki risiko yang meluas dan berdampak pada sistem keuangan
negara itu sendiri, bahkan bisa melumpuhkan perekonomian negara.
Seberapa Penting Stabilitas Keuangan untuk Negara?

Sebagai salah satu bagian dari sistem perekonomian, sistem keuangan tentu saja
memiliki peranan yang sangat penting untuk negara. Sistem ini akan mengatur berbagai hal
yang sangat erat kaitannya dengan aktivitas, produk, dan transaksi keuangan.

Untuk fungsi sistem keuangan itu sendiri yaitu mengalokasikan dana dari pihak yang
sedang mengalami kelebihan dana (surplus) kepada pihak yang tengah mengalami
kekurangan dana (defisit). Keduanya perlu dilakukan secara seimbang supaya sistem
keuangan bisa tetap berjalan secara efektif dan efisien.

Sistem perbankan menjadi salah satu bagian dari sistem keuangan suatu negara. Di
dalam sistem perbankan, lembaga keuangan perbankan akan mengumpulkan dana dari
masyarakat yang memiliki dana berlebih melalui produk keuangan yang tersedia seperti
tabungan, giro, dan deposito.

Kemudian lembaga perbankan akan menyalurkan dana yang telah terkumpul itu ke
masyarakat lain yang tengah membutuhkan melalui pinjaman atau kredit4

4
https://eosteknologi.com/mengenal-lebih-dalam-apa-itu-sistem-keuangan/
Studi kasus yang terjadi
Kasus Bank Century mencuat ketika Pemerintah melalui Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS menyuntikkan modal sebesar Rp 6,76 triliun untuk menyelamatkan
bank tersebut. Jumlah ini menjadi begitu besar dan menarik perhatian masyarakat
karena dana penyelamatan Bank Century semula diperkirakan hanya sebesar Rp 632
miliar. Kenaikan jumlah ini mengakibatkan berbagai tudingan kepada Bank Indonesia
(BI) dan Departemen Keuangan sebagai penentu kebijakan penyelamatan Bank
Century pada 20 November 2008 melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan.

Dari kasus ini isu utama yang dipermasalahkan adalah mengenai tepat atau
tidaknya keputusan penyelamatan Bank Century oleh Pemerintah pada November
2008. Pemerintah melalui BI dan Departemen Keuangan berpendapat bahwa
penyelamatan Bank Century melalui suntikan dana tersebut sudah tepat dengan alasan
untuk menghindari risiko sistemik yang mungkin timbul dari ditutupnya bank tersebut
sehingga dikhawatirkan terulangnya kembali krisis keuangan seperti tahun 1998 lalu.

Atas keputusan ini banyak pihak menilai bahwa keputusan menyelamatkan


Bank Century tidak tepat. Selain menggunakan uang negara yang merupakan uang
rakyat alasan mengenai kemungkinan terjadinya risiko sistemik kurang bisa
dipertanggungjawabkan. Menurut pihak yang tidak setuju dengan penyelamatan bank
ini ditutupnya Bank Century tidak akan mengganggu kestabilan sistem perbankan
negara kita karena secara market share Bank Century hanya mempunyai mencakup
0,1% jumlah nasabah perbankan di Indonesia.

Selain itu aset Bank Century hanya berjumlah 0,3% dari total aset perbankan
Indonesia. Mereka juga yakin bahwa penutupan Bank Century tidak akan
menimbulkan rush pada sistem Perbankan Nasional atau pun terulangnya krisis
keuangan tahun 1998.
Systemic Risk
Waktu itu alasan utama Pemerintah untuk menyelamatkan Bank Century adalah
kekhawatiran akan terjadinya systemic risk dan rush pada sistem perbankan nasional.
Penutupan Bank Century pada waktu terjadinya krisis keuangan global (November
2008) dikhawatirkan membawa dampak berantai yang parah seperti kasus 1998.

Penutupan Bank Century diperkirakan akan mengakibatkan kepanikan pada


nasabahnya. Kepanikan ini mendorong nasabah-nasabah lain akan berbondong-
bondong menarik uangnya pada banyak bank. Terutama bank-bank kecil sekelas
Century dan memindahkan ke bank-bank yang lebih besar.

Sebagai akibatnya bank-bank besar pun akan terkena dampaknya dan terjadilah
kelumpuhan sistem perbankan. Akibat lebih jauh adalah merosotnya kredibilitas
sistem perbankan nasional sehingga akan terjadi capital outflows secara besar-
besaran. Hal ini akan berpengaruh terhadap investasi nasional, country risk, dan
sistem ekonomi Indonesia secara keseluruhan.

Sebenarnya terjadinya systemic risk tersebut merupakan kemungkinan


yang bisa terjadi atau tidak terjadi sama sekali. Probabilitas dari terjadinya systemic
risk ini akan meningkat apabila kondisi perekonomian dan perbankan secara global
sedang tidak sehat.

Kerugian ini akan berakibat pada keuangan negara baik secara langsung atau pun
tidak langsung. Secara langsung Pemerintah harus mengeluarkan anggaran untuk
menyelamatkan dan mengembalikan dana-dana para nasabah. Secara tidak langsung
Pemerintah akan mengeluarkan biaya yang besar untuk memulihkan perekonomian
melalui berbagai instrumen kebijakan baik moneter maupun fiskal.

Selain itu memburuknya situasi perekonomian akan menyebabkan menurunnya


penerimaan negara dari sektor pajak. Penurunan dari sisi penerimaan dan peningkatan
dari sisi pengeluaran merupakan risiko fiskal yang bersifat langsung dan dirasakan
dampaknya secara langsung. Secara tidak langsung kerugian yang ditimbulkan karena
systemic risk tersebut akan berpengaruh terhadap kemajuan Negara di masa depan.

Dalam kasus Century dapat kita lihat bahwa kebijakan yang diambil oleh
Pemerintah menyebabkan Pemerintah harus mengeluarkan dana talangan sebesar Rp
6,76 triliun untuk mencegah terjadinya kerugian yang lebih besar yang diperkirakan
mencapai Rp 30 triliun. Artinya jika Pemerintah tidak melakukan bail out terhadap
Bank Century kemungkinan kerugian dan biaya yang harus ditanggung oleh
Pemerintah diperkirakan malah akan membengkak dan mencapai Rp 30 triliun. Dana
talangan tersebut berasal dari LPS yang modal awalnya berasal dari keuangan Negara
sehingga kasus seperti ini.

Pengelolaan Risiko
Melihat potensi kerugian yang begitu besar diperlukan langkah-langkah yang tepat guna
mencegah atau meminimalisir akibat terjadinya systemic risk tersebut. Hal-hal yang bisa
dilakukan antara lain menyusun langkah-langkah antisipasi dalam rangka pengelolaan risiko
dan perbaikan pada sistem perbankan dan keuangan Negara ini.

Selain itu diperlukan juga langkah-langkah darurat yang dirasa perlu untuk menjaga
stabilitas sistem keuangan pada saat-saat kritis yang membutuhkan penanganan sesegera
mungkin. Sebagai langkah antisipasi diperlukan suatu mekanisme semacam Early Warning
System yang baik untuk memantau dan memberikan laporan berkala kepada instansi yang
berwenang mengawasi perbankan.

Hasil dari pemantauan tersebut akan dijadikan dasar untuk menilai bagaimana kondisi
perekonomian pada umumnya dan sistem perbankan pada khususnya. Laporan ini akan
ditindaklanjuti oleh unit yang berwenang untuk melakukan langkah-langkah preventif yang
harus dilakukan.
Proses yang tidak kalah penting untuk mendukung pengelolaan risiko yang baik
adalah adanya keterbukaan pengawasan dari pihak berwenang secara benar. Peran
pemantauan dan pengawasan ini merupakan langkah yang menentukan dalam pengelolaan
risiko tersebut.
Peraturan ini juga harus memuat berbagai kewenangan yang jelas kepada pejabat Negara
yang berhak mengambil keputusan terkait proses pengelolaan risiko sistem perbankan.
Dengan demikian perangkat analisis dan peraturan yang baik diharapkan bisa mengurangi
polemik dan potensi risiko sehingga kasus seperti Century tidak terjadi lagi di masa yang
akan datang.5

5
Baca artikel detiknews, "Kasus Bank Century dan Risiko Keuangan Negara" selengkapnya https://news.detik.com/opini/d-
1247526/kasus-bank-century-dan-risiko-keuangan-negara.
BAB lll

PENUTUP

Kesimpulan

lembaga keuangan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkan kepada masyarakat dalam meningkatkan taraf hidup
masyarakat sedangkan lembaga keuangan non bank adalah suatu lembaga yang yang
menjalankan kegiatan di bank namun tidak selengkap di bank.

Jenis – jenis lembaga keuangan non bank yaitu asuransi, leasing, anjak piutang (factoring),
modal ventura, kartu kredit dan lembaga pembiayaan konsumen.

Peranan lembaga keuangan non bank dalam mengembangkan perekonomian dalam


masyarakat sangatlah penting karna lembaga keuangan non bank bisa di jadikan pilihan
kedua dalam mengembangkan suatu usaha dan membantu kelompok masyarakat yang tidak
terfasilitasi oleh bank.

DAFTAR PUSTAKA
Kasmir,dr,2012,bank dan lembaga keuangan PT.rajagrafindo persada,Jakarta

Kasmir,dr,2015,dasar dasar perbankan,PT,raja grafindo persada,Jakarta

Martono,SU,drs,bank dan lembaga keuangan lain,ekonosia ,yogyakarta

Martono "Kasus Bank Century dan Risiko Keuangan Negara"


selengkapnya https://news.detik.com/opini/d-1247526/kasus-bank-century-dan-risiko-
keuangan-negara.

Anda mungkin juga menyukai