Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH HUKUM DAGANG

LEMBAGA PEMBIAYAAN
Dibuat untuk memenuhi persyaratan pembelajaran mata kuliah
Hukum Dagang

DISUSUN OLEH :
GEOFANI ANANDA (12020717131)
M. RAMDAN FIRDAUS NST (1202071020)
NURAINI RITONGA (12020726952)
SHANIA WIDYA PUTRI (12020726962)

DOSEN PENGAMPU : IRFAN RIDHA, S.H., M.H

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, dan berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, saya dapat
menempuh dan menyelesaikan makalah. Adapun judul makalah ini adalah
“Lembaga Pembiayaan”
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, namun demikian saya tetap berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi pembaca. Saya
menyampaikan seluruh rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada pihak-
pihak yang membantu dalam menyedikan informasi sehingga saya dapat
membuat makalah ini dengan baik.
Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini bermanfaat, khususnya bagi
saya dan umumnya bagi semua pihak. Semoga Allah SWT membalas jasa dan
budi baik semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah
ini. Terimakasih.

Pekanbaru , 20 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 4

A. Latar Belakang ..................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5

C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 6

A. Leasing (Sewa Guna Usaha) ............................................................... 6

B. Factoring (Anjak Piutang) .................................................................... 8

C. Modal Ventura ..................................................................................... 14

D. Kartu Kredit ......................................................................................... 20

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 23

A. Kesimpulan .......................................................................................... 23

B. Saran .................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 24

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam suatu kegiatan bisnis, banyak masalah yang kadang kadang


muncul begitu saja. Badan usaha yang tadinya cukup mapan, tetapi karena
perkembangan perekonomian, badan usaha tersebut memerlukan modal atau
barang modal tambahan untuk lebih mengembangkan kegiatan bisnisnya.
Lembaga pembiayaan diatur dalam Keputusan Presiden No. 61 Tahun 1988
tentang Lembaga Pembiayaan dan Keputusan Menteri Keuangan No.
1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Lembaga
Pembiayaan. Menurut pasal 1 ayat (2) keputusan presiden nomor 61 tahun
1998 : “Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak
menarik dana secara langsung dari masyarakat”

Dari pengertian tersebut di atas terdapat beberapa unsur-unsur :

1. Badan usaha, yaitu perusahaan pembiayaan yang khusus didirikan


untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga
pembiayaan.
2. Kegiatan pembiayaan, yaitu melakukan kegiatan atau aktivitas dengan
cara membiayai pada pihak-pihak atau sektor usaha yang
membutuhkan.
3. Penyediaan dana, yaitu perbuatan menyediakan dana untuk suatu
keperluan.
4. Barang modal, yaitu barang yang dipakai untuk menghasilkan sesuatu.

4
5. Tidak menarik dana secara langsung.
6. Masyarakat, Yaitu sejumlah orang yang hidup bersama di suatu tempat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Penjelasan Tentang Leasing (Sewa Guna Usaha) ?
2. Bagaimana Penjelasan Tentang Factoring (Anjak Piutang) ?
3. Bagaimana Penjelasan Tentang Modal Ventura ?
4. Bagaimana Penjelasan Tentang Kartu Kredit ?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mengetahui Tentang Leasing (Sewa Guna Usaha).
2. Agar mengetahui Tentang Factoring (Anjak Piutang).
3. Agar mengetahui Tentang Modal Ventura.
4. Agar mengetahui Tentang Kartu Kredit.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Leasing (Sewa Guna Usaha)


Sewa Guna Usaha ( Leasing Company) Adalah badan usaha yang
melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik
secara finance lease maupun operating lease, untuk digunakan oleh penyewa
guna usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara
berkala.

Pengertian lain dari Sewa Guna Usaha yaitu “leasing”, dimana leasing itu
berasal dari kata lease (inggris) yang berarti menyewakan. Menurut Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1169/KMK.01/1991 tentang
Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing), leasing adalah kegiatan pembiayaan
dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan
hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating
lease) untuk digunakan oleh Lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara berkala. Sedangkan Barang modal adalah setiap aktiva
tetap berwujud, termasuk tanah sepanjang di atas tanah tersebut melekat
aktiva tetap berupa bangunan (plant), dan tanah serta aktiva dimaksud
merupakan satu kesatuan kepemilikan, yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 (satu) tahun dan digunakan secara langsung untuk menghasilkan atau
meningkatkan, atau memperlancar produksi dan distribusi barang atau jasa
oleh Lessee. Barang modal pada hal ini berdasarkan pada pasal 11 UU PPh
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

Dalam usaha leasing ini ada beberapa pihak yang terlibat, yaitu:

1. Pihak yang disebut lessor, yaitu pihak yang menyewakan barang, dapat
juga terdiri dari beberapa perusahaan.

6
2. Pihak yang disebut leese, yaitu pihak yang menikmati barang tersebut
dengan membayar sewa guna yang mempunyai hak opsi.
3. Pihak kreditur atau lender atau juga debt-holder, atas loan participants
dalam transaksi leasing. Mereka umumnya terdiri dari bank, insurance
company, trusts, yayasan.
4. Pihak supplier, yaitu penjual dan pemilik barang yang disewakan.
Supplier ini dapat terdiri dari perusahaan yang berada di dalam negeri
atau yang mempunyai kantor pusat di luar negeri.

Mekanisme Leasing

1) Lesse bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan,


mengadakan penawaran harga dan menunjuk supplier peralatan
dimaksud.
2) Setelah lesse mengisiformulir permohonan lesse, mengirimkan kepada
lessor disertai dokumen pelengkap.
3) Lessor mengevaluasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk
memberikan fasilitas lesse dengan syarat dan kondisi yang disetujui lesse
(lama kontrak pembayaran sewa lesse), maka kontrak lease dapat
ditandatangani.
4) Pada saat yang sama, lesse dapat menandatangani kontrak asuransi untuk
peralatan yang dilease dengan perusahaan asuransi yang disetujui lessor,
seperti tercantum pada kontrak lease. Antaralessor dan perusahaan
asuransi terjalin perjanjian kontrak utama.
5) Kontrak pembelian peralatan akan ditandatangani lessor dengan supplier
peralatan tersebut.
6) Supplier dapat mengirim peralatan yang dilease ke lokasi lesse.
7) Lease menandatangani tanda terima peralatan dan menyerahkannya
kepada supplier.
8) Supplier menyerahkan surat tanda terima (yang diterima dari lessor),
bukti pemilikan dan pemindahan pemilikan kepada lessor.
9) Lessor membayar harga peralatan yang dilease kepada supplier.

7
10) Lesse membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal
pembayaran yang telah ditentukan kontrak lease.

Menurut Mr. A.C. Goudsmit dan Mr. J.A.M.P. Keijser, leasing mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:

1. Leasing merupakan suatu pembiayaan, baik pada finance lease maupun


operating lease.
2. Biasanya ada hubungan jangka waktu lease dan masa kegunaan benda
yang di-lease tersebut.
3. Hak Milik benda yang di-lease ada pada lessor. Hal ini berdampak
penting di bidang akuntansi seperti penyusunan di bidang hukum dalam
hal pelaksanaan perjanjian leasing.
4. Benda yang menjadi objek leasing adalah benda-benda yang digunakan
dalam suatu perusahaan, yakni bendabenda yang diperlukan dalam
menjalankan perusahaan.jadi tidak saja mesin –mesin yang hanya dapat
digunakan untuk berproduksi akan tetapi bisa juga untuk komputer, dan
kendaraan bermotor.

Dasar Hukum Leasing

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan


Sewa Guna Usaha (Leasing). Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan, 27 Nopember 1991 dan mempunyai daya laku surut terhitung
sejak tanggal 19 Januari 1991. Dengan berlakunya Keputusan Menteri
Keuangan ini, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 48/KMK.013/1991
tentang Kegiatan Sewa-guna-usaha, dinyatakan tidak berlaku.1

B. Factoring (Anjak Piutang)

Factoring yang dikenal dewasa ini pertama kali tumbuh di Amerika tahun
1889, kemudian menyebar ke Kanada sekirar tahun 1930-an sampai kemudian
meluas ke negara-negara Eropa Barat, Australia, Selandia Baru, Jepang, Filipina,
1
Rudy Bahruddin dan Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, YKPN:Yogyakarta,
2002, hal 56-62.

8
dan akhirnya Indonesia mulai mengenal lembaga ini pada akhir tahun 1988 sejak
berlakunya Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tanggal 27 Desember
1988.

Factoring atau anjak piutang menurut Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun


1988 adalah usaha pembiayaan dalam bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta
pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi
perdagangan dalam dan luar negeri.

Selanjutnya, dalam surat Keputusan Menteri Keuanga Nomor


1251/KMK.013/1988 juncto Surat Keputusan Mene bahwa kegiatan factoring
terdiri dari:

1. pembelian atau pengalihan piutang tagihan jangka pendek yang terbit dari
transaksi perdagangan dalan dan luar negeri
2. penatausahaan penjualan kredit serta penagihan piutang perusahaan

Dari definisi di atas, setidak-tidaknya dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Dalam kegiatan factoring ada tiga pihak yang terkait, yaitu:


a. perusahaan factoring (factoring company), atau disebut dengan faktor
sebagai suatu badan usaha yang mela- kukan kegiatan lembaga
pembiayaan dengan bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta
pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek dari suatu perusahaan;
b. perusahaan penjual piutang atau disebut klien (client), atau lebih jelas
lagi adalah perusahaan yang menjual atau mengalihkan piutang atau
tagihannya kepada factor;
c. nasabah (customer), sebagai pihak yang berutang (de- bitur) kepada
klien, dan piutang tersebut oleh klien dijual atau dialihkan kepada
factoring.
2. Kegiatan factoring hanya berupa suatu kegiatan jual beli atau pengurusan
piutang. 3. Piutang atau tagihan itu merupakan tagihan jangka pendek dan
berasal dari transaksi perdagangan, dan umumnya mempunyai ciri di
antaranya: (Munir Fuadi, 1995: 87)

9
a. piutang yang terdiri dari seluruh tagihan berdasarkan faktur-faktur dari
perusahaan yang belum jatuh tempo;
b. piutang yang timbul dari surat-surat berharga yang belum jatuh tempo;
c. piutang yang timbul dari suatu peroses pengiriman barang.

Fungsi Dan Manfaat Factoring

Dari uraian di atas, paling tidak factoring paling tidak mempunyai fungsi sebagai
berikut.

a. pactoring berkaitan dengan masalah piutang kliaen dalam hal ini factor
berpungsi menagani masalah atau mengambil alih piutang tersebut, dan
menagih pembayaranna pada debitur setelah piutang jatuh tempo.
b. Itu berarti factor bertanggung jawab atas piutang klien dan membebaskan
klien dari risiko kerugian. Sementara itu, manfaat factoring (anjak piutang)
ini me- nurut Anastuty Kusumawardhani dapat dilihat dari beberapa segi,
yaitu sebagai berikut.
1. Bagi perusahaan nasabah
a. Factoring dapat menolong "cash flow" perusahaan yang melakukan
penjualan secara kredit sehingga dana yang diperoleh dari penjualan
piutang kepada perusahaan anjak piutang akan memperlancar ke- giatan
produksi, dibanding apabila produsen tersebut menagih sendiri kepada
kreditor.
b. Bagi perusahaan yang berkembang sangat pesat da belum dapat diimbangi
dengan divisi kredit, denge menggunakan jasa perusahaan anjak piutang,
perusahaan yang bersangkutan dapat berkonsentrasi dalam meningkatkan
usahanya.
c. factoring dapat memperlancar perputaran modal kerja perusahaan sehingga
dapat meningkatkan laba.
d. factoring dapat mendorong dunia usaha untuk lebih kompetitif lagi sebab
nasabah perusahaan anjak piutang akan bebas melakukan transaksi

10
perdagangan. atas dasar "open account", baik di dalam maupun luar
negeri.
e. Perusahaan anjak piutang merupakan usaha yang dapat melindungi nilai
terhadap risiko yang mungkin terjadi karena pelanggan mengalami
kesulitan likuiditas.
2. Bagi Bank
a. Dalam rangka mengatasi kredit macet, bank dapat menggunakan anjak
piutang untuk menagih piutang- piutang. Dengan demikian, bank akan
lebih efisien dibandingkan apabila menagih sendiri.
b. Perusahaan anjak piutang dapat pula dianggap sebagai perusahaan
komplemen bagi bank, di mana bank dapat menggunakan jasa tersebut
untuk menagih piutangnya dan memperoleh dana sebagai modal kerja dari
bank.
3. Secara Makro

Perusahaan anjak piutang yang melakukan pengambilalihan piutang secara


pre payment (pembayaran di muka) akan membawa efek money multiplier
sehingga dapat meningkat- kan percepatan uang beredar (velocity of money)
yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada prinsip- nya anjak piutang
(factoring) memberikan manfaat antara lain:

a. pembayaran piutang lebih cepat dari jatuh tempo;


b. menambah dana segar perusahaan;
c. c.dapat membantu peningkatan keuntungan atau laba;
d. merupakan sarana peralihan risiko tagihan yang tidak bisa dicairkan.
Meskipun lembaga pembiayaan melalui factoring memang membarikan
manfaat, kelien harus mempertimbangkan dengan matang lembaga
pembiayaan yang umumnya di jadikan dasar untuk menjual piutang
adalah:
e. a.hubungan baik antara klien (kreditor)dengan customer (debitur)

11
f. b.perbandingan antara harga jual dan biaya yang di keluarkan dalam
factoring denagn biaya yang di keluarkan jika piutang di tagih sendiri.
g. c.apakah Memeng sangat di perlukan dana segar untuk perusahaan
klien.

Mekanisme Factoring (Anjak Piutang)

Mekanisme factoring atau anjak piutang yang di maksudkan di sini adalah


proses atau tata cara penawaran piutang sampai denagn beralihnya piutang
tersebut denagn pelunasannya makanisme tersebut.

a. Penjual (klien) menjual barang kepada pembeli (customer) secara kredit


dengan jangka waktu pendek.
b. Untuk kepentingan dana segar (cash flow), penjual (klien) meminta
persetujuan kepada pembeli (customer) untuk menjual piutang tersebut
kepada perusahaan lembaga pembiayaan (yang dalam hal ini perusahaan
factoring) yang disebut dengan factor.
c. Pembeli (customer) menyetujui perpindahan hak menagih dari penjual
(klien) kepada factor.
d. Data mengenai piutang yang berasal dari jual beli tersebut oleh penjual
(klien) diteruskan/dipindahkan kepada factor.
e. Atas dasar itu, maka dibuatlah perjanjian factoring antara penjual (klien)
dan factor.
f. Factor membayar kepada klien penjualan piutangnya dengan harga
diskonto.tertentu.
g. Pembeli (customer) setelah jangka waktu jatuh temponya perjanjian jual
beli kredit membayar utangnya kepada factor.

Berkaitan dengan perjanjian factoring antara penjual (klien) dan factor,


secara umum isi yang terkandung dalam perjanjian tersebut adalah:

a. persetujuan klien untuk menjual piutang kepada factor;


b. jaminan dari klien bahwa piutang tersebut dapat dilak- sanakan, tidak
sedang dalam sengketa, dan berasal dari transaksi bisnis;

12
c. pemberitahuan pengalihan piutang kepada factor;
d. dokumen-dokumen yang harus disampaikan klien kepada factor sesuai
dengan jadwal yang disepakati;
e. jangka waktu berlakunya perjanjian tersebut.
f. kuasa dari klien kepada factor untuk menagih pembayaran piutang oleh
debitur;
g. biaya factoring, yang berkaitan dengan komisi atas penjualan atau
peralihan piutang dari klien kepada factor.

Jenis-Jenis Factoring

Dalam perkembangan selanjutnya factoring dapat di bedakan atas sebagai


bentuk yang dapat di lihat dari beberapa segi yaitu sebagai berikut;

a. dilihat dari pemberitahuan kepada pihak costumer, factoring dapat dibagi


dalam bentuk berikut ini;
1. Disclosed Factoring, yaitu customer diberitahu bahua tagihan telah
dialihkan kepada lembaga factoring dan pembayaran dilakukan langsung
kepada lembaga tersebut.
2. Undisclosed Factoring, yaitu pihak customer tidak diberi tahu tentang
telah dialihnya piutang sampai terjadi sesuatu yang dapat menimbulkan
risiko kepada factor. Factoring dalam bentuk ini biasa disebut juga
dengan istilah Confidential Factoring.
b. Dilihat dari segi keterlibatan klien, factoring dapat dibagi atas bentuk-bentuk
berikut.

Resource factoring, di mana pihak klien ikut serta memikul risiko yang
mungkin timbul atas tagihan yang dialihkannya. Perusahaan factoring dapat
saja mengembalikan tagihan yang telah dijual itu kepada klien. dan ini harus
ditentukan dalam perjanjian factoring bahkan menurut Munir Fuady
(1995:110) denagn jenis rcourse factoring ini dapat diberikan hak opsi kepada
perusahaan factoring untuk menjual kembali piutang kepada klien. dapat
dicantumkan bahwa di luar keadaan macetnya tagihan tersebut dapat

13
diperlakukan recourse, untuk menghindari tagihan yang tidak terbayar karena
pihak klien ternyata mengirimkan barang-barang yang cacat atau rendah
mutunya. Dalam hal ini, factor dapat menjual kembali tagihan tersebut
kepada klien. (Erman Radjaguguk, 1989: 43).

c. Dilihat dari segi tempat kedudukan para pihak, factoring dapat dibagi dalam.
1. Domestic Factoring, di mana semua pihak yang dalam factoring berada
dalam satu negara. terlibat
2. International Factoring, di mana pihak customer-nya berada di luar
negeri.
d. Dilihat dari segi banyaknya piutang yang dialihkan, factor- ing dapat dibagi
dalam bentuk-bentuk berikut.
1. Facultative Factoring, yaitu suatu jenis factoring di mana dalam
perjanjiannya pihak factor diberikan hak opsi untuk menentukan, apakah
piutang diterima dengan transaksi factoring atau tidak. Dalam hal ini
unsur keamanan bagi factor merupakan unsur pertimbangan baginya
untuk mengambil sikap piutang itu akan diterima rima atau tidak dengan
transaksi factoring. Sebelum piutang dinyatakan diterima, klien bebas
menjual piutangnya kepada pihak lain.
2. Whole Turn Over Factoring, di mana dalam hal ini janjiannya factoring
dilakukan atas seluruh turn over dari perusahaan klien, atas piutang yang
ada atau yang akan ada. Dengan demikian, menghindari klien untuk
menjual piutangnya kepada pihak lain.2
C. Modal Ventura

Modal ventura sebagai suatu lembaga pembiayaan merupakan suatu


lembaga yang relatif baru di indonesia. Secara yuridis mulai di kenal tanggal 20
Desember 1988 dengan di keluarkannya Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun
1988, yang kemudian di jabarkan lebih lanjut dengan Keputusan Mentri
Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 juncto Keputusan Mentri Keuangan

2
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, hal 36-
43.

14
Nomor 468/KMK.017/1995 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan
Lembaga Pembiayaan.

Perusahaan modal ventura adalah suatu badan usaha yang melakukan


kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu
perusahaan pasangan usaha untuk jangka waktu tertentu. Dengan demikian, yan
dimaksud dengan perusahaan psangan usaha (disingkat PPU) adalah perusahaan
yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal dari perusahaan
modal ventura.

Modal ventura ini merupakan suatu bentuk pembiayaan modal atau


sejenisnya pada suatu perusahaan yang ingin mengembangkan usahanya, namun
tidak mempunyai kemampuan untuk memperoleh pembiayaannya, baik dari
bank maupun pasar modal (melalui go public). Perusahaan yang sangkutan
mempunyai potensi yang besar untuk tumbuh dan ber berkembang sehingga
sangat diharapkan adanya penambahan modal yang tidak berjangka panjang
sampai sepuluh tahun, di mana diharapkan dalam kurun waktu maksimal antara
lima tersebut perusahaan tersebut mencapai suatu tingkat pertum buhan atau
perkembangan yang diinginkan. Dengan tercapai perkembangan ini, perusahaan
modal ventura sudah dapat merealisasi pengembalian investasinya (capital gain).

Sebagaimana halnya dengan lembaga pembiayaan yang lain, Modal


Ventura juga merupakan salah satu alternatif untuk mendapatkan pembiayaan
dan/atau penambahan modal di luar perbankan. Dikatakan alternatif karena
perusahaan modal ventura ini juga dapat memberikan modal, khususnya bagi
badan usaha-badan usaha yang tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan
modal dari perbankan. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan modal dari
Perbankan diperlukan adanya jaminan (collateral) yang oleh perusahaan yang
bersangkutan (PPU) tidak bisa memenuhi. Oleh karena itu, perusahaan modal
ventura merupakan satu-satunya jalan. Pembiayaan modal ventura merupakan
pembiayaan dalambentuk penyertaan modal dan bersifat pembiayaan aktif. Oleh
karena itu, dalam menjalankan usahanya, perusahaan modal ventura harus

15
mempertimbangkan untung ruginya dalam membiayai PPU.Pertimbangan ini
didasari atas penilaian PPU yang mencakup hal-hal di antaranya (Agus R.
Setiawan):

1. mempelajari secara umum sifat bisnis, kondisi neraca dan keuangan serta
rencana kerja dari perusahaan yang bersangkutan
2. bertemu dengan manajerial untuk berdiskusi langsung mengenai kinerja
perusahaan, sekaligus mencoba menilai kemampuan dari manajemen
3. secara formal, mengkonfirmasikan mengenai jenis usaha kepada seorang
ahli di bidang industri yang bersangkutan;
4. menghitung apakah kinerja perusahaan di masa mendatangdapat
memberikan tingkat pengembalian investasi yang wajar.

Manajemen perusahaan pada tahap ini akan membuat perhitungan nilai saham
yang ditawarkan. Ada beberapa metode penilaian saham, yaitu sebagai berikut.

a. Harta perusahaan, terutama perusahaan yang memiliki di tanah dan


bangunan sebagai komponen terbesar dari total asetnya, dinilai menurut
harga pasarnya dan dikurangi dengan seluruh utang perusahaan yang ada.
b. Dengan menghitung nilai sekarang dari proyeksi laba perusahaan di masa
mendatang.
c. Nilai saham ditentukan dengan mengalikan laba per saham menurut buku
yang sekarang dengan kelipatan tertentu.
1. Ciri-ciri Modal Ventura

Seperti yang telah dikemukakan, perusahaan modal ventura hanya bersifat


sementara karena memang tujuannya untuk memberikan bantuan kepada PPU
sampai PPU tersebut mencapai keberhasilan yang ditargetkan. Namun demikian,
ada beberapa ciri khas dari Modal Ventura, yaitu sebagai berikut.

a. Pemberian bantuan tidak hanya berupa modal, tetapi juga perusahaan modal
ventura ikut terlibat dalam manajemen perusahaan yang dibantu (PPU).
b. Pemberian bantuan yang dilakukan tidak permanen, tetapi bersifat
sementara, paling tidak lima sampai sepuluh tahun.

16
c. Motif pemberian bantuan adalah bersifat bisnis karena perusahaan modal
ventura mengharapkan keuntungan atau bagi hasil.
d. Pemberian bantuan tanpa jaminan.
2. Keunggulan dan Kerugian Modal Ventura Dalam berbagai kepustakaan
dijumpai beberapa keunggulan dari Modal Ventura ini. Pada prinsipnya,
keunggulan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.
a. Modal ventura dapat menjadi sumber dana bagi perusahaan yang belum
memenuhi syarat untuk mengajukan kredit bank.
b. Adanya bantuan manajemen dari perusahaan modal ventura dapat
menambah kemajuan jalannya perusahaan penerima bantuan
(PPU).Perusahaan yang dibantu (PPU) dapat memperluas jaringan
usaha melalui perusahaan-perusahaan lain yang dibantu oleh
perusahaan modal ventura.Namun demikian, bagi PPU, dengan adanya
modal ventura ini juga menghadapi beberapa kerugian, yaitu sebagai
berikut.
a. Kepemilikan pemegang saham pendiri perusahaan yang bersangkutan
(maksudnya PPU) akan berkurang dengan adanya investor modal
ventura. Artinya bagian keuntungan pemegang saham pendiri tersebut
hanya bersifat temporer, dan dengan adanya injeksi dana segar, suatu
saat nilai perusahaan akan meningkat, yang berarti tingkat
pengembalian modal dengan sendirinya juga akan meningkat.
b. Dengan adanya investor tersebut, pemegang saham pendiri tidak lagi
memiliki pengendalian mutlak terhadap perusahaan. Ini merupakan
konsekuensi yang normal di manapun juga.
c. Laju pertumbuhan usaha mungkin dapat terganggu jika pada suatu saat
timbul perbedaan pendapat yang prinsipil antara investor baru dengan
pemegang saham pendiri.Namun kemungkinan ini dapat dihilangkan
dengan sikap keterbukaan dan membangun kepercayaan dari masing
masing pihak dari waktu ke waktu.
3. Jenis-jenis Modal Ventura

17
Jenis pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan ventura dapat
dibedakan atas tiga macam, yaitu (Richard Burton Simatupang, 1995: 137)
sebagai berikut.

a. Conventional Loan Pinjaman jenis ini bisa diberikan tanpa jaminan dan bisa
pula disertai jaminan.
b. Conditional Loan Dalam model ini, perusahaan modal ventura turut
menikmati laba, bila proyek yang dibiayai menangguk keuntungan dan turut
pula menanggung rugi seandainya perusahaayang dibiayai ternyata
mengalami kerugian.
c. Equity Investment, yaitu modal ventura yang menyertakan saham untuk
mendukung kegiatan perusahaan yang baru berdiri dan antara perusahaan
modal ventura dengan perusahaan yang dibiayai terjalin kerja sama di
bidang manajemen.
4. Pembiayaan Konsumen

Yang dimaksudkan dengan Lembaga Pembiayaan Konsumen adalah suatu


lembaga yang dalam melakukan pembiayaan pengadaan barang untuk kebutuhan
konsumen dilakukan dengan sistem pembayaran secara angsuran atau berkala.
Dari pengertian di atas dapat dikemukakan unsur-unsur yang ada dalam
pembiayaan konsumen adalah sebagai berikut:

1. Subjek, yaitu pihak yang terkait dalam pembiayaan konsumen: Perusahaan


Pembiayaan Konsumen (PPK), Debitur (Konsumen), dan Penyedia barang.
a. Perusahaan Pembiayaan Konsumen adalah badan usaha yang berbentuk:
perseroan terbatas atau koperasi yang melakukan kegiatan pembiayaan
untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen.
b. Debitur (Konsumen) adalah pihak pembeli barang dari penyedia barang
(pemasok)atas pembiayaan pihak ketiga(yaitu Perusahaan Pembiayaan
Konsumen).
c. Penyedia Barang (Pemasok) adalah pihak penjual barang pada konsumen
atas pembayaran yang dilakukan Perusahaan Pembiayaan Konsumen.

18
2. Objek, adalah barang-barang bergerak keperluan debitur(konsumen) yang
akan dipakai untuk keperluan hidup atau keperluan rumah tangga. Unsur ini
mengandung makna,bila ada konsumen yang menghendaki barang-barang,
seperti TV, kulkas, kursi tamu, tempat tidur, dan lain-lain kebutuhan,
sementara untuk membeli secara tunai/kontan barang tersebut konsumen
tidak memiliki cukup modal, maka lembaga pembiayaan akan membantu
konsumen untuk mendapatkan barang tersebut.

Selain unsur yang disebutkan di atas, ada unsur lain yang amat penting dalam
lembaga pembiayaan konsumen, yaitu adanya unsur perjanjian dan unsur jaminan.

1. Unsur Perjanjian.

Ada 2 (dua) jenis perjanjian yang dibuat dalam pembiayaan konsumen,


yaitu Perjanjian Pembiayaan Konsumen dan Perjanjian Jual Beli.

a. Perjanjian Pembiayaan Konsumen, yaitu perjanjian yang dibuat antara


Perusahaan Pembiayaan Konsumen (PPK) dengan Konsumen, yang isinya
Perusahaan Pembiayaan Konsumen akan membayar barang konsumen dan
konsumen akan membayar kembali secara angsuran.
b. Perjanjian jual beli, yaitu suatu perjanjian jual beli ya dibuat oleh Penyedia
Barang (Pemasok) dengan kon sumen, di mana Perusahaan Pembiayaan
Konsumen sanggup untuk membayar tunai barang konsumen.
2. Unsur Jaminan

Jaminan dari pembiayaan konsumen hanyalah berupa ke percayaan


terhadap konsumen (debitur), bahwa konsumen dapat dipercaya untuk membayar
angsuran sampai selesai Di samping itu, barang yang diambil merupakan jaminan
pokok secara fidusia dengan dokumen kepemilikan akan berada pada Perusahaan
Pembiayaan Konsumen sampai angsuran pembayaran telah lunas.

Dengan uraian di atas, ternyata bahwa Lembaga Pembiayaan Konsumen


pada prinsipnya memiliki kesamaan dengan sewa bell karena sama-sama
membayar barang konsumen dengan cara angsuran, hanya perbedaannya dalam

19
sewa beli tidak ada pihak ketiga yang ikut serta dalam pembiayaan. Dengan
Leasing, Lembaga Pembiayaan Konsumen ini jug memiliki kesamaan, karena
sama-sama membayar secara angsuran dan ada pihak ketiga yang terlibat,
sedangkan perbedaannya pada lembaga pembiayaan konsumen pihak konsumen
tidak mem punyai hak opsi.3

D. Kartu Kredit

Menurut Suryohadibroto dan Prakoso (1987. Hal. 335) kartu kredit adalah
alat pembayaran sebagai pengganti uang tunai yang sewaktu-waktu dapat
digunakan konsumen untuk ditukarkan dengan produk barang dan jasa yang
diinginkannya pada tempat-tempat yang dapat menerima kartu
kredit (merchant) atau dapat digunakan konsumen untuk menguangkan kepada
bank penerbit atau jaringannya (cash advance).

Kartu kredit diterbitkan oleh bank atau lembaga keuangan atau lembaga
pengelola kartu kredit bagi para nasabahnya dan dapat digunakan oleh
pemegangnya sebagai alat yang sah secara kredit. Pedagang (merchant) yang
menerima pembayaran dengan kartu kredit kemudian menagih pembayarannya
kepada bank atau pengelola kartu kredit tersebut. Pada akhirnya bank atau
lembaga keuangan atau pengelola kartu kredit akan menagih kembali kepada
pemegang kartu kredit atau mendebet secara langsung dari rekening
nasabah yang bersangkutan (pemegang kartu kredit). Dengan demikian bisnis
kartu kredit melibatkan tiga pihak yaitu:

1. Bank, lembaga keuangan atau lembaga pengelola yang menerbitkan kartu


kredit (issuer) bekerjasama dengan merchant.
2. Nasabah sebagai pemegang kartu kredit (cardholder).
3. Pedagang yang menerima pembayaran dengan kartu kredit (merchant).

3
Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers,
2011, hal 120-126.

20
Menurut Sukirman (1994, hal. 17-20) kartu kredit dapat digolongkan dari
berbagai sudut pandang.Berdasarkan sudut pandang penerbitan kartu kredit
dibedakan atas

1. kartu kredit yang diterbitkan oleh bank misalnya Visa Card, Master Card,
dan BCA Card.
2. Adapun yang diterbitkan oleh bukan bank misalnya Diners Club dan
AMEX.

Berdasrkan sudut pandang cara pembayaran kartu kredit dibedakan atas

1. Credit Card Cara pembayarannya dapat dilakukan secara bertahap atau


secara angsuran yang oleh karenanya dikenakan bunga terhadap lama waktu
pembayaran. Misalnya Visa Card dan Master Card.
2. Charge Card Cara pembayarannya dapat dilakukan secara keseluruhan pada
waktu tagihan jatuh tempo. Misalnya Dinners Club dan AMEX.
3. Debit Card Cara pembayarannya dilakukan dengan mendebit langsung
rekening pemegang Debit Card di bank penerbit Debit Card. Misalnya
BCA, Visa Eectron ippo dan Visa Electron Niaga.

Berdasarkan sudut pandang tujuan dibedakan atas

1. Kartu Kredit Umum Dapat digunakan untuk semua pembayaran yang


mempunyai logo Visa, Master, Dinners, AMEX. Misalnya Master Card,
Dinners Club
2. Kartu Kredit Khusus Hanya dapat digunakan ditempat-tempat tertentu yang
berada di jaringan penerbit kartu kredit. Misalnya Golf Card (hanya untuk
bermain golf), Matahari Card (hanya bisa dipakai di matahari grup).

Berdasarkan sudut pandang fasilitas (jumlah limit kredit), kartu kredit


dibedakan atas kartu kredit Classic dan Gold. Kartu kredit Classic mempunyai
limit kredit antara 1-10 juta. Sedangkan kartu kredit Gold mempunyai limit kredit

21
antara 10-30 juta. Dasar penggolongan dari sudut pandang ini adalah jumlah
pendapatan calon pemegang kartu kredit.4

4
Subagyo, Rudi Badruddin, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, Yogjakarta: Bagian
Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPKN, 2002, hal 78-82.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan


pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal. Berbeda dengan
bank atau lembaga keuangan bukan bank, lembaga pembiayaan tidak
diperbolehkan untuk menghimpun dana secara langsung dari masyarakat.
Ketentuan tentang lembaga ini telah diatur dalam Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 61 Tahun 1988 Pasal 1 ayat 2. Keputusan Presiden tersebut
menjelaskan pengertian mengenai lembaga pembiayaan yaitu “Lembaga
Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik secara langsung
dari masyarakat”
Keputusan Preseiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1988
menetapkan bidang usaha lembaga pembiayaan antara lain:
1. Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing Company)
2. Perusahaan Jasa Anjak Piutang (Factoring Company)
3. Modal Ventura
4. Perusahaan Pembiayaan Konsumen (Consumers Finance Company)
5. Perusahaan Kartu Kredit (Credit Card Company)

B. Saran

Demikian makalah yang dapat penulis sajikan, mungkin banyak kesalahan

atau kekeliruan dalam menulis karena ini semua jauh dari kesempurnaan penulis.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca

agar penulis bisa memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik. Dan semoga

makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin.

23
DAFTAR PUSTAKA

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2002.

Rudy Bahruddin dan Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya,

YKPN:Yogyakarta, 2002.

Subagyo, Rudi Badruddin, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, Yogjakarta:

Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPKN, 2002

Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, Jakarta:

Rajawali Pers, 2011.

24

Anda mungkin juga menyukai