Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PELAPORAN KORPORAT

PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS TRANSAKSI SEWA PEMBIAYAAN


(FINANCE LEASE) DARI PERSPEKTIF LESEE

DRS. Made Mastra, Msi.


KELOMPOK 6

I Dewa Ayu Risma Widhisari (119211092)

Ni Made Sinta Astimiranti (119211093)

Kadek Suci Lestari (119211095)

Ni Made Okta Dwi Ryanita (119211096)

Nunik Nuraini Agustin (119211097)

Ni Md. Pande Bela Sasmita Putri (119211099)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL DENPASAR
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Perlakuan Akuntansi Atas
Transaksi Sewa Pembiayaan (Finance Lease) Dari Perspektif Lesee.

Makalah ini disusun atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan tantangan dan hambatan dalam menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih kepada Dosen pengampu mata kuliah Pelaporan Korporat Bapak Drs.
Made Mastra,M.Si. , rekan – rekan kelompok dan berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu kami
harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan penyusunan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, 15 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................ 2

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Sewa.........................................................................................


2.2. Klasifikasi Sewa .......................................................................................
1. Sewa Operasi (Operating Lease)
2. Sewa Pembiayaan (Finance Lease)
2.3 Perlakuan Akuntansi Sewa Oleh Lease......................................................
1. Sewa Operasi (Operating Lease) ...........................................................
2. Sewa Pembiayaan (Finance Lease) .......................................................
2.4 Pelaporan Sewa Oleh Lesee .......................................................................
1. Sewa Operasi (Operating Lease) ...........................................................
2. Sewa Pembiayaan (Finance Lease) .......................................................

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Ketentuan Kontrak Sewa Pembiayaan ............................................................


3.2 Perlakuan Akuntansi Sewa Pembiayaan Oleh Lesee..................................
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan.................................................................................................
4.2 Saran...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat serta kompleks melahirkan berbagai bentuk kerjasama
bisnis. Kerjasama bisnis yang terjadi sangat beraneka ragam tergantung pada bidang bisnis yang
sedang dijalankan. Keanekaragaman kerjasama bisnis ini tentu saja melahirkan masalah serta
tantangan baru, karena hukum harus siap untuk dapat mengantisipasi setiap perkembangan yang
muncul.

Indonesia merupakan negara yang tingkat pertumbuhan ekonominya terus berkembang dari
waktu ke waktu. Namun untuk mengembangkan potensi usaha tersebut tentunya aspek
pendanaan sangat penting. Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, saat ini semakin banyak
orang yang mendirikan suatu lembaga pembiayaan yang bergerak di bidang penyediaan dana
ataupun barang yang akan dipergunakan oleh masyarakat guna mengembangkan usahanya.
Lembaga pembiayaan tersebut merupakan lembaga keuangan non bank. Yang membedakan
lembaga pembiayaan dengan bank adalah bank mengambil dana secara langsung dari masyarakat
sedangkan lembaga pembiayaan non bank tidak mengambil dana secara langsung dari
masyarakat.

Salah satu lembaga pembiayaan yang berkembang pesat saat ini adalah sewa guna usaha atau
biasa disebut juga dengan leasing. Kegiatan sewa guna usaha (leasing) diperkenalkan untuk
pertama kalinya di Indonesia pada Tahun 1974 dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama
Menteri keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian No. Kep-122/MK/2/1974,
No. 32/M/SK/2/1974 dan No. 30 /KPB/I/74 Tanggal 7 Pebruari 1974 tentang “Perijinan Usaha
Leasing”. Sejak saat itu dan khususnya sejak tahun 1980 jumlah perusahaan sewa guna usaha
dan transaksi sewa guna usaha makin bertambah dan meningkat dari tahun ke tahun untuk
membiayai penyediaan barang-barang modal dalam dunia usaha.

Hubungan lessor dan lessee adalah hubungan timbal balik, menyangkut pelaksanaan kewajiban
dan peralihan suatu hak atau tuntutan kewajiban dari kenikmatan menggunakan fasilitas
pembiayaan, untuk itu antara lessor dan lessee dibuat perjanjian/kontrak leasing atau suatu
perjanjian pembiayaan. Bagi lessor, keuntungan yang hendak dicapai dalam perjanjian dengan
lessee, dimana pembayaran oleh lessee atas penggunaan asset yang menjadi obyek lease,
termasuk pengakuan lessee tentang penguasaan obyek oleh lessee yang kepemilikan nya tetap
dipegang oleh lessor, sehingga melahirkan hak secara hukum bagi lessor, bila terjadi
Wanprestasi oleh lessee untuk menjual atau menyita obyek Lease.

Dengan menggunakan leasing, perusahaan yang kemampuannya kurang secara financial, dapat
memperoleh barang modal dengan jalan sewa beli untuk langsung dapat digunakan untuk
produksi, yang pembayarannya dapat diangsur setiap bulan, triwulan atau enam bulan sekali
kepada pihak lessor. Melalui pembiayaan leasing perusahaan dapat memperoleh barang-barang
modal untuk operasional dengan mudah dan cepat. Hal ini sungguh berbeda jika dengan
mengajukan kredit kepada bank yang memerlukan persyaratan serta jaminan yang besar.

Berkembangnya kelembagaan leasing di Indonesia saat ini mengharuskan dukungan peraturan


leasing yang memadai sehingga perkembangan kelembagaan leasing di Indonesia tidak terjadi
perubahan/perkembangan yang tidak seharusnya terjadi pada saat ini. Oleh karena itu kami
menyusun makalah yang membahas Perlakuan Akuntansi Atas Transaksi Sewa Pembiayaan
(Finance Lease) dari Perspektif Lesee

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Ketentuan Dalam Kontrak Sewa Pembiayaan ?
2. Bagaimana Perlakuan Akuntansi Atas Transaksi Sewa Pembiayaan (Finance Lease)
Sebagai Lesee?
1.3. Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui ketentuan dalam kontrak sewa pembiayaan
2. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi atas transaksi sewa pembiayaan
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Sewa (Lease)

Pada awalnya sewa lebih dikenal dengan istilah leasing, leasing itu sendiri berasal dari kata lease
yang berarti sewa atau yang lebih umum diartikan sebagai sewa – menyewa. Istilah leasing
berasal dari bahasa Inggris, yaitu lease yang berarti sewa menyewa. Istilah lain yang digunakan
untuk menerjemahkan leasing maupun lease ke dalam bahasa Indonesia adalah sewa guna usaha
(Admiral, 2018). Sewa menyewa merupakan suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak
kepada lessee untuk menggunakan suatu asset selama periode waktu yang telah disepakati.
Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor
(IAI:2009).

Dari definisi tersebut memberikan pengertian yaitu perjanjian yang dibuat oleh kedua belah
pihak yaitu lessor (pihak yang menyewakan) dan lessee (pihak yang menyewa) dimana dalam
perjanjian tersebut pihak lessor memberikan atau mengalihkan hak guna atau hak pakai atas Aset
yang dimilikinya baik itu berupa tanah, kendaraan, peralatan maupun Aset lainya yang dapat
disusutkan selama beberapa periode tertentu kepada pihak lessee. Sebagai balas jasa kepada
pihak lessor dari hak pakai terhadap Aset tersebut, lessee dituntut untuk membayar sejumlah
uang sewa atau kompensasi sesuai dengan perjanjian yang dibuat diantara kedua belah pihak.
Demikian juga dengan lamanya perjanjian tergantung kepada perjanjian yang dibuat oleh lessor
dan lessee bervariasi sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.

Sewa juga dapat di definisikan sebagai suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal)
dengan lessee (pemakai barang modal). Lessor memberikan hak kepada lessee untuk
menggunakan barang modal selama jangka waktu tertentu dengan suatu imbalan berkala dari
lessee yang besarnya tergantung dari perjanjian antara lessor dengan lessee. Lessee dapat
diberikan hak opsi (operation right) untuk membeli barang modal tersebut pada akhir masa
kontrak. Dengan demikian hak milik atas barang modal tersebut tetap menjadi milik lessee
selama jangka waktu kontrak lessee (Suandy Erly:2008).
Berdasarkan defenisi-defenisi tersebut diatas maka dapat disimpulkan beberapa unsur yang
terdapat dalam leasing yaitu :

1. Sewa (leasing adalah perjanjian kontrak antara lessor (yang meminjamkan asset) dan
lessee (peminjam), dimana lessor memberikan hak kepada lessee untuk
menggunakan asset tertentu milik lessor selama periode waktu selama periode waktu
yang disepakati.
2. Lessor yaitu pihak yang menyediakan Aset atau barang-barang modal antara lain
perusahaan-perusahaan yang mendapat izin dari Departemen Keuangan
3. Lessee yaitu pihak yang menyewa Aset atau pihak-pihak yang membutuhkan
barang-barang modal
4. Objek sewa yaitu barang-barang yang menjadi objek perjanjian leasing meliputi
segala macam barang modal mulai dari yang berteknologi tinggi hingga teknologi
menengah ataupun keperluan kantor
5. Pembayaran secara berkala dalam jangka waktu tertentu yang biasa dilakukan setiap
bulan, setiap kuartal atau setengah tahun sekali
6. Nilai sisa yang ditentukan sebelum perjanjian dimulai
7. Adanya hak opsi bagi lessee pada akhir masa leasing dimana lessee mempunyai hak
untuk menentukan apakah ia ingin membeli barang-barang tersebut dengan harga
sebesar nilai sisa atau mengembalikan kepada lessor
2.2. Klasifiksi Sewa
1. Sewa Operasi

Pembayaran sewa merupakan beban sewa yang diakui berdasarkan metode garis lurus selama
masa sewa, meskipun pembayaran sewa dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode.
Suatu pengaturan komersial dimana lessor memungkinkan lessee untuk menggunakan aset untuk
jangka waktu yang lebih kecil dari umur ekonomis aset terhadap pembayaran sewa dikenal
sebagai sewa operasi. Masa sewa untuk sewa operasi bersifat pendek. Pada akhir sewa operasi,
aset tidak ditransfer ke penyewa atau dia memiliki hak untuk membeli aset dengan harga kurang
dari Nilai Pasar Wajar dari aset. Aset sewaan dialihkan ke lessor pada saat berakhirnya masa
sewa. Tidak ada jaminan bahwa lessor akan mendapatkan pembayaran lengkap mengenai biaya
dan pengembalian aset karena aset yang sama disewa berulang-ulang oleh lessor ke banyak
pelanggan. Sewa operasi bersifat dibatalkan sehingga dapat dibatalkan oleh salah satu pihak.

2. Sewa Pembiayaan

Sewa modal atau diartikan dengan sewa pembiayaan merupakan jenis sewa pembiayaan yang
banyak digunakan. Sesuai dengan namanya, pada dasarnya penyewa (lessee) hanya meminjam
modal untuk membeli aset sewa pembiayaan. Setelah aset tersebut didapat maka lessee
berkewajiban melakukan serangkaian pembayaran sewa yang bisa dianggap sebagai pelunasan
hutangnya.

Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika memenuhi salah satu hal berikut ini:

a. sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa
b. lessee mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah dibandingkan
nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada awal sewa dapat
dipastikan bahwa opsi memang akan dilaksanakan
c. masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset meskipun hak milik tidak
dialihkan yaitu masa sewa sama atau lebih dari 75% umur ekonomis aset sewaan
d. pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara substansial
mendekati nilai wajar aset sewaan yaitu pembayaran sewa minimum sama atau lebih dari
90% nilai wajar aset sewaan
e. aset sewaan bersifat khusus dan dimana hanya lessee yang dapat menggunakannya tanpa
perlu modifikasi secara material.

2.3. Perlakuan Akuntansi Sewa Oleh Lease

Didalam suatu perjanjian sewa pihak-pihak yang terlibat secara langsung adalah lessor dan
lessee. Pencatatan yang dilakukan oleh kedua belah pihak tergantung sewa yang disepakati.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa jika ditinjau dari segi lessee, sewa diklasifikasikan kepada
sewa operasi dan sewa pembiayaan. Untuk lebih jelasnya, pencatatan yang dilakukan oleh lessee
kita lihat dalam uraian berikut ini.

1. Sewa Operasi
Sewa yang tergolong dalam jenis sewa operasi (operating lease) perlakuan akuntansinya sangat
sederhana. Pencatatan terhadap biasa sewa dilakukan pada saat biasa terutang atau dibayar.
Dalam hal ini diasumsikan pembayaran lease dilakukan secara merata (Straight line). Kalaupun
misalnya pembayaran dilakukan tidak sama tetapi meningkat atau menurun maka pembebanan
harus tetap seperti straight line. Perkiraan ini dapat dicatat keperkiraan prepaid asset atau
liability. Ikatan Akuntan Indonesia menjelaskan sebagai berikut (2007:30,7) Pembayaran sewa
dalam sewa operasi diakui sebagai beban dengan dasar garis lurus (straight-line basis) selama
masa sewa kecuali terdapat dasar sistematis lain yang dapat lebih mencerminkan pola waktu dari
manfaat aset yang dinikmati pengguna.

“Pembayaran sewa dalam sewa operasi diakui sebagai beban dengan dasar garis lurus
selama masa sewa kecuali terdapat dasar sistematis lain yang dapat lebih mencerminkan pola
waktu dari manfaat aset yang dinikmati pengguna”. Ayat jurnal untuk mencatat pengakuan awal:

Beban kas lease xxx


Hutang lease xxx
2. Sewa Pembiayaan

Sewa yang diperoleh pada jenis sewa pembiayaan dianggap sebagai suatu pembelian harta
daripada sewa. Konsekuensinya, akuntansi untuk lease modal memerlukan ayat-ayat pembukuan
yang sama dengan yang diperlukan untuk pembelian suatu harta dengan syarat kredit jangka
panjang. Pencatatan akuntansi didasarkan pada pandangan sewa sebagai suatu pembiayaan,
dimana aset dicatat dan diikuti dengan lahirnya suatu kewajiban lease pada awal masa lease
sebesar mana yang lebih rendah antara present value dari pembayaran lease minimum pada awal
periode lease dan nilai pasar wajar aset yang dilease pada saat terjadinya lease. Pembayaran yang
dilakukan lease selama masa lease dialokasikan dan dicatat sebagai angsuran pokok kewajiban
sewa pembiayaan dan beban bunga, berdasarkan tingkat bunga yang diperhitungkan terdapat sisa
kewajiban penyewa pembiayaan.

Pengalokasian ini dilakukan dengan metode bunga efektif dengan tarif sebesar tarif pengurangan
(discount rate) yang digunakan dalam perhitungan pembayaran sewa pembiayaan minimum
(present value of minimum lease payment). Jumlah yang dicatat sebagai finance lease kemudian
akan diamortisasi dengan umur berbeda tergantung apakah sewa pembiayaan ini memenuhi
kriteria yang pertama dan kedua atau tidak. Apabila finance lease ini memenuhi syarat transfer
hak milik dan memungkinkan pembelian aset yang dilease maka umur aset, yang dilease akan
dijadikan sebagai perhitungan amortisasi. Tetapi jika syarat tersebut tidak terpenuhi maka umur
yang digunakan untuk perhitungan amortisasi adalah masa lease (lease term). Metode yang
dalam perhitungan amortisasi harus sama dengan metode penyusutan yang digunakan oleh lessee
untuk aset-aset yang dimiliki oleh lessee. Kalau aset yang diperoleh dengan cara lease ini dibeli
sebelum masa lease perbedaan antara pembayaran dengan nilai sisa kewajiban akan dibebankan
atau dikreditkan pada tahun berjalan.

“Pada awal masa sewa, lessee mengakui sewa pembiayaan sebagai aset dan liabilitas
dalam laporan posisi keuangan sebesar nilai wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini dari
pembayaran sewa minimum, jika nilai kini lebih rendah dari nilai wajar. Penilaian ditentukan
pada awal kontrak sewa. Tingkat diskonto yang digunakan dalam perthitungan nilai kini dari
pembayaran sewa minimum adalah tingkat suku bunga implisit dalam sewa, jika dapat
ditentukan secara praktis; jika tidak, digunakan tingkat suku bunga pinjaman incremental lessee.
Biaya langsung awal yang dikeluarkan lessee ditambah ke dalam jumlah yang diakui sebagai
aset”. Ayat jurnal untuk mencatat pengakuan awal perjanjian:

Aset lease xxx


Utang lease xxx

2.4. Pelaporan Sewa Oleh Lesee


1. Sewa Operasi

Karena metode lease ini adalah merupakan penyewaan maka aset yang disewakan tidak
dicantumkan sebagai aset dalam neraca. Oleh karena itu metode operational ini disebut juga
dengan Off Balance Sheet Presentation. Walaupun Sewa ini tidak terdapat di neraca, namun
catatan atas laporan keuangan mestinya dibuat penjelasan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia
(2007:30.8) pengungkapan yang layak harus dicantumkan untuk hal-hal berikut ini: Selain
mengungkapkan hal yang dipersyaratkan dalam PSAK No.50 lessee juga harus mengungkapkan
hal berikut untuk sewa operasi:
a) Total pembayaran sewa minimum di masa depan dalam sewa operasi yang tidak dapat
dibatalkan untuk setiap periode berikut:

i) Sampai dengan satu tahun

ii) Lebih dari satu tahun sampai lima tahun

iii) Lebih dari lima tahun

b) Total pembayaran sewa lanjut minimum masa depan, yang dihitung pada tanggal neraca,
yang diperkirakan akan diterima dalam kontrak sewa lanjut yang tidak dapat dibatalkan.
c) Pembayaran sewa dan sewa lanjut yang diakui sebagai beban periode berjalan, dengan
pengungkapan terpisah untuk masing-masing jumlah pembayaran minimum sewa, rental
kontinjen, dan pembayaran sewa lanjut.
d) Penjelasan umum perjanjian sewa lessee yang signifikan, yang meliputi, namun tidak
terbatas pada:

i) Dasar penentuan utang rental kontinjen

ii) Eksistensi dan persyaratan untuk memperbaharui kembali perjanjian sewa atau
adanya opsi pembelian dan klausul eskalasi, dan

iii) Pembatasan yang ada dalam perjanjian sewa, seperti pembatasan dividen,
utang tambahan, dan sewa lanjutan.

2. Sewa Pembiayaan
Aset yang diperoleh dengan cara sewa pembiayaan harus dicantumkan dalam neraca lessee
terpisah dari aset lain yang dimiliki perusahaan dengan mengklasifikasikannya ke dalam
perkiraan aset tetap dan aset sewa pembiayaan. Begitu juga halnya dengan kewajiban yang
timbul. Bagian kewajiban yang jatuh tempo dalam satu tahun atau dalam satu siklus operasi
diklasifikasikan sebagai hutang lancar dan sisanya sebagai hutang tidak lancar Dalam Standar
Akuntansi Keuangan (2007:30.7) pengungkapan yang layak harus dicantumkan untuk hal-hal
berikut ini:
Selain harus memenuhi ketentuan PSAK No.50 (revisi 2006) tentang instrument keuangan:
Penyajian dan pengungkapan, lessee juga harus mengungkapkan hal-hal berikut yang berkaitan
dengan sewa pembiayaan:
a) Jumlah neto nilai tercatat untuk setiap kelompok aset pada tanggal neraca.
b) Rekonsiliasi antara total pembayaran sewa minimum di masa depan pada tanggal neraca,
dengan nilai kininya. Selain itu, entitas harus mengungkapkan total pembayaran sewa
minimum di masa depan pada tanggal neraca, dan nilai kininya, untuk setiap periode
berikut:
i) Sampai dengan satu tahun
ii) Lebih dari satu tahun sampai lima tahun
iii) Lebih dari lima tahun
c) Rental kontinjen yang diakui sebagai beban pada periode tersebut.
d) Total perkiraan penerimaan pembayaran minimum sewa-lanjut dimasa depan dari
kontrak sewa-lanjut yang tidak dapat dibatalkan (non cancellable subleases) pada tanggal
neraca.
e) Penjelasan umum isi perjanjian sewa yang material, yang meliputi, tetapi tidak terbatas
pada, hal berikut:
i) Dasar penentuan utang rental kontinjen
ii) Ada tidaknya klausul-klausul yang berkaitan dengan opsi perpanjangan atau
pembelian dan eskalasi beserta syarat-syaratnya, dan
iii) Pembatasan-pembatasan yang ditetapkan dalam perjanjian sewa, misalnya
yang terkait dengan dividen, utang tambahan, dan sewa lanjutan.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Ketentuan Dalam Kontrak Sewa Pembiayaan

Ketentuan kontrak sewa pembiayaan meliputi berbagai variasi yang sangat mempengaruhi
pengkapitalisasian nilai aset sewa pembiayaan. Variabel tersebut meliputi periode lease, umur
aset, pembayaran lease minimum, nilai sisa aset, pembelian dengan harga menarik, nilai tunai
pembayaran lease terendah ketentuan mengenal denda dan akibat pembatalan.

1. Periode Lease
Periode lease meliputi dari awal hingga akhir sewa pembiayaan. Permulaan periode sewa
pembiayaan terjadi pada saat perjanjian sewa pembiayaan mulai berlaku, yaitu pada saat
harta yang dilease diserahkan kepada lessee. Sedangkan tanggal pemrakarsa sewa
pembiayaan merupakan tanggal perjanjian sewa pembiayaan. Biasanya tanggal
permulaan lease sama dengan tanggal perjanjian lease, tetapi tidak tertutup kemungkinan
adanya tenggang waktu. Masa lease yang digunakan untuk menentukan pembayaran
sewa terendah adalah (Beams et.al, 2007:117) Masa yang tidak dapat dibatalkan dari
lease ditambah semua periode dimana pembaharuan terjamin secara layak, termasuk
periode-periode yang tercakup oleh hak pembaharuan dengan harga murah.

2. Pembayaran Lease Terendah


Pengertian pembayaran lease terendah bagi lessee menurut Smith dan Skousen,
1998:116) adalah:
a) Pembayaran sewa terendah yang diperlukan selama masa lease.
b) Dan tiap pembayaran yang diwajibkan oleh suatu hak pembelian dengan harga murah
atas nilai residu harta yang bersangkutan.
Sedangkan yang dimaksud dengan pembayaran lease terendah bagi lessor adalah
(Beams et.al, 2007:119) Pembayaran sewa selama masa lease bersih dari tiap biaya
pelaksanaan yang termasuk didalamnya, ditambah jumlah yang dibayarkan menurut
hak pembelian dengan harga murah atau jaminan atas nilai residu atas lessee. Jika
pihak ketiga menjamin nilai residu, maka lessee tidak boleh memasukkan jaminan
sebagai bagian dari pembayaran lease terendah. Pembayaran sewa kadang-kadang
mencakup beban untuk hal-hal seperti asuransi, pemeliharaan dan pajak yang timbul
atas harta yang dilease. Pengeluaran-pengeluaran seperti ini disebut dengan biaya
eksekutori. Residu atau Nilai Sisa Yang dimaksud dengan nilai residu adalah taksiran
harga yang wajar dari aset yang disewakan pada akhir jangka waktu sewa. Nilai
residu terbagi dua, yaitu (Beams et.al, 2007:129) :
a) Nilai residu yang dijamin. Penyewa yang akan membayar kepada yang menyewakan
(lessor) sejumlah selisih antara harga aset (residu) dengan jumlah yang disetujui.
b) Nilai residu yang tidak terjamin. Tiap nilai residu yang tidak ditutup dengan suatu
jaminan.
3. Opsi Pembelian dengan Harga Murah
Sewa pembiayaan seringkali mengandung ketentuan yang memberi hak kepada lessee
untuk membeli aset pada suatu waktu pada masa lease. Suatu hak pembelian dengan
harga yang menarik yaitu harga yang terendah bila dibandingkan dengan taksiran nilai
wajar harta pada tanggal dimana hak itu digunakan. Tarif jaminan atas taksiran nilai
residu dari harta yang dilease oleh lessee dimaksudkan dalam penentuan pembayaran
lease terendah, baik jaminan itu merupakan suatu pembelian harta atau tidak.
4. Nilai Tunai Pembayaran Lease Terendah
Bila suatu pembayaran lease terendah sudah ditetapkan dari suatu penilaian atas
ketentuan lease, maka pembayaran lease itu harus dihitung nilai tunainya. Tarif yang
akan digunakan lessee untuk menghitung nilai tersebut adalah kenaikan tarif peminjaman
(incremental borrowing rate). Tarif yang pada saat berlakunya akan terjadi pada lessee
untuk menjamin selama suatu periode waktu yang sama, dana-dana yang diperlukan
untuk membeli harta yang dilease. (Smith dan Skousen, 1998: 129). Jika lessee
mengetahui suku bunga implisit (implicit rate of interest in the lease), yang dihitung oleh
lessor, maka lessee harus menggunakan mana yang lebih rendah antara tarif implicit
dengan incremental borrowing rate.
Menurut Beams et.al (2007:129) yang dimaksud dengan tarif implisit (implicit rate)
adalah: Tarif pengurangan yang apabila diterapkan pada pembayaran lease, menyebabkan
keseluruhan nilai tunai pada awal masa lease akan sama dengan nilai wajar yang
dileasekan oleh lessor pada saat berlakunya lease.
FASB Statement No. 13 mengemukakan pengecualian mengenai penggunaan nilai
pembayaran lease terendah dikemudian hari sebagai dasar pencatatan, adalah sebagai
berikut (Beams et.al, 2007:129) Jika jumlah yang diterapkan sangat melebihi nilai wajar
harta yang dilease, maka jumlah yang dicatat sebagai harta dan kewajiban adalah nilai
wajar. Ini berarti jika harta yang dileasekan mempunyai suatu harga jual yang dapat
ditentukan, maka timbul pembayaran lease terendah dikemudian hari harus dibandingkan
dengan harga tersebut.

5. Ketentuan Pembatalan Lease Dalam perjanjian sewa pembiayaan


Jangka waktu lease tidak boleh melampaui tanggal hak opsi tanggal hak opsi pembelian.
Sifat perjanjian lease yang dapat dibatalkan mengacu kepada kontrak lease dengan
ketentuan pembatalan yang sangat mahal. Hanya lease yang tidak dapat dibatalkan yang
dapat dikapitalisasi.

3.2. Perlakuan Akuntansi Atas Transaksi Sewa Pembiayaan (Finance Lease) dari
Perspektif Lessee

Didalam suatu perjanjian sewa pihak-pihak yang terlibat secara langsung adalah lessor dan
lessee. Pencatatan yang dilakukan oleh kedua belah pihak tergantung sewa yang disepakati.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa jika ditinjau dari segi lessee, sewa umumnya
diklasifikasikan kepada sewa operasi dan sewa pembiayaan.
Sewa yang diperoleh pada jenis sewa pembiayaan dianggap sebagai suatu pembelian harta
daripada sewa. Konsekuensinya, akuntansi untuk lease modal memerlukan ayat-ayat pembukuan
yang sama dengan yang diperlukan untuk pembelian suatu harta dengan syarat kredit jangka
panjang. Pencatatan akuntansi didasarkan pada pandangan sewa sebagai suatu pembiayaan,
dimana aset dicatat dan diikuti dengan lahirnya suatu kewajiban lease pada awal masa lease
sebesar mana yang lebih rendah antara present value dari pembayaran lease minimum pada awal
periode lease dan nilai pasar wajar aset yang dilease pada saat terjadinya lease.

Pembayaran yang dilakukan lease selama masa lease dialokasikan dan dicatat sebagai angsuran
pokok kewajiban sewa pembiayaan dan beban bunga, berdasarkan tingkat bunga yang
diperhitungkan terdapat sisa kewajiban penyewa pembiayaan. Pengalokasian ini dilakukan
dengan metode bunga efektif dengan tarif sebesar tarif pengurangan (discount rate) yang
digunakan dalam perhitungan pembayaran sewa pembiayaan minimum (present value of
minimum lease payment). Jumlah yang dicatat sebagai finance lease kemudian akan diamortisasi
dengan umur berbeda tergantung apakah sewa pembiayaan ini memenuhi kriteria yang pertama
dan kedua atau tidak. Apabila finance lease ini memenuhi syarat transfer hak milik dan
memungkinkan pembelian aset yang dilease maka umur aset, yang dilease akan dijadikan
sebagai perhitungan amortisasi. Tetapi jika syarat tersebut tidak terpenuhi maka umur yang
digunakan untuk perhitungan amortisasi adalah masa lease (lease term). Metode yang dalam
perhitungan amortisasi harus sama dengan metode penyusutan yang digunakan oleh lessee untuk
aset-aset yang dimiliki oleh lessee. Kalau aset yang diperoleh dengan cara lease ini dibeli
sebelum masa lease perbedaan antara pembayaran dengan nilai sisa kewajiban akan dibebankan
atau dikreditkan pada tahun berjalan.

Ikatan Akuntan Indonesia menjelaskan sebagai berikut (2007:30.5-30.6) : Pada awal masa sewa,
lessee mengakui sewa pembiayaan sebagai aset dan kewajiban dalam neraca sebesar nilai wajar
asset sewaan atau sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika nilai kini lebih rendah
dari nilai wajar. Penilaian ditentukan pada awal kontrak. Tingkat diskonto yang digunakan dalam
perhitungan nilai kini dari pembayaran sewa minimum adalah tingkat suku bunga implisit dalam
sewa, jika dapat ditentukan secara praktis, jika tidak, digunakan tingkat suku bunga pinjaman
incremental lessee. Biaya langsung awal yang dikeluarkan lessee ditambahkan ke dalam jumlah
yang diakui sebagai aset.
Contoh Transaksi Sewa Pembiayaan :

Pada tanggal 1 Januari 2010, PT Garuda menandatangani kontrak atas sebuah mesin selama 4
tahun dengan PT Panda. Nilai wajar mesin saat awal sewa sebesar Rp.150.000.000, tanpa nilai
residu. PT Garuda telah menggunakan mesin tersebut pada tanggal 2 Januari 2010. Pada akhi
masa sewa mesin dikembalikan ke PT Panda yaitu tanggal 31 essember 2015. PT Panda
menetapkan sewa dilakukan secara tahunan tiap awal periode mulai 2 Januari 2010 sebesar Rp
41.933.445. PT Garuda membayar biaya langsung di awal periode sebesar Rp 10.000.000 di luar
pembayaran sewa. Tingkat bunga implisit yang ditetapkan PT Panda sebesar 8% (diketahui oleh
PT Garuda) sedangkan tingkat bunga inkremental bagi PT Garuda adalah sebesar 10%. Umur
ekonomik mesin diestimasikan 5 tahun. Metode penyusutan yang digunakan untuk pencatatan
adalah garis lurus.

Langkah yang harus dilakukan yaitu melakukan analisis atas jenis sewa sebagai berikut :

1. Penyajian sewa menyatakan adanya pengalihan kepemilikan asset kepada lessee pada
akhir masa sewa. Kriteria ini tidak terpenuhi karena asset dikembalikan ke PT Panda
pada akhir masa sewa.
2. Lessee memiliki opsi untuk membeli asset pada harga yang cukup rendah dibandingkan
nilai wajar pada tanggal opsi mulai dilaksanakan, sehingga pada awal sewa dapat
dipastikan bahwa opsi bisa dilaksanakan. Kriteria ini juga tidak terpenuhi karena tidak
ada opsi untuk membeli asset yang ditawarkan kepada PT Garuda dalam perjanjian sewa.
3. Masa sewa mencangkup sebagian besar umur ekonomis asset meskipun hak milik tidak
dialihkan. Kriteria ini terpenuhi karena masa sewa (4 tahun) meliputi sebgaian bersar
umur ekonomis (5 tahun).
4. Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara substansional
wajar asset sewaan. Kriteria ini tidak terpenuhi dengan perhitungan sebagai berikut :
Pembayaran sewa minimum = Rp 41.933.445
Faktor nilai kini anuitas due/(n=4, i=8%) = 3, 57709699
Nilai kini pembayaran sewa minimum Rp. 150.000.000
Nilai wajar asset Rp.150.000.000
5. Aset sewaan bersifat khusus dan hanya lessee yang dapat menggunakan tanpa perlu
dimodifikasikan secara material. Kriteria ini tidak terpenuhi karena tidak terdapat
informasi terkait.

Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa jenis sewa adalah sewa pembiayaan,
sehingga PT Garuda mengakui asset dan liabilitas terkait di awal masa sewa dengan jurnal
sebagai berikut :

2 Januari 2010 Aset sewa pembelian Rp. 160.000.000

Liabilitas sewa pembiayaan Rp. 150.000.000

Kas Rp.10.000.000

Tanggal 1 Januari 2010 adalah masa sewa. Untuk memudahkan pencatatan selanjutnya
menggunakan tabel amortisasi sebagai berikut :

Tanggal Penerimaan Pendapatan Pengurangan Piutang sewa


sewa bunga (8%) pokok piutang
2/1/2010 150.000.000
2/1/2010 41.933.445 41.933.445 108.066.555
2/1/2011 41.933.445 8.645.324 33.288.121 74.778.434
2/1/2012 41.933.445 5.928.275 35.951.170 38.827.264
2/1/2013 41.933.445 3.106.181 38.827.264

Tanggal 2 Januari 2010 ada dua baris karena pembayaran sewa pertama dilakukan langsung di
awal masa sewa, sehingga seluruh pembayaran merupakan pelunasan pokok. Beban bunga
dihitung 8% dikali liabilitas sewa pada tanggal pembayaran sebelumnya, sehingga tidaka ada
beban bunga yang diakui tanggal 2 Januari 2010. Pengurangan pokok liabilitas diperoleh dari
selisih antara pembayaran sewa dengan beban bunga. Atas barang tersebut PT Garuda mencatat
jurnal sebagai berikut :

2 Januari 2010 Liabilitas sewa pembiayaan Rp41.933.445

Kas Rp41.933.445
Pada akhita tahun 2010 PT Garuda mencatat penyusutan atas asset sewaan sebesar Rp40.000.000
(Rp160.000.000/4 tahun). Aset disusutkan selama 4 tahun bukan 5 tahun karena PT Garuda
mengembalikan asset ke PT Panda pada akhir masa sewa. Jurnal penyusutannya adalah sebagai
berikut :

31 Desember 2010 Beban Penyusutan Rp40.000.000

Akumulasi penyusutan Rp40.000.000

Berikutnya pada tanggal 2 Januari 2011. Sesuai prinsip akrual pada akhir PT Garuda harus
mengakui beban bunga terkait jumlah yang akan dibayar pada awal tahun 2011 (Rp 8.645.324
pada tabel diatas) dengan jurnal sebagai berikut :

31 Desember 2010 Beban penyusutan Rp 8.645.324

Utang bunga Rp 8.645.324

Pada saat pembayaran tanggal 2 Januari 2011 PT Garuda tinggal menghapus utang bunga yang
sudah diakui pada akhir tahun lalu (dengan asumsi tidak ada jurnal pembalik) sebagai berikut :

2 Januari 2011 Aset sewa pembiayaan Rp33.288.121

Utang bunga Rp 8.645.324

Kas Rp41.933.445

Pada akhir masa sewa PT Garuda mengembalikan asset sewaan kepada PT Panda dan
menghentikan pengakuannya sebagai berikut :

31 Desember 2013 Akumulasi penyusustan Rp160.000.000

Aset sewa pembiayaan Rp160.000.000


BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari topik bahasan tentang Perlakuan Akuntansi Atas
Transaksi Sewa Pembiayaan (Finance Lease) dari Perspektif Lesee, antara Lain:

1. Sewa (lease) merupakan suatu kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang
modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna
usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk dipergunakan oleh lessee selama jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
2. Dalam kegiatan sewa menyewa terlibat 2 belah pihak yaitu lessor merupakan pihak yang
menyediakan aset atau barang-barang modal. Sedangkan lessee yaitu pihak yang
menyewa Aset atau pihak-pihak yang membutuhkan barang-barang modal
3. Dalam klasifikasi sewa terdapat sewa operasi dan sewa pembiayaan. Sewa operasi
merupakan suatu pengaturan komersial dimana lessor memungkinkan lessee untuk
menggunakan aset untuk jangka waktu yang lebih kecil dari umur ekonomis aset terhadap
pembayaran sewa. Sedangkan sewa pembiayaan merupakan pengalihan secara
susbstansial seluruh risiko dan manfaat terkait dengan kepemilikan asset kepada lessee.
4. Adapun ketentuan dalam kontrak sewa pembiayaan meliputi periode lease, pembayaran
lease terendah, nilai residu atau nilai sisa, nilai tunai pembayaran lease terendah, dan
etentuan pembatalan lease.
5. Perlakuan akuntansi sewa oleh lessee dalam sewa operasi dimana pencatatan terhadap
biasa sewa dilakukan pada saat biasa terutang atau dibayar. Dalam hal ini diasumsikan
pembayaran lease dilakukan secara merata (straight line).
6. Perlakuan akuntansi sewa oleh lessee dalam sewa pembiayaan dimana pencatatan
akuntansi didasarkan pada pandangan sewa sebagai suatu pembiayaan, dimana aset
dicatat dan diikuti dengan lahirnya suatu kewajiban lease pada awal masa lease sebesar
mana yang lebih rendah antara present value dari pembayaran lease minimum pada awal
periode lease dan nilai pasar wajar aset yang dilease pada saat terjadinya lease.
7. Pada awal masa sewa, lessee harus mengakui hak dan kewajiban dalam sewa pembiayaan
sebagai aset dan kewajiban dalam neraca sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran
sewa ditambah nilai residu (harga opsi) yang harus dibayar oleh lessee pada akhir masa
sewa.

4.2. Saran

Dalam kegiatan sewa menyewa (lease) seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baik antara piha –
pihak yang terlibat di dalamnya baik itu lessor sebagai penyedia modal maupun lesse selaku
pemijam modal. Dalam kegiatan sewa menyewa ini diharapkan dapat terlaksana dengan baik
dalam menunjang pergerakan perekonomian negara Indonesia agar lebih baik dalam
penyelenggaraan lalu lintas keuangan.
DAFTAR PUSTAKA

Anastasia Diana, dan Lilis Setiawati.2017.Akuntansi Keuangan Menengah. Yogyakarta : Andi.

https://jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-
ec61c9cb232a03a96d0947c6478e525e/2016/08/ANALISIS-PEMBIAYAAN-MELALUI-
FINANCE-LEASE-DAN-APLIKASI-PERLAKUAN-AKUNTANSI-LEASING-
BERDASARKAN-PSAK-NO.30-TAHUN-2012-PADA-PT.-ADIRA-DINAMIKA-MULTI-
FINANCE-TANJUNGPINANG.pdf

Jones, T., Pangemanan, S. S., & Tangkuman, S. J. (2018). ANALISIS PENERAPAN


OPERATING LEASE BERDASARKAN PSAK. NO 30 PADA PT. YOSEPHA
MANOKWARI. GOING CONCERN: JURNAL RISET AKUNTANSI, 13(02).

Wowor, B. C., Ilat, V., & Rondonuwu, S. (2019). ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 30
TENTANG SEWA ASET TETAP PADA PT. NENGGAPRATAMA
INTERNUSANTARA. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan
Akuntansi, 7(3).

Admiral, A. (2018). Aspek Hukum Kontrak Leasing dan Kontrak Financing. UIR Law Review,
2(02), 397. https://doi.org/10.25299/uirlrev.2018.vol2(02).1663

Anda mungkin juga menyukai