Anda di halaman 1dari 38

1

TUGAS MAKALAH

“ASURANSI”

Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

“Dasar-Dasar Perbankan”

Dosen Pengampu:

Han Tantri Hardini, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:

1. Ihda Rohmatin K. 17080304045


2. Fatkul Mubin Choiriyah 17080304057
3. Nur Afni Kristianingsih 17080304059
4. Astrivah Apriliana 17080304063
5. Maya Christyna C. 17080304069
6. Choirunnisa Rachman 17080304081
7. Fania Riski Felani 17080304087

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2019
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala karena berkat ridho-Nya


makalah berjudul “Asuransi” dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan makalah
ini guna memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Perbankan, Prodi S1 Pendidikan
Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya.

Dalam pembuatan makalah ini, tidak lepas dari hambatan dan tantangan.
Namun tantangan tersebut dapat teratasi dengan dukungan bebagai pihak. Oleh
karenanya, dengan kerendahan hati kami menyampaikan terimakasih kepada yang
terhormat Dosen Pengampu mata kuliah. Han Tantri Hardini, S.Pd., M.Pd, dan
berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga atas
kebaikannya mendapat balasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik dari segi
penyusunan maupun isinya. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata, kami
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami pada khusunya dan bagi
pembaca pada umumnya. Terimakasih.

Surabaya, 4 November 2019

Penulis
iii

Daftar isi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selama beberapa tahun belakangan ini, perkembangan asuransi di Indonesia
menunjukkan angka kemajuan yang cukup baik. Perusahaan asuransi menunjukkan
geliat pertumbuhan didalam usaha yang mereka jalankan, yang mana semakin hari
semakin banyak nasabah yang mengunakan layanan asuransi di dalam kehidupan
mereka. Kesadaran masyarakat akan pentingnya sebuah perlindungan atas berbagai
macam risiko yang bisa terjadi dan menimpa diri mereka sewaktu-waktu adalah
salah satu penyebab tingginya jumlah pengguna asuransi belakangan ini. Hal ini
tentu saja menjadi sebuah keuntungan tersendiri bagi perusahaan asuransi yang
menyediakan layanan asuransi, dimana akan semakin luas pasar yang bisa diolah
dan dijadikan sebagai sasaran penjualan produk yang mereka miliki. Akan tetapi
tidak sedikit pula masyarakat yang belum memahami atau bahkan sama sekali tidak
mengerti tentang asuransi, jenis-jenis asuransi, tujuan berasuransi, dan manfaat
asuransi, apalagi untuk mengetahui lebih dalam tentang asuransi khususnya
peraturan perundang-undangan yang mengaturnya.
Menurut Ketentuan Pasal 246 KUHD, Asuransi atau Pertanggungan adalah
Perjanjian dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
menerima premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya
akibat dari suatu evenemen (peristiwa tidak pasti). Asuransi atau pertanggungan
adalah perjanjian antara dua pihak atau lebihdengan mana pihak penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung denganmenerima premi asuransi untuk
memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu
peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungka.

1
2

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan Asuransi ?

1.2.2 Apakah manfaat dari asuransi ?

1.2.3 Apakah resiko dan ketidakpastian dari asuransi ?

1.2.4 Apakah Prinsip dalam asuransi ?

1.2.5 Apakah polis dan premi dalam asuransi ?

1.2.6 Bagaimanakah penggolongan asuransi ?

1.2.7 Bagaimanakah pengaturan asuransi di Indonesia ?

1.2.8 Bagaimanakah perizinan pendirian perusahaan asuransi ?

1.2.9 Bagaimanakah asuransi kredit ?

1.2.10 Bagaimanakah asuransi syariah ?

1.2.11 Apakah perbedaan asuransi konvensional dan auransi syariah ?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian asuransi

1.3.2 Untuk mengetahui manfaat dari asuransi

1.3.3 Untuk mengetahui resiko dan ketidakpastian dari asuransi

1.3.4 Untuk mengetahui prinsip dalam asuransi

1.3.5 Untuk mengetahui polis dan premi dalam asuransi

1.3.6 Untuk mengetahui penggolongan dari asuransi

1.3.7 Untuk mengetahui pengaturan asuransi di Indonesia

1.3.8 Untuk mengetahui perizinan pendirian perusahaan asuransi

1.3.9 Untuk mengetahui asuransi kredit

1.3.10 Untuk mengetahui asuransi syariah

1.3.11 Untuk mengetahui perbedaan asuransi konvensional dan auransi syariah


3
BAB II

KAJIAN TEORI
a. Menurut M. Nur Rianto (2012:212) asuransi merupakan sebuah mekanisme
perlindungan terhadap pihak tertanggung apabila mengalami resiko di masa yang
akan datang dimana pihak tertanggung akan membayar premi guna mendapatkan
ganti rugi dari pihak penanggung.
b. Julius R. Latumaerissa (2011:447) mendefinisikan asuransi sebagai suatu
perjanjian dimana terdapat pihak tertanggung yang membayar premi kepada pihak
penanggung guna mendapatkan penggantian karena suatu keinginan, kerusakanm
atau kehilangan keuntungan yang telah diharapkan yang kemungkinannnya tidak
pasti akan terjadi di masa yang akan datang.
c. Ktut Silvanita (2009:40) asuransi merupakan suatu permintaan dimana satu pihak
memiliki intensif untuk mentrasfer resiko dengan 10 11 membayar sejumlah dana
untuk menjauhi resiko kehilangan sejumlah harta yang dimilikinya.
d. Menurut Prof. Wiryono Prodjodikoro, S.H menyatakan bahwa Asuransi ialah
sebuah persetujuan yang dimana pihak yang menjamin berjanji kepada pihak yang
dijamin, untuk menerima sejumlah uang sebagai pengganti kerugian, yang
mungkin diderita oleh yang dijamin, karena diakibatkan dari suatu peristiwa yang
belum jelas.
e. Menurut Prof. Mehr dan Cammack menyatakan bahwa Asuransi ialah suatu alat
untuk mengurangi risiko keuangan, dengan cara sebuah pengumpulan unit-unit
eksposur (exposure) dalam jumlah yang memadai, untuk membuat agar kerugian
individu bisa diperkirakan. Kemudian, kerugian yang bisa diramalkan itu dipikul
merata oleh mereka yang tergabung.
f. Menurut Prof. Mark R. Green menyatakan bahwa Asuransi ialah suatu lembaga
ekonomi yang bertujuan untuk mengurangi suatu risiko, dengan jalan
mengkombinasikan dalam suatu pengelolaan sejumlah objek yang cukup besar
jumlahnya, yang sehingga kerugian tersebut secara menyeluruh bisa diramalkan
dalam batas-batas tertentu.
g. Menurut Arthur William Jr. dan Richard M. Heins mereka yang mendefinisikan
asuransi berdasarkan dua sudut pandang, ekonomi dan hukum. Asuransi
ialah sebuah pengaman terhadap suatu kerugian finansial yang dilakukan oleh
seoraang penaggung (ekonomi). Asuransi ialah sebuah persetujuan dengan mana

4
5

dua atau lebih orang atau badan mengumpulkan dana untuk menanggulangi suatu
kerugian finansial (hukum).
h. Pasal 1 butir 1 Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
yang merumuskan bahwa asuransi ialah “Perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri pada Tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada Tertanggung
karena krugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau
tanggung jawab hukum pihak ketiga yang mungkin akan diderita Tertanggung,
yang timbul dari sebuah peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan
sebuah pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.”
i. Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD), Asuransi atau
pertanggungan ialah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung
mengikatkan diri kepada seorang Tertanggung, dengan menerima suaatu premi,
untuk penggantian kepadanya karena sebuah kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu
peristiwa yang tidak tentu.”
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Asuransi

Asuransi adalah pertanggungan atau perjanjian antara dua belah pihak, di mana
pihak satu berkewajiban membayar iuran/kontribusi/premi. Pihak yang lainnya
memiliki kewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar
iuran/kontribusi/premi apabila terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama atau
barang miliknya sesuai dengan perjanjian yang sudah dibuat)

Asuransi dalam Undang-Undang No. 2 Th 1992 tentang usaha perasuransian


adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, di mana pihak penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk
memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ke tiga
yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang
tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal
atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Contohnya: seorang pasangan membeli rumah seharga Rp100 juta. Mengetahui


bahwa kehilangan rumah mereka akan membawa mereka kepada kehancuran
finansial, mereka mengambil perlindungan asuransi dalam bentuk kebijakan
kepemilikan rumah. Kebijakan tersebut akan membayar penggantian atau
perbaikan rumah mereka bila terjadi bencana. Perusahaan asuransi mengenai
mereka premi sebesar Rp1 juta per tahun. Risiko kehilangan rumah telah disalurkan
dari pemilik rumah ke perusahaan asuransi.

Definisi Asuransi menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD),


tentang asuransi atau pertanggungan seumurnya, Bab 9, Pasal 246: "Asuransi atau
Pertanggungan adalah suatu perjanjian di mana seorang penanggung mengikatkan
diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk
memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena
suatu peristiwa yang tak tertentu.”

6
7

3.2 Manfaat Asuransi

3.2.1 Manfaat Umum

1. Memberikan Ketenangan

Kita tidak pernah mengetahui kemungkinan kejadian yang akan dialami esok
hari. Setiap hari kita lewati dengan kemungkinan kejadian yang bisa saja menuntut
pengeluaran tak terduga. Bila Anda termasuk orang yang sangat siap terhadap
sesuatu, risiko kerugian yang diakibatkan oleh kejadian tak terduga tersebut bisa
diminimalisir dengan mudah.

Tetapi bagaimana dengan Anda yang menyadari bahwa Anda bukan tipe orang
seperti itu? Kehadiran penyedia layanan jasa asuransi ini bisa memberikan jawaban
dan meringankan beban ketika kejadian tak terduga itu datang. Asuransi memiliki
manfaat untuk memberikan proteksi dari risiko ketidakpastian dan dipercaya lebih
mampu meningkatkan rasa percaya diri bagi individu pemegangnya. Penggantian
yang akan diberikan dari pihak penyedia layanan jasa asuransi ini setidaknya akan
meng-cover sebagian hingga seluruh kewajiban pembayaran Anda atas suatu
kejadian. Asuransi juga dikenal sebagai alternatif pengendalian kerugian atau loss
control dengan melakukan survei lapangan serta memberikan rekomendasi kepada
pemegang polis untuk melakukan tindakan preventif dan penanggulangan
kerugian.

2. Sebagai Investasi dan Tabungan

Dengan mendaftarkan diri sebagai nasabah pemegang polis di suatu penyedia


layanan jasa asuransi, Anda akan mendapatkan jaminan pengembalian investasi
pada akhir kontrak. Asuransi yang diperuntukkan investasi juga memberikan
kelonggaran dan fleksibilitas dalam memilih masa pertanggungan. Biasanya akan
ada tiga pilihan waktu masa pertanggungan nasabah pemegang polis, yakni 5, 7,
dan 10 tahun. Selain itu, besarnya premi adalah premi tunggal yang relatif
terjangkau dan bisa dibebaskan dari biaya administrasi

.
8

3. Membantu Meminimalkan Kerugian

Sesuai dengan jenisnya masing-masing, fungsi dari kepemilikan asuransi secara


umum adalah membantu para pemegang polis untuk meminimalkan kerugian dari
kejadian tak terduga yang mungkin terjadi seperti biaya kerugian bencana
kebakaran, kecelakaan, dan biaya rumah sakit.

contoh kasus berikut:Anda adalah seseorang yang memiliki rumah senilai Rp3
milyar. Selain itu, Anda juga memiliki investasi berupa bangunan yang digunakan
sebagai persewaan kamar kos bagi mahasiswa di daerah sekitar kampus. Anda
hanya memberikan proteksi lebih kepada rumah Anda sementara tidak bagi
bangunan kos yang dimiliki.

Ketika terjadi bencana kebakaran akibat ledakan gas di rumah, Anda bisa
mendapatkan cover biaya dari pihak penyedia layanan jasa asuransi. Sementara
bila kebakaran itu terjadi di bangunan kos Anda, Anda akan rugi besar karena
kehilangan bangunan serta harus menanggung kerugian barang-barang milik
mahasiswa karena kebakaran terjadi akibat ledakan gas yang notabene milik
Anda. Dari sini terlihat pentingnya memiliki asuransi sebagai jaminan
perlindungan baik itu untuk diri Anda atau pun untuk properti dan investasi Anda.

4. Membantu Mengatur Keuangan

Kewajiban Anda untuk membayar premi secara rutin sebenarnya secara tidak
langsung memaksa Anda untuk menyediakan dana cadangan yang digunakan
ketika terjadi kejadian tak terduga. Meski begitu, ketika kejadian tak terduga itu
benar-benar terjadi dan mengharuskan Anda mengeluarkan kocek yang cukup
banyak untuk menanggulangi hal tersebut.

Adanya asuransi akan membantu Anda untuk mengurangi pengeluaran tak


terduga yang biasanya jauh lebih tinggi dari pengeluaran rutin harian atau bahkan
bulanan Anda. Dengan memiliki asuransi, Anda tidak perlu membayarkan biaya
penuh atas kerugian yang dialami karena pihak penyedia layanan jasa asuransi ini
akan menyediakan ganti rugi.
9

3.2.2 Manfaat Asuransi Berdasarkan Jenisnya:

1. Asuransi Kesehatan

Produk asuransi jenis ini secara khusus memberikan manfaat kepada pemegang
polis atas jaminan biaya kesehatan atau perawatan ketika terjadi kecelakaan atau
jatuh sakit. Asuransi kesehatan menjamin ketersediaan dana yang dibutuhkan
untuk membiayai kebutuhan kesehatan Anda dan keluarga selaku pemegang polis.

Kejadian sakit atau kecelakaan bukanlah kejadian yang direncanakan dan sama
sekali tidak ada orang yang ingin hal itu terjadi. Namun kita tidak bisa memprediksi
apa yang akan terjadi dan bagaimana dampaknya kepada kita. Hal inilah yang
menjadi perhatian para penyedia layanan jasa asuransi untuk membantu Anda
dalam memberikan jaminan kesehatan seperti contohnya biaya rawat inap dan
biaya operasi.

2. Asuransi Jiwa

Asuransi ini diperuntukkan bagi orang yang menanggung kerugian finansial


tidak terduga yang disebabkan oleh risiko kematian atau risiko hidup terlalu
lama. Penggunaan asuransi jiwa akan memberikan manfaat kepada masyarakat
pemegang polis untuk mengganti program JPS (Jaring Pengaman Sosial)
pemerintah, karena turut membantu menjaga stabilitas masyarakat, dan menjadi
salah satu sumber keuangan. Bisnis ini juga memberikan manfaat dengan
membuka lowongan pekerjaan.

3. Asuransi Jaminan Hari Tua

Asuransi jenis ini tujuannya memberikan kepastian pendapatan pemegang polis


ketika telah menjalani masa pensiun, dan juga kepada keluarganya apabila
tertanggung meninggal dunia. Asuransi ini juga membantu penggunanya
mewujudkan impian setelah memasuki masa tua, karena dananya bisa digunakan
untuk berbagai macam keperluan di masa mendatang.
10

4. Asuransi Pendidikan

Dikenal sebagai alternatif tabungan pendidikan bagi anak yang direncanakan


akan menjalani masa sekolah di tingkat SD hingga Perguruan Tinggi. Asuransi
pendidikan terbagi menjadi dua jenis, yaitu proteksi dan investasi.

5. Asuransi Properti

Dapat dikatakan asuransi jenis ini kurang populer di kalangan masyarakat


Indonesia. Asuransi properti merupakan salah satu jenis asuransi yang memberikan
jaminan kepada para pemegang polisnya untuk menjaminkan rumah atau bisnis
yang menjadi sub-jenis asuransi properti.

Aset penting seperti rumah, kantor, atau gedung sekarang ini dinilai perlu
mendapatkan proteksi lebih. Dengan mendaftarkan asuransi untuk aset berharga,
maka Anda akan mendapat jaminan dari pihak asuransi bila terjadi musibah yang
mengakibatkan rusak atau hilangnya aset berharga tersebut. Ganti rugi yang
dialami bila terdaftar menjadi pemegang polis akan ditutup oleh pihak asuransi.

6. Asuransi Perjalanan

Merupakan jenis asuransi yang memberikan jaminan perlindungan kepada para


pemegang polis ketika sedang dalam perjalanan seperti perlindungan biaya medis,
kehilangan barang di bagasi, kehilangan dokumen perjalanan, dan lain-lain.

7. Asuransi Kendaraan Bermotor / Asuransi Mobil

Salah satu jenis asuransi yang memberikan jaminan perlindungan dari kerugian
atau kerusakan kendaraan bermotor bagi para pemegang polis. Kerugian atau
kerusakan yang ditanggung oleh pihak penyedia jasa asuransi kendaraan bermotor
antara lain:

 Kecelakaan lalu lintas seperti benturan, tabrakan, hingga terperosok


 Perbuatan jahat dari orang lain
 Pencurian
 Kebakaran
11

3.3 Resiko dan Ketidakpastian

Risiko dalam industry perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari


kerugian finansial atau kemungkinan terjadi kerugian. Ketidakpastian dan peluang
kerugian ini dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, antara lain:

1. ketidakpastian ekonomis adalah ketidakpastian akan kebijakan ekonomi


yang akhirnya akan mempengaruhi pola harga konsumsi atau terjadinya
perkembangan teknologi.
2. Ketidakpastian yang berkaitan dengan alam adalah ketidakpastian akan
terjadinya badai, banjir, kebakaran, atau bencana alam lainnya.
3. Ketidakpastian berkaitan dengan manusia yang terjadi akibat perang,
pembunuhan, pencurian,dan sebagainya.

Diantara ketiga jenis ketidakpastian diatas, yang bisa dipertanggungkan ialah


ketidakpastian alam dan manusia,sedangkan ketidakpastian ekonomis tidak bisa
diasuransikan karena bersifat spekulatif (unsur ekonomis) dan sulit untuk diukur
keparahnya (severity).

Dalam asuransi, resiko diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu:

a. Risiko murni

Risiko murni adalah suau risiko yang apabila benar-benar terjadi, akan
memberikan kerugian dan apabila tidak terjadi, tidak akan memberikan kerugian
dan tidak juga memberikan keuntungan. Artinya dalam pengertian risiko murni,
maka kerugian pasti terjadi. Contoh dari risiko ini adalah kebakaran, kecelakaan,
bangkrut dan lain sebagainya.

b. Risiko spekulatif

Risiko spekuliatif adalah risiko yang berkaitan dengan terjadinya dua


kemungkinan, yaitu kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan dan
kemungkinan untuk mendapatkan kerugian. Misalnya ketika berinvestasi saham di
bursa efek, maka peristiwa atau proses investasi tersebut akan menimbulkan risiko
spekulatif, yaitu di satu sisi ada kemungkinan untung secara finansial dan di lain
sisi ada risiko kerugian.
12

c. Risiko individu

Adalah risiko yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari yang dapat


mempengaruhi kapasitas finansial seseorang, harta kekayaanya maupun risiko
tanggung-jawab. Ada 3 jenis risiko individu:

1. Risiko pribadi (personal risk)

Risiko pribadi adalah risiko yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk


memperoleh manfaat ekonomi. Contoh risiko pribadi adalah cacat fisik, kehilangan
pekerjaan, meninggal dunia dan lain sebagainya.

2. Risiko harta (property risk)

Risiko harta adalah risiko bahwa harta yang kita miliki hilang, rusak atau dicuri.
Dengan kerusakan tersebut, pemilik akan kehilangan kesempatan ekonomi yang
diperoleh dari harta yang dimiliki.

3. Risiko tanggung gugat (liability risk)

Merupakan risiko tanggung-jawab yang harus kita berikan kepada pihak lain.
Dengan kata lain, risiko ini untuk menanggung kerugian orang lain akibat ulah atau
hal yang kita sebabkan. Misalnya, dalam peristiwa kecelakaan, ketika Anda
menabrak orang lain maka ini disebut dengan risiko tanggung-gugat (liability risk).

3.4 Prinsip Asuransi

Tidak semua pengajuan asuransi disetujui oleh perusahaan asuransi. Perusahaan


asuransi menerapkan prinsip-prinsip asuransi. Berikut adalah 5 prinsip asuransi
yang menjadi dasar dalam asuransi :

1. Insurable Interest Principle

Barang-barang atau harta benda dapat menimbulkan kerugian finansial bagi


pemiliknya karena harta benda tersebut mengalami kerugian/kerusakan atau
menimbulkan tanggung gugat kepada pihak atau pihak-pihak lain.

Misal : Jika kita berbicara tentang polis asuransi kebakaran atas sebuah rumah
tinggal, maka yang menjadi pokok pertanggungan (the subject matter of insurance)
dalam polis tersebut adalah bangunan rumah tinggal itu sendiri berikut prabot
rumah tangganya.
13

Apabila pokok pertanggungan tersebut mengalami kerugian/kerusakan sebagai


akibat kebakaran, maka Penanggung akan memberikan ganti-rugi.

Menurut KUHD pasal 250 menyebutkan bahwa, “Apabila seorang yang telah
mengadakan suatu pertanggungan untuk diri sendiri atau apabila seorang yang
untuknya telah diadakan suatu pertanggungan, pada saat diadakannya
pertanggungan itu tidak mempunyai kepentingan terhadap barang yang
dipertanggungkan itu, maka si Penanggung tidaklah diwajibkan memberikan ganti-
rugi.” Sedangkan pasal 268 berbunyi, “Suatu pertangungan dapat mengenai segala
kepentingan yang dapat dinilaikan dengan uang, dapat diancam oleh suatu bahaya
dan tidak dikecualikan oleh Undang-undang.” Oleh karenanya Perusahaan
Asuransi hanya dapat menanggung/menutup asuransi harta- benda dari orang-
orang atau badan hukum yang mempunyai kepentingan atas harta benda tersebut
pada saat penutupan.

Kriteria dalam insurable interst :

 Kerugian tidak dapat diperkirakan. Kerugian yang dialami atau yang timbul
tersebut harus bisa diukur
 Kewajaran. Risiko yang dipertanggungkan dalam asuransi adalah benda
atau harga yang memiliki nilai material
 Catastrophic. Kerugian yang ditimbulkan nanti haruslah dalam batas wajar.
 Homogen. Barang atau harta yang di asuransikan harus homogen.

Insurable Interest dapat timbul dari berbagai sumber sebagai berikut :

a. Berdasarkan Hukum (Common Law)

Kepemilikan (Ownership) atas harta benda, atau tanggung gugat seseorang kepada
orang lain dalam hal kelalaian (Pasal 1365 & 1369 K.U.H.Perdata)

b. Berdasarkan Perjanjian (Contract)

Kontrak yang menempatkan suatu pihak dalam hubungan yang diakui secara
Hukum dengan harta-benda atau tanggung jawab yang menjadi pokok
perjanjian.misal :Dalam kontrak sewa sebuah bangunan, didalam kontrak tersebut
menyata-kan bahwa si penyewa bertanggung jawab atas perawatan atau perbaikan
bangunan itu. Kontrak seperti ini memberi si penyewa Insurable Interest pada
14

bangunan tersebut, karena kontrak itu menciptakan hubungan yang diakui secara
Hukum antara si Penyewa dengan si Pemilik bangunan yang disewanya.

Seseorang dengan adanya kontrak harus bertanggung jawab apabila tidak


memenuhi apa yang diperjanjikan dalam kontrak tersebut.

Implementasi insurable interest dalam transaksi asuransi :

• Asuransi Harta Benda (Property Insurance).

• Asuransi Tanggung Gugat (Liability Insurance).

• Asuransi Jiwa (Life Assurance).

2. Utmost Good Faith

Utmost Good Faith adalah suatu kewajiban yang positif dari Tertanggung yang
dengan sukarela menyampaikan seluruh fakta yang sifatnya penting secara lengkap
dan akurat atas suatu risiko yang sedang dimintakan untuk diasuransikan baik
diminta oleh Underwriter ataupun tidak.

Suatu fakta dianggap penting serta wajib untuk disampaikan ialah fakta- fakta
yang dapat mempengaruhi penilaian atau pertimbangan seorang Penanggung
dalam memutuskan apakah ia bersedia menerima atau menolak pertanggungan
yang diminta oleh Tertanggung, serta dalam hal menetapkan besarnya suku premi
atas risiko tersebut.

Pelangaran yang dapat terjadi dalam prinsip ini adalah :

• INNOCENT MISREPRESENTATION. ialah kekurang-telitian dari calon


Tertanggung dalam menyampaikan fakta-fakta penting tersebut, yang disebabkan
oleh kekurang pengetahuan Tertanggung atas fakta-fakta penting tersebut,
sehingga tidak ada faktor kesengajaan dalam hal ini.

• FRAUDULENT MISREPRESENTATION. ialah suatu perbuatan yang


mengandung unsur atau tindakan kesengajaan, dengan tindakan mana pihak
tertanggung secara sengaja memberikan keterangan yang tidak benar atau yang
dapat menyesatkan pihak penanggung dalam memutuskan apakah akan menutup,
atau akan menutup kontrak asuransi yang bersangkutan dengan premi dan syarat-
syarat yang berbeda.
15

• NON DISCLOSURE. ialah suatu tindakan calon tertanggung tidak


menyampaikan atau mengungkapkan suatu fakta-fakta penting, namun
pelanggaran dianggap tak bersalah (innocent breach) yang terjadi tanpa sengaja
atau mungkin karena pihak tertanggung tidak mengetahui secara baik/persis
tentang fakta-fakta yang bersangkutan atau karena ia mengira bahwa fakta- fakta
tersebut tidaklah penting.

• CONCEALMENT (Penyembunyian Fakta). ialah suatu tindakan sengaja calon


tertanggung untuk tidak memberitahukan atau menyampaikan fakta-fakta penting
kepada penanggung.

3. Idemnity

Idemnity adalah suatu prinsip yang mengatur mengenai pemberian ganti-


kerugian. Indeminty dapat diartikan sebagai suatu mekanisme dengan mana si
Penanggung memberikan ganti-rugi Finansial dalam suatu upaya menempatkan si
Tertanggung pada posisi keuangan yang dimiliki pada saat sesaat sebelum kerugian
itu terjadi.

Hal ini berarti bahwa Penanggung akan memberikan ganti-rugi sesuai dengan
kerugian yang benar-benar diderita Tertanggung, tanpa ditambah atau dipengaruhi
unsur-unsur mencari keuntungan atau profit.

Nilai Kerugian = Nilai sesaat sebelum kerugian - Nilai sesaat setelah kerugian.

Hubungan antara indemnity dengan insurable interest. Insurable Interest adalah


Kepentingan finansial Tertanggung pada objek pertanggungan itulah yang
sebenarnya diasuransikan atau dijaminkan dalam polis.

Karenanya, apabila ada kerugian atau klaim, pembayaran kepada si


Tertanggung tentu tidak akan lebih besar dari pada kepentingan finansial (Insurable
Interest) yang dimiliki Tertanggung atas objek pertanggungan itu sendiri.

Ketentuan diatas tidak berlaku bagi kontrak Asuransi Jiwa dan kontrak Asuransi
Kecelakaan Diri (kecuali jaminan Biaya Perawatan/pengobatan), dengan alasannya
bahwa karena jiwa Manusia dan anggota badan (seperti tangan dan kaki) tidak
dapat dinilai dengan uang.
16

4. Subrogation Principle

Seperti kita ketahui bahwa prinsip Indemnitas tidak membenarkan pihak


Tertanggung untuk mengambil keuntungan dari adanya suatu kerugian yang
dijamin oleh polis. Jika tertanggung mempunyai hak untuk memperoleh
penggantian dari pihak ketiga berkenaan dengan suatu kerugian yang dijamin oleh
polis, maka ini berarti ada 2(dua) sumber ganti rugi yang dimiliki oleh
Tertanggung, yaitu :

• Perusahaan Asuransi

• Pihak Ketiga yang menimbulkan kerugian/kerusakan tersebut.

Jika ia menerima penggantian dari kedua sumber itu, maka ia akan menikmati
penggantian yang lebih besar dari penggantian yang seharusnya ia nikmati; dengan
kata lain ia akan mendapatkan indemnitas yang lebih besar dari indemnitas yang
seharusnya ia terima; dan jika keadaan seperti diatas terjadi, maka berarti
tertanggung telah mendapatkan keuntungan dari adanya kerugian itu.

Maka untuk mendukung agar prinsip Indemnitas berjalan sesuai, maka diperlukan
suatu prinsip lain yang memberi pihak Penanggung yang telah membayar kerugian
itu, hak untuk mengambil alih hak penggantian dari pihak ketiga yang dimiliki
Tertanggung apabila kerugian itu di klaim oleh Teratanggung pada polis.

Prinsip Subrogasi adalah Suatu prinsip yang mengatur dalam hal seorang
Penanggung telah menyelesaikan pembayaran ganti-rugi yang diderita oleh
Tertanggung, maka secara otomatis hak yang dimiliki Tertanggung untuk menuntut
pihak ketiga yang menimbulkan kerugian dan atau kerusakan tersebut beralih ke
Penanggung.

5. Kontribusi

Kontribusi adalah suatu prinsip yang mengatur dalam hal suatu objek
pertanggungan, dipertanggungkan pada 2(dua) atau lebih Perusahaan Asuransi,
maka kerugian yang terjadi akan dikontribusikan pada seluruh Perusahaan
Asuransi yang telah menutup pertanggungan tersebut, sebanding dengan liability-
nya masing-masing.

Jadi adalah suatu prinsip yang mengatur hak seorang Penanggung untuk
meminta para penanggung lainnya juga bertanggung-jawab kepada Tertanggung
17

yang sama untuk turut menanggung suatu kerugian tertentu, yang ganti rugi
penuhnya (full indemnity) telah dibayarkan oleh Penanggung yang pertama.

Jika ganti rugi penuh (full indemnity) belum dibayar, maka Tertanggung akan
meminta ganti- rugi itu dari semua Penanggung yang terlibat dalam kerugian itu,

Dalam hal ini prinsip kontribusi dapat berperan untuk membagi klaim atas kerugian
itu dengan cara yang jujur.

6. Proximate Cause

Definisi standar dari Proximate Cause lahir dari perkara “pawsey” melawan
Scottish Union and National pada tahun 1907, sebagai berikut :

“Proximate cause means the active, efficient cause that sets in motion a train of
events which brings about a result, without the intervention of any force started and
working actively from new and independent source”.

Artinya :

“Penyebab proximate artinya penyebab aktif, efisien yang menggerakkan suatu


rangkaian peristiwa yang membawa akibat, tanpa adanya intervensi dari sesuatu
kekuatanpun yang timbul dan bekerja secara aktif dari suatu sumber yang baru dan
berdiri sendiri”

Dari definisi diatas, jelas bahwa ukuran utama dari “proxima” atau “proximate”
adalah faktor efektivitas daripada penyebab itu, dan bukan faktor waktunya.

3.5 Polis Asuransi

1. Pengertian Polis Asuransi

Polis Asuransi adalah kontrak tertulis antara perusahaan asuransi


(penanggung) dan nasabah (tertanggung) yang berisi pengalihan risiko dan syarat-
syarat berlaku (jumlah uang pertanggungan, jenis risiko yang ditanggung, jangka
waktu dan lain sebagainya).

Polis asuransi jiwa disebut juga dengan istilah kontrak, kontrak polis, sertifikat
asuransi. Polis asuransi sangat penting untuk nasabah dan perusahaan asuransi,
sebagai:

 Bukti tertulis bagi kedua belah pihak yang sudah sepakat.


18

 Jaminan untuk nasabah, untuk mengganti kerugian dari pihak perusahaan


asuransi. Termasuk pada saat nasabah melakukan klaim atau tuntutan
hukum jika terjadi kesalahpahaman.
 Perusahaan asuransi menganggap polis adalah tanda terima dari nasabah
dan nasabah tunduk pada aturan yang berlaku.

2. Fungsi Polis Asuransi

Menurut ketentuan pasal 225 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang


(KUHD) perjanjian asuransi harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang
disebut “polis” yang memuat kesepakatan, syarat-syarat khusus dan janji-janji
khusus yang menjadi dasar pemenuhan hak dan kewajiban para pihak (penanggung
dan tertanggung) dalam mencapai tujuan asuransi. Dengan demikian, polis
merupakan alat bukti tertulis tentang telah terjadinya perjanjian asuransi antara
tertanggung dan penanggung. Mengingat fungsinya sebagai alat bukti tertulis,
maka para pihak (khususnya Tertanggung) wajib memperhatikan kejelasan isi polis
dimana sebaiknya tidak mengandung kata-kata atau kalimat yang memungkinkan
perbedaan interpretasi sehingga dapat menimbulkan perselisihan (dispute).

3. Isi Polis Asuransi

Menurut ketentuan pasal 256 KUHD, setiap polis kecuali mengenai


asuransi jiwa harus memuat syarat-syarat khusus berikut ini:

 Hari dan tanggal pembuatan perjanjian asuransi;


 Nama tertanggung, untuk diri sendiri atau pihak ketiga;
 Uraian yang jelas mengenai benda yang diasuransikan;
 Jumlah yang diasuransikan (nilai pertanggungan);
 Bahaya-bahaya/evenemen yang ditanggung oleh penanggung;
 Saat bahaya mulai berjalan dan berakhir yang menjadi tanggungan
penanggung;
 Premi asuransi;
 Umumnya semua keadaan yang perlu diketahui oleh penanggung dan segala
janji-janji khusus yang diadakan antara para pihak, antara lain
mencantumkan BANKER’S CLAUSE, jika terjadi peristiwa (evenemen)
19

yang menimbulkan kerugian penanggung dapat berhadapan dengan siapa


pemilik atau pemegang hak.

Untuk jenis asuransi kebakaran Pasal 287 KUHD menentukan bahwa di dalam
polisnya harus pula menyebutkan: 1. letak dan batas barang tetap yang
dipertanggungkan; 2. penggunaannya; 3. sifat dan penggunaan bangunan-
bangunan yang berbatasan, selama hal itu dapat mempunyai pengaruh terhadap
pertanggungannya; 4. nilai barang yang dipertanggungkan; 5. letak dan batas
bangunan dan tempat, di mana barang bergerak yang dipertanggungkan berada,
disimpan atau ditumpuk.

4. Jenis Klausula Asuransi

Jenis Klausula Asuransi Dalam perjanjian asuransi sering dimuat janji-janji


khusus yang dirumuskan secara tegas dalam polis, yang lazim disebut Klausula
asuransi yang maksudnya untuk mengetahui batas tanggung jawab penanggung
dalam pembayaran ganti kerugian apabila terjadi peristiwa yang menimbulkan
kerugian. Jenis-jenis asuransi tersebut ditentukan oleh sifat objek asuransi itu,
bahaya yang mengancam dalam setiap asuransi. Klausula-klausula yang dimaksud
antara lain:

a. Klausula Premier Risque Klausula ini menyatakan bahwa apabila pada


asuransi dibawah nilai benda terjadi kerugian, penanggung akan membayar
ganti kerugian seluruhnya sampai maksimum jumlah yang diasuransikan
(Pasal 253 ayat 3 KUHD). Klausula ini biasa digunakan pada asuransi
pembongkaran dan pencurian, asuransi tanggung jawab.
b. Klausula All Risk Klausula ini menentukan bahwa penanggung memikul
segala resiko atau benda yang diasuransikan. ini berarti penanggung akan
mengganti semua kerugian yang timbul akibat peristiwa apapun, kecuali
kerugian yang timbul karena kesalahan tertanggung sendiri (Pasal 276
KUHD) dan karena cacat sendiri bendanya (Pasal 249 KUHD).
c. Klausula Total Loss Only (TLO) Klausula ini menentukan bahwa
penanggung hanya menanggung kerugian yang merupakan kerugian
keseluruhan/total atas benda yang diasuransikan. d. Klausula Sudah
Diketahui (All Seen) Klausula ini digunakan pada asuransi kebakaran.
20

Klausula ini menentukan bahwa penanggung sudah mengetahui keadaan,


konstruksi, letak dan cara pemakaian bangunan yang diasuransikan.
d. Klausula Renunsiasi (Renunciation) Menurut Klausula penanggung tidak
akan menggugat tertanggung, dengan alasan pasal 251 KUHD, kecuali jika
hakim menetapkan bahwa pasal tersebut harus diberlakuan secara jujur atau
itikad baik dan sesuai dengan kebiasaan. berarti apabila timbul kerugian
akibat evenemen tertanggung tidak memberitahukan keadaan benda objek
asuransi kepada penanggung, maka penanggung tidak akan mengajukan
pasal 251 KUHD dan penanggung akan membayar klaim ganti kerugian
kepada tertanggung.
e. Klausula Free Particular Average (FPA) Bahwa penaggung dibebaskan dari
kewajiban membayar ganti kerugian yang timbul akibat peristiwa khusus
di laut (Particular Average) seperti ditentukan dalam pasal 709 KUHD
dengan kata lain penanggung menolak pembayaran ganti kerugian yang
diklaim oleh tertanggung yang sebenarnya timbul dari akibat peristiwa
khusus yang sudah dibebaskan klausula FPA.
f. Klausula Riot, Strike & Civil Commotion (RSCC). Riot (kerusuhan) adalah
tindakan suatu kelompok orang, minimal sebanyak 12 orang, yang dalam
melaksanakan suatu tujuan bersama menimbulkan suasana gangguan
ketertiban umum dengan kegaduhan dan menggunakan kekerasan serta
pengrusakan harta benda orang lain, yang belum dianggap sebagai huru-
hara. Strike (pemogokan) adalah tindakan pengrusakan yang disengaja oleh
sekelompok pekerja, minimal 12 orang pekerja atau separuh dari jumlah
pekerja (dalam hal jumlah seluruh pekerja kurang dari 24 orang), yang
menolak bekerja sebagaimana biasanya dalam usaha untuk memaksa
majikan memenuhi tuntutan dari pekerja atau dalam melakukan protes
terhadap peraturan atau persyaratan kerja yang diberlakukan oleh majikan.

Civil Commotion (huru-hara) adalah keadaan di suatu kota dimana sejumlah


besar massa secara bersama-sama atau dalam kelompokkelompok kecil
menimbulkan suasana gangguan ketertiban dan keamanan masyarakat dengan
kegaduhan dan menggunakan kekerasan serta rentetan pengrusakan sejumlah besar
harta benda, sedemikian rupa sehingga timbul ketakutan umum, yang ditandai
dengan terhentinya lebih dari separuh kegiatan normal pusat
21

perdagangan/pertokoan atau perkantoran atau sekolah atau transportasi umum di


kota tersebut selama minimal 24 jam secara terus menerus yang dimulai sebelum,
selama atau setelah kejadian tersebut

3.6 Jenis Jenis Asuransi

Jenis Asuransi pada umumnya dibagi menjadi dua bagian besar yaitu: Asuransi
Kerugian dan Asuransi Jiwa.

a. Asuransi Kerugian terdiri dari:


 Asuransi Kebakaran
 Asuransi Kehilangan dan Kerusakan;
 Asuransi laut;
 Asuransi Pengangkutan;
 Asuransi Kredit.
b. Asuransi Jiwa terdiri dari:
 Asuransi Kecelakaan;
 Asuransi Kesehatan;
 Asuransi Kematian
3.7 Pengaturan Peransurasian di Indonesia

Saat ini tugas pengaturan dan pengawasan terhadap industri perasuransian


berada di bawah kewenangan Otoritas Jasa Keuangan. Dalam Pasal 60 ayat (1)
Undang-Undang Perasuransian disebutkan dalam rangka pelaksanaan fungsi
pengaturan, Otoritas Jasa Keuangan menetapkan peraturan perundang- undangan
di bidang perasuransian dan dalam Pasal 60 ayat (2) disebutkan dalam rangka
pelaksanaan fungsi pengawasan Otoritas Jasa Keuangan berwenang:
a) Menyetujui atau menolak memberikan izin Usaha Perasuransian
b) Mencabut iain Usaha Perasuransian
c) Menyetujui atau menolak memberikan pemyataarl pendaftaran bagi
konsultan aktuaria, akuntan publik, penilai, atau pihak lain yang
memberikan jasa kepada Perusahaan Perasuransian
d) Membatalkan pemyataan pendaftaran bagi konsultan aktuaria, akuntan
publik, penilai, atau pihak lain yang memberikan jasa kepada Perusahaan
Perasuransian
22

e) Mewajibkan Perusahaan Perasuransian menyampaikan laporan secara


berkala
f) Melakukan pemeriksaan terhadap Perusahaan Perasuransian dan pihak lain
yang sedang atau pernah menjadi pihak terafiliasi atau memberikan jasa
kepada Perusahaan Perasuransian
g) Menetapkan Pengendali dari Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi
Syariah, perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah
h) Menyetujui atau mencabut persetujuan suatu Pihak menjadi Pengendali
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi,
atau peru sahaan reasuransi syariah
i) Mewajibkan suatu Pihak untuk berhenti menjadi Pengendali dari
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi,
atau peru sahaan reasuransi syariah
j) Melakukan penilaian kemampuan dan kepatutan terhadap direksi, dewan
komisaris, atau yang setara dengan direksi dan dewan komisaris pada badan
hukum berbentuk koperasi atau usaha bersama sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (l) huruf c, dewan pengawas syariah, aktuaris peru
sahaan, auditor internal, dan Pengendali
k) Menonaktifkan direksi, dewan komisaris, atau yang setara dengan direksi
dan dewan komisaris pada badan hukum berbentuk koperasi atau usaha
bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c, dan/atau
dewan pengawas syariah, dan menetapkan Pengelola Statuter Memberi
perintah tertulis kepada:
 Pihak tertentu untuk membuat laporan mengenai hal tertentu, atas biaya
Perusahaan Perasuransian dan disampaikan kepada Otoritas Jasa
Keuangan
 Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan
reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah untuk mengalihkan seba
gran atau seluruh portofolio pertanggungannya kepada Perusahaan
Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, atau
perusahaan reasuransi syariah lain
23

 Perusahaan Perasuransian untuk melakukan atau tidak melakukan hal


tertentu guna memenuhi ketentuar peraturan perundang-undangan di
bidang perasuransian
 Perusahaan Perasuransian untuk memperbaiki atau menyempurnakan
sistem pengendalian intern untuk mengidentifrkasi dan menghindari
pemanfaatan Perusahaan Perasuransian untuk kejahatan keuangan
 Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah untuk
menghentikan pemasaran produk asuransi tertentu dan
 Perusahaan Perasuransian untuk menggantikan seseorang dari jabatan
atau posisi tertentu, atau menunjuk seseorang dengan kualifikasi
tertentu untuk menempati jabatan atau posisi tertentu, dalam hal orang
tersebut tidak kompeten, tidak memenuhi kualifrkasi tertentu, tidak
berpengalaman, atau melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
peraturan perundang- undangan di bidang perasuransian
l) Mengenakan sanksi kepada Perusahaan Perasuransian, pemegang saham,
direksi, dewan komisaris, atau yang setara dengan pemegang saham,
direksi, dan dewan komisaris pada badan hukum berbentuk koperasi atau
usaha bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c,
dewan pengawas syariah, aktuaris perusahaan, dan/atau auditor internal
m) Melaksanakan kewenangan lain berdasarkan peraturan perundang-
undangan.

3.8 Perizinan Pendirian Perusahaan Asuransi

Undang-Undang Perasuransian memberikan perubahan kewenangan dalam


pemberian izin, sebelum diundangkanya Undang-Undang Perasuransian, setiap
pihak atau badan usaha yang akan melakukan kegiatan usaha di bidang usaha
perasuransian wajib memperoleh izin menteri keuangan, kecuali bagi
perusahaan yang menyelenggarakan Program Asuransi Sosial ( Pasal 9 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian). Khusus
bagi Badan Usaha Milik Negara yang menyelenggarakan Program Asuransi
Sosial, fungsi dan tugas sebagai penyelenggara program tersebut dituangkan
dalam Peraturan Pemerintah. Ini berarti bahwa pemerintah memang
menugaskan Badan Usaha Milik Negara yang bersangkutan untuk
24

melaksanakan suatu Program Asuransi Sosial yang telah diputuskan untuk


dilaksanakan oleh pemerintah. Oleh karena itu Badan Usaha Milik Negara
Tersebut tidak perlu memperoleh izin dari Menteri Keuangan. Setelah Undang-
Undang Perasuransian berlaku, maka segala kegiatan perasuransian diatur oleh
Otoritas Jasa Keuangan. Setiap Pihak dan badan usaha yang akan melakukan
kegiatan usaha di bidang usaha perasuransian wajib terlebih dahulu mendapat
izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan (Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang
Perasuransian). Baik dalam bentuk badan hukum Perseroan Terbatas, Koperasi
maupun Usaha Bersama agar dapat melakukan kegiatan usaha di bidang usaha
perasuransian harus mendapat izin dari Otoritas Jasa Keuangan. Untuk
mendapatkan izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus dipenuhi
persyaratan mengenai:
a. anggaran dasar
b. susunan organisasi
c. modal disetor
d. dana Jaminan
e. kepemilikan
f. kelayakan dan kepatutan pemegang saham dan Pengendali
g. kemampuan dan kepatutan direksi dan dewan komisaris, atau yang setara
dengan direksi dan dewan komisaris pada badan hukum berbentuk koperasi
atau usaha bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c,
dewan pengawas syariah, aktuaris perusahaan, dan auditor internal
h. tenaga ahli
i. kelayakan rencana kerja
j. kelayakan sistem manajemen risiko
k. produk yang akan dipasarkan
l. perikatan dengan pihak terafiliasi apabila ada dan kebijakan pengalihan
sebagian fungsi dalam penyelenggaraan usaha
m. infrastruktur penyiapan dan penyampaian laporan kepada Otoritas Jasa
Keuangan
n. konfirmasi dari otoritas pengawas di negara asal pihak asing, dalam hal
terdapat penyerlaan langsung pihak asing dan
o. hal lain yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan usaha yang sehat.
25

Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara perizinan usaha
antara lain berupa persyaratan kompetensi atau keahlian di bidang Usaha
Perasuransian sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa
Keuangan termasuk bagi pengurus dan tenaga ahli asing.
Otoritas Jasa Keuangan menyetujui atau menolak permohonan izin usaha
Perusahaan Perasuransian paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan
diterima secara lengkap.Hal ini berbeda dengan undang-undang yang lama
karena pada undang-undang yang lama tidak ada diatur tentang batas waktu
mengenai persetujuan atau penolakan permohonan izin asuransi melainkan
diatur di dalam Peraturan-Pemerintah. Dalam hal Otoritas Jasa Keuangan
menolak permohonan izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
penolakan harus dilakukan secara tertulis dengan disertai alasannya. Dalam hal
pembukaan kantor cabang Undang-Undang Perasuransian juga menentukan
beberapa ketentuan:
a. Perusahaan Perasuransian wajib melaporkan setiap pembukaan kantor di
luar kantor pusatnya kepada Otoritas Jasa Keuangan.
b. Kantor Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan
reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah di luar kantor pusatnya yang
memiliki kewenangan untuk membuat keputusan mengenai penerimaan
atau penolakan pertanggungan dan/ atau keputusan mengenai penerimaan
atau penolakan klaim setiap saat wajib memenuhi persyaratan yang
ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan.
c. Perusahaan Perasuransian bertanggung jawab sepenuhnya atas setiap
kantor yang dimiliki atau dikelolanya atau yang pemilik atau pengelolanya
diberi izin menggunakan nama Perusahaan Perasuransian yang
bersangkutan.

3.9 Asuransi Kredit


Asuransi kredit merupakan salah satu jenis proteksi yang diberikan kepada bank
umum atau lembaga pembiayaan keuangan. Proteksi tersebut merupakan proteksi
atas resiko debitur yang tidak mampu melunasi beban kredit pinjamannya. Proteksi
bukan diberikan kepada debitur sebagai pihak penerima kredit dari bank
umum/lembaga pembiayaan keuangan. Namun yang menjadi pihak tertanggung
adalah bank umum/ lembaga pembiayaan keuangan itu sendiri.
26

Bank umum atau lembaga pembiayaan keuangan yang ingin mengajukan


asuransi kredit harus memahami beberapa kriteria kredit yang bisa dijamin dalam
asuransi kredit. Beberapa kriteria kredit tersebut yaitu :
 jika kredit yang diberikan kepada nasabah/ debitur didasarkan pada norma-
norma perkreditan yang sehat, wajar, dan berlaku umum
 debitur pada saat melakukan kreditur tidak sedang berada pada kondisi
ekonomi yang goyah atau dalam proses kepailitan
 debitur tersebut tidak sedang memiliki tanggungan atau beban hutang yang
didapat dari bank umum atau lembaga pembiayaan keuangan yang lain
 debitur tersebut sudah memiliki izin usaha dan tidak bertentangan dengan
aturan atau hukum yang berlaku.
 Proses kredit yang dilakukan sesuai dengan Manual Pemberian Kredit yang
sesuai SE Bank Indonesia.

Untuk kriteria dalam pemberian kredit massal yang dijamin asuransi kredit adalah
kredit yang memiliki sektor ekonomi yang sama dan dalam hal aspek manajemen,
pemasaran, pembelajaran, aspek teknis, usaha tersebut membutuhkan pengelolaan
yang terkait antara yang satu dengan yang lainnya.

Beberapa risiko yang dapat dijamin pada asuransi kredit adalah

 risiko jika debitur tidak mampu melunasi kredit pada saat sudah jatuh tempo
karena usaha yang dijalankan debitur sudah tidak berjalan lagi.
 Debitur sudah tidak memiliki kemampuan untuk membayar kewajibannya
yang berbentuk hutang (insolvent) karena defisit modal alias usaha yang
sedang dijalankannya itu bangkrut. Dimana debitur tersebut sudah
dinyatakan pailit oleh pengadilan negeri yang berwenang atau debitur telah
dikenakan likuidasi dan selama debitur tersebut bukan badan hukum yang
ditempatkan di bawah pengampunan.
 debitur yang meninggalkan tanggung-jawabnya untuk melunasi hutang
dengan melarikan diri/ menghilang/ tidak diketahui lagi alamatnya.
 Debitur melakukan penarikan kembali kredit sebelum jangka waktu
pelunasan hutang yang telah disepakati sebelumnya berakhir. Ketentuan ini
dikhususkan pada jenis kredit dengan jangka waktu lebih dari 2 (dua) tahun.
Risiko tersebut pun masih memiliki beberapa sub ketentuan lainnya.
27

 Risiko lain yang dijamin oleh pihak asuransi dalam pelaksanaannya secara
teknis ditentukan atas kesepakatan bersama antara kedua belah pihak.

3.10 Asuransi Syariah

A. Pengertian

Dalam bahasa arab, asuransi dikenal dengan at - ta’min. Penangung disebut


mu’ammin , tertanggung disebut mu’amman lahu atau musta’min. At - ta’min
diambil dari amanah yang artinya memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman,
dan bebas dari rasa takut. Pengertian dari at - ta’min adalah seseorang
membayar/menyerahkan uang cicilan untuk agar ia atau warisnya mendapatkan
sejumlah uang sebagaimana yang telah di sepakati atau untuk mendapatkan ganti
terhadap hartanya yang hilang.

Berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian asuransi


syariah merupakan perjanjian yang dilakukan oleh perusahaan asuransi syariah dan
pemegang polis dan juga perjanjian yang dilakukan oleh pemegang polis, dalam
mengelola kontribusi dengan menggunakan prinsip syariah utnuk saling menolong
dan melindungi dengan cara:

a. Memberikan penggantian pada peserta akibat kerugian, kerusakan, biaya


yang timbul, kehilangan keuntungan, maupun tanggung jawab hukum yang
mungkin akan diderita oleh peserta atas suatu kepastian yang tidak pasti.
b. Memeberikan pembayaran yang didasarkan pada mengingglnya peserta
maupun didasarkan pada hidup pesera dengan manfaat yang telah
ditetapkan atau didasarkan pada hasil pengolahan dana.

Adapun asuransi syariah menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) No. 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum
Asuransi Syariah adalah usaha yang dilakukan untuk saling melindungi dan tolong-
menolong diantara pihak yang terlibat baik dalam bentuk asset maupun tabarru’
yang memberikan pengembalian untuk menghadapi suatu resiko berdasarkan akad
yang sesuai dengan prinsip syariah.
28

Jadi asuransi syariah adalah suatu pengaturan pengelolaan risiko yang memenuhi
ketentuan syariah, tolong-menolong yang melibatkan peserta dan perusahaan
asuransi.

B. Prinsip Asuransi Syariah

Menurut Amrin (2011), pengelolaan asuransi syariah menggunakan prinsip sebagai


berikut.

1. Prinsip Tauhid
Setiap muslim harus melandasi dirinya dengan tauhid dalam menjalankan segala
aktivitas kehidupan, tidak terkecuali dalam berasuransi syariah. Dimana dalam
niatan dasar ketika berasuransi syariah haruslah berlandaskan pada prinsip tauhid,
mengharapkan keridhaan Allah SWT. Jika dilihat dari sisi perusahaan, asas yang
digunakan dalam berasuransi syariah bukanlah semata-mata meraih keuntungan
dan peluang pasar namun lebih dari itu. Niat awal adalah implementasi nilai syariah
dalam dunia asuransi. Dari sisi nasabah, berasuransi syariah adalah bertujuan untuk
bertransaksi dalam bentuk tolong menolong yang berlandaskan asas syariah, dan
bukan semata-mata mencari “perlindungan” apabila terjadi musibah. Dengan
demikian, nilai tauhid terimplementasi pada industri asuransi syariah.

2. Prinsip Keadilan
Perusahaan asuransi memiliki peluang besar untuk melakukan ketidakadilan,
seperti adanya unsur dana hangus (untuk produk tabungan), karena pembatalan
kepesertaan di tengah jalan oleh nasabah. Pada asuransi syariah, dana saving
nasabah yang telah dibayarkan melalui premi harus dikembalikan kepada nasabah
bersangkutan, berikut hasil investasinya. Bahkan beberapa perusahaan asuransi
syariah menyerahkan ke lembaga kesejahteraan umat seperti lembaga zakat, infaq,
dan shodaqah, ketika terdapat dana-dana saving nasabah yang telah mengundurkan
diri atau terputus di tengah periode asuransi, lalu tidak mengambil dananya
kendatipun telah dihubungi baik melalui surat maupun media lainnya.

3. Prinsip Tolong Menolong


Hakikat konsep asuransi syariah adalah tolong menolong, dimana sesama peserta
bertabarru’ atau berderma untuk kepentingan peserta lain yang tertimpa musibah.
29

Peserta tidak berderma kepada perusahaan asuransi, peserta berderma hanya


kepada sesame peserta saja. Perusahaan hanya berfungsi sebagai pengelola dana
tabarru, konsekuensinya perusahaan tidak berhak menggunakan dana tabarru’ atau
mengklaim bahwa dana tabarru’ adalah milik perusahaan. Perusahaan hanya
mendapatkan ujrah (fee) atas jasanya mengelola dana tabarru’ tersebut. Perusahaan
asuransi mengelola dana tabarru’ dengan cara menginvestasikan ke instrument
yangs sesuai aturan Islam dan mengalokasikan untuk membantu peserta lain yang
tertimpa musibah. Dengan konsep ini sesama peserta telah mengimplementasikan
kegiatan tolong menolong, walaupun antara peserta tidak saling bertatap muka

4. Prinsip Amanah
Perusahaan dituntut untuk amanah dalam segala hal seperti mengelola dana premi
dan proses klaim. Nasabah juga harus amanah dalam aspek risiko yang
menimpanya. Nasabah tidak diperbolehkan untuk mengada-ada sesuatu yang
seharusnya tidak dapat diklaimkan namun berusaha untuk menjadi klaim, dimana
hal ini akan merugikan peserta yang lian. Perusahaan juga tidak boleh seenaknya
dalam mengambil keuntungan yang berdampak kerugian pada nasabah.

5. Prinsip Saling Ridha (‘An Taradhin)


Aspek an taradhin atau saling meridhai harus selalu menyertai. Nasabah ridha
dananya dikelola oleh perusahaan asuransi syariah yang amanah dan professional.
Perusahaan asuransi syariah ridha terhadap amanah yang diberikan peserta untuk
mengelola kontribusi (premi) peserta. Peserta ridha dananya dialokasikan untuk
peserta-peserta lainnya yang tertimpa musibah, untuk meringankan beban
penderitaan mereka. Dengan prinsip inilah, asuransi syariah menjadikan saling
tolong menolong memiliki arti yang luas dan mendalam. Semua menolong dengan
ikhlas dan ridha, bekerja dengan ikhlas dan ridha, serta bertransaksi dengan ikhlas
dan ridha juga.

6. Prinsip Menghindari Riba


Kegiatan asuransi syariah salah satunya adalah menginvestasikan kumpulan dana
tabarru’ dan dana investasi pada instrumen yang non ribawi atau sesuai dengan
syariah, yang berarti tidak terdapat unsur riba, sebagaimana dalam sistem asuransi
konvensional. Pertukaran antara kontribusi yang dibayar dan klaim yang
30

didapatkan adalah pertukaran yang tidak masuk dalam kategori riba karena properti
yang mengalami musibah ditukar sesuai dengan barang yang sama atau nominal
uang yang mencerminkan harga properti sesaat sebelum terjadinya musibah.
Sementara itu, premi yang diterima perusahaan asuransi konvensional
diinvestasikan pada instrumen yang ribawi atau tidak sesuai dengan syariah, yang
berarti terdapat unsur riba dalam sistem asuransi konvensional. Pertukaran antara
premi yang dibayar dan klaim yang didapatkan adalah pertukaran yang masuk
dalam kategori riba fadhl.

7. Prinsip Menghindari Maisir


Secara harfiah kata maisir dalam bahasa Arab adalah memperoleh sesuatu dengan
sangat mudah tanpa bekerja keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja keras
(Sula, 2004). Maisir bisa disamakan dengan kegiatan berjudi. Judi menunjukkan
tindakan atau permainan yang bersifat untunguntungan/spekulatif yang
dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan materi yang akan membawa dampak
terjadinya praktik kepemilikan harta secara batil.

8. Prinsip Menghindari Gharar


Gharar atau transakasi yang meragukan merupakan sifat dasar dari gambling dan
dengan alasan itu di larang oleh Islam. Keraguan atau ketidakpastian transaksi akan
menimbulkan ketidakadilan pada pihak-pihak yang terlibat. Gharar diartikan
sebagai ketidak jelasan, tipuan; transaksi yang mengandung ketidakjelasan dan
atau tipuan dari salah satu pihak, seperti bai’ ma’dum (jual beli sesuatu yang belum
ada barangnya).
Asuransi syariah melandaskan kegiatannya dengan konsep tolong menolong.
Tolong menolong diwujudkan dengan membayar sejumlah dana yang akan
menjadi kumpulan dana tabarru’ dimana dana tabarru’ ini yang digunakan untuk
membantu peserta asuransi jika mendapatkan musibah. Walaupun musibah bersifat
tidak jelas dan tidak pasti kapan terjadinya, namun kondisi tersebut tidak
berpengaruh pada jumlah dana tolong menolong yang dibayarkan oleh peserta.
Seorang peserta terkadang membayar dana tabarru’ satu kali, kemudian nasabah
mendapatkan klaim karena adanya musibah yang menimpanya. Peserta terkadang
telah membayar dana tabarru’ hingga berkali-kali dan tidak mendapatkan klaim
karena tidak ada musibah yang menimpanya. Kondisi ini tidak mengandung unsur
31

gharar karena keberadaan dana tabarru’ yang pasti dan memang digunakan untuk
menolong peserta yang mengalami musibah.

9. Prinsip Menghindari Risywah


Dalam menjalankan bisnis, baik pihak asuransi syariah maupun pihak peserta harus
menjauhkan diri dari aspek risywah (sogok menyogok atau suap menyuap).
Risywah pasti akan menguntungkan satu pihak dan aka nada pihak lain yang
dirugikan, apapun dalihnya. Peserta tidak boleh menyogok oknum asuransi supaya
bisa mendapatkan manfaat (klaim), dan sebaliknya, perusahaan tidak perlu
menyuap supaya mendapatkan premi (kontribusi) asuransi. Semua harus dilakukan
secara baik, transaparan, adil, dan dilandasi dengan ukhuwah islamiyah.

10. Berserah Diri dan Ikhtiar


Allah memiliki dan menguasai atas seluruh harta kekayaan. Allah berhak penuh
untuk memberikan rezekinya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Allah yang
telah menetapkan seorang hamba menjadi kaya dan Dia pula yang memutuskan
seorang menjadi miskin.

11. Saling Bertanggung Jawab


Seluruh peserta asuransi berjanji/berakad saling bertanggungjawab antara satu
sama lain. Bagi setiap muslim, tanggung jawab merupakan suatu kewajiban. Rasa
tanggung jawab ini timbul atas dasar sifat saling menyayangi , saling mencintai,
saling membantu dan terdapat kepentingan bersama untuk mendapatkan
kemakmuran bersama guna mewujudkan masyarakat yang beriman, takwa dan
harmonis. Dalam Islam, konsep seperti ini disebut dengan fardhu kifayah.

12. Saling Melindungi dari Berbagi Kesusahan


Peserta asuransi satu sama lain saling melindungi dari kesusahan dan bencana
karena keselamatan dan keamanan merupakan keperluan pokok bagi semua orang.
Pada prinsipnya tadhamun islami menyatakan bahwa yang kuat menjadi pelindung
yang lemah, orang kaya melindungi orang miskin.
32

3.11 Perbedaaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional

1. Dari segi konsep.


Dalam konsep konvensional, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan pergantian kepada tertanggung.
Sedangkan dalam konsep Islam, asuransi adalah sekumpulan orang-orang yang
saling membantu, saling menjamin, dan bekerja sama, dengan cara masing masing
mengeluarkan dana tabarru‘.
2. Dari asal-usul.
Asuransi Konvensional berasal dari masyarakat Babilonia 4000-3000 SM yang
dikenal dengan perjanjian Hammurabi. Pada tahun 1668 M di Coffe House London
berdirilah Lloyd of London sebagai cikal-bakal asuransi konvensional. Adapun
Asuransi Islam berasal dari al-`āqilah, kebiasaan suku Arab jauh sebelum Islam
datang. Kemudian disahkan oleh Rasulullah menjadi hukum Islam, bahkan telah
dituangkan dalam konstitusi pertama di dunia (Konstitusi Madinah) yang dibuat
langsung oleh Rasulullah.
3. Dilihat dari sumber hukumnya.
Asuransi konvensional bersumber dari pikiran manusia dan kebudayaan. Asuransi
konvensional berdasarkan pada hukum positif, hukum alam, dan contoh-contoh
yang ada sebelumnya. Sedangkan asuransi Islam bersumber dari wahyu Allah,
Sunnah Nabi Muhammad saw., ijmā’, qiyās, istiḥsān, `urf (tradisi), dan maṣāliḥ
mursalah.
4. Asuransi konvensional tidak selaras dengan syariah Islam karena adanya maisīr,
garār, dan ribā yang diharamkan dalam mu’āmalah. Sedangkan asuransi Islam
bersih dari adanya maisīr, garār, dan ribā.
5. Dalam asuransi konvensional tidak ada Dewan Pengawas Syariah, karena prinsip-
prinsipnya tidak berdasarkan syariah Islam sehingga dalam praktiknya banyak
bertentangan dengan kaidah-kaidah syara’
6. Asuransi konvensional menggunakan akad jual-beli (`aqd al-mu`āwadah, `aqd al-
iż`an, `aqd al-garār, dan `aqd al-mulzim), sedangkan asuransi Islam menggunakan
`aqd al-tabarru’ dan `aqd al-tijārah (muḍārabah, wakālah, waḍī`ah, syirkah, dan
sebagainya)
33

7. Dari segi jaminan/risk, asuransi konvensional menggunakan transfer of risk, di


mana terjadi transfer risiko dari tertanggung kepada penanggung, sedangkan
asuransi Islam menggunakan sharing of risk, di mana terjadi proses saling
menanggung antara satu peserta dengan peserta lainnya (ta`āwun).
8. Dari segi pengelolaan, dalam asuransi konvensional tidak ada pemisahan dana,
yang berakibat pada terjadinya dana hangus (untuk produk savinglife). Sedangkan
dalam asuransi Islam, pada produk-produk saving (life) terjadi pemisahan dana,
yaitu dana tabarru’, derma dan dana peserta, sehingga tidak mengenal istilah dana
hangus. Untuk term insurance (life) dan general insurance semuanya bersifat
tabarru’.
9. Dalam asuransi konvensional bebas melakukan investasi dalam batas batas
ketentuan perundang-undangan, dan tidak terbatasi pada halal dan haramnya obyek
atau sistem investasi yang digunakan. Sedangkan dalam asuransi Islam, investasi
dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip prinsip syariah Islam. Di samping itu, dalam
melakukan investasi, asuransi bebas dari riba dan tempat-tempat investasi yang
terlarang.
10. Dalam asuransi konvensional, dana yang terkumpul dari premi peserta seluruhnya
menjadi milik perusahaan. Perusahaan bebas menggunakan dan menginvestasikan
ke mana saja. Sedangkan dalam asuransi Islam, dana yang terkumpul dari peserta
dalam bentuk iuran atau kontribusi, merupakan milik peserta (ṣāhib al-māl),
asuransi syariah hanya sebagai pemegang amanah (muḍārib) dalam mengelola
dana tersebut.
11. Dalam asuransi konvensional, unsur premi terdiri dari tabel mortalita (mortality
tables), bunga (interest), biaya-biaya asuransi (cost of insurance). Dalam asuransi
Islam, iuran atau kontribusi terdiri dari unsur tabarru’ dan tabungan (yang tidak
mengandung unsur ribā). Tabarru’ juga dihitung dari tabel mortalita, tetapi tanpa
perhitungan bunga teknik
12. Loading pada asuransi konvensional cukup besar terutama diperuntukkan bagi
komisi agen, bisa menyerap premi tahun pertama dan kedua. Karena itu, nilai tunai
pada tahun pertama dan kedua biasanya belum ada (masih hangus), sedangkan pada
sebagian asuransi Islam, loading (komisi agen) tidak dibebankan pada peserta
tetapi dari dana pemegang saham. Akan tetapi, sebagian yang lainnya
34

mengambilkan dari sekitar 20-30 persen saja dari premi tahun pertama. Dengan
demikian, nilai tunai tahun pertama sudah terbentuk.
13. Pada asuransi konvensional, sumber biaya klaim adalah dari rekening perusahaan,
sebagai konsekuensi penanggung terhadap tertanggung. Dari praktiknya tampak
benar bahwa asuransi konvensional merupakan bisnis murni dan tidak ada nuansa
spiritualnya; Sedangkan pada asuransi Islam, sumber pembiayaan klaim diperoleh
dari rekening tabarru’, di mana peserta saling menanggung. Jika salah satu peserta
mendapat musibah, peserta lainnya ikut menanggung bersama risiko tersebut.
14. Sistem akuntansi yang dianut asuransi konvensional adalah konsep akuntansi
accrual basis, yaitu proses akuntasi yang mengakui terjadinya peristiwa atau
keadaan nonkas. Di samping asuransi konvensional juga mengakui pendapatan,
peningkatan aset, expenses, leabilities dalam jumlah tertentu yang baru akan
diterima dalam waktu yang akan datang. Adapun asuransi Islam menganut konsep
akuntansi cash basis, mengakui apa yang benar-benar telah ada, sedangkan accrual
basis dianggap bertentangan dengan syariah karena mengakui adanya pendapatan,
harta, beban atau utang yang akan terjadi di masa yang akan datang. Sementara
apakah itu benar-benar dapat terjadi hanya Allah yang tahu.
15. Pada asuransi konvensional, keuntungan yang diperoleh dari surplus underwriting,
komisi reasuransi, dan hasil investasi seluruhnya adalah keuntungan perusahaan.
Sedangkan pada asuransi Islam, profit yang diperoleh dari surplus underwriting,
komisi reasuransi dan hasil investasi, bukan seluruhnya menjadi milik perusahaan,
tetapi dilakukan bagi hasil (muḍārabah) dengan peserta.
16. Secara garis besar misi utama asuransi konvensional adalah misi ekonomi dan
sosial. Adapun misi yang diemban oleh asuransi Islam adalah misi akidah, misi
ibadah (ta`āwun), misi ekonomi, dan misi pemberdayaan umat.
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang


Usaha Perasuransian, asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak
atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung,
dengan menerima premi asuransi untuk member pergantian kepada tertanggung
karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan. Atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung,
yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti. Atau untuk pemberian suatu
pembayaran uang yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.

Tujuan asuransi bagi nasabah itu sendiri adalah untuk mengurangi risiko yang
pasti misalnya kematian kecelakaan dll. Sedangkan manfaatnya adalah dapat
memberikan rasa aman dan perlindungan, pendistribusian biaya dan manfaat yang
lebih adil, polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit,
berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan, alat penyebaran risiko, dan
membantu meningkatkan kegiatan usaha.

35

Anda mungkin juga menyukai