Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Intermediet II yang diampu oleh
Dr. Dailibas.,SE.,MM.,Mak.,PIA.,CfrA.,Ak.,CA
Disusun oleh:
Marsha Caesarani
(1810631030045)
Kelas: 4-A
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah Swt. yang masih memberikan nafas kehidupan,
sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini yang berjudul “Alokasi Pajak
Penghasilan Intraperiode dan Antar Periode”. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akuntansi
Keuangan Menengah II. Makalah ini membahas tentang bagaimana cara penyajian laporan
keuangan yang baik dan benar dan mencegah terjadinya kesalahan pada laporan baik
disengaja atau tidak. Akhirnya saya sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap
makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri saya sendiri dan
khususnya pembaca pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya
makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat saya
harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan
pada waktu mendatang.
Penyusun
DAFTAR ISI
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 6
3.2 Saran..................................................................................................................... 6
Pendahuluan
1.3 Tujuan
Pengertian sewa guna usaha secara umum adalah perjanjian antara lessor
(perusahaan leasing) dengan lessee (nasabah) di mana pihak lessor
memyediakan barang dengan hak penggunaan oleh lessee dengan imbalan
pembayaran sewa untuk jangka waktu tertentu.
a.Ketentuan Leasing
2. Lessee
3. Supplier
4. Asuransi
1. Independent Leasing
3. Lease Broken
A. Mekanisme Leasing
a. Finance Lease
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna (lessor) adalah pihak
yang membiayai penyediaan barang modal. Lessee biasanya memilih barang
modal yang dibutuhkan dan, atas nama perusahaan sewa guna usaha, sebagai
pemilik barang modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta
pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi sewa guna usaha.
Dalam praktinya, finance lease dapat dibagi dalam beberapa bentuk transaksi
antara lain sebagai berikut :
Dalam transaksi direct finance lease, pihak lessor membeli barang modal
atas permintaan dari lessee dan langsung disewagunausahakan kepada lessee.
Lessee dapat terlibat dalam proses pembelian barang modal dari pemasok.
Dalam proses sewa guna ini, pihak yang terlibat adalah lessor, lessee dan
kreditor jangka panjang dalam membiayai objek leasing. Pihak kreditor inilah
yang biasanya justru memberikan porsi yang besar dalam pembiayaan. Kreditor
jangka panjang, biasanya lembaga keuangan misalnya bank yang akan
menyediakan pembiayaan sebesar 60% - 80% yang disebutkan leverage debt
without recourse kepada pihak leassor. Apabila pihak lessee mengalami default
dan tidak mampu mengangsur, lessor tidak ikut bertanggungjawab kepada bank.
4) Syndicated lease
Metode ini terjadi apabila pembiayaan sewa guna usaha dilakukan oleh
lebih dari satu lessor. Kerja sama antara lessor ini didasarkan pada
pertimbangan risiko atau objek leasing yang membutuhkan dana dalam jumlah
besar.
5) Vendor Program
b. Operating Lease
Dalam teknik operating lesae, pihak pemilik objek leasing atau leasor
membeli barang modal dan disewagunausahakan kepada lesee. Pembayaran
periodik yang dilakukan oleh lessee tidak mencangkup biaya yang dikeluarkan
oleh lessor untuk mendapatkan barang modal tersebut dan bunganya. Lessor
mengharapkan keuntungan dari penjualan barang modal yang
disewagunausahakan. Lessor dapat juga memperoleh sumber penghasilan dari
perjanjian sewa sewa guna usaha yang lain.
Operating lease dapat juga disebut leasing biasa yaitu satu perjanjian
kontrak antara leasor dengan lessee, dengan catatan bahwa :
• Lessor sebagai pemilik objek leasing menyerahkannya kepada pihak lessee
untuk digunakan dengan jangka waktu relatif lebih pendek dari umur ekonomis
barang modal tersebut.
• Lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayar sejumlah sewa
secara berkala kepada leasor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah keseluruhan
biaya pemerolehan barang tersebut beserta bunganya. Hal ini disebut nonfull
pay out lease.
• Lessor menanggung segala risiko ekonomis dan pemeliharaan atas barang-
barang tersebut.
• Lessee pada ahir kontrak harus mengembalikan objek leasing pada lessor.
• Lessee dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktu-waktu.
2.4 Perkembangan Leasing di Indonesia
Usaha leasing ( sewa guna usaha ) sebenarnya sudah ada sejak tahun
2000 sebelum masehi yang dilakukan oleh orang-orang Sumeria. Dokumen-
dokumen yang ditemukan dari kebudayaan Sumeria menunjukkan bahwa
transaksi leasing meliputi leasing peralatan, penggunaan tanah dan binatang
piaraan.
Kegiatan Leasing diperkenalkan untuk pertama kali di indonesia pada
tahun 1974 dengan di keluarkannya Surat Keputusan Bersama Menteri
Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian No. Kep.
122/MK/2/1974, No.32/M/SK/1974 dan No. 30/Kpb/1/1974 Tanggal 7 februari
1974 tentang “Perijinan usaha Leasing”. Sejak saat itu (khususnya tahun 1980)
jumlah perusahaan leasing dari tahun ke tahun untuk membiayai penyediaan
barang-barang modal dunia usaha. Untuk mendukung perkembangan usaha ini,
Menteri Keuangan selanjutnya mengeluarkan SK No. 650/MK/IV/5/1974
Tanggal 6 Mei 1974 tentang penegasan ketentuan pajak penjualan dan besarnya
bea meterai terhadap usaha leasing. Selanjutnya, tanggal 20 Desember 1988
dengan kebijakan deregulasi, perusahaan pembiayaandi antaranya usaha leasing
diatur dalam paket tersebut. Dengan berlakunya paket kebijakan tersebut
ketentuan leasing sebelumnya dinyatakan tidak berlaku. Dalam paket tersebut
juga diperkenalkanistilah lembaga pembiayaan yaitu badan usaha yang
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang
modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.
Hadirnya perusahaan sewa guna usaha patungan (joint venture) bersama
perusahaan nasional telah mampu mempopulerkan peranan kegiatan sewa guna
sebagai alternatif pembiayaan barang modal yang sangat dibutuhkan para
pengusaha di idonesia, disamping cara-cara pembiayaan konvensional yang
lazim dilakukan melalui perbankan. Ketentuan minimum modal disetor untuk
pendirian suatu perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha leasing
diatur dalam pakdes 20, 1988 dengan keputusan Menteri Keuangan no.
1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988, dengan jumlah modal disetor
atau simpanan wajib dan pokok ditetapkan sebagai berikut :
a) Perusahaan swasta nasional sebesar Rp. 3 milyar
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan “ Leasing “ dapat disimpulkan bahwa :
“ Kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara
sewa guna usaha dengan hak opsi atau finance lease maupun tanpa hak opsi
atau operating lease untuk digunakan oleh lessee (pemakai) selama jangka
waktu terentu berdasarkan pembayaran secara berkala sampai pada akhir masa
kontrak lessee dapat membeli barang tersebut dengan sisa nilai yang disepakati
oleh lessor”.
3.2 Kritik dan Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun sadar banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini,jadi untuk menyempurnakan makalah ini, kami
membutuhkan kritik dan saran pembaca dan pendengar.