Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ALOKASI PAJAK PENGHASILAN INTRAPERIODE DAN ANTAR PERIODE

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Intermediet II yang diampu oleh
Dr. Dailibas.,SE.,MM.,Mak.,PIA.,CfrA.,Ak.,CA

Disusun oleh:

Marsha Caesarani

(1810631030045)

Kelas: 4-A

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

2020

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah Swt. yang masih memberikan nafas kehidupan,
sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini yang berjudul “Alokasi Pajak
Penghasilan Intraperiode dan Antar Periode”. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akuntansi
Keuangan Menengah II. Makalah ini membahas tentang bagaimana cara penyajian laporan
keuangan yang baik dan benar dan mencegah terjadinya kesalahan pada laporan baik
disengaja atau tidak. Akhirnya saya sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap
makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri saya sendiri dan
khususnya pembaca pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya
makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat saya
harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan
pada waktu mendatang.

Karawang , 11 Mei 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... .... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................. .. ii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................... ........ 1

1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................. 1


1.2 Perumusan Masalah....................................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... ........ 2

2.1 Pengertian Leasing....... ....... ....... ....... ......................................................... 2


2.2 Jenis-Jenis Perusahaan Leasing....................................................... ........ ........ 3
2.3 Mekanisme dan Teknik Pembiayaan Leasing. ........ ........ ........ ........ ........ 5
2.4 Perkembangan Leasing di
BABIndonesia....................... ......... ......... .................... ................................................
III PENUTUP.................................................................................................... ...... 6

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 6
3.2 Saran..................................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ ........ 7


BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Leasing pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1974, yang


bertujuan untuk membiayai penyediaan barang-barang modal, dengan beberapa
perjanjian antara pihak perusahaan dengan pihak penerima barang dengan
sejumlah biaya-biaya yang dikeluarkan atau dibebankan oleh pihak lessee.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mencegah pembahasan lebih menyeluru maka kami memberi


batasan bahasan seperti berikut :

1.   Bagaiman deskripsi pengertian Leasing

2.   Bagaiman deskripsi berbagai jenis perusahaan Leasing

3.   Bagaimana deskripsi mekanisme dan teknik pembiayaan Leasing

4.    Bagaimana deskripsi perkembangan Leasing di Indonesia

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui lebih mendetail tentang leasing dan jenis perusahaan


leasing .
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Leasing

Perusahaan sewa guna usaha di Indonesia lebih dikenal dengan nama


Leasing. Kegiatan utamanya adalah bergerak di bidang pembiayaan untuk
keperluan barang-barang modal yang diinginkan oleh nasabah. Pembiayaan
yang dimaksud jika seorang nasabah membutuhkan barang-barang modal
seperti peralatan kantor atau mobil dengan cara disewa atau dibeli secara kredit
dapat diperoleh diperusahaan leasing. Pihak Leasing dapat membiayai
keinginan nasabah dengan perjanjian yang telah disepakati kedua pihak.

Perusahaan Leasing dapat diselenggarakan oleh atau badan usaha yang


berdiri sendiri. Keterbatasan perusahaan leasing adalah tidak boleh melakukan
kegiatan yang dilakukan oleh bank seperti memberikan simpanan dan kredit
dalam bentuk uang.

Pengertian sewa guna usaha secara umum adalah perjanjian antara lessor
(perusahaan leasing) dengan lessee (nasabah) di mana pihak lessor
memyediakan barang dengan hak penggunaan oleh lessee dengan imbalan
pembayaran sewa untuk jangka waktu tertentu.

Sedangkan pengertian sewa guna usaha sesuai dengan keputusan Menteri


Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 adalah “kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi
(finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk
digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran
secara berkala”. Yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan sewa
guna usaha dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk
membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati.
Sebaliknya,operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek
sewa guna usaha.

a.Ketentuan Leasing

Kegiatan Leasing secara remi diperbolehkan beroperasi di indonesia setelah


keluar surat keputusan bersama antara Menteri Keuangan,Menteri Perindustrian
dan Menteri Perdagangan Nomor Kep. 122/MK/IV/2/1974, Nomor
32/M/SK/2/74 dan Nomor 30/Kpb/I/74 Tanggal 7 Februari 1974 Tentang
Perizinan Usaha Leasing di Indonesia.

Wewenang untuk memberikan usaha Leasing di keluarkan oleh Menteri


Keuangan berdasarkan Surat keputusan Nomor 649/MK/IV/5/1974 Tanggal 6
Mei 1974 yang mengatur mengenai ketentuan tata cara perizinan dan kegiatan
usaha leasing di Indonesia.

Lembaga Pembiayaan Menurut ketentuan ini dimungkinkan untuk


melakukan salah satu dari kegiatan  pembiayaan seperti :
1.Sewa guna usaha ( Leasing )
2.Modal ventura ( venture capital )
3.Anjak Piutang ( factoring )
4.Pembiayaan konsumen ( consumer finance )
5.Kartu Kredit ( credit card )

 Pemberian izin untuk melakukan usaha-usaha pembiayaan seperti di atas,


terlebih dulu harus memperoleh izin dari Menteri Keuangan.

b. Pihak-pihak yang terlibat

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam proses pemberian fasilitas


leasing adalah sebagai berikut :
1.    Lessor

Merupakan perusahan leasing yang membiayai keinginan para


nasabahnya untuk memperoleh barang-barang modal

2.    Lessee

Adalah nasabah yang mengajukan permohonan leasing kepada lessor


untuk memperoleh barang modal yang di inginkan.

3.    Supplier

Yaitu pedagang yang menyediakan barang yang akan di leasing sesuai


perjanjian antara lessor dengan lessee dan dalam hal ini suplier juga dapat
bertindak sebagai lessor.

4.    Asuransi

Merupakan perusahaan yang akan menanggung resiko terhadap


perjanjian antara lessor dengan lessee. Dalam hal ini lessee dikenakan biaya
asuransi dan apabila terjadi sesuatu, maka perusahaan akan menanggung resiko
sebesar sesuai dengan perjanjian terhadap barang yang di leasingnya.

 2.2 Jenis-Jenis Perusahaan Leasing

Jenis-jenis perusahaan leasing dalam menjalankan kegiatannya dibagi


kedalam 3 (tiga) kelompok yaitu :

1. Independent Leasing

Merupakan perusahaan leasing yang berdiri sendiri dapat sekaligus


sebagai supplier atau membeli barang-barang modal dari supplier lain untuk
dileasekan.
2. Captive Lessor

Produsen dan supplier mendirikan perusahaan leasing dan yang merekan


leasekan adalah barang-barang milik mereka sendiri. Tujuan utamanya adalah
untuk dapat meningkatkan penjualan, sehingga mengurangi penumpukan barang
di gudang/toko.

3. Lease Broken

Perusahaan jenis ini kerjanya hanyalah mempertemukan keinginan lessee


untuk memperoleh barang modal kepada pihak lessor untuk dileasekan.
Jadi,dalam hal ini lease broken hanya sebagai perantara antara pihak lessor
dengan pihak lessee.

2.3 Mekanisme dan Teknik Pembiayaan Leasing

A. Mekanisme Leasing

1.    lesse menghubungi pemasok untuk pemilihan dan penentuan jenis


barang, spesifikasi, harga, jangka waktu penagihan, dan jaminan purna jual atas
barang yang akan disewa.

2.    Lesse melakukan negoisasi dengan lessor mengenai kebutuhan


pembiayaan barang modal. Dalam hal ini, lessee dapat meminta lease quotation
yang tidak mengikat dari lessor. Dalam quotation terdapat syarat-syarat pokok
pembiayaan leasing, antara lain: keterangan barang, harga barang, cash security
deposit, residual value, asuransi, biaya administrasi, jaminan uang sewa ( lease
rental ), dan persyaratan-persyaratan lainnya.

3.    Lessor mengirimkan letter of offer atau comittment letter kepada


lessee yang berisi syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayaai
barang modal yang dibutuhkan, lessee menandatangani dan mengembalikannya
kepaada lessor.
4.    Penandatangan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhi
lessee, dimana kontrak tersebut mencakup hal-hal: pihak-pihak yang terlibat,
hak milik, jangka waktu, jasa leasing, opsi bagi lessee, penutupan asuransi,
tanggung jawab dan objek leasing, perpajakan jadwal pembayaran angsuran
sewa dan sebagainya.

5.    Pengiriman order beli kepada pemasok disertai instruksi pengiriman


barang kepada lessee sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang telah
disetujui.

6.    Pengiriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai


pesanan serta menandatangani surat tanda terim dan perintah bayar selanjutnya
diserahkan kepada pemasok.

7.    Penyerahan dokumen oleh pemasok kepada lessor termasuk faktur


dan bukti-bukti kepemilikan barang lainnya.

8.    Pembayaran oleh lessor kepada pemasok

9.    Pembayaran sewa ( lease payment ) secara berkala oleh lessee


kepada lessor selama masa leasing yang seluruhnya mencakup pengembalian
jumlah yang dibiayai beserta bunganya.

B. Teknik-Teknik Pembiayaan Leasing

Teknik pembiayaan leasing dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu


finance lease dan operating lease.

a. Finance Lease

Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna (lessor) adalah pihak
yang membiayai penyediaan barang modal. Lessee biasanya memilih barang
modal yang dibutuhkan dan, atas nama perusahaan sewa guna usaha, sebagai
pemilik barang modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta
pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi sewa guna usaha.
Dalam praktinya, finance lease dapat dibagi dalam beberapa bentuk transaksi
antara lain sebagai berikut :

1) Direct finance lease

Dalam transaksi direct finance lease, pihak lessor membeli barang modal
atas permintaan dari lessee dan langsung disewagunausahakan kepada lessee.
Lessee dapat terlibat dalam proses pembelian barang modal dari pemasok.

2)    Sale and lease back

Pihak lessee menjual barang modalnya kepada lessor untuk kemudian


dilakukan kontrak sewa guna usaha atas barang tersebut dengan jangka waktu
yang disepakati bersama. Metode transaksi ini membantu  lessee yang
mengalami kesulitan modal kerja.

3)    Leveraged lease

Dalam proses sewa guna ini, pihak yang terlibat adalah lessor, lessee dan
kreditor jangka panjang dalam membiayai objek leasing. Pihak kreditor inilah
yang biasanya justru memberikan porsi yang besar dalam pembiayaan. Kreditor
jangka panjang, biasanya lembaga keuangan misalnya bank yang akan
menyediakan pembiayaan sebesar 60% - 80% yang disebutkan leverage debt
without recourse kepada pihak leassor. Apabila pihak lessee mengalami default
dan tidak mampu mengangsur, lessor tidak ikut bertanggungjawab kepada bank.
4)    Syndicated lease

Metode ini terjadi apabila pembiayaan sewa guna usaha dilakukan oleh
lebih dari satu lessor. Kerja sama antara lessor ini didasarkan pada
pertimbangan risiko atau objek leasing yang membutuhkan dana dalam jumlah
besar.
5)    Vendor Program

Vendor program adalah suatu metode penjualan yang dilakukan oleh


dealer kepada konsumen dengan mendapatkan fasilitas leasing. Lessor akan
membayar objek leasing kepada vendor/dealer dan selanjutnya lessee akan
membayar angsuran secara periodik langsung kepada lessor atau melalui dealer.

b. Operating Lease  

 Dalam teknik operating lesae, pihak pemilik objek leasing atau leasor
membeli barang modal dan disewagunausahakan kepada lesee. Pembayaran
periodik yang dilakukan oleh lessee tidak mencangkup biaya yang dikeluarkan
oleh lessor untuk mendapatkan barang modal tersebut dan bunganya. Lessor
mengharapkan keuntungan dari penjualan barang modal yang
disewagunausahakan. Lessor dapat juga memperoleh sumber penghasilan dari
perjanjian sewa sewa guna usaha yang lain.

Operating lease dapat juga disebut leasing biasa yaitu satu perjanjian
kontrak antara leasor dengan lessee, dengan catatan bahwa :
•    Lessor sebagai pemilik objek leasing menyerahkannya kepada pihak lessee
untuk digunakan dengan jangka waktu relatif lebih pendek dari umur ekonomis
barang modal tersebut.

•     Lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayar sejumlah sewa
secara berkala kepada leasor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah keseluruhan
biaya pemerolehan barang tersebut beserta bunganya. Hal ini disebut nonfull
pay out lease.

•    Lessor menanggung segala risiko ekonomis dan pemeliharaan atas barang-
barang tersebut.

•    Lessee pada ahir kontrak harus mengembalikan objek leasing pada lessor.
•   Lessee dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktu-waktu.
2.4 Perkembangan Leasing di Indonesia

Usaha leasing ( sewa guna usaha ) sebenarnya sudah ada sejak tahun
2000 sebelum masehi yang dilakukan oleh orang-orang Sumeria. Dokumen-
dokumen yang ditemukan dari kebudayaan Sumeria menunjukkan bahwa
transaksi leasing meliputi leasing peralatan, penggunaan tanah dan binatang
piaraan.
    Kegiatan Leasing diperkenalkan untuk pertama kali di indonesia pada
tahun 1974 dengan di keluarkannya Surat Keputusan Bersama Menteri
Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian No. Kep.
122/MK/2/1974, No.32/M/SK/1974 dan No. 30/Kpb/1/1974 Tanggal 7 februari
1974 tentang “Perijinan usaha Leasing”. Sejak saat itu (khususnya tahun 1980)
jumlah perusahaan leasing dari tahun ke tahun untuk membiayai penyediaan
barang-barang modal dunia usaha. Untuk mendukung perkembangan usaha ini,
Menteri Keuangan selanjutnya mengeluarkan SK No. 650/MK/IV/5/1974
Tanggal 6 Mei 1974 tentang penegasan ketentuan pajak penjualan dan besarnya
bea meterai terhadap usaha leasing. Selanjutnya, tanggal 20 Desember 1988
dengan kebijakan deregulasi, perusahaan pembiayaandi antaranya usaha leasing
diatur dalam paket tersebut. Dengan berlakunya paket kebijakan tersebut
ketentuan leasing sebelumnya dinyatakan tidak berlaku. Dalam paket tersebut
juga diperkenalkanistilah lembaga pembiayaan yaitu badan usaha yang
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang
modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.
    Hadirnya perusahaan sewa guna usaha patungan (joint venture) bersama
perusahaan nasional telah mampu mempopulerkan peranan kegiatan sewa guna
sebagai alternatif pembiayaan barang modal yang sangat dibutuhkan para
pengusaha di idonesia, disamping cara-cara pembiayaan konvensional yang
lazim dilakukan melalui perbankan. Ketentuan minimum modal disetor untuk
pendirian suatu perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha leasing
diatur dalam pakdes 20, 1988 dengan keputusan Menteri Keuangan no.
1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988, dengan jumlah modal disetor
atau simpanan wajib dan pokok ditetapkan sebagai berikut :
a)   Perusahaan swasta nasional sebesar Rp. 3 milyar

b)   Perusahaan patungan indonesia-asing sebesar Rp. 10 milyar

c)   Koperasi sebesar Rp. 3 milyar


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
    Berdasarkan uraian pembahasan “ Leasing “ dapat disimpulkan bahwa :
“ Kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara
sewa guna usaha dengan hak opsi atau finance lease maupun tanpa hak opsi
atau operating lease untuk digunakan oleh lessee (pemakai) selama jangka
waktu terentu berdasarkan pembayaran secara berkala sampai pada akhir masa
kontrak lessee dapat membeli barang tersebut dengan sisa nilai yang disepakati
oleh lessor”.
3.2 Kritik dan Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun sadar banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini,jadi untuk menyempurnakan makalah ini, kami
membutuhkan kritik dan saran pembaca dan pendengar.

Anda mungkin juga menyukai