Indonesia dalam merespon permintaan akan perlunya standar akuntansi syariah untuk praktik
akuntansi pada entitas yang melakukan transaksi syariah di Indonesia menerbitkan standar
akuntansi syariah berupa PSAK No. 101 – 110 tentang Perbankan Syariah yang terdiri dari
PSAK 101 Penyajian Laporan Keuangan, PSAK 102 Akuntansi Murabahah, PSAK 103
Akuntansi Salam, PSAK 104 Akuntansi Istishna, PSAK 105 Akuntansi Mudharabah, PSAK 106
Akuntansi Musyarakah, PSAK 107 Akuntansi Ijarah, PSAK 108 Akuntansi Transaksi Asuransi
Syariah, PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah, dan PSAK 110 Akuntansi Sukuk.
Tujuan laporan keuangan syariah merupakan sebuah laporan keuangan yang disusun oleh entitas
syariah untuk melakukan perbandingan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau
membandingkan dengan entitas syariah lainnya. Komponen laporan keuangan syariah adalah
neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan sumber dan
penggunaan dana zakat, laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan, dan catatan atas
laporan keuangan [ CITATION Bah16 \l 1033 ].
Metode pencatatan transaksi dalam akuntansi syariah yang digunakan adalah berbasis kas (cash
basis) dan berbasis akrual (accrual basis). Berdasarkan PSAK 101 Penyajian Laporan Keuangan
Syariah pada paragraf 25, dalam menyusun laporan keuangan maka entitas syariah wajib
menerapkan dasar akrual kecuali untuk laporan arus kas dan penghitungan pendapatan untuk
tujuan pembagian hasil usaha. Pada penghitungan pembagian hasil usaha maka didasarkan pada
pendapatan yang telah direalisasikan menjadi kas (berbasis kas) [ CITATION Dew09 \l 1033 ].
Kelemahan metode pencatatan berbasis kas menurut [ CITATION Ayu \l 1033 ] adalah:
Tidak menunjukkan besar kas yang tersedia
Menurunkan perhitungan pendapatan entitas karena kas baru diakui ketika telah
diterima
Tidak adanya estimasi piutang tak tertagih
Manajemen akan kesulitan menentukan keputusan masa depan karena selalu
berpatokan pada kas.
3. Penerapan basis akrual dan basis kas dalam pencatatan transaksi di bank syariah
Berdasarkan penelitian yang berjudul “Analisis Penggunaan Metode Cash Basis dan
Accrual Basis Pada Transaksi – Transaksi di Bank Syariah” menunjukkan bahwa bank-
bank syariah telah menerapkan metode pencatatan berbasis akrual pada transaksi-
transaksinya sesuai dengan PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah
yaitu dalam menyusun laporan keuangan maka entitas syariah wajib menerapkan dasar
akrual kecuali untuk laporan arus kas dan penghitungan pendapatan untuk tujuan
pembagian hasil usaha. Pada penghitungan pembagian hasil usaha maka didasarkan pada
pendapatan yang telah direalisasikan menjadi kas (berbasis kas).
Dengan menggunakan metode pencatatan berbasis akrual maka bank akan mencatat
transaksi ketika terjadi dan disajikan pada laporan keuangan pada periode tersebut. Pada
laporan keuangan yang menggunakan metode pencatatan berbasis akrual akan
menyajikan transaksi masa yang berkaitan dengan masuk atau keluarnya kas namun juga
kewajiban pengeluaran kas di masa depan. Pencatatan berbasis akrual digunakan untuk
mencatat transaksi seperti: transaksi penghimpunan dana, transaksi investasi mudharabah,
transaksi investasi musyarakah, transaksi murabahah, transaksi salam dan salam paralel,
transaksi istishna dan istishna paralel, dan transaksi ijarah serta ijarah muntahiyah
bittamlik yang telah sesuai dengan PSAK 101 [ CITATION Ayu \l 1033 ].
Metode pencatatan berbasis kas digunakan entitas dalam menyusun laporan arus kas dan
pembagian hasil usaha dengan cara melakukan rekonsiliasi pendapatan atas dasar akrual
dari setiap transaksi menjadi pencatatan berbasis kas agar pendapatan menunjukkan
pendapatan yang terealisasi lalu diberikan ke nasabah seusai nisbah yang ditetapkan.