Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Bisnis yang diampu
oleh Dr. Dailibas.,SE.,MM.,Mak.,PIA.,CfrA.,Ak.,CA
Disusun oleh:
Marsha Caesarani
(1810631030045)
Kelas: 6-B
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah Swt. yang masih memberikan nafas kehidupan,
sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini yang berjudul “Hukum
Perjanjian dan E-Contract”. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Bisnis.
Saya berupaya dalam penyusunan makalah ini untuk memberi sedikit penjelasan dan
pandangan tentang lebih jauh tentang Hukum Perjanjian dan kontrak, maupun penjelasan
tentang latar belakang terjadinya Hukum Perjanjian di Indonesia secara umum, dan upaya
untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup masyarakat yang kurang pengetahuan
tentang Hukum Perjanjian dan kontrak di Indonesia.
Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, maka saya sebagai penyusun makalah
sangat menanti tegur sapa serta kritik dan saran membangun dari pembaca untuk lebih bisa
menyempurnakan makalah ini. Dan saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam pengumpulan materi ini, karna makalah ini tersusun dari
berbagai sumber,baik berupa buku teks, tulisan, ataupun pendapat dari para
ahli.
Akhirnya saya sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan
penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri saya sendiri dan khususnya
pembaca pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat saya
harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan
pada waktu mendatang.
Penyusun
Marsha Caesarani
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 2
DAFTAR 10
PUSTAKA................................................................................................ ........
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dari latar belakang masalah di atas maka dapat dijabarkan ke dalam pertanyaan
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan kontrak atau perjanjian?
2. Apa saja Macam Macam Perjanjian ?
3. Apa saja prinsip-prinsip dasar kontrak dan karakteristik kontrak?
4. Apa yang dimaksud mengenai bahasa kontrak yang dibakukan?
5. Apa saja bentuk & jenis kontrak dalam transaksi / kegiatan bisnis?
1.3 Tujuan
Ketentua pasal ini sebenarnya kurang begitu memuaskan, karena ada beberapa kelemahan.
Kelemahan- kelemahan itu adalah seperti diuraikan di bawah ini:
a) Hanya menyangkut sepihak saja, hal ini diketahui dari perumusan, “satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya”.
b) Kata perbuatan mencakup juga tanpa consensus
c) Pengertian perjanjian terlalu luas
d) Tanpa menyebut tujuan
e) Ada bentuk tertentu, lisan dan tulisan
f) Ada syarat- syarat tertentu sebagai isi perjanjian, seperti disebutkan di bawah ini:
1. syarat ada persetuuan kehendak
2. syarat kecakapan pihak- pihak
3. ada hal tertentu
4. ada kausa yang halal
Menurut Rutten Perjanjian adalah perbuatan hokum yang terjadi sesuai dengan
formalitas-formalitas dari peraturan hukum yang ada, tergantung dari persesuaian pernyataan
kehendak dua atau lebih orang-orang yang ditujukan untuk timbulnya akibat hukum demi
kepentingan salah satu pihak atas beban pihak lain atau demi kepentingan dan atas beban
masing-masing pihak secara timbal balik.
Menurut adat Perjanjian menurut adat disini adalah perjanjian dimana pemilik rumah
memberikan ijin kepada orang lain untuk mempergunakan rumahnya sebagai tempat
kediaman dengan pembayaran sewa dibelakang (atau juga dapat terjadi pembayaran dimuka).
Menurut Salim H.S., S.H., M.S., perjanjian atau kontark merupakan hubungan hukum antara
subjek hukum yang satu dengan dengan subjek hukum yang lain dalam bidang harta
kekayaan, dimana subjek hukum ang satu berhak atas prestasi dan begitu juga subjek hukum
yang lain berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai dengan yang telah
disepakatinya.”
Menurut Subekti, suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji
kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan satu hal.
Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan
perikatan. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang
mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.
1. Ada orang yang menuntut, atau dalam istilah bisnis biasa di sebut kreditor
2. Ada orang yang dituntut, atau yang dalam istilah bisnis biasa disebut debitur
Kontrak baku adalah kontrak berbentuk tertulis yang te-lah digandakan berupa
formulir-formulir, yang isinya te-lah distandardisasi atau dibakukan terlebih dahulu secara
sepihak oleh para pihak yang menawarkan, serta di-tawarkan secara massal, tanpa
mempertimbangkan perbedaan kondisi yang dimiliki konsumen.
Istilah perjanjian baku atau standar dalam istilah bahasa Inggris terdapat istilah
standardized agreement, stan-dardized contract, pad contract, standard contract, con-tract of
adhesion, standaardvoorwaarden (Belanda), contrat D’adhesion (Perancis), Allgemeine
Geschaftben-dingungen (Jerman), perjanjian standar, perjanjian baku, kontrak standar, atau
kontrak baku
Perjanjian baku disebut juga perjanjian standar. Dalam bahasa Inggris disebut
standard contract, standard agreement. Kata baku atau standar artinya tolok ukur yang dipakai
sebagai patokan.Dalam hubungan ini, perjanjian baku artinya perjanjian yang menjadi tolok
ukur yang dipakai sebagai patokan atau pedoman bagi setiap kon-sumen yang mengadakan
hubungan hukum dengan pengusaha. Yang dibakukan dalam perjanjian baku ialah model,
rumusan, dan ukuran.
Yang dimaksud dari bahasa dari kontrak yang dibakukan yaitu bahasa dari Perjanjian baku
memuat syarat-syarat baku yaitu:
menggunakan kata-kata atau susunan kalimat yang teratur dan rapi.
Huruf yang dipakai jelas, rapi, kelihatan isinya dan mudah dibaca dalam waktu
singkat, agar hal initidak merugikan konsumen.
Contoh perjanjian baku adalah polis asuransi, kredita dengan jaminan, tiket
pengangkutan dan lainnya.
Format penulisan perjanjian baku meliputi model, rumusan, dan ukuran. Format ini
dibakukan, artinya sudah ditentukan model, rumusan, dan ukurannya, sehingga tidak dapat
diganti, diubah, atau dibuat dengan cara lain karena sudah dicetak.
Model perjanjian dapat berupa blanko naskah perjanjian lengkap, atau blanko formulir
yang dilampiri dengan naskah syarat-syarat perjanjian, atau dokumen bukti perjanjian yang
memuat syarat-syarat baku.
Jenis-jenis kontrak bisnis dapat dilihat dari hubungan dan kondisi bisnis yang terjadi pada
suatu perusahaan. Terlepas dari bidang usaha yang dijalani, adapun macam-macam hubungan
dan kondisi bisnis tersebut yaitu sebagai berikut:
Sedangkan hubungan dengan mitra bisnis, perusahaan mempunyai kepentingan yang sama
dalam suatu proyek atau obyek kerjasama bisnis tertentu. Dalam hal suatu proyek, maka
kedua belah pihak melakukan: (i) suatu kerjasama operasi (joint operation; seperti: Joint
Operation Agreement atau Production Sharing Agreement), atau (ii) penyertaan modal saham
(joint venture) dengan mendirikan suatu perusahaan usaha patungan (joint venture company),
yang perjanjiannya disebut joint venture agreement.
Sedangkan dalam obyek kerjasama bisnis tertentu dapat mencakup hal-hal yang sangat luas
dan beragam. Pada umumnya: (i) ada struktur transaksi pembiayaan proyek (seperti: Build
Operate & transfer Agreement atau disingkat BOT Agreement, atau Build Operate &
own Agreement atau disingkat BOO Agreement); (ii) proses alih teknologi atau pengetahuan
tertentu (seperti: technical assistence Agreement); (iii) kepentingan pengembangan/jaringan
bisnis (seperti: Collaboration Agreement); dan (iv) kepentingan penelitian dan
pengembangan serta rekayasa mengenai obyek tertentu; mungkin tidak ada pendapatan yang
diperoleh tetapi tujuan dari hasil kegiatan tersebut yang diutamakan (seperti: Research,
Development & Engineering Agreement); serta (v) kepentingan hak milik intelektual (seperti:
Licence Agreement).
Selain hal tersebut Perjanjian Kerjasama pada prinsipnya dibedakan kedalam 3 pola, yaitu :
1. Joint Venture (Usaha Bersama);
Joint Venture adalah merupakan bentuk kerjasama umum, dapat dilakukan pada hampir
semua bidang usaha, dimana para pihak masing-masing menyerahkan modal untuk
membentuk badan usaha yang mengelola usaha bersama. Contohnya, para pihak bersepakat
untuk mendirikan pabrik garment. Untuk mendirikan usaha tersebut masing-masing pihak
menyerahkan sejumlah modal yang telah disepakati bersama, lalu mendirikan suatu pabrik.
2. Joint Operational (Kerjasama Operasional)
Joint Operational adalah bentuk kerjasama khusus, dimana bidang usaha yang dilaksanakan
merupakan bidang usaha yang :
- merupakan hak / kewenangan salah satu pihak
- bidang usaha itu sebelumnya sudah ada dan sudah beroperasional,
dimana pihak investor memberikan dana untuk melanjutkan / mengembangkan usaha yang
semula merupakan hak / wewenang pihak lain, dengan membentuk badan usaha baru sebagai
pelaksana kegiatan usaha.
Contoh : Kerjasama Operasional (KSO) antara PT. Telkom dengan PT. X untuk
pengembangan jaringan pemasangan telepon baru. Untuk pelaksanaannya dibentuk PT. ABC
yang sahamnya dimiliki PT. Telkom dan PT. X.
3. Single Operational (Operasional Sepihak)
Single Operational merupakan bentuk kerjasama khusus dimana bidang
usahanya berupa “bangunan komersial”. Salah satu pihak dalam kerjasama ini
adalah pemilik yang menguasai tanah, sedangkan pihak lain – investor,
diijinkan untuk membangun suatu bangunan komersial diatas tanah milik yang
dikuasai pihak lain, dan diberi hak untuk mengoperasionalkan bangunan
komersial tersebut untuk jangka waktu tertentu dengan pemberian fee tertentu
selama jangka waktu operasional dan setelah jangka waktu operasional
berakhir investor wajib mengembalikan tanah beserta bangunan komersial
diatasnya kepada pihak pemilik / yang menguasai tanah. Bentuk kerjasama ini
lasimnya disebut : BOT (Build, Operate and Transfer), dan variannya adalah :
BOOT (Build, Own, Operate and Transfer), BLT (Build, Lease and Transfer)
dan BOO (Build, Own and Operate).
2.4 Macam-macam Perjanjian
1) Perjanjian timbal balik dan perjanjian sepihak, perjanjian sepihak adalah
perjanjian yang memberikan kewajibannya kepada satu pihak dan hak kepada satu
pihak dan hak kepada pihak lainnya, misalkan hibah.
2) Perjanjian percuma dan perjanjian dengan alas hak yang membebani
3) Perjanjian bernama dan tidak bernama
4) Perjanjiankebendaan dan perjanjian obligatoir
5) Perjanjian konsensual dan perjanjian real
1. Berdasarkan Isinya
Segi politis, seperti pakta pertahanan dan pakta perdamaian.
Segi ekonomi, seperti bantuan ekonomi dan bantuan keuangan.
Segi hukum
Segi batas wilayah
Segi kesehatan.
Contoh :
Contoh :
3. Berdasarkan Subjeknya
Perjanjian antarnegara yang dilakukan oleh banyak negara yang
merupakan subjek hukum internasional.
Perjanjian internasional antara negara dan subjek hukum internasional
lainnya.
Perjanjian antarsesama subjek hukum internasional selain negara, yaitu
organisasi internasional organisasi internasional lainnya.
Contoh :
Contoh :
5. Berdasarkan Fungsinya
Law Making Treaties / perjanjian yang membentuk hukum, adalah suatu
perjanjian yang meletakkan ketentuan-ketentuan atau kaidah-kaidah
hukum bagi masyarakat internasional secara keseluruhan (bersifat
multilateral).
Treaty contract / perjanjian yang bersifat khusus, adalah perjanjian yang
menimbulkan hak dan kewajiban, yang hanya mengikat bagi negara-
negara yang mengadakan perjanjian saja (perjanjian bilateral).
Contoh :
Perjanjian yang sah artinya perjanjian yang memenuhi syarat yang telah
ditentukan oleh undang- undang, sehingga ia diakui oleh hukum (legally concluded
contract). Menurut ketentuan pasal 1320 KUHPdt, syarat- syarat sah perjanjian adalah
sebagai berikut:
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, syarat kesatu dan kedua dinamakan syarat
subjektif, karena berbicara mengenai subjek yang mengadakan perjanjian, sedangkan ketiga
dan keempat dinamakan syarat objektif, karena berbicara mengenai objek yang diperjanjikan
dalam sebuah perjanjian. Dalam perjanjian bilamana syarat-syarat subjektif tidak terpenuhi
maka perjanjiannya dapat dibatalkan oleh hakim atas permintaan pihak yang tidak cakap atau
yang memberikan kesepakatan secara tidak bebas. Selama tidak dibatalkan, perjanjian
tersebut tetap mengikat. Sedangkan, bilamana syarat-syarat objektif yang tidak dipenuhi
maka perjanjiannya batal demi hukum. Artinya batal demi hukum bahwa, dari semula
dianggap tidak pernah ada perjanjian sehingga tidak ada dasar untuk saling menuntut di
pengadilan.
Pelaksanaan
Itikad baik dalam pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata merupakan ukuran objektif untuk
menilai pelaksanaan perjanjian, artinya pelaksanaan perjanjian harus mengindahkan norma-
norma kepatutan dan kesusilaan. Salah satunya untuk memperoleh hak milik ialah jual beli.
Pelaksanaan perjanjian ialah pemenuhan hak dan kewajiban yang telah di perjanjikan oleh
pihak-pihak supaya perjanjian itu mencapai tujuannya.
Jadi perjanjian itu mempunyai kekuatan mengikat dan memaksa. Perjanjian yang
telah di buat secara sah mengikat pihak-pihak, perjanjian tersebut tidak boleh di atur atau
dibatalkan secara sepihak saja.