LEMBAGA PEMBIAYAAN
Dibuat untuk memenuhi persyaratan pembelajaran mata kuliah
Hukum Dagang
DISUSUN OLEH :
GEOFANI ANANDA (12020717131)
M. RAMDAN FIRDAUS NST (1202071020)
NURAINI RITONGA (12020726952)
SHANIA WIDYA PUTRI (12020726962)
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, dan berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, saya dapat
menempuh dan menyelesaikan makalah. Adapun judul makalah ini adalah
“Lembaga Pembiayaan”
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, namun demikian saya tetap berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi pembaca. Saya
menyampaikan seluruh rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada pihak-
pihak yang membantu dalam menyedikan informasi sehingga saya dapat
membuat makalah ini dengan baik.
Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini bermanfaat, khususnya bagi
saya dan umumnya bagi semua pihak. Semoga Allah SWT membalas jasa dan
budi baik semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah
ini. Terimakasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .......................................................................................... 23
B. Saran .................................................................................................... 23
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
5. Tidak menarik dana secara langsung.
6. Masyarakat, Yaitu sejumlah orang yang hidup bersama di suatu tempat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Penjelasan Tentang Leasing (Sewa Guna Usaha) ?
2. Bagaimana Penjelasan Tentang Factoring (Anjak Piutang) ?
3. Bagaimana Penjelasan Tentang Modal Ventura ?
4. Bagaimana Penjelasan Tentang Kartu Kredit ?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mengetahui Tentang Leasing (Sewa Guna Usaha).
2. Agar mengetahui Tentang Factoring (Anjak Piutang).
3. Agar mengetahui Tentang Modal Ventura.
4. Agar mengetahui Tentang Kartu Kredit.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian lain dari Sewa Guna Usaha yaitu “leasing”, dimana leasing itu
berasal dari kata lease (inggris) yang berarti menyewakan. Menurut Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1169/KMK.01/1991 tentang
Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing), leasing adalah kegiatan pembiayaan
dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan
hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating
lease) untuk digunakan oleh Lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara berkala. Sedangkan Barang modal adalah setiap aktiva
tetap berwujud, termasuk tanah sepanjang di atas tanah tersebut melekat
aktiva tetap berupa bangunan (plant), dan tanah serta aktiva dimaksud
merupakan satu kesatuan kepemilikan, yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 (satu) tahun dan digunakan secara langsung untuk menghasilkan atau
meningkatkan, atau memperlancar produksi dan distribusi barang atau jasa
oleh Lessee. Barang modal pada hal ini berdasarkan pada pasal 11 UU PPh
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Dalam usaha leasing ini ada beberapa pihak yang terlibat, yaitu:
1. Pihak yang disebut lessor, yaitu pihak yang menyewakan barang, dapat
juga terdiri dari beberapa perusahaan.
6
2. Pihak yang disebut leese, yaitu pihak yang menikmati barang tersebut
dengan membayar sewa guna yang mempunyai hak opsi.
3. Pihak kreditur atau lender atau juga debt-holder, atas loan participants
dalam transaksi leasing. Mereka umumnya terdiri dari bank, insurance
company, trusts, yayasan.
4. Pihak supplier, yaitu penjual dan pemilik barang yang disewakan.
Supplier ini dapat terdiri dari perusahaan yang berada di dalam negeri
atau yang mempunyai kantor pusat di luar negeri.
Mekanisme Leasing
7
10) Lesse membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal
pembayaran yang telah ditentukan kontrak lease.
Menurut Mr. A.C. Goudsmit dan Mr. J.A.M.P. Keijser, leasing mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
Factoring yang dikenal dewasa ini pertama kali tumbuh di Amerika tahun
1889, kemudian menyebar ke Kanada sekirar tahun 1930-an sampai kemudian
meluas ke negara-negara Eropa Barat, Australia, Selandia Baru, Jepang, Filipina,
1
Rudy Bahruddin dan Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, YKPN:Yogyakarta,
2002, hal 56-62.
8
dan akhirnya Indonesia mulai mengenal lembaga ini pada akhir tahun 1988 sejak
berlakunya Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tanggal 27 Desember
1988.
1. pembelian atau pengalihan piutang tagihan jangka pendek yang terbit dari
transaksi perdagangan dalan dan luar negeri
2. penatausahaan penjualan kredit serta penagihan piutang perusahaan
9
a. piutang yang terdiri dari seluruh tagihan berdasarkan faktur-faktur dari
perusahaan yang belum jatuh tempo;
b. piutang yang timbul dari surat-surat berharga yang belum jatuh tempo;
c. piutang yang timbul dari suatu peroses pengiriman barang.
Dari uraian di atas, paling tidak factoring paling tidak mempunyai fungsi sebagai
berikut.
a. pactoring berkaitan dengan masalah piutang kliaen dalam hal ini factor
berpungsi menagani masalah atau mengambil alih piutang tersebut, dan
menagih pembayaranna pada debitur setelah piutang jatuh tempo.
b. Itu berarti factor bertanggung jawab atas piutang klien dan membebaskan
klien dari risiko kerugian. Sementara itu, manfaat factoring (anjak piutang)
ini me- nurut Anastuty Kusumawardhani dapat dilihat dari beberapa segi,
yaitu sebagai berikut.
1. Bagi perusahaan nasabah
a. Factoring dapat menolong "cash flow" perusahaan yang melakukan
penjualan secara kredit sehingga dana yang diperoleh dari penjualan
piutang kepada perusahaan anjak piutang akan memperlancar ke- giatan
produksi, dibanding apabila produsen tersebut menagih sendiri kepada
kreditor.
b. Bagi perusahaan yang berkembang sangat pesat da belum dapat diimbangi
dengan divisi kredit, denge menggunakan jasa perusahaan anjak piutang,
perusahaan yang bersangkutan dapat berkonsentrasi dalam meningkatkan
usahanya.
c. factoring dapat memperlancar perputaran modal kerja perusahaan sehingga
dapat meningkatkan laba.
d. factoring dapat mendorong dunia usaha untuk lebih kompetitif lagi sebab
nasabah perusahaan anjak piutang akan bebas melakukan transaksi
10
perdagangan. atas dasar "open account", baik di dalam maupun luar
negeri.
e. Perusahaan anjak piutang merupakan usaha yang dapat melindungi nilai
terhadap risiko yang mungkin terjadi karena pelanggan mengalami
kesulitan likuiditas.
2. Bagi Bank
a. Dalam rangka mengatasi kredit macet, bank dapat menggunakan anjak
piutang untuk menagih piutang- piutang. Dengan demikian, bank akan
lebih efisien dibandingkan apabila menagih sendiri.
b. Perusahaan anjak piutang dapat pula dianggap sebagai perusahaan
komplemen bagi bank, di mana bank dapat menggunakan jasa tersebut
untuk menagih piutangnya dan memperoleh dana sebagai modal kerja dari
bank.
3. Secara Makro
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada prinsip- nya anjak piutang
(factoring) memberikan manfaat antara lain:
11
f. b.perbandingan antara harga jual dan biaya yang di keluarkan dalam
factoring denagn biaya yang di keluarkan jika piutang di tagih sendiri.
g. c.apakah Memeng sangat di perlukan dana segar untuk perusahaan
klien.
12
c. pemberitahuan pengalihan piutang kepada factor;
d. dokumen-dokumen yang harus disampaikan klien kepada factor sesuai
dengan jadwal yang disepakati;
e. jangka waktu berlakunya perjanjian tersebut.
f. kuasa dari klien kepada factor untuk menagih pembayaran piutang oleh
debitur;
g. biaya factoring, yang berkaitan dengan komisi atas penjualan atau
peralihan piutang dari klien kepada factor.
Jenis-Jenis Factoring
Resource factoring, di mana pihak klien ikut serta memikul risiko yang
mungkin timbul atas tagihan yang dialihkannya. Perusahaan factoring dapat
saja mengembalikan tagihan yang telah dijual itu kepada klien. dan ini harus
ditentukan dalam perjanjian factoring bahkan menurut Munir Fuady
(1995:110) denagn jenis rcourse factoring ini dapat diberikan hak opsi kepada
perusahaan factoring untuk menjual kembali piutang kepada klien. dapat
dicantumkan bahwa di luar keadaan macetnya tagihan tersebut dapat
13
diperlakukan recourse, untuk menghindari tagihan yang tidak terbayar karena
pihak klien ternyata mengirimkan barang-barang yang cacat atau rendah
mutunya. Dalam hal ini, factor dapat menjual kembali tagihan tersebut
kepada klien. (Erman Radjaguguk, 1989: 43).
c. Dilihat dari segi tempat kedudukan para pihak, factoring dapat dibagi dalam.
1. Domestic Factoring, di mana semua pihak yang dalam factoring berada
dalam satu negara. terlibat
2. International Factoring, di mana pihak customer-nya berada di luar
negeri.
d. Dilihat dari segi banyaknya piutang yang dialihkan, factor- ing dapat dibagi
dalam bentuk-bentuk berikut.
1. Facultative Factoring, yaitu suatu jenis factoring di mana dalam
perjanjiannya pihak factor diberikan hak opsi untuk menentukan, apakah
piutang diterima dengan transaksi factoring atau tidak. Dalam hal ini
unsur keamanan bagi factor merupakan unsur pertimbangan baginya
untuk mengambil sikap piutang itu akan diterima rima atau tidak dengan
transaksi factoring. Sebelum piutang dinyatakan diterima, klien bebas
menjual piutangnya kepada pihak lain.
2. Whole Turn Over Factoring, di mana dalam hal ini janjiannya factoring
dilakukan atas seluruh turn over dari perusahaan klien, atas piutang yang
ada atau yang akan ada. Dengan demikian, menghindari klien untuk
menjual piutangnya kepada pihak lain.2
C. Modal Ventura
2
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, hal 36-
43.
14
Nomor 468/KMK.017/1995 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan
Lembaga Pembiayaan.
15
mempertimbangkan untung ruginya dalam membiayai PPU.Pertimbangan ini
didasari atas penilaian PPU yang mencakup hal-hal di antaranya (Agus R.
Setiawan):
1. mempelajari secara umum sifat bisnis, kondisi neraca dan keuangan serta
rencana kerja dari perusahaan yang bersangkutan
2. bertemu dengan manajerial untuk berdiskusi langsung mengenai kinerja
perusahaan, sekaligus mencoba menilai kemampuan dari manajemen
3. secara formal, mengkonfirmasikan mengenai jenis usaha kepada seorang
ahli di bidang industri yang bersangkutan;
4. menghitung apakah kinerja perusahaan di masa mendatangdapat
memberikan tingkat pengembalian investasi yang wajar.
Manajemen perusahaan pada tahap ini akan membuat perhitungan nilai saham
yang ditawarkan. Ada beberapa metode penilaian saham, yaitu sebagai berikut.
a. Pemberian bantuan tidak hanya berupa modal, tetapi juga perusahaan modal
ventura ikut terlibat dalam manajemen perusahaan yang dibantu (PPU).
b. Pemberian bantuan yang dilakukan tidak permanen, tetapi bersifat
sementara, paling tidak lima sampai sepuluh tahun.
16
c. Motif pemberian bantuan adalah bersifat bisnis karena perusahaan modal
ventura mengharapkan keuntungan atau bagi hasil.
d. Pemberian bantuan tanpa jaminan.
2. Keunggulan dan Kerugian Modal Ventura Dalam berbagai kepustakaan
dijumpai beberapa keunggulan dari Modal Ventura ini. Pada prinsipnya,
keunggulan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.
a. Modal ventura dapat menjadi sumber dana bagi perusahaan yang belum
memenuhi syarat untuk mengajukan kredit bank.
b. Adanya bantuan manajemen dari perusahaan modal ventura dapat
menambah kemajuan jalannya perusahaan penerima bantuan
(PPU).Perusahaan yang dibantu (PPU) dapat memperluas jaringan
usaha melalui perusahaan-perusahaan lain yang dibantu oleh
perusahaan modal ventura.Namun demikian, bagi PPU, dengan adanya
modal ventura ini juga menghadapi beberapa kerugian, yaitu sebagai
berikut.
a. Kepemilikan pemegang saham pendiri perusahaan yang bersangkutan
(maksudnya PPU) akan berkurang dengan adanya investor modal
ventura. Artinya bagian keuntungan pemegang saham pendiri tersebut
hanya bersifat temporer, dan dengan adanya injeksi dana segar, suatu
saat nilai perusahaan akan meningkat, yang berarti tingkat
pengembalian modal dengan sendirinya juga akan meningkat.
b. Dengan adanya investor tersebut, pemegang saham pendiri tidak lagi
memiliki pengendalian mutlak terhadap perusahaan. Ini merupakan
konsekuensi yang normal di manapun juga.
c. Laju pertumbuhan usaha mungkin dapat terganggu jika pada suatu saat
timbul perbedaan pendapat yang prinsipil antara investor baru dengan
pemegang saham pendiri.Namun kemungkinan ini dapat dihilangkan
dengan sikap keterbukaan dan membangun kepercayaan dari masing
masing pihak dari waktu ke waktu.
3. Jenis-jenis Modal Ventura
17
Jenis pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan ventura dapat
dibedakan atas tiga macam, yaitu (Richard Burton Simatupang, 1995: 137)
sebagai berikut.
a. Conventional Loan Pinjaman jenis ini bisa diberikan tanpa jaminan dan bisa
pula disertai jaminan.
b. Conditional Loan Dalam model ini, perusahaan modal ventura turut
menikmati laba, bila proyek yang dibiayai menangguk keuntungan dan turut
pula menanggung rugi seandainya perusahaayang dibiayai ternyata
mengalami kerugian.
c. Equity Investment, yaitu modal ventura yang menyertakan saham untuk
mendukung kegiatan perusahaan yang baru berdiri dan antara perusahaan
modal ventura dengan perusahaan yang dibiayai terjalin kerja sama di
bidang manajemen.
4. Pembiayaan Konsumen
18
2. Objek, adalah barang-barang bergerak keperluan debitur(konsumen) yang
akan dipakai untuk keperluan hidup atau keperluan rumah tangga. Unsur ini
mengandung makna,bila ada konsumen yang menghendaki barang-barang,
seperti TV, kulkas, kursi tamu, tempat tidur, dan lain-lain kebutuhan,
sementara untuk membeli secara tunai/kontan barang tersebut konsumen
tidak memiliki cukup modal, maka lembaga pembiayaan akan membantu
konsumen untuk mendapatkan barang tersebut.
Selain unsur yang disebutkan di atas, ada unsur lain yang amat penting dalam
lembaga pembiayaan konsumen, yaitu adanya unsur perjanjian dan unsur jaminan.
1. Unsur Perjanjian.
19
sewa beli tidak ada pihak ketiga yang ikut serta dalam pembiayaan. Dengan
Leasing, Lembaga Pembiayaan Konsumen ini jug memiliki kesamaan, karena
sama-sama membayar secara angsuran dan ada pihak ketiga yang terlibat,
sedangkan perbedaannya pada lembaga pembiayaan konsumen pihak konsumen
tidak mem punyai hak opsi.3
D. Kartu Kredit
Menurut Suryohadibroto dan Prakoso (1987. Hal. 335) kartu kredit adalah
alat pembayaran sebagai pengganti uang tunai yang sewaktu-waktu dapat
digunakan konsumen untuk ditukarkan dengan produk barang dan jasa yang
diinginkannya pada tempat-tempat yang dapat menerima kartu
kredit (merchant) atau dapat digunakan konsumen untuk menguangkan kepada
bank penerbit atau jaringannya (cash advance).
Kartu kredit diterbitkan oleh bank atau lembaga keuangan atau lembaga
pengelola kartu kredit bagi para nasabahnya dan dapat digunakan oleh
pemegangnya sebagai alat yang sah secara kredit. Pedagang (merchant) yang
menerima pembayaran dengan kartu kredit kemudian menagih pembayarannya
kepada bank atau pengelola kartu kredit tersebut. Pada akhirnya bank atau
lembaga keuangan atau pengelola kartu kredit akan menagih kembali kepada
pemegang kartu kredit atau mendebet secara langsung dari rekening
nasabah yang bersangkutan (pemegang kartu kredit). Dengan demikian bisnis
kartu kredit melibatkan tiga pihak yaitu:
3
Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers,
2011, hal 120-126.
20
Menurut Sukirman (1994, hal. 17-20) kartu kredit dapat digolongkan dari
berbagai sudut pandang.Berdasarkan sudut pandang penerbitan kartu kredit
dibedakan atas
1. kartu kredit yang diterbitkan oleh bank misalnya Visa Card, Master Card,
dan BCA Card.
2. Adapun yang diterbitkan oleh bukan bank misalnya Diners Club dan
AMEX.
21
antara 10-30 juta. Dasar penggolongan dari sudut pandang ini adalah jumlah
pendapatan calon pemegang kartu kredit.4
4
Subagyo, Rudi Badruddin, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, Yogjakarta: Bagian
Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPKN, 2002, hal 78-82.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
atau kekeliruan dalam menulis karena ini semua jauh dari kesempurnaan penulis.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
agar penulis bisa memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik. Dan semoga
23
DAFTAR PUSTAKA
Persada, 2002.
YKPN:Yogyakarta, 2002.
24