Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK : LEASING


Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“Dasar-Dasar Perbankan”

Dosen Pengampu:
Han Tantri Hardini, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 6:

1. Irma Laili Fajriyah 17080304007


2. Fanny Putri Ayu Hariati 17080304033
3. Dwi Rahma Lestari 17080304051
4. Nur Aisyah Pratiwi 17080304061
5. Nutia Feby Hanes Panjaitan 17080304077
6. Rosilia Salmah 17080304083
7. Irma Mardiyani Aprilia Bintari17080304097

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN AKUNTANSI


JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya makalah
Lembaga Keuangan Bukan Bank : Leasing dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa kami
ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing dalam membuat
makalah dengan baik dan benar.

Tentunya ada banyak hal yang ingin kami sampaikan dan berikan kepada rekan maupun
pihak-pihak lain melalui makalah ini. Karena itu, semoga makalah ini dapat membawa banyak
manfaat untuk kita semua.

Tim penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, tim penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini.

Surabaya, November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL …………………………………………………………………..……… i


KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………... ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………. iii
BAB 1..............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
Latar Belakang.............................................................................................................................1
Rumusan Masalah........................................................................................................................1
Tujuan Penulisan..........................................................................................................................1
Manfaat Penulisan........................................................................................................................2
BAB 2..............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
Pengertian Leasing.......................................................................................................................3
Perkembangan Leasing di Indonesia............................................................................................4
Mekanisme Leasing.....................................................................................................................5
Teknik-Teknik Pembiayaan Leasing...........................................................................................7
Manfaat Leasing...........................................................................................................................9
Penggolongan Perusahaan Leasing............................................................................................11
Asuransi dalam Kegiatan Leasing..............................................................................................12
Pembayaran Sewa Leasing.........................................................................................................12
Fleksibilitas Leasing..................................................................................................................13
Perlakuan Akuntansi Leasing.....................................................................................................14
BAB 3............................................................................................................................................17
PENUTUP.....................................................................................................................................17
Kesimpulan................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………….. iv

iii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam menjalankan suatu usaha maka diperlukan modal yang tidak sedikit.
Apalagi dalam usaha tersebut juga membutuhkan barang-barang modal untuk
menjalankan suatu usaha tersebut, agar dapat menjalankan suatu usaha dengan lancar
maka kita membutuhkan suatu lembaga untuk memperoleh suatu dana usaha, lembaga ini
dinamakan leasing.
Leasing atau sewa guna usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan
dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan
jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai
dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang
bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang
telah disepakati.
Dengan melakukan leasing perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan
jalan sewa beli untuk dapat langsung digunakan produksi barang. Yang mana sewa beli
tersebut dapat diangsur setiap bulan, triwulan atau enam bulan sekali kepada pihak lessor.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah pengertian dari leasing?
b. Bagaimana perkembangan dari leasing di Indonesia?
c. Bagaimana mekanisme dari leasing?
d. Bagaimana teknik-teknik pembiayaan dari leasing?
e. Apa saja manfaat dari adanya leasing?
f. Bagaimana penggolongan dari perusahaan leasing?
g. Bagaimana perlakuan asuransi dalam kegiatan leasing?
h. Bagaimana pembayaran dari sewa leasing?
i. Bagaimana fleksibilitas dalam leasing?
j. Bagaimana perlakuan dari akuntansi leasing?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari leasing.
b. Untuk mengetahui dan memahami perkembangan dari leasing di Indonesia.
c. Untuk mengetahui dan memahami mekanisme dari leasing.

1
d. Untuk mengetahui dan memahami teknik-teknik pembiayaan dari leasing.
e. Untuk mengetahui dan memahami manfaat dari adanya leasing.
f. Untuk mengetahui dan memahami penggolongan dari perusahaan leasing.
g. Untuk mengetahui dan memahami perlakuan asuransi dalam kegiatan leasing.
h. Untuk mengetahui dan memahami pembayaran dari sewa leasing.
i. Untuk mengetahui dan memahami fleksibilitas dalam leasing.
j. Untuk mengetahui dan memahami perlakuan dari akuntansi leasing

1.4 Manfaat Penulisan


Dalam penyusunan makalah ini memberikan manfaat, yaitu:
Bagi penulis
a. Melatih dalam penyusunan makalah,
b. Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari bebagai sumber, dan
c. Memperluas ilmu pengetahuan khususnya dalam mata kuliah perbankan materi lembaga
keuangan bukan bank yaitu leasing.
Bagi mahasiswa
a. Mengetahui dan memahami konsep dasar penulisan makalah,
b. Mengetahui, memahami, dan menguasai konsep dasar tentang lembaga keuangan bukan
bank khususnya leasing.

2
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Leasing
Beberapa pengertian sewa guna usaha atau dikenal dengan istilah leasing yang di
kemukakan oleh beberapa sumber adalah sebagi berikut :
Financial Acconting Standard Board ( FASB 13)
Leasing adalah suatu perjanjian penyediaan barang-barang modal yang digunakan untuk
suatu jangka waktu tertentu
The International Accounting Standard (IAS 17)
Leasing adalah suatu perjanjian dimana pemilik aset atau perusahaan sewa guna usaha
(Lessor) menyediakan barang atau aset dengan bank penggunaan kepada penyewa guna
usaha (Lessor) menyediakan barang atau aset dengan hak pengguna kepada penyewaguna
usaha (lessee) dengan imbalan pembayaran sewa untuk suwatu jangka waktu tertentu
The Equipment Leasing Associatinon (ELA-UK)
Leasing adalah suatu kontrak antara lessor dengan lessee untuk penyewaan suatu jenis
barang atau aset tertentu secara langsung dari pabrik atau agen penjual oleh lessee. Hak
kepemilikan barang barang tetap berbeda pada leassor .lessee memeliki hak pakai atas
barang tersebut dengan membayar sewa dengan jumlah dan jangka waktu yang telah di
tetapkan .
Amembal dan Isom
Dari segi pandangan hukum.Kegiatan Leasing memiliki empat ciri , yaitu :
1. Perjanjian antar lessor dengan pihak lessee
2. Berdasarkan perjanjian leasing dengan Leasor mengalihkan hak penggunaan barang
kepada pihak lessee
3. Lessee membayar kepada lessor uang sewa atas penggunaan barang atau aset
4. Lossee mengembalikan barang atau aset tersebut kepada lessor pada akhir periode
yang di tetapkan lebih dahulu dan jangka waktu yang kurang daru umur ekonomi
barang tersebut.

Keputusan bersama Menteri Keuangan, Mentri Perindustrian dan Mentri Perdagangan


Nomor Kep.122/MK/TV/74, Nomor 32/M/SK/2174,Nomor 30/ Kbp/1/74 Tanggal 7
Januari 1974
Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyedian barang
barang modal untuk digunakan oleh sjuatu perusahaan untuk suwatu jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran- pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih

3
bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah di sepakati
bersama.
Keputusan Menteri Keuangan bersama Nomor 1169 /KMK.01/1991 Tanggal 21
November 1991 tentang Kegitan Sewa Guna Usaha (Leasing)
Leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang barang modal baik
secara leasing dengan hak opsi (finance lease) maupun leasing tanpa hak opsi atau sewa
guna usaha biasa (operating leasing ) untuk dingunakan oleh lessee selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.Yang dimaksud dengan finance lease
adalah kegiatan lising dimana lessee pada akhir kontrak mempunyai hak opsi untuk
membeli objek leasing berdasarkan nilai sisa yang di sepakati. Sedangkaan yang
dimaksud dengan poperating lease adalah kegiatan leasing dimana lessee pada akhir
kontrak tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing.
Pada Prinsipnya, Leasing mengandung pengertian yang sama, yaitu memiliki unsur unsur
 Pembiyaan perusahaan
 Pembiyaan barang barang modal
 Jangka waktu tertentu
 Pembayaran berkala
 Adanya hak pilih atau hak opsi
 Adanya nilai sisa yang disepakati bersama

2.2 Perkembangan Leasing di Indonesia


Usaha leasing (sewa guna usaha )sebenarnya sudah ada tahun 2000SM yang
dilakukan oleh orang orang Sumeria. Dokumen-dokumen yang ditemukan kebudayaan
Sumeria menunjukan bahwa transaksi leasing meliputi leasing peralatan,penggunaan
tanah, dan binatang piaraan. Dalam perkembangan berikutnya, banyak sistem hukum
mencantumkan leasing sebagai salah satu metode pembiayaan. Perkembangan usaha di
bidang industri pertanian,manufaktur,dan transportasi membawa banyak jenis peralatan
yang memungkinkan dibiayaai dengan cara leasing.
Kegiatan usaha leasing baru di perkenalkan pada tahun 1974 dengan surat
keputusanBersama Menteri Keuangan , Menteri Perindustrian,Dan Menteri Perdagangan
Nomor Kep.122/MK/IV12/1974,Nomor 32/M/SK/1974,dan Nomor 301Kpb/1174
Tertanggal 7 Januari 1974 Tentang perizinan usaha leasing .Selanjutnya, mentri keuangan
mengeluarkan surat keputusan perizinan dan kegiatan usaha leasing di indonesia untuk
mendukung perkembangannya mentri keuangan mengeluarkan surat keputusan nomor

4
650/MK/IV/511974 tertanggal 6 Mei 1974 tentang penegasan ketentuan pajak penjualan
bersama bea materai terhadap usaha leasing dengan dikeluarkannya kebijakan derigulasi
20 Desember 1988 merupakan bagian dari pakdes 88 diamana lembaga pembiayaan
adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam masyarakat. Ketentuan
minimum modal disetor untuk pendirian suatu perusahaan pembiayaan mmelakukan
kegiatan usaha leasing di atur dalam Pakdes 20 Tahun 1988 dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 Tanggal 20 Desember 1988 dimana modal yang
di setor atau di simpan wajib dan pokok di tetapkan sebagi berikut :
1. Perusahaan Swasta nasional sebesar Rp 3 miliar
2. Perusahaan patungan Indonesia-asing sebesar Rp 10 miliar
3. Koperasi sebesar Rp 3 miliar

Contoh Perusahaan Leasing di Indonesia :


 PT. Federal International Finance (FIF)
 PT. Adira Dinamika Multi Finance, Tbk
 PT. Summit Oto Finance
 PT. Wahana Ottomitra Multiartha (WOM)
 PT. Bussan Auti Finance (BAF) , dsb

2.3 Mekanisme Leasing


Dalam transaksi leasing terdapat minimal 4 pihak yang berkepentingan, yaitu:
1. Lessor
Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan
kepada pihak lessee dalam bentuk barang modal. Dalam finance lease, lessor
bertujuan untuk mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai
penyediaan barang modal dengan mendapatkan keuntungan. Kemudian, dalam
operating lease, lessor bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari penyediaan
barang dan pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan dan
pengoperasian barang modal tersebut.
2. Lessee
Lessee adalah perusahaan atau pihak yang memeroleh pembiayaan dalam bentuk
barang modal dari lessor, dalam finane lease, lessee bertujuan mendapatkan
pembiayaan berupa barang atau peralatan dengan cara pembayaran angsuran atau

5
secara berkala. Kemudian, dalam operating lease, lessee bertujuan dapat memenuhi
kebutuhan peralatannya di samping tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanpa
risiko bagi lessee terhadap kerusakan.
3. Supplier atau Pemasok
Pemasok (supplier) adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau
menyediakan berang untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh
lessor. Dalam finance lease, pemasok langsung menyerahkan barang kepada lessee
tanpa melalui pihak lessor sebagai pihak yang memberikan pembiayaan. Kemudian,
dalam operating lease, pemasok menjual barangnya langsung kepada lessor dengan
pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, baik secara tunai maupun
secara berkala.
4. Bank atau Kreditur
Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditur tidak
terlibat secara langsung dalam kontrak tersebut, tetapi bank memegang peranan
dalam hal penyediaan dana kepada lessor. Dalam hal ini, tidak menutup kemungkinan
pemasok menerima kredit dari bank (Budisantoso, 2018).

Adapun mekanisme trasaksi leasing adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Mekanisme Leasing

Keterangan gambar:

6
1) Lessee menghubungi pemasok untuk pemilihan dan penentuan jenis barang, spesifikasi,
harga, jangka waktu penagihan, dan jaminan purnajual tau barang yang akan disewa.
2) Lessee melakukan negosiasi dengan lessor mengenai kebutuhan pembiayaan barang
modal. Dalam hal ini, lessee meminta lease quotation yang tidak mengikat dari leasor.
Dalam quotation terdapat syarat-syarat pokok pembiayaan leasing, antara lain,:
keterangan barang, harga barang , cash security deposit, residual value, asuransi, biaya
administrasi, jaminan uang sewa (lease rental), dan persyaratan-persyaratan lainnya.
3) Lessor mengirimkan letter of offer atau commitment letter kepada lessee yang berisi
syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk mebiayai barang modal yang dibutuhkan
lessee menandatangani dan mengembalikannya kepada lessor.
4) Penandatanganan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhi lessee dimana
kontrak tersebut mencakup hal-hal: pihak-pihak yang terlibat, hak milik, jangka waktu,
jasa leasing, opsi bagi lessee, penutupan asuransi, tanggung jawab atas objek leasing,
perpajakan jadwal pembayaran angsuran sewa dan sebagainya.
5) Pengiriman order beli kepada pemasok disertai instruksi pengiriman baran kepada lessee
sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang telah disetujui.
6) Pengiriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan srta
menandatangani surat tanda terima dan perintah bayar yang selanjutnya diserahkan
kepada pemasok.
7) Penyerahan dokumen oleh pemasok kepada lessor termasuk faktur dan bukti-bukti
kepemilikan barang lainnya.
8) Pembayaran oleh lessor kepada pemasok.
Pembayaran sewa (lease payment) secara berkala oleh lessee kepada lessor selama masa
leasing yang seluruhnya mencakup pengembalian jumlah yang dibiayai beserta
bunganya.

2.4 Teknik-Teknik Pembiayaan Leasing


Dilihat dari jenis transaksi leasing, teknik pembiayaan leasing secara garis besar
dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu finance lease dan operating lease.
Finance Lease

7
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah pihak
yang membiayai penyediaan barang modal. Lesse biasanya memilih barang modal yang
dibutuhkan dan atas nama perusahaan sewa guna usaha sebagai pemilik barang modal
tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang
menjadi objek transaksi sewa guna usaha. Selama masa sewa guna usaha, penyeewa guna
usaha melakukan pembayaran sewa guna usaha secara berkala dengan jumlah seluruhnya
ditambah dengan pembayaran nilai sisa atau nilai residu (residual value) yang akan
mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang dibiayai serta bunganya,
yang merupakan pendapatan perusahaan sewa guna usaha. Teknik finance lease biasanya
juga disebut fill pay out leasing yaitu suatu bentuk pembiayaan dengan cara kontrak
antara lessor dengan lessee, dengan catatan bahwa:
 Lessor sebagai pihak pemilik barang atau objek leasing yang dapat berupa barang
bergerak atau tidak bergerak yang memiliki umur maksimum sama dengan masa
kegunaan ekonomis barang tersebut.
 Lesse berkewajiban membayar kepada lessor secara berkala sesuai dengan jumlah
dan jangka waktu yang disetujui. Jumlah yang dibayar tersebut merupakan angsuran
atau lease payment yang terdiri dari biaya perolehan barang ditambah dengan semua
biaya lainnya yang dikeluarkan lessor dan tingkat keuntungan (spread) yang
diinginkan lessor.
 Lessor dalam jangka waktu perjanjian yang disetujui tidak dapat secara sepihak
mengakhiri masa kontrak atau pemakaian barang tersebut. Risiko ekonomis termasuk
biaya pemeliharaan dan biaya lainnya yang berhubungan dengan barang yang disewa
tersebut ditanggung oleh lessee.
 Lessee pada akhir kontrak memiliki hak opsi untuk membeli barang tersebut sesuai
dengan nilai sisa yang disepakati atau mengembalikan pada lessor atau
memperpanjang masa sewa guna usaha sesuai dengan syarat-syarat yang disetujui
bersama.
 Pembayaran berkala pada masa perpanjangan sewa tersebut biasanya jauh lebih
rendah dari angsuran sebelumnya.
Dalam praktiknya, finance lease dapat dibagi dalam beberapa bentuk transaksi
antara lain sebagai berikut:
1. Direct finance lease
Dalam transaksi direct finance lease, pihak lessor membeli barang modal atas
permintaan dari lessee dan langsung disewagunausahakan kepada lessee. Lessee
dapat terlibat dalam proses pembelian barang modal dari pemasok.
2. Sale and lease back
Pihak lessee menjual barang modalnya kepada lessor untuk kemudian dilakukan
kontrak sewa guna usaha atas barang tersebut dengan jangka waktu yang disepakati
bersama. Metode transaksi ini membantu lessee yang mengalami kesulitan modal
kerja.
3. Leveraged lease

8
Dalam proses sewa guna usaha ini, pihak yang terlibat adalah lessor, lessee dan
kreditor jangka panjang dalam membiayai objek leasing. Pihak kreditor inilah yang
biasanya justru memberikan porsi yang besar dalam pembiayaan. Kreditor jangka
panjang, biasanya lembaga keuangan misalnya bank yang akan menyediakan
pembiayaan sebesar 60%-80% yang disebut leverage debt wihout recourse kepada
pihak lessor. Apabila pihak lesse mengalami default dan tidak mampu mengangsur,
lessor tidak ikut bertanggung jawab kepada bank.
4. Syndicated lease
Metode ini terjadi apabila pembiayaan sewa guna usaha dilakukan oleh lebih dari
satu lessor. Kerja sama antar lessor ini didasarkan pada pertimbangan risiko atau
objek leasing yang membutuhkan dana dalam jumlah besar.
5. Vendor program
Vendor program adalah suatu metode penjualan yang dilakukan oleh dealer
kepada konsumen dengan mendapatkan fasilitas leasing. Lessor akan membayar
objek leasing kepada vendor/dealer dan selanjutnya lessee akan membayar angsuran
secara periodik langsung kepada lessor atau melalui dealer.
Operating Lease
Dalam teknik operating lease, pihak pemilik objek leasing atau lessor membeli
barang modal dan disewagunausahakan kepada lessee. Pembayaran periodik yang
dilakukan oleh lessee tidak mencakup biaya yang dikeluarkan oleh lessor untuk
mendapatkan barang modal tersebut dan bunganya. Lessor mengharapkan keuntungan
dari penjualan barang modal yang disewagunausahakan. Lessor dapat juga memperoleh
sumber penghasilan dari perjanjian sewa guna usaha yang lain. Karena harapan
keuntungan operating lease ini tergantung pada penjualan barang yang sudah selesai
disewagunausahakan, lessor harus memiliki keahlian khusus untuk memasarkan kembali
barang modal tersebut. Selain itu lessor biasanya bertanggung jawab atas biaya-biaya
pelaksanaan sewa guna usaha seperti asuransi, pajak maupun pemeliharaan barang modal
yang bersangkutan. Apabila dalam finance lease, lessor tidak dapat melakukan
pembatalan kontrak masa sewa guna usaha selama jangka waktu leasing (cancelable).
Operating lease dapat juga disebut leasing biasa yaitu suatu perjanjian kontrak antara
lessor dengan lessee, dengan catatan bahwa:
 Lessor sebagai pemilik objek leasing menyerahkan kepada pihak lessee untuk
digunakan dengan jangka waktu relatif lebih pendek dari umur ekonomis barang
modal tersebut.
 Lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayar sejumlah sewa secara
berkala kepada lessor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah keseluruhan biaya
perolehan barang tersebut beserta bunganya. Hal ini disebut nonfull pay out lease.
 Lessor menanggung segala risiko ekonomis dan pemeliharaan atas barang-barang
tersebut.
 Lessee pada akhir kontrak harus mengembalikan objek leasing kepada lessor.
 Lessee dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktu-waktu (cancelable).

9
2.5 Manfaat Leasing
Pembiayaan melalui leasing memberikan beberapa keuntungan antara lain :
a. Menghemat modal
Penggunaan sistem leasing memungkinkan leasee menghemat modal kerja. Untuk
memulai usaha leasee tidak perlu menyediakan dana dalam jumlah besar untuk
menyiapkan barang-barang modal. Dana yang tersedia dapat dialokasikan untuk
kebutuhan lain yang lebih urgent.
b. Diversifikasi sumber-sumber pembiayaan
Adanya sumber pembiayaan selain dari bank akan memberikan keleluasaan dan
alternatif untuk membiayai usahanya tanpa khawatir adanya kebijaksanaan
pengetatan ekspansi kredit perbankan yang akan membahayakan kelanjutan
usahanya.
c. Persyaratan yang kurang ketat dan lebih fleksibel
Perjanjian leasing tidak sekaku dan seketat dalam bank meskipun leassor tetap
mempertimbangkan risiko yang biasanya dilakukan melalui pricing dari suatu
kontrak leasing dengan penyesuaian atas keuntungan yang diinginkan. Dipandang
dari sisi perjanjiannya leasing lebih luwes karena dapat dengan lebih mudah
menyesuaikan dengan keadangan keuangan leassee. Besarnya pembayaran periodik
dan masa waktu pembayaran dapat dirundingkan sesuai dengan kondisi yang dihadapi
oleh leassee secara nyata. Besarnya angsuran tidak harus sama besar setiap kali
pembayaran tetapi dapat disesuaikan dengan tingkat output pada periode tertentu.
Masa pembayaran dapat diatur sehingga pada waktu-waktu tertentu dapat ditentukan
lebih besar atau lebih kecil dan biaya lebih murah.
d. Penggunaan waktu barang atau peralatan melalui metode leasing jauh lebih
murah dibandingkan dengan kredit bank berdasarkan perhitungan nilai sekarang
(present value)
e. Di luar neraca (off-balance sheet)
Tidak adanya ketentuan yang mengharuskan untuk mencantumkan transaksi
leasing dalam neraca perusahaan memberi daya tarik tersendiri bagi leassee yang
berarti prosedur pembelian aktiva tidak perlu dipenuhi secara terperinci karena masih

10
dalam batas kewenangan direksi. Apabila leasing tersebut dilakukan dengan
menggunakan metode operating lease maka tidak ada keharusan untuk
mencantumkan dalam neraca. Jumlah yang harus dibayarkan selama tahun berjalan
dibebankan sebagai beban sewa. Oleh karena itu operating lease hanya berpengaruh
terhadap kinerja laba rugi. Apabila dilakukan review kinerja dengan mendasarkan
pada kinerja di aktiva tetap di dalam neraca, maka akan tampak bahwa kinerja
operasional perusahaan akan menjadi lebih baik.
f. Menguntungkan arus kas
Keluwesan pengaturan pembayaran sewa sangatlah penting dalam perencanaan
arus dana karena pengaturan ini akan mempunyai dampak yang berarti bagi
pendapatan leasee. Selain itu persyaratan pembayaran di muka yang relatif lebih kecil
akan sangat berpengaruh pada arus dana terlebih apabila ada pertimbangan
kelambatan menghasilkan laba dalam investasi.
g. Proteksi inflasi
Leasing dapat memberikan perlindungan terhadap inflasi di mana dalam tahun-
tahun berikutnya setelah kontrak leasing dilakukan khususnya apabila leasing
berdasarkan tarif suku bunga tetap maka lease membayar dengan jumlah tetap atas
sisa kewajibannya yang berasal dari pelunasan yang dilakukan di masa lalu.
h. Perlindungan akibat kemajuan teknologi
Dengan memanfaatkan leasing lease dapat terhindar dari kerugian akibat barang
yang disewa tersebut mengalami ketinggalan model atau sistem yang disebabkan oleh
pesatnya perkembangan teknologi. Dalam keadaan yang berubah cepat operating
lease yang berjangka waktu singkat dapat mengatasi kekhwatiran leasee terhadap
risiko keuntungan sehingga leasee tidak perlu mempertimbangkan risiko ini pada
tahap awal.

2.6 Penggolongan Perusahaan Leasing


Dalam menjalankan kegiatan usahanya, perusahaan leasing dapat digolongkan
menjadi 3 kelompok, antara lain:
1. Independent leasing company
Perusahaan leasing jenis ini mewakili sebagian besar dari industri leasing dimana
perusahaan ini berdiri sendiri atas independen dari pemasok yang mungkin dapat

11
memenuhi kebutuhan barang modal nasabahnya (leure). Selain itu perusahaan dapat
membelinya dari berbagai pemasok atas produsen yang kemudian disewa kepada
pemakai. Lembaga keuangan yang terlibat dalam kegiatan usaha leasing yaitu bank,
perusahaan asuransi dan lembaga keuangan lainnya yang disebut lessor independen.
2. Captive lessor
Sering juga disebut two lessor party lessor yang melibatkan dua pihak, yaitu:
 Pihak pertama terdiri atas perusahaan induk dan anak perusahaan leasing
(subsidiary)
 Pihak kedua adalah lessor atas pemakai barang
Captive lessor akan tercipta apabila pemasok atau produsen mendirikan perusahaan
leasing sendiri untuk membiayai produk produknya. Hal ini dapat terjadi apabila
pemasok menyediakan pembiayaan leasing sendiri, maka akan dapat meningkatkan
kemampuan penjualan melebihi tingkat penjualan dengan menggunakan pembiayaan
tradisional.
3. Lease broker atau packager
Perusahaan leasing ini berfungsi mempertemukan calon lessee dengan pihak
lessor yang membutuhkan suatu usaha barang dengan cara leasing tetapi lease broker
ini dapat memiliki barang atau peralatan untuk menangani transaksi leasing untuk
atas namanya. Namun perusahaan ini memberikan satu atau lebih dalam usaha leasing
yang tergantung pada apa yang dibutuhkan dalam suatu transaksi leasing.

2.7 Asuransi dalam Kegiatan Leasing


Untuk menghindari resiko kerugian yang besar dalam kegiatan leasing, dilibatkan
asuransi dalam proses leasing. Oleh karena itu dalam perjanjian kontrak, ditegaskan
adanya asuransi yang biasanya ditanggung oleh lessee. Pihak lessee harus menanggung
premi asuransi dengan alasan lessee adalah pihak yang mengerti seluk beluk barang
modal yang digunakan dan pihak lessor hanya mendapatkan keuntungan dari selisih
antara biaya dana (cost of fund) dengan tingkat bunga yang ditawarkan kepada lessee.

2.8 Pembayaran Sewa Leasing


Besarnya uang sewa yang dibayarkan oleh lessee terdiri dari unsur bunga dan
cicilan pokok yang jumlahnya selalu berubah-ubah. Pembayaran bunga tersebutakan
semakin kecil sejalan dengan penurunan saldo pokok. Pembayaran sewa dapat dilakukan
dengan menggunakan dua cara, yaitu sebagai berikut:
a. Pembayaran di muka (payment in advance)
Pembayaran angsuran pertama dilakukan pada saat realisasi. Angsuran ini hanya
mengurangi utang pokok karena saat itu belum dikarenakan bunga. Misalnya,

12
Kontrak leasing dilakukan pada tanggal 1 januari 2005 untuk jangka waktu 12 bulan,
pembayaran sewa pertama dilakukan pada tanggal 1 januari 2005.
b. Pembayaran sewa di belakang (payment in arrears)
Angsuran dilakukan pada periode berikutnya setelah realisasi. Angsuran ini
mengandung unsur bunga dan cicilan pokok. Misalnya, kontrak leasing dilakukan
pada tanggal 1 januari 2005 untuk jangka waktu 12 bulan, pembayaran angsuran
pertama dilakukan pada tanggal 1 Februari 2005.
Besarnya pembayaran sewa pada setiap periode ditentukan oleh beberapa faktor
berikut ini.
 Nilai barang modal
Nilai barang modal adalah total nilai harga barang modal dengan nilai sisa pada
akhir masa kontrak
 Simpanan jaminan
Simpanan jaminan dilakukan atas permintaan lessor sebagai security deposit yang
besarnya tergantung kesepakatan antara kedua belah pihak. Semakin besar
simpanan jaminan semakin sedikit besarnya uang sewa periodik.
 Nilai sisa
Nilai sisa adalah perkiraan yang wajar atas nilai suatu barang modal yang
ditransaksikan dlam kontrak lease pada akhir masa kontrak. metode apapun yang
digunakan untuk mengatur leasing, nilai sisa adalah faktor yang sangat penting
untuk dipertimbangkan dalam menetapkan harga dari setiap jenis sewa guna
usaha. Nilai sisa dan pembayaran sewa adalah sumber utama pendapatan lessor.
 Jangka waktu
Jangka waktu kontak leasing dikaitkan dengan jaminan waktu kegunaan ekonomis
atau manfaat barang modal tersebut. Meskipun demikian dalam praktik proyeksi
arus kas lessee merupakan faktor yang sangat penting dalam penentuan jangka
waktu leasing.
 Tingkat bunga
Tingkat bunga yang digunakan dalam perhitungan pembayaran leasing adalah
tingkat bunga efektif yang ditetapkan oleh lessor yang dihitung berdasarkan
besarnya biaya dana ditambah dengan tingkat keuntungan yang diharapkan.

2.9 Fleksibilitas Leasing


Aktivitas sewa guna usaha memberikan banyak kemudahan dan fleksibilitas bagi
pihak lessee. Fleksibilitas tersebut dapat dilakukan dengan membuat skema-skema
khusus dalam pembiayaan sewa guna usaha. Antara lain:
a. Step lease
Adalah suatu kontrak leasing yang memungkinkan pihak lessee melakukan
pembyaran baik dalam rangka untuk meningkatkan (step up lease) maupun untuk

13
mengurangi atau menurunkan (step down lease) jangka waktu leasing guna mengatasi
keterbatasan arus kas lessee.
b. Skipped payment lease
Skipped payment lease adalah perjanjian atau kontrak leasing yang menghendaki
pihak lessee untuk melakukan pembyaran selama periode atau bulan-bulan tertentu
tahunnya.
c. Swap lease
Swap lease memungkinkan lessee untuk melakukan penukaran atas barang yang
disewa apabila barang tersebut mengalami kerusakan dan atau memerlukan perbaikan
dan penggantian komponen tertentu, dimana penukaran dengan barang lain yang
sejenis selama barang tersebut diservis untuk menghindari penambahan biaya
pemeliharaan dan penundaan.
d. Upgrade lease
Hal ini dapat memberikan pilihan yang lebih fleksibel bagi lessee yang
memungkinkan untuk meminta tamabahn barang leasing guna meningkatkan
kapasitas atau efisiensi.
e. Master lease
Lessor memberikan lease line credit yang memungkinkan lessee untuk menambah
barang atau peralatan untuk disewa , dengan persyaratan yang sama seperti kontrak
sebelumnya tanpa perlu dilakukan negosiasi dan perjanjian kontrak leasing baru.
f. Short term or experimental lease
Adanya masa percobaan penggunaan barang yang disewa yang dapat menhilangkan
risiko spekulasi bagi lessee dalam usaha memperoleh suatu brang atau aset.

2.10 Perlakuan Akuntansi Leasing


Dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan diungkapkan
dengan konsep Substansi Mengungguli Bentuk (Subtance Over Form) yaitu makna
ekonomis transaksi lebih diutamakan daripada bentuk hukumnya. Dalam kontrak leasing
selalu melibatkan dua phak yaitu lessor (pemilik leasing) dan lessee (nasabah). Masing-
masing pihak akan melakukan pencatatan atas transaksi leasing. Perlakuan Akuntansi
untuk Leasing yang belaku di Indonesia didasarkan pada PSAK No. 30 tentang
Akuntansi Sewa Guna Usaha.
Perlakuan Akuntansi Lessor
• Finance Lease

 Penanaman neto pada aktiva yang disewagunakan harus diperlakukan dan dicatat
sebagai penanaman neto sewa guna usaha. Jumlah penanaman neto ini terdiri dari
jumlah piutang sewa guna usaha ditambah nilai sisa yang akan diterima dikurangi
dengan pendapatan sewa gua usaha yang belum diakui dan simpanan jaminan

14
 Selisih antara sewa guna usaha ditambah niai sisa dengan harga perolehan aktiva
yang disewa gunakan diperlakukan sebagai pendatan sewa guna yang belum
diakui.
 Pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui dialokasikan secara konsisten
sebagai pendapatan tahun berjalan berdasarkan suatu tigkat pengembaian berkala
ayas penanaman neto perusahaan sewa guna usaha.
 Apabila perusahaan sewa guna usaha menjual barang modal kepada penyewa
guna usaha sebelum berakhirnya masa sewa, maka perbedaan antara harga jual
dengan penanaman neto dalam sewa guna usaha saat penjualan harus diakui dan
dicatat sebgai keuntungan atau kerugian pada periode berjalan.
 Pendapatan lain yang diterima sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha dan
dicatat sebagai pendapatan periode berjalan.

• Operating Lease

 Barang modal yang disewagunakan harus diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva
sewa guna usaha berdasarkan harga perolehan.
 Pembayaran sewa guna usaha selama taun berjalan yang diperoleh dari penyewa
guna usaha diakui dan dicatat sebagai pendapatan sewa. Pendapatan sewa harus
diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus sepanjang masa guna sewa
 Penysusutan aktiva yang disewagunakan harus dilakukan dalam jumlah yang
layak berdasarkan taksiran masa manfaatnya.
 Apabila aktiva yang dipersewagunakan dijual makan perbedaan antara nilai buku
dan harga jual harus diaui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugaian tahun
berjalan.

Perlakuan Akuntansi Lessee


• Capital Lease

 Transaksi sewa guna usaha diperlakukan dan dicatat sebgai aktiva tetap dan
kewajiban pada awalmasa sewa guna sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran
sewa guna usaha ditambah nilai sisa ang harus dibayar oleh penyewa guna usaha
pada akhir masasewa guna usaha.
 Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai tunai dari pembayaran
sewa guna usaha adalah tngkat bunga yang dibebankan oleh perusahaan sewa
guna usaha.
 Aktiva yang disewagunakan harus diamortisasi dalam jumlah yang wajar sesuai
dengan masa manfaatnya.
 Apabila aktiva yang disewagunakan dibeli sebelum berakhirnya masa sewa guna
usaha, maka perbedaan antara pembayaran yang dilakukan dengan sisa kewajiban
yang dibebankan harus dikreditkan pada tahun berjalan.

15
 Kewajiban sewa guna usaha harus disajikan sebai kewajiban lancar dan jangka
panjang sesuai dengan praktik yang lazim.
 Dalam hal dilakukan penjualan dan penyewaan kembali harus diberlakukan
sebagai dua transaksi yang terpisah yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa
guna usaha. Apabila terjadi selisih antara harga jual dan nilai buku maka harus
diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugan yang ditangguhkan.
Amortisasi atas keuntungan atau kerugian harus dilakukan secara proposional
dengan biaya amortisasi aktiva apabila lease back merupakan capital lease atau
secara proposional dngan biaya sewa bila lease back merupakan operating lease.

• Operating lease

 Pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan merupakan baiaya sewa yang
diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa guna usaha

16
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan semakin berkembangya dunia bisnis, maka semakin banyak perusahaan


yang terjun ke dunia bisnis. Dengan semakin banyaknyaperusahaan yang terjun ke dunia
bisnis, maka semakin banyak kebutuhandana dan modal yang harus dipenuhi oleh
berbagai perusahaan. Haltersebut mendorong industry bisnis yang bergerak dalam
bidangpembiayaan yang disebut lembaga pembiayaan.
Leasing termasuk ke dalam salah satu bentuk lembaga pembiayaan karenayang
dikatakan dengan lembaga pembiayaan adalah suatu badan usahayang di dalam
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaandana atau barang modal
dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Sedangkan leasing adalah
setiap kegiatan pembiayaanperusahaan dalam bentuk penyediaan barang – barang modal
untuk digunakan oleh suatu perusahaan, untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan
pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagiperusahaan tersebut
untuk membeli barang -barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka
waktu leasing berdasarkan nilaisisa yang telah disepakati bersama. Oleh karena itu,
leasing termasuk salahsatu jenis lembaga pembiayaan karena leasing membiayai
perusahaan dalam bentuk penyediaan barang modal.
Perjanjian sewa guna usaha yang lahir pada prosedur mekanisme leasing terdiri
dari ketentuan-ketentuan yang salah satunya adalah ketentuan mengenai tanggung jawab
para pihak terhadap obyek leasing. pemabagian dan pengaturan mengenai tanggung
jawab para pihak terhadap obyek leasing tersebut pada umumnya dipengaruhi dan
ditentukan oleh jenis pembiayaan yang terdapat dalam perjanjian leasing itu sendiri,
namun secara khusus pembagian dan pengaturan tersebut pada dasranya harus didasarkan
pada kesepakatan para pihak dalam perjanjian. sedangkan untuk pelaksanaannya harus
dilakukan berdasarkan undang-undang.

17
DAFTAR PUSTAKA
Budisantoso, Totok dan Nuritomo. 2018. Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 3. Jakarta
Selatan: Salemba Empat.
Budisantoso, Totok. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2. Jakarta Selatan: Salemba
Empat.

iv

Anda mungkin juga menyukai