Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN II

AKUNTANSI LEASING
SAP 13 & 14

Nama kelompok 6 :

1) Ni Komang Ayu Inda Rumesa (1607532043)


2) Putu Eka Rahmayanti (1607532065)
3) Ni Luh Putu Indah Anggreni (1607532066)
4) I Putu Ardhian Janu Mahendra (1607532069)
5) I Putu Edo Fijar Agung Antara (1607532072)

Non Reguler
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esayang telah
memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga makalah yang berjudul “AKUNTANSI
LEASING” ini dapat diselesaikan. Dengan segala kemampuan penulis yang terbatas,
makalah ini mencoba menguraikan tentang tema, topik, dan judul. Dan dengan adanya
makalah ini Penulis berharap sedikit membantu para pembaca dan Penulis sendiri dalam
memahami cara menentukan tema, topik, dan judul yang baik dan benar.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, Penulis mohon saran dan kritiknya yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan Makalah ini dengan harapan untuk memperbaiki kualitas makalah.

Mudah-mudahan makalah ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
kita semua yang membacanya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1


DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 3

1. Latar Belakang ............................................................................................................... 3


2. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 3
3. Tujuan Penulisan ............................................................................................................ 3
4. Manfaat Penulisan .......................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 5

A. Pengertian Hutang Jangka Panjang ................................................................................ 4


B. Akuntansi Obligasi Metode Garis Lurus ........................................................................ 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 14
1. Kesimpulan .................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Untuk menjalankan suatu usaha maka kita memerlukan modal yang tidak sedikit. Apalagi
kita juga membutuhkan barang-barang modal untuk menjalankan suatu usaha tersebut, agar
kita dapat menjalankan suatu usaha dengan lancar maka kita membutuhkan suatu lembaga
untuk memperoleh suatu dana usaha, lembaga ini dinamakan leasing.
Leasing atau sewa-guna-usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam
bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk
jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan
hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan
atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati
bersama. Dengan melakukan leasing perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan
jalan sewa beli untuk dapat langsung digunakan berproduksi, yang dapat diangsur setiap
bulan, triwulan atau enam bulan sekali kepada pihak lessor.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan leasing
2. Mengetahui Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Sewa Guna Usaha (Leasing)
3. Mengetahui Penggolongan Perusahaan Sewa Guna (Leasing)
4. Menjelaskan Proses Dan Mekanisme Transaksi Sewa Guna (Leasing)
5. Mengetahui Kelebihan Leasing Sebagai Sumber Pembiayaan.

C. Manfaat Penulisan
Dengan diselesaikannya penulisan makalah ini, penulisan makalah ini diharapkan hasilnya
dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut :
1. Secara teoritis, hasil makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran pada
pengembangan ilmu hukum di bidang hokum internasional tentang pengakuan de jure dan
de facto hokum internasional. Selain itu dapat memperluas pandangan ilmiah mengenai
Pengkuan Hukum Internasional.
2. Secara praktis, sebagai bahan masukan bagi pembuat Undang-undang di bidag Hukum
Internasional untuk melakukan pembaharuan peraturan perundang-undangan serta sistem
hukumnya. Selain itu, sebagai bahan informasi bagi para pelaksana kebijakan dalam
mengambil langkah-langkah perumusan kebijakan mengenai Pengakuan Hukum
Internasional
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Leasing
Leasing atau sewa guna usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam
bentuk penyediaan barang – barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk
jangka waktu tertentu. Dengan melakukan leasing perusahaan dapat memperoleh barang
modal dengan jalan sewa beli untuk dapat lansung digunakan berproduksi, yang dapat
diangsur setiap bulan, triwulan atau enam bulan sekali kepada pihak lessor.
Secara umum leasing artinya Equipment funding, yaitu pembiayaan peralatan barang
modal untuk digunakan pada proses produksi suatu perusahaan baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Munculnya lembaga leasing merupakan alternatif yang menarik bagi para pengusaha
karena saat ini mereka cenderung menggunakan dana rupiah tunai untuk kegiatan operasional
perusahaan. Melalui leasing mereka bisa memperoleh dan untuk membiayai pembelian
barang – barang modal dengan jangka waktu pengembalian antara 3 -5 tahun atau lebih.
Pihak utama dalam leasing, menurut Ahmad Awari, ada beberapa pihak yang terlibat
dalam perjanjian lease, yaitu sebagai berikut :
1. Pihak perusahaan sewa guna usaha (Lessor) adalah perusahan atau pihak yang memberikan
jasa pembiayaan kepada lessee dalam bentuk barang modal.
2. Perusahaan penyewa (Lesse) adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan
dalam bentuk barang modal dari lessor.
3. Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk
dijual kepada lesse dengan pembayaran secara tunai oleh lessor.

1.2 Ciri – ciri Leasing


Ciri – ciri adalah sebagai berikut :
1. Biasanya ada hubungan jangka waktu lease dan masa kegunaan benda lease tersebut.
2. Hak milik benda lease ada pada leasor
3. Benda yang menjadi objek leasing adalah benda – benda yang digunakan dalam suatu
perusahaan.
1.3 Jenis – Jenis Leasing
1. Finance Leasing (sewa guna usaha pembiayaan)
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah pihak yang
membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha (lessee) biasanya memilih barang
modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan sewa guna usaha, sebagai pemilik barng
modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan dan pemeliharaan barang modal yang
menjadi objek transaksi leasing.
Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar barang tersebut kepada supplier dan
kemudian barang tersebut diserahkan kepada lessee. Sebagai imblan atau jasa penggunaan
barang tersebut lesse akan membayar secara berkala kepada lessor sejumlah uang yang
beruba uang rental untuk jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama.
Jumlah rental ini secar keseluruhan akan meliputi harga barang yang dibayar oleh lessor
ditambah fktor bunga serta keuntungan pihak lessor. Selanjutnya capital atau finance lease
masih bias dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Direct finance lease
Transaksi ini terjadi jika lessee sebelumny belum pernah memilike barang yang dijadikan
objek lease. Secara sederhana bisa dikatakan bahwa lessor membeli suatu barang atas
permintaan lesse dan akan dipergunakan oleh lessee.

b. Sale and lease back


Dalam transaksi ini lesse menjual barang yang telah dimilikinya kepada lessor. Atas barang
yang sama ini kemudian dilakukan uatu konrak leasing antara lesse dengan lessor. Dengan
memperhatikan mekanisme ini, maka perjanjian ini memiliki tujuan yang berbeda
dibandingkan direct finance lease. Di sini lesse memerlukan cash yng bisa dipergunakan
untuk tambahan modal kerja atau untuk kepentingan lainnya. Bisa dikatakan bahwa dengan
sistem saale and lease back memungkinkan lessor memberikan dana untuk keperluan pa saja
kepada kliennya dan tentu saja dana yang dibutuhkana sesuai dengan nilai objek barang lease.

2. Operating lease (sewa menyewa biasa)


Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal dan
selanjutnya disewagunakan kepada penyewa guna usaha. Berbeda dengan finance lease,
jumlah seluruh pembayaran sewa guna usaha berkala dalam operating lease tidak mencakup
jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut berikut dengan
bunganya. Perbedaan ini disebabkan perusahaan sewa guna usaha mengharapkan keuntungan
justru dari penjualan barang modal yang disewa guna usahakan atau melalui beberapa
kontrak sewa guna usaha lainnya.Perusahaan sewa guna usaha dalam operating lease
biasanya bertanggung jawab atas biaya – biaya pelaksanaan sewa guna usaha seperti asuransi,
pajak maupun pemeliharaan barang modal yang bersangkutan.
3. Sales – Typed Lease (sewa guna usaha penjualan)
Suatu transaksi sewa guna usaha, dimana produsen atau pabrikan juga berperan sebagai
perusahaan sewa guna usaha sehingga jumlah traksaksi termasuk bagian laba sudah
diperhitungkan oleh produsen atau pabrikan.
4. Leveraged Lease
Suatu transaksi sewa guna usaha, selain melibatkan lessor dan lessee juga melibatkan bank
atau kreditor jangka panjang yang membiayai bagian terbesar transaksi.
5. Cross Border Lease
Transaksi pada jenis ini merupakan suatu transaksi leasing yang dilakukan dengan melewati
batas suatu negara. Dengan demikian antara lessor dan lesse yang dilakukan dengan melewati
batas suatu negara. Dengan demikian antara lessor dan lesse terletak pada dua negara
berbeda.

1.4 Penggolongan Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing)


1. Independent Leasing Company
Perusahaan sewa guna usaha merupakan suatu perusahaan yang berdiri sendiri, tidak terkait
dengan suatu produsen barang modal sehingga dalam pembiayaan barang modal yang
dilakukan oleh independent leasing company ini dapat beragam ( tidak terfokus kepada satu
merek barang modal, tetapi dapat terdiri dari berbagai merek maupun jenisnya).
2. Non Independent Leasing Company
Perusahaan sewa guna usaha ini merupakan suatu perusahaan yang mempunyai hubungan
langsung dengan produsen barang modal, dimana pendirian perusahaan sewa guna usaha
untuk meningkatkan penjualan barang modal yang diproduksi oleh produsen yang
bersangkutan.
3. Captive lessor
Sering juga disebut two party lessor yang melibat dua pihak.
4. Lease broker atau packager
Berfungsi mempertemukan calon lesse dengan pihak lessor yang membutuhkan suatu barang
modal dengan cara leasing tetapi lease broker ini tidak memiliki barang atau peralatan untuk
menangani transaksi leasing untuk atas namanya.

1.5 Prosedur Mekanisme Leasing


Dalam melakukan perjanjian leasing terdapat prosedur dan mekanisme yang harus dijalankan
yang secara garis besar dapat diuraikan sebaga berikut :
1. Lesse bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan, mengadakan penawaran
harga dan menunjuk supplier peralatan yang dimaksudkan.
2. Setelah lesse mengisi formulir permohonan lease, maka dikirimkan kepada lessor disertai
dokumen lengkap.
3. Lessor mengevakuasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk memberikan fasilitas lease
dengan syarat dan kondisi yang disetujui lesse (lama kontrak pembayaran sew lease),
setelah ini maka kontrak lease dapat ditandatangani.
4. Pada yang sama, lesse dapat menandatangani kontrak asuransi untuk peralatan yang
dilease dengan perusahaan asuransi yang disetujui lessor, seperti yang tercantum dalam
kontrak lease. Antara lessor dan perusahaan asuransi terjalin perjanjian kontrak utama.
Kontrak pembelian peralatan akan ditandatangani lessor dengan supplier peralatan
tersebut.
5. Supplier dapat mengirimkan peralatan yang dilease ke lokasi lesse. Untuk
mempertahankan dan memelihara kondisi peralatan tersebut, supplier akan
menandatangani perjanjian purna jual.
6. Lessee menandatangani tanda terima peralatan dan menyerahkan kepada supplier.
7. Supplier menyerahkan tanda terima (yang diterima dari lesse), bukti pemilikan dan
pemindahan pemilikan kepada supplier.
8. Lessor membayar harga peralatan yang dilease kepada supplier.
9. Lesse membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal pembayaran yang telah
dditentukan dalam kontrak lease.
Perjanjian yang dibuat antara lessor dengan lessee disebut lease agrement, dimana
didalam perjanjian tersebut memuat kontrak kerja bersyarat antara kedua belah pihak. Isi
kontrak yang dibuat secara umum memuat antara lain:
1. Nama dan alamat lease
2. Jenis barang modal yang diinginkan
3. Jenis atau jumlah barang yang dileasekan
4. Syarat – syarat pembayaran
5. Syarat kepemilikan atau syarat lainnya
6. Biaya – biaya yang dikenakan
7. Sangsi – sangsi apabila lesse ingkar janji
Setiap fasilitas leasing yang diberikan oleh perusahaan leasing kepada pemohon (Lessee)
akan dikenakan berbagai macam biaya yang dibebankan terhadap lesse tidaklah sama.
1.6 Keunggulan sewa guna usaha
Keunggulan sewa guna sebagai sumber alternatif pembiayaan modal bagi perusahaan
penyewa guna usaha adalah sebagai berikut (Nasution, 2003:14) :
1. Penghematan modal yaitu tidak perlu menyediakan dana yang besar, hal ini
merupakan penghematan dana bagi lessee, karena leasing umumnya membiayai 100%
barang modal yang dibutuhkan.
2. Fleksibel, yang bersifat sangat luas yang merupakan ciri utama bagi kelebihan leasing
dibanding dengan kredit bank. Fleksibilitas meliputi struktur kontraknya, besarnya
pembayaran sewa, jangka waktu pembayaran serta nilai sisanya.
3. Sebagai sumber dana, mekanisme untuk memperoleh dana yaitu dengan melalui sales
dan leaseback atas aset yang sudah dimiliki oleh lessee.
4. Menguntungkan cash flow. Untuk suatu investasi dimana pendapatan penjualan
diperoleh secara musiman atau dimana keuntungan baru bisa diperoleh pada masa
akhir investasi maka besarnya sewa juga bisa disesuaikan dengan kemampuan cash
flow yang ada. Pengaturan seperti ini bisa mencegah timbulnya gejolak kekosongan
dana dalam kas perusahaan.
5. Leasing dapat memberikan keuntungan pajak penghasilan yang disebabkan oleh
penyusutan dipercepat dan beban bunga.
6. Menahan pengaruh inflasi, dalam keadaan inflasi, lessee mengeluarkan biaya sewa
yang sama. Dengan demikian nilai riil dari sewa tersebut telah berkurang atau bisa
dikatakan bahwa lessee membeyar hari ini dengan perhitungan nilai mata uang
kemarin.
7. Leasing aktiva untuk periode lease yang relatif singkat dan bukan memiliki aktiva
memberikan perlindungan bagi lessee dari keusangan peralatan.
8. Secara umum jadwal pembayaran lease dapat diatur agar sesuai dengan arus kas
masuk lessee yang diharapkan dari operasi.

2. Akuntansi Oleh Lesse (penyewa)


a. Kriteria capital lease
1. Lease memindahkan hak milik atas aktiva yang disewakan kepada penyewa (lessee)
pada akhir jangka waktu lease.
2. Lease mengandung persetujuan yang memberi hak pada penyewa (lessee) untuk
membeli aktiva yang disewa dengan harga yang telah disetujui
3. Jangka waktu sewa (lease) sama atau lebih besar dari 75% dari taksiran umur
ekonomis aktiva yang disewakan.
4. Nilai tunai (present value) dari uang sewa dan pembayaran sewa minimum lainnya
sama atau lebih besar dari 90% harga pasar aktiva yang disewa.
5. Jika ada kriteria yang tidak dipenuhi maka diklasifikasikan sebagai Operating Lease
Suatu capital lease akan dicatat oleh penyewa (lesse) sebagai suatu aktiva dan hutang
dengan jumlah yang lebih rendah:
 Nilai tunai pembayaran sewa minimun selama jangka waktu sewa.
 Harga pasaryang wajar dari aktiva yang disewa pada tanggal mulainya sewa.

b. Operating Lease
Sewa yang timbul dari operating lease dibebankan sebagai biaya pada waktu terhutang.
Pembayaran sebagai biaya ke setiap periode menggunakan metode garis lurus.
Contoh:
Pada tanggal 1 Januari 2011 PT ABC menyewa suatu aktiva untuk jangka waktu 5 tahun
dengan uang sewa tahunan sebesar Rp 3.000.000,00. sewa ini memenuhi kriteria operating
lease.
Jurnal bagi penyewa
Biaya Sewa Rp 3.000.000,00
Kas Rp 3.000.000,00
Keterangan: Karena merupakan operating lease, maka aktiva yang disewa tidak dicantumkan
dlam neraca. Apabila perjanjian sewa ini tidak dapat dibatalkan (non - cancellable), maka
dalam neraca perlu dibuatkan keterangan tambahan dengan cara footnote.

Contoh akuntansi ooleh lesse:


PT ABC menyewa sebuah mobil dengan ketentuan sbb:
1. Jangka waktu sewa 5 tahun, dengan syarat tidak dapat dibatalkan. Pembayarannya sewa
Rp 36.563.516,00 setiap awal tahun, mulai 1 Januari 2010.
2. Harga pasar mobil tersebut pada tanggal mulainya sewa sebesar Rp 150.000.000,00.
Taksiran umur ekonomis 5 tahun, dan tidak ada nilai residu.
3. Penyewa membayar semua executory costs seperti: pajak, asuransi, dan pemeliharaan
4. Tidak ada pasal tentang perpanjangan sewa sesudah sewa tersebut habis jangka waktunya
5. Tarif bunga pinjaman oleh penyewa (lessee) yang sebesar 12% setahun.
6. Yang menyewakan (lessor) menghitung sewa dengan dasar return on investment 11%.
Tarif ini diketahui oleh penyewa
7. Penyewa menggunakan metode garis lurus untuk menghitung depresiasi aktiva tetap yang
dimilikinya
8. Tidak ada biaya yang timbul pada waktu merundingkan sewa ini.

Capital Lease atau Operating Lease?

a. Transfer hak milik?

b. Kemungkinan untuk membeli?

c. 75% dari umur ekonomis?

d. Nilai tunai pembayaran sewa minimum ≥ 90% harga pasar aktiva?

Maksudnya:

a dan b dilihat pada Perjanjian Leasingnya

c. Waktu sewa = umur ekonomisnya (100%)

d. Nilai tunai dihitung sbb:

1. 90% x Rp 150.000.000,00 = Rp 135.000.000,00

2. Nilai tunai pembayaran sewa minimum


= jumlah sewa setiap tahun x faktor nilai tunai untuk anuitas selama 5 tahun dengan tarif 11%

= Rp 36.563.516,00 x 4,10245 = Rp 149.999.996,2

Rumus = R (PVAF +1)

n-1 i

Jurnal

Transaksi Jurnal
1-1-2010 Mobil sewa dari capital lease Rp. 150.000.000
Mencatat kapitalisasi sewa sebesar nilai tunai Hutang dari capital lease Rp. 150.000.000
pembayaran sewa minimum Rp. 150.000.000,00

Pelunasan sewa Hutang dari capital lease Rp. 36.563.516


Kas Rp. 36.563.516

31-12-2010 Biaya bunga Rp. 12.478.013


Mencatat biaya bunga th 2010 Hutang bunga Rp. 12.478.013
150.000.000 – 36.563.516 x 11% = Rp.
12.478.013

Mencatat depresiasi mobil Biaya depre – capital lease RP 30.000.000


Rp 150.000.000 : 5 = Rp 30.000.000 Akm depre – capital lease RP 30.000.000

1-1-2011 Hutang depresiasi lease Rp 24.085.503


Mencatat pembayaran sewa kedua Hutang bunga Rp 12.478.013
Sebesar Rp 36.563.516 Kas Rp 36.563.516
Alokasinya
Rp 12.478.013 (bunga)
Rp 24.085.503 (pokok sewa)
Tabel bunga efektif

Tanggal Jumlah yang Pokok Bunga Saldo pokok


pembayaran dibayar
(Rp) (Rp) (Rp)
n (Rp)

- - - - 150.000.000

01-jan-00 36.563.516 36.563.516 - 113.436.484

01-jan-01 36.563.516 24.085.503 12.478.013 89.350.981

01-jan-02 36.563.516 26.734.908 9.828.608 62.616.073

01-jan-03 36.563.516 29.675.748 6.887.768 32.940.325

01-jan-04 36.563.516 32.940.080 3.623.436

182.817.580 149.999.755 32.817.825


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dengan semakin berkembangya dunia bisnis, maka semakin banyak perusahaan yang terjun
ke dunia bisnis. Dengan semakin banyaknyaperusahaan yang terjun ke dunia bisnis, maka
semakin banyak kebutuhandana dan modal yang harus dipenuhi oleh berbagai perusahaan.
Haltersebut mendorong industry bisnis yang bergerak dalam bidangpembiayaan yang disebut
lembaga pembiayaan.
Leasing termasuk ke dalam salah satu bentuk lembaga pembiayaan karena yang dikatakan
dengan lembaga pembiayaan adalah suatu badan usahayang di dalam melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaandana atau barang modal dengan tidak menarik dana
secara langsung dari masyarakat. Sedangkan leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan
perusahaan dalam bentuk penyediaan barang – barang modal untuk digunakan oleh suatu
perusahaan, untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran secara berkala disertai
dengan hak pilih (optie) bagiperusahaan tersebut untuk membeli barang – barang modal yang
bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilaisisa yang telah
disepakati bersama. Oleh karena itu, leasing termasuk salahsatu jenis lembaga pembiayaan
karena leasing membiayai perusahaan dalam bentuk penyediaan barang modal.
DAFTAR PUSTAKA

Suyatno ,Thomas,”Kelembagaan Perbangkan”.,Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999.


Y. Sr i Susilo, dkk, “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Jakarta :Penerbit Salemba
Empat,2000.
Harian Pikiran Rakyat, “Perusahaan sering ambil jalan pintas. Meningkat,
Pengaduan Konsumen Leasing”.
S. Muharam, SM franchise, Istilah – Istilah dalam Waralaba, Oktober.
http://ekonomibisnis.co.id.
http://jokosunarto27.blogspot.com/2012/06/leasing-sewa-guna-usaha.html
http://www.slideshare.net/khallad/makalah-leasing

Anda mungkin juga menyukai