Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

TENTANG LEASING

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 9 :

Nama :

1. Adek irmayanti
2. Niwana pulungan
3. Nur aminah

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Muhammad Yasir Nasution, M.E

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) MANDAILING
NATAL

T.A 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah yangberjudul “ Leasing ”. Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas Dosen pada mata kuliah MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH di STAIN MADINA.
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Penulis pengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dosen Pengampu mata
kuliah ini. Karena dengan adanya tugas ini penulis dapat belajar dan bisa menambah
wawasan tentang judul makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.
Wassalamualaikum wr.wb

Panyabungan, 2 MEI 2023

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................3
BAB II
PEMBAHASAN...................................................................................................................................4
A.Pengertian leasing .......................................................................................................................4
B. Pihak pihak yang terlibat ..........................................................................................................5
C. Keputusan membeli atau leasing .........................................................................................10
BAB III
PENUTUP..........................................................................................................................................14
A. Kesimpulan.............................................................................................................................14
B. Saran.......................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk menjalankan suatu usaha maka kita memerlukan modal yang tidak sedikit. Apalagi
kita juga membutuhkan barang-barang modal untuk menjalankan suatu usaha tersebut, agar kita
dapat menjalankan suatu usaha dengan lancar maka kita membutuhkan suatu lembaga untuk
memperoleh suatu dana usaha, lembaga ini dinamakan leasing.

Leasing atau sewa-guna-usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam


bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka
waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih
bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama.

Dengan melakukan leasing perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan jalan
sewa beli untuk dapat langsung digunakan berproduksi, yang dapat diangsur setiap bulan,
triwulan atau enam bulan sekali kepada pihak lessor.

B. Rumusan masalah
1. Pengertian leasing ?
2. Siapakah Pihak pihak yang terlibat ?
3. Bagaimana Keputusan membeli atau leasing : analisis NPV dan syariah ?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Leasing

Pengertian sewa guna usaha menurut Keputusan Menteri Keuangan No.


1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha: Sewa guna
usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara guna
usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease),
untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara
berkala.

Selanjutnya yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan sewa guna usaha
dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna
usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak
opsi untuk membeli objek sewa guna usaha.1

Dari defenisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sewa guna usaha
merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa-menyewa.Objek sewa guna usaha adalah barang
modal dan pihak lessee memiliki hak opsi dengan harga berdasarkan nilai sisa.

Dalam setiap transaksi leasing di dalamnya selalu melibatkan 3 pihak utama, yaitu:

a. Lessor adalah perusahaan sewa guna usaha atau di dalam hal ini pihak yang memiliki hak
kepemilikan atas barang
b. Lessee adalah peruahaan atau pihak pemakai barang yang bisa memiliki hak opsi pada akhir
perjanjian
c. Supplier adalah pihak penjual barang yang disewagunausahakan.
1
Subagyo, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Ke-2, (Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
YKPN, 2002) hal 121
4
B. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Leasing

Setiap transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 (empat) pihak yang


berkepentingan, yaitu : lessor, lessee, supplier, dan bank atau kreditor.2

1. Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan kepada pihak
lessee dalam bentuk barang modal. Lessor dalam financial lease bertujuan untuk mendapatkan
kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai penyediaan barang modal dengan
mendapatkan keuntungan. Sedangkan dalam operating lease, lessor bertujuan mendapatkan
keuntungan dari penyediaan barang serta pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan
pemeliharaan serta pengoperasian barang modal tersebut.
2. Lessee adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk barang modal
dari lessor. Lessee dalam financial lease bertujuan mendapatkan pembiayaan berupa barang atau
peralatan dengan cara pembayaran angsuran atau secara berkala. Pada akhir kontrak, lessee
memiliki hak opsi atas barang tersebut.Maksudnya, pihak lessee memiliki hak untuk membeli
barang yang di-lease dengan harga berdasarkan nilai sisa.Dalam operating lease, lessee dapat
memenuhi kebutuhan peralatannya di samping tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanpa
risiko bagi lessee terhadap kerusakan.
3. Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk dijual
kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh lessor.Dalam mekanisme financial lease,
supplier langsung menyerahkan barang kepada lessee tanpa melalui pihak lessor sebagai pihak
yang memberikan pembiayaan.Sebaliknya, dalam operating lease, supplier menjual barangnya
langsung kepada lessor dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, yaitu
secara tunai atau berkala.
4. Bank. Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditor tidak terlibat secara
langsung dalam kontrak tersebut, namun pihak bank memegang peranan dalam hal penyediaan

2
Dr. Faried Wijaya M., M.A. Lembaga-Lembaga Keuangan Dan Keuangan, Edisi Ke-2. Yogyakarta: BPFE, 1991. Hal

5
dana kepada lessor, terutama dalam mekanisme leverage lease di mana sumber dana pembiayaan
lessor diperoleh melalui kredit bank. Pihak supplier dalam hal ini tidak tertutup kemungkinan
menerima kredit dari bank, untuk memperoleh barang-barang yang nantinya akan dijual sebagai
objek leasing kepada lessee atau lessor.

Selanjutnya menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 tanggal 27


Nopember 1991 kegiatan leasing dapat dilakukan dengan cara berikut:

a. Sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease)


b. Sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)

Leasing pada prinsipnya merupakan industri multidisiplin yang meliputi antara lain bidang
perpajakan, keuangan dan konsep akuntansi. Dari defenisi leasing yang telah dibahas pada awal
bab ini dapat disimpulkan bahwa leasing mengandung arti suatu perjanjian antara pemilik barang
( lessor ) dengan pemakai barang ( lessee ). Mekanisme leasing tersebut merupakan dasar-dasar
dalam suatu transaksi leasing (basic lease ). Pihak lessee berkewajiban membayar sewa secara
periodic kepada lessor sebagai kompensasi atas penggunaan barang tersebut, Dalam definisi ini
hanya dua pihak yang terkait yaitu lessor dan lessee padahal dalam praktiknya pihak supplier
merupakan pihak yang terlibat dalam suatu mekanisme transaksi leasing.3

Teknik pembiayaan leasing dapat dilihat dari jenis transaksi leasing yang secara garis besar
dapat dibagi dua kategori pembiayaan yaitu :

a. Operating Lease

Dalam leasing bentuk ini, lessor sengaja membeli barang modal dan selanjutnya di-lease-kan.
Berbeda dengan finance lease, dalam operating lease jumlah seluruh pembayaran berkala tidak
mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut berikut
dengan bunganya. Operating lease atau kadang-kadang juga disebut dengan sewa guna usaha
biasa adalah suatu perjanjian kontrak antara lessor dengan lessee di mana:

a. Lessor sebagai pemilik objek leasing kemudian menyerahkan kepada pihak lessee untuk
digunakan dengan jangka waktu relatif lebih pendek daripada umur ekonomis barang modal
tersebut.

3
Makalah Leasing (Sewa Guna) - Edukasi (edudetik.com)
6
b. Lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayar sejumlah sewa secara berkala
kepada lessor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah keseluruhan biaya perolehan barang
tersebut beserta bunganya atau disebut juga non full pay out lease
c. Lessor menanggung segala risiko ekonomis dan pemeliharaan atas barangbarang tersebut
d. Lessee pada akhir kontrak harus mengembalikan objek lease pada lessor
e. Lessee biasanya dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktuwaktu atau disebut
cancelable

Penggolongan suatu transaksi leasing menurut ketentuan Menteri Keuangan tersebut di atas
dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Leasing digolongkan sebagai finance lease apabila memenuhi semua criteria berikut :
a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama ditambah
dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan barang modal
dan keuntungan lessor.
b. Masa sewa guna usaha untuk barang modal ditetapkan sekurangkurangnya :
- 2 tahun untuk Golongan I
- 3 tahun untuk Golongan II dan III
- 7 tahun untuk Golongan bangunan
c. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan, mengenai hak opsi
2) Leasing digolongkan sebagai operating lease apabila memenuhi kriteria berikut :
a. Jumlah pembayaran leasing selama masa leasing pertama tidak dapat menutupi harga
perolehan barang modal yang di-lease-kan ditambah keuntungan yang diperhitungkan
oleh lessor
b. Perjanjian leasing tidak memuat ketentuan mengenai hak opsi bagi lessor

b. Finance Lease

Teknik pembiayaan menurut finance lease ini, perusahaan leasing sebagai lessor adalah
pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha (lessee) biasanya
memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan leasing, sebagai pemilik
barang modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal
yang menjadi objek transaksi leasing. Selama masa leasing, lessee melakukan pembayaran nilai
7
sisa (residual value). Kalau ada, akan mencakup pengembalian harga perolehan barang modal
yang dibiayai serta bunganya, yang merupakan pendapatan perusahaan leasing.4 Dari pengertian
diDari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa finace lease atau kadang-kadang pula
disebut full-pay out leasing adalah suatu bentuk pembiayaan dengan cara kontrak antara lessor
dengan lessee di mana :

a. Lessor sebagai pihak pemilik barang atas objek leasing, dimana objek leasing dapat
berupa barang bergerak ataupun tidak bergerak dan memiliki umur maksimum sama
dengan masa kegunaan ekonomis barang tersebut
b. Lessee berkewajiban membayar kepada lessor secara berkala sesuai dengan jumlah dan
jangka waktu yang disetujui. Jumlah yang dibayar tersebut merupakan angsuran atau
lease payment yang terdiri atas biaya perolehan barang ditambah dengan semua biaya
lainnya yang dikeluarkan lessor dan tingkat keuntungan atau spread yang diinginkan
lessor
c. Lessor dalam jangka waktu perjanjian yang disetujui tidak dapat secara sepihak
mengakhiri masa kontrak atau pemakaian barang tersebut. Risiko ekonomistermasuk
biaya pemeliharaan dan biaya lainnya yang berhubungan dengan barang yang di-lease
tersebut ditanggung oleh lessee
d. Lessee pada akhir periode kontrak memiliki hak opsi untuk membeli barang tersebut
sesuai dengan nilai sisa atau residual value yang disepakati, atau mengembalikan pada
lessor, atau memperpanjang masa lease sesuai dengan syarat-syarat yang disetujui
bersama. Pembayaran berkala pada masa perpanjanngan lease tersebut biasanya jauh
lebih rendah daripada angsuran sebelumnya.

Ciri-ciri finance lease antara lain :

a. Objek leasing tetap milik lessor sampai dilakukannya hak opsi


b. Barang modal bisa dalam bentuk barang bergerak / tidak bergerak
c. Masa sewa barang modal sama dengan umur ekonomisnya
d. Jumlah lease payment = jumlah biaya perolehan + biaya-biaya lainnya + spread
4
Totok Budisantoso, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Ke-2, (Jakarta: Salemba Empat, 2006),

8
e. Lessor tidak dapat secara sepihak mengakhiri masa kontrak (non-cancellablea), atau akan
dikenakan denda
f. Risiko ekonomis misalnya biaya pemeliharaan ditanggung lessee
g. Transaksi keuangan
h. Full pay out
i. Disertai hak opsi beli sesuai dengan residual value
j. Lessor tidak boleh menyusutkan barang modal
k. Angsuran leasing tidak dikenakan PPN dan PPh Pasal 23

Finance lease dapat dibagi dalam beberapa bentuk transaksi sebagai berikut :5

1. Direct Financial Lease

Merupakan suatu bentuk transaksi leasing di mana lessor membeli suatu barang atas
permintaan pihak lessee dan sekaligus menyewagunausahakan barang tersebut kepada lessee
yang bersangkuatan.

2. Sale and Lease Back

Transaksi leasing dalam bentuk sale and lease back ini pada prisipnya adalah pihak lessee
sengaja menjual barang modalnya kepada lessor untuk kemudian dilakukan kontrak sewa guna
usaha atas barang tersebut. Lessee dalam hal ini berperan sebagai pihak yang menjual barang
untuk digunakan selama masa lease yang disetujui kedua pihak.

3. Leveraged Lease

Pada prinsipnya leveraged lease merupakan salah satu teknik pembiayaan dalam finance
lease yang digunakan lessor. Menurut teknik ini, disamping melibatkan lessor dan lessee juga
melibatkan kreditor jangka panjang dalam membiayai suatu objek leasing. Pihak kreditor jangka
panjang inilah yang memiliki porsi terbesar dalam membiayai transaksi leasing ini.Sedangkan
porsi pembiayaan pihak lessor biasanya berkisar 20%-40% dari keseluruhan pembiayaan,
sisanya disediakan oleh kreditor.
5
Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Ke-6, Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2002

9
4. Syndicated Lease

Syndicated lease adalah pembiayaan leasing yang dilakukan oleh lebih dari satu lessor atas
suatu objek leasing.

5. Cross Border Lease

Cross border lease adalah transaksi leasing yang dilakukan di luar batas suatu negara, di
mana lessor berkedudukan di negara berbeda dengan negara lessee.

6. Vendor Program

Vendor program atau disebut juga vendor lease adalah suatu metode penjualan yang
dilakukan oleh produsen atau dealer di mana perusahaan leasing memberikan atau menyediakan
fasilitas leasing kepada pembeli barang.

C. KeputusanMembeli Atau Leasing : Analisis NPV Dan Syariah

Beberapa pandangan masyarakat menilai bahwa adalah hal yang lebih baik jika kita memiliki
sendiri sesuatu ketimbang kita harus menyewa karena kita harus membayar pokok dan juga
bunga.Pilihan menyewa adalah pilihan yang kurang efisien karena harus membayar bunga.Ada
pula yang berpendapat, dengan menyewa kita dapat mengurangi biaya yang bernilai besar yaitu
kepemilikan.Lalu apakah semua yang kita butuhkan harus menjadi milik kita sendiri?apakah
menyewa itu justru menjadi salah satu jalan keluar ketika perusahaan membutuhkan suatu aset
namun tidak memiliki cukup dana untuk membeli atau malah enggan untuk memiliki aset
tersebut.

Sesuai dengan PSAK 30 Sewa, sewa adalah suatu perjanjian yang mana lessor memberikan
kepada lessee hak untuk menggunakan suatu asset selama periode waktu yang disepakati.Sebagai
imbalannya.Lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor.Lessor
adalah pihak yang memiliki asset.Lessee adalah pihak yang menyewa.

Beberapa keunggulan yang umumnya dinikmati lessee dan lessor adalah:

10
No Lessee Lessor

1 Pembiayaan 100% dengan suku bunga tetap Pendapatan Bunga


Perjanjian sewa biasanya ditandatangani tanpa Leasing memberikan margin bunga
membutuhkan uang muka dari pihak penyewa. yang menguntungkan
Hal ini dapat membantu pihak penyewa
menghemat uang tunai khususnya untuk
perusahaan baru dan sedang berkembang. Selain
itu, pembayaran sewa juga bersifat tetap sehingga
dapat melindungi lessee dari inflasi dan
meningkatnya biaya uang
2 Proteksi terhadap keusangan. Insentif Pajak
Peralatan yang disewakan dapat mengurangi risiko Dalam beberapa kasus, perusahaan
keusangan bagi lessee dan dalam banyak kasus yang menyewakan tidak dapat
memindahkan risiko nilai residu kepada lessor. menggunakan manfaat pajak, tetapi
  leasing memberikan mereka peluang
untuk mengalihkan manfaat pajak
semacam itu kepada pihak lain
(lessor) berupa pengembalian atas
tarif sewa yang lebih rendah dari
aktiva yang disewa.

3 Fleksibilitas Nilai residu yang tinggi


Perjanjian lease memiliki lebih sedikit batasan- Keunggulan lain bagi lessor adalah
batasan bila dibandingkan dengan perjanjian utang pengembalian property pada akhir
lainnya. Lessor yang inovatif mampu membuat masa lease. Nilai residu dapat
perjanjian lease disesuaikan dengan kebutuhan menghasilkan laba yang sangat besar.
khusus lessee. Nilai residu adalah estimasi nilai
  wajar dari aktiva yang disewa pada
akhir masa sewa.
11
4 Pembiayaan yang lebih murah.
Beberapa perusahaan menyadari bahwa
pembiayaan dengan lease ternyata lebih murah
daripada jenis pembiayaan lainnya.

Lalu pertanyaannya, mana yang lebih baik, membeli aset ataukah menyewa?

Lebih baik menyewa?


Jika Anda sedang ingin membangun suatu perusahaan baru atau sedang dalam tahap
usaha yang ingin berkembang, menyewa beberapa aset akan menjadi pilihan yang
menguntungkan karena Anda pasti memerlukan sejumlah dana yang besar. Misalnya, pada awal
usaha Anda, anda memerlukan ruko namun modal Anda pas-pasan untuk membeli ruko sebagai
tempat usaha Anda. Disamping membutuhkan dana yang besar, membeli ruko untuk usaha
memerlukan pemikiran yang matang dengan tempat yang strategis dan memiliki peluang usaha
yang menjanjikan, jika Anda membeli ruko tersebut, pastikan Anda enggan untuk berpindah-
pindah tempat dikarenakan sudah membeli aset tersebut yang niatnya untuk usaha Anda.

Lebih baik membeli?


Dengan membeli aset, maka Anda menambah kepemilikan aset Anda dalam laporan
keuangan Anda, itu artinya Anda dapat leluasa mempergunakan aset tersebut tanpa adanya
batasan suatu perjanjian yang mengikat.Contohnya, jika Anda membeli ruko, maka Anda bebas
mengganti tata ruang ruko tersebut, melakukan renovasi tanpa harus meminta izin dari pemilik
ruko. Selain itu, Anda tidak repot dengan persyaratan yang tertulis di kontrak perjanjian sewa
menyewa. Saat Anda memilih untuk membeli ruko, maka usaha Anda memberikan rasa aman
kepada customer atau pun calon investor karena ruko tersebut adalah milik sendiri dan secara
tidak langsung akan menjadi jaminan di kemudian hari apabila perusahaan mengalami gagal
bayar atau pailit.

12
Setelah kita tau penjelasan masing-masing pilihan di atas, apa yang menjadi keputusan
Anda? Menjalani suatu usaha pasti harus cermat mempergunakan modal yang dimiliki atau yang
dihimpun, tujuannya adalah agar supaya perusahaan tidak mengalami kerugian yang besar di
kemudian hari dan dapat menghasilkan pendapatan yang maksimal. (FM)

BAB III

PENUTUP

13
A. Kesimpulan

Dengan semakin berkembangya dunia bisnis, maka semakin banyak perusahaan yang
terjun ke dunia bisnis. Dengan semakin banyaknyaperusahaan yang terjun ke dunia bisnis,
maka semakin banyak kebutuhandana dan modal yang harus dipenuhi oleh berbagai
perusahaan. Haltersebut mendorong industry bisnis yang bergerak dalam bidangpembiayaan
yang disebut lembaga pembiayaan.

Leasing termasuk ke dalam salah satu bentuk lembaga pembiayaan karenayang dikatakan
dengan lembaga pembiayaan adalah suatu badan usahayang di dalam melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaandana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara
langsung dari masyarakat. Sedangkan leasing adalah setiap kegiatan pembiayaanperusahaan
dalam bentuk penyediaan barang – barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, untuk
jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie)
bagiperusahaan tersebut untuk membeli barang -barang modal yang bersangkutan atau
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilaisisa yang telah disepakati bersama. Oleh
karena itu, leasing termasuk salahsatu jenis lembaga pembiayaan karena leasing membiayai
perusahaan dalam bentuk penyediaan barang modal.

Peerjanjian sewa guna usaha yang lahir pada prosedur mekanisme leasing terdiri dari
ketentuan-ketentuan yang salah satunya adalah ketentuan mengenai tanggung jawab para pihak
terhadap obyek leasing. pemabagian dan pengaturan mengenai tanggung jawab para pihak
terhadap obyek leasing tersebut pada umumnya dipengaruhi dan ditentukan oleh jenis
pembiayaan yang terdapat dalam perjanjian leasing itu sendiri, namun secara khusus pembagian
dan pengaturan tersebut pada dasranya harus didasarkan pada kesepakatan para pihak dalam
perjanjian. sedangkan untuk pelaksanaannya harus dilakukan berdasarkan undang-undang.

B. Saran
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan
makalah ini dapat bermanfaat dan berguna sebagai pelengkap belajar. Penilis juga mengharapkan
kritik dan saran demi hasil makalah yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
 
Subagyo, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Ke-2, (Yogyakarta: Bagian Penerbitan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 2002)

14
Dr. Faried Wijaya M., M.A. Lembaga-Lembaga Keuangan Dan Keuangan, Edisi Ke-2.
Yogyakarta: BPFE, 1991.

Drs. Herman Darmawi . Pasar Finansial Dan Lembaga-Lembaga Finansial, (Jakarta: Pt. Bumi
Aksara,2006)

Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Ke-6, Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada,
2002

Totok Budisantoso, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Ke-2, (Jakarta: Salemba
Empat, 2006),

15

Anda mungkin juga menyukai