TUGAS MAKALAH
“ASURANSI”
“Dasar-Dasar Perbankan”
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
FAKULTAS EKONOMI
2019
ii
KATA PENGANTAR
Dalam pembuatan makalah ini, tidak lepas dari hambatan dan tantangan.
Namun tantangan tersebut dapat teratasi dengan dukungan bebagai pihak. Oleh
karenanya, dengan kerendahan hati kami menyampaikan terimakasih kepada yang
terhormat Dosen Pengampu mata kuliah. Han Tantri Hardini, S.Pd., M.Pd, dan
berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga atas
kebaikannya mendapat balasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik dari segi
penyusunan maupun isinya. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata, kami
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami pada khusunya dan bagi
pembaca pada umumnya. Terimakasih.
Penulis
iii
Daftar isi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
KAJIAN TEORI
a. Menurut M. Nur Rianto (2012:212) asuransi merupakan sebuah mekanisme
perlindungan terhadap pihak tertanggung apabila mengalami resiko di masa yang
akan datang dimana pihak tertanggung akan membayar premi guna mendapatkan
ganti rugi dari pihak penanggung.
b. Julius R. Latumaerissa (2011:447) mendefinisikan asuransi sebagai suatu
perjanjian dimana terdapat pihak tertanggung yang membayar premi kepada pihak
penanggung guna mendapatkan penggantian karena suatu keinginan, kerusakanm
atau kehilangan keuntungan yang telah diharapkan yang kemungkinannnya tidak
pasti akan terjadi di masa yang akan datang.
c. Ktut Silvanita (2009:40) asuransi merupakan suatu permintaan dimana satu pihak
memiliki intensif untuk mentrasfer resiko dengan 10 11 membayar sejumlah dana
untuk menjauhi resiko kehilangan sejumlah harta yang dimilikinya.
d. Menurut Prof. Wiryono Prodjodikoro, S.H menyatakan bahwa Asuransi ialah
sebuah persetujuan yang dimana pihak yang menjamin berjanji kepada pihak yang
dijamin, untuk menerima sejumlah uang sebagai pengganti kerugian, yang
mungkin diderita oleh yang dijamin, karena diakibatkan dari suatu peristiwa yang
belum jelas.
e. Menurut Prof. Mehr dan Cammack menyatakan bahwa Asuransi ialah suatu alat
untuk mengurangi risiko keuangan, dengan cara sebuah pengumpulan unit-unit
eksposur (exposure) dalam jumlah yang memadai, untuk membuat agar kerugian
individu bisa diperkirakan. Kemudian, kerugian yang bisa diramalkan itu dipikul
merata oleh mereka yang tergabung.
f. Menurut Prof. Mark R. Green menyatakan bahwa Asuransi ialah suatu lembaga
ekonomi yang bertujuan untuk mengurangi suatu risiko, dengan jalan
mengkombinasikan dalam suatu pengelolaan sejumlah objek yang cukup besar
jumlahnya, yang sehingga kerugian tersebut secara menyeluruh bisa diramalkan
dalam batas-batas tertentu.
g. Menurut Arthur William Jr. dan Richard M. Heins mereka yang mendefinisikan
asuransi berdasarkan dua sudut pandang, ekonomi dan hukum. Asuransi
ialah sebuah pengaman terhadap suatu kerugian finansial yang dilakukan oleh
seoraang penaggung (ekonomi). Asuransi ialah sebuah persetujuan dengan mana
4
5
dua atau lebih orang atau badan mengumpulkan dana untuk menanggulangi suatu
kerugian finansial (hukum).
h. Pasal 1 butir 1 Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
yang merumuskan bahwa asuransi ialah “Perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri pada Tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada Tertanggung
karena krugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau
tanggung jawab hukum pihak ketiga yang mungkin akan diderita Tertanggung,
yang timbul dari sebuah peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan
sebuah pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.”
i. Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD), Asuransi atau
pertanggungan ialah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung
mengikatkan diri kepada seorang Tertanggung, dengan menerima suaatu premi,
untuk penggantian kepadanya karena sebuah kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu
peristiwa yang tidak tentu.”
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Asuransi
Asuransi adalah pertanggungan atau perjanjian antara dua belah pihak, di mana
pihak satu berkewajiban membayar iuran/kontribusi/premi. Pihak yang lainnya
memiliki kewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar
iuran/kontribusi/premi apabila terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama atau
barang miliknya sesuai dengan perjanjian yang sudah dibuat)
6
7
1. Memberikan Ketenangan
Kita tidak pernah mengetahui kemungkinan kejadian yang akan dialami esok
hari. Setiap hari kita lewati dengan kemungkinan kejadian yang bisa saja menuntut
pengeluaran tak terduga. Bila Anda termasuk orang yang sangat siap terhadap
sesuatu, risiko kerugian yang diakibatkan oleh kejadian tak terduga tersebut bisa
diminimalisir dengan mudah.
Tetapi bagaimana dengan Anda yang menyadari bahwa Anda bukan tipe orang
seperti itu? Kehadiran penyedia layanan jasa asuransi ini bisa memberikan jawaban
dan meringankan beban ketika kejadian tak terduga itu datang. Asuransi memiliki
manfaat untuk memberikan proteksi dari risiko ketidakpastian dan dipercaya lebih
mampu meningkatkan rasa percaya diri bagi individu pemegangnya. Penggantian
yang akan diberikan dari pihak penyedia layanan jasa asuransi ini setidaknya akan
meng-cover sebagian hingga seluruh kewajiban pembayaran Anda atas suatu
kejadian. Asuransi juga dikenal sebagai alternatif pengendalian kerugian atau loss
control dengan melakukan survei lapangan serta memberikan rekomendasi kepada
pemegang polis untuk melakukan tindakan preventif dan penanggulangan
kerugian.
.
8
contoh kasus berikut:Anda adalah seseorang yang memiliki rumah senilai Rp3
milyar. Selain itu, Anda juga memiliki investasi berupa bangunan yang digunakan
sebagai persewaan kamar kos bagi mahasiswa di daerah sekitar kampus. Anda
hanya memberikan proteksi lebih kepada rumah Anda sementara tidak bagi
bangunan kos yang dimiliki.
Ketika terjadi bencana kebakaran akibat ledakan gas di rumah, Anda bisa
mendapatkan cover biaya dari pihak penyedia layanan jasa asuransi. Sementara
bila kebakaran itu terjadi di bangunan kos Anda, Anda akan rugi besar karena
kehilangan bangunan serta harus menanggung kerugian barang-barang milik
mahasiswa karena kebakaran terjadi akibat ledakan gas yang notabene milik
Anda. Dari sini terlihat pentingnya memiliki asuransi sebagai jaminan
perlindungan baik itu untuk diri Anda atau pun untuk properti dan investasi Anda.
Kewajiban Anda untuk membayar premi secara rutin sebenarnya secara tidak
langsung memaksa Anda untuk menyediakan dana cadangan yang digunakan
ketika terjadi kejadian tak terduga. Meski begitu, ketika kejadian tak terduga itu
benar-benar terjadi dan mengharuskan Anda mengeluarkan kocek yang cukup
banyak untuk menanggulangi hal tersebut.
1. Asuransi Kesehatan
Produk asuransi jenis ini secara khusus memberikan manfaat kepada pemegang
polis atas jaminan biaya kesehatan atau perawatan ketika terjadi kecelakaan atau
jatuh sakit. Asuransi kesehatan menjamin ketersediaan dana yang dibutuhkan
untuk membiayai kebutuhan kesehatan Anda dan keluarga selaku pemegang polis.
Kejadian sakit atau kecelakaan bukanlah kejadian yang direncanakan dan sama
sekali tidak ada orang yang ingin hal itu terjadi. Namun kita tidak bisa memprediksi
apa yang akan terjadi dan bagaimana dampaknya kepada kita. Hal inilah yang
menjadi perhatian para penyedia layanan jasa asuransi untuk membantu Anda
dalam memberikan jaminan kesehatan seperti contohnya biaya rawat inap dan
biaya operasi.
2. Asuransi Jiwa
4. Asuransi Pendidikan
5. Asuransi Properti
Aset penting seperti rumah, kantor, atau gedung sekarang ini dinilai perlu
mendapatkan proteksi lebih. Dengan mendaftarkan asuransi untuk aset berharga,
maka Anda akan mendapat jaminan dari pihak asuransi bila terjadi musibah yang
mengakibatkan rusak atau hilangnya aset berharga tersebut. Ganti rugi yang
dialami bila terdaftar menjadi pemegang polis akan ditutup oleh pihak asuransi.
6. Asuransi Perjalanan
Salah satu jenis asuransi yang memberikan jaminan perlindungan dari kerugian
atau kerusakan kendaraan bermotor bagi para pemegang polis. Kerugian atau
kerusakan yang ditanggung oleh pihak penyedia jasa asuransi kendaraan bermotor
antara lain:
a. Risiko murni
Risiko murni adalah suau risiko yang apabila benar-benar terjadi, akan
memberikan kerugian dan apabila tidak terjadi, tidak akan memberikan kerugian
dan tidak juga memberikan keuntungan. Artinya dalam pengertian risiko murni,
maka kerugian pasti terjadi. Contoh dari risiko ini adalah kebakaran, kecelakaan,
bangkrut dan lain sebagainya.
b. Risiko spekulatif
c. Risiko individu
Risiko harta adalah risiko bahwa harta yang kita miliki hilang, rusak atau dicuri.
Dengan kerusakan tersebut, pemilik akan kehilangan kesempatan ekonomi yang
diperoleh dari harta yang dimiliki.
Merupakan risiko tanggung-jawab yang harus kita berikan kepada pihak lain.
Dengan kata lain, risiko ini untuk menanggung kerugian orang lain akibat ulah atau
hal yang kita sebabkan. Misalnya, dalam peristiwa kecelakaan, ketika Anda
menabrak orang lain maka ini disebut dengan risiko tanggung-gugat (liability risk).
Misal : Jika kita berbicara tentang polis asuransi kebakaran atas sebuah rumah
tinggal, maka yang menjadi pokok pertanggungan (the subject matter of insurance)
dalam polis tersebut adalah bangunan rumah tinggal itu sendiri berikut prabot
rumah tangganya.
13
Menurut KUHD pasal 250 menyebutkan bahwa, “Apabila seorang yang telah
mengadakan suatu pertanggungan untuk diri sendiri atau apabila seorang yang
untuknya telah diadakan suatu pertanggungan, pada saat diadakannya
pertanggungan itu tidak mempunyai kepentingan terhadap barang yang
dipertanggungkan itu, maka si Penanggung tidaklah diwajibkan memberikan ganti-
rugi.” Sedangkan pasal 268 berbunyi, “Suatu pertangungan dapat mengenai segala
kepentingan yang dapat dinilaikan dengan uang, dapat diancam oleh suatu bahaya
dan tidak dikecualikan oleh Undang-undang.” Oleh karenanya Perusahaan
Asuransi hanya dapat menanggung/menutup asuransi harta- benda dari orang-
orang atau badan hukum yang mempunyai kepentingan atas harta benda tersebut
pada saat penutupan.
Kerugian tidak dapat diperkirakan. Kerugian yang dialami atau yang timbul
tersebut harus bisa diukur
Kewajaran. Risiko yang dipertanggungkan dalam asuransi adalah benda
atau harga yang memiliki nilai material
Catastrophic. Kerugian yang ditimbulkan nanti haruslah dalam batas wajar.
Homogen. Barang atau harta yang di asuransikan harus homogen.
Kepemilikan (Ownership) atas harta benda, atau tanggung gugat seseorang kepada
orang lain dalam hal kelalaian (Pasal 1365 & 1369 K.U.H.Perdata)
Kontrak yang menempatkan suatu pihak dalam hubungan yang diakui secara
Hukum dengan harta-benda atau tanggung jawab yang menjadi pokok
perjanjian.misal :Dalam kontrak sewa sebuah bangunan, didalam kontrak tersebut
menyata-kan bahwa si penyewa bertanggung jawab atas perawatan atau perbaikan
bangunan itu. Kontrak seperti ini memberi si penyewa Insurable Interest pada
14
bangunan tersebut, karena kontrak itu menciptakan hubungan yang diakui secara
Hukum antara si Penyewa dengan si Pemilik bangunan yang disewanya.
Utmost Good Faith adalah suatu kewajiban yang positif dari Tertanggung yang
dengan sukarela menyampaikan seluruh fakta yang sifatnya penting secara lengkap
dan akurat atas suatu risiko yang sedang dimintakan untuk diasuransikan baik
diminta oleh Underwriter ataupun tidak.
Suatu fakta dianggap penting serta wajib untuk disampaikan ialah fakta- fakta
yang dapat mempengaruhi penilaian atau pertimbangan seorang Penanggung
dalam memutuskan apakah ia bersedia menerima atau menolak pertanggungan
yang diminta oleh Tertanggung, serta dalam hal menetapkan besarnya suku premi
atas risiko tersebut.
3. Idemnity
Hal ini berarti bahwa Penanggung akan memberikan ganti-rugi sesuai dengan
kerugian yang benar-benar diderita Tertanggung, tanpa ditambah atau dipengaruhi
unsur-unsur mencari keuntungan atau profit.
Nilai Kerugian = Nilai sesaat sebelum kerugian - Nilai sesaat setelah kerugian.
Ketentuan diatas tidak berlaku bagi kontrak Asuransi Jiwa dan kontrak Asuransi
Kecelakaan Diri (kecuali jaminan Biaya Perawatan/pengobatan), dengan alasannya
bahwa karena jiwa Manusia dan anggota badan (seperti tangan dan kaki) tidak
dapat dinilai dengan uang.
16
4. Subrogation Principle
• Perusahaan Asuransi
Jika ia menerima penggantian dari kedua sumber itu, maka ia akan menikmati
penggantian yang lebih besar dari penggantian yang seharusnya ia nikmati; dengan
kata lain ia akan mendapatkan indemnitas yang lebih besar dari indemnitas yang
seharusnya ia terima; dan jika keadaan seperti diatas terjadi, maka berarti
tertanggung telah mendapatkan keuntungan dari adanya kerugian itu.
Maka untuk mendukung agar prinsip Indemnitas berjalan sesuai, maka diperlukan
suatu prinsip lain yang memberi pihak Penanggung yang telah membayar kerugian
itu, hak untuk mengambil alih hak penggantian dari pihak ketiga yang dimiliki
Tertanggung apabila kerugian itu di klaim oleh Teratanggung pada polis.
Prinsip Subrogasi adalah Suatu prinsip yang mengatur dalam hal seorang
Penanggung telah menyelesaikan pembayaran ganti-rugi yang diderita oleh
Tertanggung, maka secara otomatis hak yang dimiliki Tertanggung untuk menuntut
pihak ketiga yang menimbulkan kerugian dan atau kerusakan tersebut beralih ke
Penanggung.
5. Kontribusi
Kontribusi adalah suatu prinsip yang mengatur dalam hal suatu objek
pertanggungan, dipertanggungkan pada 2(dua) atau lebih Perusahaan Asuransi,
maka kerugian yang terjadi akan dikontribusikan pada seluruh Perusahaan
Asuransi yang telah menutup pertanggungan tersebut, sebanding dengan liability-
nya masing-masing.
Jadi adalah suatu prinsip yang mengatur hak seorang Penanggung untuk
meminta para penanggung lainnya juga bertanggung-jawab kepada Tertanggung
17
yang sama untuk turut menanggung suatu kerugian tertentu, yang ganti rugi
penuhnya (full indemnity) telah dibayarkan oleh Penanggung yang pertama.
Jika ganti rugi penuh (full indemnity) belum dibayar, maka Tertanggung akan
meminta ganti- rugi itu dari semua Penanggung yang terlibat dalam kerugian itu,
Dalam hal ini prinsip kontribusi dapat berperan untuk membagi klaim atas kerugian
itu dengan cara yang jujur.
6. Proximate Cause
Definisi standar dari Proximate Cause lahir dari perkara “pawsey” melawan
Scottish Union and National pada tahun 1907, sebagai berikut :
“Proximate cause means the active, efficient cause that sets in motion a train of
events which brings about a result, without the intervention of any force started and
working actively from new and independent source”.
Artinya :
Dari definisi diatas, jelas bahwa ukuran utama dari “proxima” atau “proximate”
adalah faktor efektivitas daripada penyebab itu, dan bukan faktor waktunya.
Polis asuransi jiwa disebut juga dengan istilah kontrak, kontrak polis, sertifikat
asuransi. Polis asuransi sangat penting untuk nasabah dan perusahaan asuransi,
sebagai:
Untuk jenis asuransi kebakaran Pasal 287 KUHD menentukan bahwa di dalam
polisnya harus pula menyebutkan: 1. letak dan batas barang tetap yang
dipertanggungkan; 2. penggunaannya; 3. sifat dan penggunaan bangunan-
bangunan yang berbatasan, selama hal itu dapat mempunyai pengaruh terhadap
pertanggungannya; 4. nilai barang yang dipertanggungkan; 5. letak dan batas
bangunan dan tempat, di mana barang bergerak yang dipertanggungkan berada,
disimpan atau ditumpuk.
Jenis Asuransi pada umumnya dibagi menjadi dua bagian besar yaitu: Asuransi
Kerugian dan Asuransi Jiwa.
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara perizinan usaha
antara lain berupa persyaratan kompetensi atau keahlian di bidang Usaha
Perasuransian sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa
Keuangan termasuk bagi pengurus dan tenaga ahli asing.
Otoritas Jasa Keuangan menyetujui atau menolak permohonan izin usaha
Perusahaan Perasuransian paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan
diterima secara lengkap.Hal ini berbeda dengan undang-undang yang lama
karena pada undang-undang yang lama tidak ada diatur tentang batas waktu
mengenai persetujuan atau penolakan permohonan izin asuransi melainkan
diatur di dalam Peraturan-Pemerintah. Dalam hal Otoritas Jasa Keuangan
menolak permohonan izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
penolakan harus dilakukan secara tertulis dengan disertai alasannya. Dalam hal
pembukaan kantor cabang Undang-Undang Perasuransian juga menentukan
beberapa ketentuan:
a. Perusahaan Perasuransian wajib melaporkan setiap pembukaan kantor di
luar kantor pusatnya kepada Otoritas Jasa Keuangan.
b. Kantor Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan
reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah di luar kantor pusatnya yang
memiliki kewenangan untuk membuat keputusan mengenai penerimaan
atau penolakan pertanggungan dan/ atau keputusan mengenai penerimaan
atau penolakan klaim setiap saat wajib memenuhi persyaratan yang
ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan.
c. Perusahaan Perasuransian bertanggung jawab sepenuhnya atas setiap
kantor yang dimiliki atau dikelolanya atau yang pemilik atau pengelolanya
diberi izin menggunakan nama Perusahaan Perasuransian yang
bersangkutan.
Untuk kriteria dalam pemberian kredit massal yang dijamin asuransi kredit adalah
kredit yang memiliki sektor ekonomi yang sama dan dalam hal aspek manajemen,
pemasaran, pembelajaran, aspek teknis, usaha tersebut membutuhkan pengelolaan
yang terkait antara yang satu dengan yang lainnya.
risiko jika debitur tidak mampu melunasi kredit pada saat sudah jatuh tempo
karena usaha yang dijalankan debitur sudah tidak berjalan lagi.
Debitur sudah tidak memiliki kemampuan untuk membayar kewajibannya
yang berbentuk hutang (insolvent) karena defisit modal alias usaha yang
sedang dijalankannya itu bangkrut. Dimana debitur tersebut sudah
dinyatakan pailit oleh pengadilan negeri yang berwenang atau debitur telah
dikenakan likuidasi dan selama debitur tersebut bukan badan hukum yang
ditempatkan di bawah pengampunan.
debitur yang meninggalkan tanggung-jawabnya untuk melunasi hutang
dengan melarikan diri/ menghilang/ tidak diketahui lagi alamatnya.
Debitur melakukan penarikan kembali kredit sebelum jangka waktu
pelunasan hutang yang telah disepakati sebelumnya berakhir. Ketentuan ini
dikhususkan pada jenis kredit dengan jangka waktu lebih dari 2 (dua) tahun.
Risiko tersebut pun masih memiliki beberapa sub ketentuan lainnya.
27
Risiko lain yang dijamin oleh pihak asuransi dalam pelaksanaannya secara
teknis ditentukan atas kesepakatan bersama antara kedua belah pihak.
A. Pengertian
Adapun asuransi syariah menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) No. 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum
Asuransi Syariah adalah usaha yang dilakukan untuk saling melindungi dan tolong-
menolong diantara pihak yang terlibat baik dalam bentuk asset maupun tabarru’
yang memberikan pengembalian untuk menghadapi suatu resiko berdasarkan akad
yang sesuai dengan prinsip syariah.
28
Jadi asuransi syariah adalah suatu pengaturan pengelolaan risiko yang memenuhi
ketentuan syariah, tolong-menolong yang melibatkan peserta dan perusahaan
asuransi.
1. Prinsip Tauhid
Setiap muslim harus melandasi dirinya dengan tauhid dalam menjalankan segala
aktivitas kehidupan, tidak terkecuali dalam berasuransi syariah. Dimana dalam
niatan dasar ketika berasuransi syariah haruslah berlandaskan pada prinsip tauhid,
mengharapkan keridhaan Allah SWT. Jika dilihat dari sisi perusahaan, asas yang
digunakan dalam berasuransi syariah bukanlah semata-mata meraih keuntungan
dan peluang pasar namun lebih dari itu. Niat awal adalah implementasi nilai syariah
dalam dunia asuransi. Dari sisi nasabah, berasuransi syariah adalah bertujuan untuk
bertransaksi dalam bentuk tolong menolong yang berlandaskan asas syariah, dan
bukan semata-mata mencari “perlindungan” apabila terjadi musibah. Dengan
demikian, nilai tauhid terimplementasi pada industri asuransi syariah.
2. Prinsip Keadilan
Perusahaan asuransi memiliki peluang besar untuk melakukan ketidakadilan,
seperti adanya unsur dana hangus (untuk produk tabungan), karena pembatalan
kepesertaan di tengah jalan oleh nasabah. Pada asuransi syariah, dana saving
nasabah yang telah dibayarkan melalui premi harus dikembalikan kepada nasabah
bersangkutan, berikut hasil investasinya. Bahkan beberapa perusahaan asuransi
syariah menyerahkan ke lembaga kesejahteraan umat seperti lembaga zakat, infaq,
dan shodaqah, ketika terdapat dana-dana saving nasabah yang telah mengundurkan
diri atau terputus di tengah periode asuransi, lalu tidak mengambil dananya
kendatipun telah dihubungi baik melalui surat maupun media lainnya.
4. Prinsip Amanah
Perusahaan dituntut untuk amanah dalam segala hal seperti mengelola dana premi
dan proses klaim. Nasabah juga harus amanah dalam aspek risiko yang
menimpanya. Nasabah tidak diperbolehkan untuk mengada-ada sesuatu yang
seharusnya tidak dapat diklaimkan namun berusaha untuk menjadi klaim, dimana
hal ini akan merugikan peserta yang lian. Perusahaan juga tidak boleh seenaknya
dalam mengambil keuntungan yang berdampak kerugian pada nasabah.
didapatkan adalah pertukaran yang tidak masuk dalam kategori riba karena properti
yang mengalami musibah ditukar sesuai dengan barang yang sama atau nominal
uang yang mencerminkan harga properti sesaat sebelum terjadinya musibah.
Sementara itu, premi yang diterima perusahaan asuransi konvensional
diinvestasikan pada instrumen yang ribawi atau tidak sesuai dengan syariah, yang
berarti terdapat unsur riba dalam sistem asuransi konvensional. Pertukaran antara
premi yang dibayar dan klaim yang didapatkan adalah pertukaran yang masuk
dalam kategori riba fadhl.
gharar karena keberadaan dana tabarru’ yang pasti dan memang digunakan untuk
menolong peserta yang mengalami musibah.
mengambilkan dari sekitar 20-30 persen saja dari premi tahun pertama. Dengan
demikian, nilai tunai tahun pertama sudah terbentuk.
13. Pada asuransi konvensional, sumber biaya klaim adalah dari rekening perusahaan,
sebagai konsekuensi penanggung terhadap tertanggung. Dari praktiknya tampak
benar bahwa asuransi konvensional merupakan bisnis murni dan tidak ada nuansa
spiritualnya; Sedangkan pada asuransi Islam, sumber pembiayaan klaim diperoleh
dari rekening tabarru’, di mana peserta saling menanggung. Jika salah satu peserta
mendapat musibah, peserta lainnya ikut menanggung bersama risiko tersebut.
14. Sistem akuntansi yang dianut asuransi konvensional adalah konsep akuntansi
accrual basis, yaitu proses akuntasi yang mengakui terjadinya peristiwa atau
keadaan nonkas. Di samping asuransi konvensional juga mengakui pendapatan,
peningkatan aset, expenses, leabilities dalam jumlah tertentu yang baru akan
diterima dalam waktu yang akan datang. Adapun asuransi Islam menganut konsep
akuntansi cash basis, mengakui apa yang benar-benar telah ada, sedangkan accrual
basis dianggap bertentangan dengan syariah karena mengakui adanya pendapatan,
harta, beban atau utang yang akan terjadi di masa yang akan datang. Sementara
apakah itu benar-benar dapat terjadi hanya Allah yang tahu.
15. Pada asuransi konvensional, keuntungan yang diperoleh dari surplus underwriting,
komisi reasuransi, dan hasil investasi seluruhnya adalah keuntungan perusahaan.
Sedangkan pada asuransi Islam, profit yang diperoleh dari surplus underwriting,
komisi reasuransi dan hasil investasi, bukan seluruhnya menjadi milik perusahaan,
tetapi dilakukan bagi hasil (muḍārabah) dengan peserta.
16. Secara garis besar misi utama asuransi konvensional adalah misi ekonomi dan
sosial. Adapun misi yang diemban oleh asuransi Islam adalah misi akidah, misi
ibadah (ta`āwun), misi ekonomi, dan misi pemberdayaan umat.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Tujuan asuransi bagi nasabah itu sendiri adalah untuk mengurangi risiko yang
pasti misalnya kematian kecelakaan dll. Sedangkan manfaatnya adalah dapat
memberikan rasa aman dan perlindungan, pendistribusian biaya dan manfaat yang
lebih adil, polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit,
berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan, alat penyebaran risiko, dan
membantu meningkatkan kegiatan usaha.
35