Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SUMBER PENDANAAN JANGKA PANJANG : UTANG DAN SAHAM


PREFEREN
Dosen pengampu:
Sucitra Dewi, SE, M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 2
1. Agnes Meydelita 228320196
2. Dea Ayunda 228320175
3. Dinda Indriani 228320181
4. Grace Nababan 228320200
5. Renaldo Sinaga 228320201
6. Rifanda Ramadhan 228320144

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang maha esa atas segala rahmatnya
sehingga makalah terkait “Sumber Pendanaan jangka panjang : Utang dan Saham Preferen”
dapat tersusun dan selesai tepat waktu. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada ibu
Sucitra Dewi selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Keuangan, dan para pembaca
maupun pendengar.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Hormat Kami

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... 1


BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG .......................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ...................................................... 4
C. TUJUAN MASALAH .......................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 5
A. INTERMEDIASI DAN DISINTERMEDIASI ................... 5
B. OBLIGASI ........................................................................... 7
C. PINJAMAN DARI LEMBAGA KEUANGAN .................. 9
D. SAHAM PREFEREN .......................................................... 12
BAB III PENUTUP ............................................................................. 14
A.KESIMPULAN ..................................................................... 14
B. SARAN.................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Di samping kepemilikan (saham), perusahaan bisa menerbitkan
instru panjang Bagian ini membicaraka mempunyai jangka waktubitkan
instru instrumen utang jangka panjang Instrumen ang jangka panjang mah
bunganya janji yang dikeluarkan oleh pensamen untuk membayar
sejumlah bunga tertentu dan pokok pinjaman selama jangka waktu tertentu.
Instrumen utang bisa dijual langsung ke investor melalui surat berharga
(sekuritas) yang bernama obligasi. Obligasi bisa dijual ke publik, bisa juga
dijual langsung ke investor tertentu (biasanya investor besar atau disebut
juga investor institusi), Cara yang terakhir sering disebut juga sebagai
penjualan ke investor nonpublik (privately placed debt). Di samping
melalui penerbitan obligasi, perusahaan juga bisa langsung meminjam ke
perbankan atau lembaga keuangan nonperbankan. Pinjaman tersebut
merupakan ins utang. Perbedaannya dengan obligasi adalah obligasi
merupakan sekuritas dan bisa diperjualbelikan dengan lebih mudah.
Penerbitan olibligasi bisa dianggap sebagai proses sekuritisasi (penerbitan
sekuritas) yang mencoba melewati (by-pass) lembaga intermediasi seperti
perbankan.

2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud intermediasi dan disintermediasi?

2. Apa yang dimaksud obligasi?

3. Bagaimana pinjaman dari lembaga keuangan?

4. Apa yang dimaksud saham preferen?

3. TUJUAN MASALAH

1. Mengetahui yang dimaksud dengan intermediasi dan disintermediasi.


2. Mengetahui yang dimaksud dengan obligasi.
3. Mengetahui cara pinjaman dari lembaga keuangan.
4. Mengetahui yang dimaksud dengan saham preferen.

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. INTERMEDIASI DAN DISINTERMEDIASI

Intermediasi adalah penghubung, sedangkan intermediator yaitu pialang


yang memudahkan perdagangan barang dan jasa yang bertindak sebagai
seorang “perantara” untuk para pelaku transaksi1. Intermediasi yang dimaksud
disini yang mencakup perantara dalam bidang keuangan yang memberikan
pelayanan dan jasa. Intermediasi keuangan adalah proses pembelian surplus
dana dari unit ekonomi, yaitu sektor usaha, Lembaga pemerintah, dan individu
(rumah tangga) untuk tujuan penyediaan dana bagi unit ekonomi surplus ke unit
ekonomi defisit-defisit.
Disintermediasi merupakan kebalikan dari proses intermediasi.
Disintermediasi berarti proses penarikan dana dari lembaga keuangan oleh
penabung dan meminjamkan dana tersebut kepada peminjam. Dengan kata lain,
disintermediasi merupakan pengalihan dana dari metode pembiayaan tidak
langsung menjadi metode pembiayaan langsung atau semi langsung.Penabung
menarik dana simpanannya di bank kemudian membelikannya saham, obligasi,
atau surat berharga lainnya melalui broker

Dalam bagan di atas, ada dua pihak yang penting yaitu pihak surplus dana
dan pihak defisit dana. Pihak surplus pihak mempu nyai kelebihan kas Sebagai
contoh, suatu keluarga mempunyai penghasilan Rp5 juta per bulan Pengeluaran
per bulan harga mempunyai pengengan demikian, setiap bulannya, keluarga
tersebut mempunyai surplus dana sebesar Rp2 juta, Pihak defisit dana adalah
pihak yang kebutuhan dananya melebihi pemasukannya. Sebagai contoh,
perusahaan kebutuhan dana sekian miliar rupiah untuk keperluan investasi,
sementara kas yang dipegang kurang dari jumlah tersebut. Pasar keuangan
bertujuan mempertemukan kedua pihak tersebut, sehingga terjadi transfer dana
dari pihak surplus ke pihak defisit dana dengan cara yang efisien.

Pada pinjaman dari bank, bank bertindak sebagai intermediator (pe- nengah)
antara investor (pihak surplus dana) dengan perusahaan (pihak defisit dana)

5
Kedua pihak tersebut mempunyai banyak perbedaan dan prefe- rensi. Sebagai
contoh, investor menginginkan tabungan yang likuid (jangka pendek atau bisa
diambil sewaktu-waktu) dan dengan denominasi yang kecil (misal Rp10 juta).
Sebaliknya, perusahaan (khususnya untuk kecan investasi jangka panjang)
menginginkan pinjaman yang bersifat jangka panjang (misal 20 tahun) dengan
denominasi yang tinggi (misal Rp100 miliar). Tidak ada kesesuaian antara
preferensi pihak surplus dana dengan pihak defisit dana. Tanpa penengah, tidak
akan terjadi transaksi antara kedua pihak tersebut.
Untuk menjembatani ketidaksesuaian semacam itu, bank, sebagai inter-
mediator, menerbitkan tabungan jangka pendek sehingga bisa mengakomo- dasi
keinginan investor (surplus dana), kemudian memberikan pinjaman bersifat
jangka panjang kepada perusahaan sehingga bisa mengakomodasi
keinginan perusahaan. Bank dalam hal ini mengubah klaim (aser) atau
menciptakan klaim (aset) untuk mengakomodasi keinginan pihak-pihak yang
berbeda tersebut Untuk pelayanan tersebut, bank memperoleh spread bunga
tabungan dengan bunga pinjaman. Dalam contoh di atas, bank menawarken
tingkat bunga tabungan sebesar 15%. Kemudian bank meminjamkan dengan
tingkat bunga 20%. Selisih pinjaman dengan tabungan sebesar 5% merupa kan
spread bank, yang merupakan penghasilan bank, dan sekaligus bisa dianggap
sebagai kompensasi jasa penengah (intermediasi) yang dilakukan
oleh perbankan.
Obligasi mencoba melewati (mem-by-pass) pihak intermediator Pihak
perusahaan menerbitkan obligasi dan menjual secara langsung ke pihak surplus
dana. Cara semacam itu diharapkan bisa menurunkan biaya transaksi Dalam
contoh di atas, perusahaan bisa menawarkan tingkat bunga obligasi sebesar
17,5% Tingkat bunga tersebut lebih rendah dibandingkan dengan tingkat bunga
pinjaman bank. Dari sisi investor, tingkat bunga 17,5% tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan tingkat bunga tabungan. Baik investor maupun
perusahaan diuntungkan dalam situasi tersebut.
Kenapa bank tetap muncul jika kehadirannya malah membuat
pasarkeuangan tidak efisien? Tentu saja pasar keuangan tidak atau belum
seefisien yang kita harapkan. Kehadiran bank bisa membantu memperlancar
aliran modal dari pihak surplus ke pihak defisit dana. Dengan kata lain, bank
bisa membuat pasar keuangan lebih efisien. Ada jasa lain yang diberikan oleh
bank yang belum terlihat dalam skema di atas. Menjembatani preferensi
investor dan perusahaan yang berbeda merupakan salah satu fungsi dari bank.
Mengurangi asimetri informasi antara investor dengan perusahaan merupa- kan
fungsi lain. Investor tidak tahu banyak mengenai prospek perusahaan. Bank,
dengan keunggulan skala ekonomis (bisa menyewa analis) bisa menganalisis
prospek perusahaan lebih baik dibandingkan dengan investor individual. Bank
diperlukan untuk menjembatani ketimpangan informasi ter- sebut.

Jika pasar menjadi semakin efisien dan sempurna (misal kemajuan tek nologi
informasi memungkinkan investor individu bisa mengakses informasi
perusahaan) membuat permintaan terhadap jasa yang diberikan perbankan bisa
berkurang. Dalam situasi tersebut peranan perbankan menjadi berkurang.

6
Dengan kata lain akan terjadi proses disintermediasi (mem-by-pass bank).
Proses disintermediasi semacam itu sempat mengkhawatirkan perbankan,
sehingga bank mulai memperbanyak proporsi pendapatan di luar spread
pinjaman-tabungan. Bank mulai melirik fee dari jasa perbankan lainnya (fee
based income). Contoh fee based income adalah fee dari jasa pembukaan Letter
of Credit/LC untuk perdagangan luar negeri. Tentunya pasar keuangan tidak
akan pernah sempurna 100%, sehingga peranan perbankan sebagai
intermediator masih.

2. OBLIGASI
Obligasi merupakan instrumen utang yang dikeluarkan oleh perusahaan dan
dijual ke investor. Penjualan bisa dilakukan melalui bursa keuangan dan
dicatatkan (Public Placement) atau bisa langsung dijual ke investor potensial
(Private Placement). Struktur obligasi pada umumnya relatif sederhana.
Perusahaan mengeluarkan surat berharga (surat utang) yang menjanjikan
pembayaran pada periode tertentu. Kemudian surat utang tersebut memuat
beberapa perjanjian yang lebih spesifik.

2.1 Kontrak Perjanjian Obligasi


Surat Perjanjian Kontrak (Indenture) dan Wali Amanat (Trustee).
Kontrak yang menjelaskan janji (kewajiban) perusahaan dan hak investor
(pembeli obligasi) diatur secara terinci dalam surat perjanjian yang sering
disebut sebagai bond indenture. Pembeli obligasi relatif besar (banyak) dan
kebanyakan akan mengalami kesulitan memahami perjanjian yang ditulis di
bond indenture tersebut. Masalah semacam ini diselesaikan melalui bond
trustee (perwalian) yang bertugas menjadi wakil pemegang obligasi. Dalam
contoh di atas, PT BRI menjadi perwalian (wali amanat) obligasi yang diter-
bitkan oleh PT Jasa Marga. Secara umum kontrak obligasi bisa mencakup
beberapa hal: (1) Kontrak dasar obligasi, (2) Penjelasan jaminan yang
dipakai, (3) Detail pembatasan, (4) Sinking fund, dan (5) Ketentuan call.
Kontrak dasar biasanya mencakup beberapa hal seperti:
A. Nilai Nominal
B. Jangka Waktu
C. Pembayaran Bunga,
D. Atas Unjuk atau Tercatat
E. Jaminan Obligasi
F. Karaksteristik Call
G. Pembatasan
H. Sinking fund

2.2 Rating Obligasi


Rating obligasi dan juga CP di Indonesia dilakukan oleh PT Pemerintah
Efek Indonesia (PEFINDO) yang didirikan pada tahun 1993. Rating
dilakukan untuk mengevaluasikan risiko instrumen utang. Dengan demikian
saham tidak dirating oleh Pefindo. Rating dilakukan melalui dua tahap.
Tahap pertama, analisis Pefindo menyiapkan review internal terhadap

7
perusahaan yang mengeluarkan instrumen utang. Analis tersebut kemudian
menyajikan review ke manajemen Pefindo untuk didiskusikan. Tahap
kedua, Rekomendasi rating diberikan kepada komite rating yang kemudian
akan menentukan rating perusahaan tersebut. Komite rating terdiri dari
analisis dan manajemen Pefindo, ditambah dua orang dari luar Pefindo
dengan tujuan untuk menjaga obyektivitas, profesionalisme, dan
independensi rating. Tabel I berikut ini menyajikan rating obligasi. Untuk
rating CP bisa dilihat pada bab sebelumnya pada pembicaraan CP (Sumber
Pendanaan Jangka Pendek).

2.3 Beberapa Variasi Obligasi


2.3.1 Obligasi Tanpa Kupon Bunga (Zero Coupon)
Biasanya obligasi membayarkan bunga tertentu sampai saat jatuh tempo.
Obligasi Jasa Marga di atas membayarkan bunga sebesar 16,5% per tahun,
bunga dibayar setiap semester. Variasi lain adalah obligasi yang tidak
membayarkan bunga sampai jatuh tempo. Pada saat jatuh tempo,
perusahaan membayarkan nilai nominal obligasi dan bunga obligasi tersebut

2.3.2. Junk Bond (Obligasi Sampah)


Obligasi dengan rating BBB (S&P) atau Baa (Moody's) atau lebih tinggi,
disebut juga sebagai obligasi dengan investment grade. Jika obligasi
mempunyai rating di bawah BBB atau Baa, maka obligasi tersebut dinama-
kan sebagai obligasi sampah (junk bond) atau low-grade bond atau high
yield bond. Junk bond terdiri dari dua jenis: (1) obligasi yang mempunyai
rating baik pada mulanya (investment grade), kemudian rating perusahaan
turun menjadi di bawah investment grade (sering disebut sebagai fallen
angels), dan (2) obligasi yang sejak awal (diterbitkan) mempunyai rating di
bawah investment grade. Pada mulanya pasar junk bond didominasi oleh
fallen angels.

8
2.3.3. Obligasi Pendapatan

Obligasi pendapatan mirip dengan obligasi biasa. Perbedaannya adalah


pembayaran bunga obligasi pendapatan dikaitkan dengan pendapatan
perusa- haan. Bunga dibayarkan kepada pemegang obligasi (kreditor) jika
penda- patan perusahaan mencukupi. Obligasi pendapatan dengan demikian
akan sangat menguntungkan perusahaan, karena kemungkinan bangkrut
karena tidak bisa membayar bunga bisa dihilangkan. Di lain pihak,
pembayaran bunga memberi manfaat penghematan pajak sama seperti
obligasi biasa. Jika obligasi pendapatan mempunyai keuntungan seperti itu,
kenapa perusahaan tidak menerbitkan obligasi pendapatan sebanyak-
banyaknya? Ada beberapa alasan yang bisa menjawab pertanyaan tersebut.
Pertama, perusahaan yang menerbitkan obligasi pendapatan memberi signal
ke pasar bahwa perusahaan sedang menghadapi masalah keuangan. Karena
itu menerbitkan obligasi pendapatan.

2.3.4 Listing Obligasi

Obligasi bisa dijual langsung ke investor. Cara semacam ini bisa di sebut
sebagai private placement. Di samping itu obligasi bisa dicatatkan (listing)
di Bursa keuangan (Bursa Efek Jakarta, sebagai contoh). Persyaratan listing
obligasi adalah:
1. Bapepam menyetujui listing obligasi perusahaan tersebut.
2. Laporan keuangan telah diaudit oleh akuntan publik yang tertar pada
Bapepam, dengan opini wajar tanpa syarat (unqualified opinion) untuk
tahun fiskal sebelumnya.
3. Nilai nominal obligasi yang dicatatkan minimal adalah Rp25 miliar.
4. Tenggang waktu dari aplikasi sampai ke tanggal efektif listing tidak boleh
lebih dari enam bulan. Umur obligasi yang tersisa minimum adalah empat
tahun.
5. Perusahaan telah beroperasi minimal tiga tahun.
6. Perusahaan telah memperoleh keuntungan selama dua tehun fiskal 7.
sebelumnya, dan tidak mengalami kerugian untuk tahun lalu.
7. Anggota direksi mempunyai reputasi yang baik.

3. PINJAMAN DARI LEMBAGA KEUANGAN


Pinjaman langsung bisa diperoleh melalui bank (lembaga bank) atau lembaga
nonbank seperti perusahaan asuransi atau dana pensiun. Istilah term loan atau
private placement sering digunakan untuk pinjaman langsung tersebut.
Meskipun perbedaan antara term loan dan private placement tidak begitu jelas,
secara umum term loan adalah pinjaman dengan jangka waktu yang lebih
pendek dibandingkan dengan private placement.
Dalam dunia perbankan dikenal pedoman '3R' dan '5C' untuk pem- berian
kredit, di samping syarat-syarat lainnya. 3R adalah kepanjangan dari Return,
Repayment Capacitiy, dan Risk-bearing Ability. Sedangkan 5C adalah

9
kepanjangan dari Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition.
Pedoman 3R bisa dijelaskan sebagai berikut ini.
1. Return Return berkaitan dengan hasil yang diperoleh dari penggunaan kredit
yang diminta, apakah kredit tersebut bisa menghasilkan return (penda- patan)
yang memadai untuk melunasi utang dan bunganya. Repayment Capacity
2.Repayment capacity berkaitan dengan kemampuan perusahaan me-
ngembalikan pinjaman dan bunganya pada saat pembayaran tersebut jatuh
tempo.
3. Risk-bearing Ability Risk-bearing ability berkaitan dengan kemampuan
perusahaan menanggung risiko kegagalan atau ketidakpastian yang berkaitan
dengan penggunaan kredit tersebut. Jaminan merupakan hal yang perlu diper-
timbangkan oleh kreditor dalam kaitannya dengan riskbearing ability.
Sedangkan pedoman SC berkaitan dengan karakteristik berikut ini.
1. Character menunjukan Kemauan peminjam (debitor) untuk memenuhi
kewajibannya. Kemauan tersebut lebih berkaitan dengan sifat dan watak
peminjam. Seorang yang mempunyai kemampuan mengembalikan pinjaman,
tetapi tidak mau mengembalikan, akan mempunyai character yang tidak
mendukung pemberian kredit. Pemberi pinjaman akan dan harus
memperhatikan karakteristik ini dengan seksama.
2. Capacity adalah kemampuan peminjam untuk melunasi kewajiban utangnya,
melalui pengelolaan perusahaannya dengan efektif dan efisien. Jika peminjam
bisa mengelola perusahaannya dengan baik, perusahaan bisa memperoleh
keuntungan, maka kemungkinan bisa mengembalikan pinjaman akan semakin
tinggi. Capacity bisa dilihat melalui data masa lalu (prestasi masa lalu atau track
of record masa lalu).
3.Capital adalah posisi keuangan perusahaan (peminjam) secara keseluruhan.
Kondisi keuangan bisa dilihat melalui analisis keuangan, seperti analisis rasio.
Dalam hal ini, bank atau lembaga keuangan harus memperhatikan komposisi
utang dengan modal sendiri. Jika utang ter- lalu besar, maka kemungkinan
perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan juga akan semakin besar, dan
sebaliknya.
4. Collateral adalah aset yang dijaminkan untuk suatu pinjaman. Jika karena
sesuatu hal pinjaman tidak bisa dikembalikan, jaminan bisa dijual untuk
menutup pinjaman tersebut. Lembaga keuangan bisa meminta jaminan yang
nilainya melebihi jumlah pinjaman.
5. Condition adalah sejauh mana kondisi perekonomian akan mempe- ngaruhi
kemampuan mengembalikan pinjaman. Jika kondisi perekono- mian
memburuk, maka kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan
akan semakin tinggi, yang membuat kemungkinan Perusahaan mengalami
kesulitan melunasi pinjaman, juga semakin tinggi.

10
Dibandingkan dengan pinjaman utang obligasi, pinjaman utang langsung
mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut ini.
Kelebihan Pinjaman Langsung:
1.Peminjam tidak perlu melalui proses pendaftaran dan evaluasi yang panjang
seperti halnya jika perusahaan akan menerbitkan obligasi. Biaya disclosure
(pengungkapan informasi) dan floation cost (pener- bitan surat berharga) bisa
dihindari oleh pinjaman langsung.
2. Waktu yang diperlukan bisa lebih singkat dibandingkan dengan pener- bitan
obligasi.
3. Karena hanya berhadapan dengan satu lembaga keuangan (atau beberapa jika
menggunakan sindikasi, tetapi tetap lebih sedikit dibandingkan dengan pembeli
obligasi), perusahaan (peminjam) mempunyai fleksi- bilitas yang lebih tinggi.
Jika terjadi sesuatu, sehingga perusahaan harus bernegosiasi ulang, negosiasi
semacam itu mudah dilakukan jika hanya ada satu atau sedikit pemberi
pinjaman. Jika jumlah pemberi pinjaman banyak (pembeli obligasi), negosiasi
ulang akan relatif sulit dilakukan.
4. Karena hubungan dengan lembaga keuangan bisa terjalin lebih baik,
perusahaan bisa meminjam dengan cepat. Jika ada kebutuhan mendadak,
perusahaan bisa memperoleh pinjaman dengan cepat pada saat diperlukan.
"Jaminan" semacam itu cukup penting bagi perusahaan.
Kelemahan Pinjaman Langsung:
1. Bunga pinjaman langsung biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan bunga
obligasi. Salah sung biyayabadalah kompensasi untuk fungsi intermediasi yang
dijalankan oleh lembaga keuangan. Tergantung situasi, bunga pinjaman jangka
panjang biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan bunga pinjaman jangka
pendek, karena risiko pada pinjaman jangka panjang lebih tinggi.
2. Pembatasan-pembatasan yang dilakukan oleh pemberi pinjaman (lem- baga
keuangan) barangkali akan mengurangi fleksibilitas perusahaan. Dalam
beberapa situasi, pembatasan tersebut akan mengganggu kebijakan perusahaan.
3. Karena biaya investigasi yang cukup tinggi, lembaga keuangan barang- kali
membatasi pinjaman minimum yang bisa diberikan. Lembaga keuangan
barangkali juga membatasi pada perusahaan besar, yang mempunyai posisi
keuangan yang baik, dan keuntungan yang baik.
4. Dibandingkan dengan penerbitan obligasi, pinjaman utang langsung kurang
'visible'. Perusahaan yang menerbitkan obligasi mempunyai public exposure
yang lebih tinggi, sehingga bisa dipakai sebagai publisitas tambahan,
menaikkan image perusahaan, dan perusahaan diharapkan bisa memperoleh
pendanaan yang lebih murah di masa mendatang.

11
4. SAHAM PREFEREN

Saham preferen merupakan bentuk saham tetapi mempunyai karak- teristik


obligasi. Pemegang saham preferen memperoleh dividen. Tetapi dividen
tersebut seperti bunga yaitu besarnya tetap. Biasanya besarnya sejumlah
persentase tertentu dari nilai nominal saham preferen untuk setiap periode.
Sebagai contoh, suatu saham preferen mempunyai nilai nominal Rp10.000,00
dengan dividen sebesar 15%. Dividen yang akan diperoleh pemegang saham
preferen adalah Rp1.300,00 (13% × Rp10.000,00) per tahun. Pada waktu saham
preferen diterbitkan pertama kali, harga jual akan ditetapkan mendekati harga
nominalnya. Jika saham preferen dijual di pasar sekunder, maka harga pasar
saham preferen akan berfluktuasi. Biasanya saham preferen dipandang
mempunyai kemiripan dengan obligasi, sehingga ergerakan harga pasar saham
preferen akan mendekati pergerakan harga pasar obligasi. Dalam neraca saham
preferen dimasukkan dalam saham biasa.

Jika perusahaan tidak bisa membayar dividen saham preferen, perusahaan tidak
bisa dinyatakan bangkrut. Apabila dividen saham preferen tidak dibagikan,
dividen bisa diakumulasikan sampai terbayar semuanya. Saham preferen
dengan karakteristik semacam ini dikatakan sebagai saham preferen kumulatif.
Bisa juga suatu saham preferen telah mempunyai karakteristik kumulatif. Hal
itu berarti apabila dividen tidak dibayarkan untuk periode tertentu, maka
dividen untuk periode tersebut akan hilang, tidak akan diganti. Dalam hal ini
pemegang saham preferen barangkali akan menerap- kan pembatasan-
pembatasan tertentu. Sebagai contoh, apabila dividen saham preferen tidak
dibayar, maka dividen pemegang saham biasa tidak bisa dibayarkan, atau
pemegang saham preferen bisa meminta hak voting.

Sama seperti utang, saham preferen memperoleh pendapatan yang tetap, tetapi
risiko saham preferen lebih tinggi dibandingkan dengan risiko pe- megang
utang dan lebih rendah dibandingkan dengan risiko saham biasa (dari sudut
pandang investor). Pemegang saham preferen mempunyai prioritas yang lebih
tingi dibandingkan dengan pemegang saham biasa dalam hal pembagian
dividen dan distribusi kas dari penjualan aset apabila perusahaan bangkrut,
karena itu saham preferen juga disebut surat berharga senior (dibandingkan
saham biasa).

Dari sudut pandang perusahaan, saham preferen mempunyai ke- untungan


karena beberapa hal.
1. Karena saham preferen bukan merupakan utang, penggunaan utang bisa
dilakukan oleh perusahaan. Rasio utang terhadap total aset/total modal tidak
akan bertambah jika saham preferen digunakan.
2. Berbeda dengan utang, jika dividen saham tidak dibayarkan, perusahaan tidak
bisa dibangkrutkan. Perusahaan tidak mempunyai kewajiban untuk
membayarkan dividen saham preferen.

12
3. Kendali atas perusahaan biasanya masih di tangan pemegang saham,
sehingga hak suara pemegang saham tidak berkurang (dilusi) jika saham
preferen diterbitkan. Meskipun saham preferen mempunyai manfaat seperti
telah dijelaskan, saham preferen juga mempunyai kelemahan dari sudut
pandang perusahaan. Kelemahan utama adalah, berbeda dengan utang, dividen
yang dibayarkan kepada pemegang saham preferen akan diperlakukan sebagai
pembayaran earning. Karena itu pembayaran dividen saham preferen tidak bisa
dipakai sebagai pengurang pajak. Dari segi perusahaan hal semacam ini akan
menaikkan biaya modal sesudah pajak menjadi lebih tinggi dibandingkan
dengan biaya modal utang.

Beberapa variasi bisa ditambahkan ke saham preferen. Sebagai contoh, saham


preferen bisa mempunyai dividen mengambang (variabel), bukannya tetap
seperti biasanya. Dividen mengambang tersebut bisa dikaitkan dengan
benchmark tertentu, misal bunga deposito. Saham preferen semacam itu
mempunyai keuntungan. Dari sudut perusahaan, risiko perubahan tingkat bunga
menjadi hilang. Biaya modal menjadi cenderung lebih rendah diban- dingkan
dengan dividen yang bersifat tetap. Dari sisi investor, saham preferen dengan
dividen variabel juga bisa menghilangkan risiko perubahan pendapatan (tingkat
bunga). Kemudian, karena dividen bersifat variabal, nilai pasar saham preferen
tersebut akan cenderung lebih stabil. Stabilitas nilai tersebut menjadi daya tarik
tersendiri saham preferen tersebut.

Nilai kapitalisasi saham preferen cenderung kecil. Di Amerika Se- rikat, nilai
saham preferen juga lebih kecil dibandingkan nilai obligasi. Nilai pasar obligasi
mencapai 1,4 triliun dolar, jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai pasar
saham preferen yang hanya mencapai 57 miliar dolar (1995).

13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Intermediasi merujuk pada proses di mana perantara, seperti bank atau lembaga
keuangan lainnya, berperan dalam menyediakan jasa keuangan atau layanan lainnya
antara dua pihak yang terlibat dalam transaksi. Disintermediasi terjadi ketika perantara
dihilangkan dari proses transaksi, dan pihak-pihak yang terlibat berinteraksi langsung
satu sama lain. Hal ini sering terjadi karena kemajuan teknologi, seperti internet, yang
memungkinkan pelanggan untuk berhubungan langsung dengan penyedia layanan
tanpa perlu melalui perantara tradisional.

Obligasi adalah instrumen keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan, pemerintah,


atau lembaga lainnya sebagai cara untuk meminjam uang dari investor.
Investor yang membeli obligasi memberikan pinjaman kepada penerbit obligasi dan
menerima pembayaran bunga secara berkala (kupon) serta pembayaran pokok kembali
pada saat jatuh tempo. Obligasi memiliki peran penting dalam diversifikasi portofolio
investasi, pengumpulan dana bagi perusahaan dan pemerintah, serta sebagai sumber
pendapatan tetap bagi investor.

Pinjaman dari lembaga keuangan, seperti bank atau koperasi kredit, merupakan
sumber pendanaan yang umum digunakan untuk individu, bisnis, dan organisasi
lainnya. Pinjaman dapat diberikan dalam berbagai bentuk, termasuk pinjaman pribadi,
pinjaman bisnis, hipotek, dan pinjaman modal kerja.
Proses pengajuan pinjaman melibatkan penilaian kredit oleh lembaga keuangan, yang
mencakup penilaian risiko kredit dan kemampuan pembayaran peminjam. Saham
preferen merupakan jenis saham yang memberikan sejumlah hak istimewa kepada
pemegangnya dibandingkan dengan saham biasa, namun tidak sekuat hak-hak yang
dimiliki pemegang obligasi.
Dividen saham preferen biasanya dibayar dengan tingkat tetap atau proporsional
terhadap nilai nominal saham. Saham preferen biasanya memiliki keunggulan dalam
hal hak atas aset perusahaan jika terjadi likuidasi, yang berarti pemegang saham
preferen akan dibayar sebelum pemegang saham biasa.

B . SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam materi ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan materi
ini. Penulis banyak berharap agar para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah di kesempatan berikutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Hanafi. Mamduh M, 2017. Manajemen Keuangan Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.

15

Anda mungkin juga menyukai