Dalam hukum islam, soal bersuci dan segala seluk-beluknya termasuk bagian ilmu dan
amalan yang penting, terutama karena di antara syarat-syarat sahnya shalat adalah bahwasannya
seseorang yang akan mengerjakan shalat diwajibkan suci dari hadas dan suci pula badan,
pakaian, dan tempatnya dari najis.
Artinya :
“sesungguhnya Allah menyukai orang – orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang
memsucikan diri” (Al-Baqarah: 222)
Thaharah memiliki alat dan tujuan. Adapun alat yang dapat digunakan untuk bersuci ada empat
yaitu:
1. Berwudhu
2. Mandi
3. Tayamum
4. Menghilangkan najis
1. Bersuci dari hadas. Bagian ini khusus untuk badan, seperti mandi, berwudhu, dan
tayamum.
2. Bersuci dari najis. Bagian ini berlaku pada badan,pakaian dan tempat.
Syarat-syarat sahnya istinja’ (bersuci dari kencing atau buang air besar) dengan batu ada
delapan:
Keterangan
Apabila keluar kotoran dari salah satu dua pintu aurat, wajib istinja’ dengan air atau
dengan tiga buah batu. Yang lebih baik, mula-mula dengan batu atau lainnya, kemudian dengan
air.
Dalam hadist dinyatakan “Beliau (Nabi) telah melewati dua buah kuburan, ketika itu
bellaiu bersabda, ‘kedua orang yang ada dalam kubur ini disiksa. Seorang disiksa karena
mengadu domba orang dan yang seorang lagi karena tidak mengistinja’ kencingnya.” (sepakat
ahli hadist)
“Apabila salah seorang dari kamu beristinja’ dengan batu hendaklah ganjil.” (Riwayat Bukhari
dan Muslim)
Seorang sahabat berkata, “Rasulullah saw telah melarang kita beristinja’ dengan batu kurang dari
tiga” (Riwayat Muslim)
Dalam hadist ini disebutkan tiga batu, berarti tiga buah batu atau satu batu persegi tiga.
Yang dimaksud dengan batu disini ialah setiap benda yang keras, suci, dan kesat, seperti kayu,
tembikar, dsb. Adapun benda yang licin seperti kaca, tidak sak dipakai istinja karena tidak dapat
menghilangkan najis. Demikian pula benda yang dihormati, seperti makanan dan sebagaianya,
karena hal itu menyebabkan mubazir.
Syarat istinja’ dengan batu dan yang sejenisnya hendaklah dilakukan sebleum kotoran
kering, dan kotoran itu tidak mengenai tempat lain selain tempat keluarnya. Jika kotoran itu
sudah kering atau mengenai tempat selain tempat keluarnya, maka tidak sah lagi istinja’ dengan
batu, tetapi wajib dengan air.