Anda di halaman 1dari 7

HUKUM LEMBAGA PEMBIAYAAN

PEMBIAYAAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) DALAM BENTUK USAHA


FINANCE LEASE DIRECT LEASE

KELOMPOK

1. SHINTYA R. ADAWIYAH 1312011311


2. FARIZKY ARIF PRAZADA 1312011362
3. I WAYAN WIRAKARSA 1312011363

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Pembiayaan Sewa
Guna Usaha (Leasing) dalam Bentuk Usaha Finance Lease Direct Lease. Makalah ini
kami susun untuk memenuhi kewajiban tugas dalam mata kuliah Hukum Lembaga
Pembiayaan dengan dosen pengajar Sunaryo, S.H., M.H.
Di dalam makalah ini dipaparkan mengenai latar belakang pembiayaan sewa
guna usaha, bentuk usaha dari pembiayaan sewa guna usaha (leasing), hubungan hukum
dalam leasing, sampai ke akibat hukum dari sewa guna usaha tersebut. Kami sangat
berharap makalah ini dapat dipahami bagi pembacanya dan berguna bagi pembacanya.
Kami juga menyadari secara sepenuhnya bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, sebelumnya kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan. Untuk itu juga kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun untuk menyempurnakan makalah ini.

Bandar Lampung, Desember 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia, terdapat berbagai jenis lembaga pembiayaan sebagai salah satu bentuk
usaha di bidang keuangan bukan bank, yang mempunyai peranan sangat penting di
dalam pembiayaan, seperti menjalankan kegiatan pembiayaan, penyediaan dana,
barang modal, dan sebagainya. Jenis lembaga pembiayaan yang kami akan bahas
pada kesempatan ini adalah Sewa Guna Usaha atau pada umumnya disebut sebagai
Leasing, yang dikatakan sebagai equipment funding, yaitu suatu kegiatan
pembiayaan dalam bentuk peralatan atau barang modal pada perusahaan untuk
digunakan dalam proses produksi.1
Jenis pembiayaan sewa guna usaha atau leasing ini dapat kami bahas lebih lanjut,
karena pada dasarnya jenis pembiayaan ini memiliki alasan ekonomis, alasan
yuridis, maupun alasan sosiologisnya. Dari alasan ekonomisnya, bahwa sewa guna
usaha atau leasing bagi perusahaan dapat memperoleh barang-barang modal untuk
operasional dengan mudah dan cepat. Dari alasan ekonomis ini saja sudah dapat
dilihat perbedaan signifikan apabila dibandingkan dengan perusahaan yang
mengajukan kredit kepada bank yang memerlukan persyaratan dan jaminan yang
besar. Bagi perusahaan yang modalnya kurang atau menengah, dengan melakukan
jenis pembiayaan leasing akan dapat membantu perusahaan dalam menjalankan
kegiatan usahanya. Dan setelah jangka leasing selesai, perusahaan dapat membeli
barang modal yang bersangkutan. Sehingga dari alasan ekonomis ini, perusahaan
yang memerlukan sebagian barang modal tertentu dalam suatu proses produksi
secara mendadak, tetapi tidak mempunyai dana tunai yang cukup, maka perusahaan
tersebut dapat mengadakan pembiayaan melalui perjanjian leasing untuk
mengatasinya. Dengan melakukan leasing, maka akan lebih menghemat biaya
dalam hal pengeluaran dana dibandingkan dengan membeli secara tunai.
Dari alasan yuridisnya, jenis pembiayaan dengan sewa guna usaha atau leasing ini
sudah memiliki pengaturan secara khusus melalui beberapa surat keputusan, seperti
Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri

1 Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), hlm. 47.
Perdagangan Republik Indonesia dengan No.KEP-122/ MK/IV/2/1974,
No.32/M/SK/2/1974, dan No.30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari 1974 tentang
Perizinan Usaha Leasing.2 Lalu, Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 649
Tahun 1974, tanggal 6 Mei 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing, dan Surat
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 650 Tahun 1974, tanggal 6 Mei 1974.3 Bahwa
keberadaan dan aktivitas dari sewa guna usaha ini dilakukan tidak hanya
berdasarkan kehendak para pihak saja, yaitu antara lessor dan lessee yang
dituangkan dalam bentuk perjanjian saja, tetapi juga diatur oleh beberapa peraturan
perundang-undangan yang bersifat publik administratif. Prof. Abdulkadir
berpendapat bahwa sewa guna usaha adalah sebagai salah satu bentuk bisnis
pembiayaan yang bersumber dari berbagai ketentuan hukum, baik perjanjian
maupun perundang-undangan, dimana perjanjian adalah sumber hukum utama
dalam sewa guna usaha dari segi perdata, sedangkan perundang-undangan adalah
sumber hukum utama dalam sewa guna usaha dari segi publik.4
Dari alasan sosiologis bagi perusahaan, yang sejalan dengan perkembangan waktu
dan perekonomian Indonesia, maka permasalahan yang melibatkan sewa guna usaha
atau leasing semakin banyak dan kompleks, mulai dari pembiayaan leasing yang
paling sederhana sampai yang rumit. Perbedaan jenis leasing menyebabkan
perbedaan dalam pengungkapan laporan keuangan, perlakuan pajak dan akibatnya
pada pajak penghasilan badan akhir tahun. Capital lease dan operating lease sama-
sama dikenakan pajak pertambahan nilai, sedangkan untuk operating lease
disamping dikenakan pajak pertambahan nilai juga dikenakan pemotongan pajak
penghasilan, hal ini karena diperlakukan sebagai sewa menyewa biasa. Biaya-biaya
yang berkaitan dengan transaksi lease dianggap sebagai biaya usaha bagi pihak
lessee.5

2 Sunaryo, Op.Cit., halaman 48.

3 Ibid.

4 Abdulkadir Muhammad, Hukum Ekonomi dan Bisnis, (Jakarta: Citra Aditya Bhakti, 2000),
halaman 214.

5 Amar, Sewa Guna Usaha Leasing, (E-Book, dikutip tanggal 1 Desember 2016, Pukul: 10.23
WIB), halaman 115.
Sehingga dengan alasan-alasan di dalam penggunaan jenis pembiayaan sewa guna
usaha atau leasing tersebut, maka dapat dilihat bahwa alasan kami memilih jenis
pembiayaan sewa guna usaha ini adalah karena pembiayaan ini memberikan banyak
keuntungan di dalam pengaplikasiannya dibandingkan dengan jenis pembiayaan
lainnya, seperti keuntungan biaya yang relatif murah dilihat dari alasan
ekonomisnya, penghematan pajak dilihat dari alasan sosiologisnya, dan pengaturan
perizinan yang jelas dilihat dari alasan yuridisnya. Dan makalah ini akan
membahasa lebih fokus kepada jenis pembiayaan sewa guna usaha (leasing), yaitu
Finance Lease Direct Lease.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang pemilihan jenis pembiayaan sewa guna usaha diatas, maka
rumusan masalah yang akan dibahas lebih lanjut adalah:
1. Bagaimana bentuk usaha di dalam pembiayaan Sewa Guna Usaha atau Leasing?
2. Bagaimana subjek hukum, objek, pengaturan, peristiwa hukum, hubungan
hukum, dan akibat hukum dari pembiayaan Sewa Guna Usaha atau Leasing?

C. Tujuan Penulisan
Maka tujuan dari penulisan makalah ini, meliputi:
1. Mengetahui bentuk usaha di dalam pembiayaan Sewa Guna Usaha atau Leasing.
2. Memahami subjek hukum, objek, pengaturan, peristiwa hukum, hubungan
hukum, dan akibat hukum dari pembiayaan Sewa Guna Usaha atau Leasing.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Bentuk Usaha di Dalam Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing)

Anda mungkin juga menyukai