Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

Working Capital Management

Defri Hardeni 20090323513


Elda Lizma 20090323522
Firri Sastradimulya 20090323531
Salsabilaa Putri K 20090323518

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2023
BAB I

LATAR BELAKANG

Perkembangan dunia otomotif di Indonesia dari tahun-ketahun mengalami peningkatan,


hal ini dibuktikan dengan meningkatnya permintaan akan kendaraan bermotor baik itu sepeda
motor maupun mobil di Indonesia1 . Meningkatnya tingkat penjualan kendaraan bermotor di
Indonesia, tidak terlepas dari suatu lembaga pembiayaan yang dalam hal ini membantu
masyarakat dalam penyediaan modal, kepada pengusaha/seseorang yang membutuhkan agar
dapat mengembangkan usahanya, tanpa harus membayar tunai, tetapi dapat diangsur dalam
jumlah tertentu dan dalam waktu yang mereka kehendaki khususnya bagi masyarakat yang
ingin membeli kendaraan bermotor, khususnya mobil yaitu dengan sistem kredit jadi tanpa
harus membayar dengan cara tunai, sehingga meringankan bagi masyarakat yang ingin
memiliki sebuah kendaraan bermotor khususnya mobil.

Di Indonesia usaha lembaga pembayaan tersebut lebih dikenal dengan nama leasing.
Usaha leasing di Indonesia mulai timbul sejak tahun 1974, dengan adanya surat Keputusan
Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian Dan Menteri Perdagangan Republik
Indonesia Nomor: Kep-122/MK/IV/2/1974, or: 32/M/SK/2/1974, tertanggal 7 februari 1974.
sebagai salah satu sistem, usaha leasing relatif masih muda usianya. Seperti diketahui leasing
merupakan suatu bentuk usaha di bidang pembiayaan.

D Bank melakukan usahanya dalam bidang pembiayaan juga. Sepintas lalu bidang ini
(bidang yang sama) seolah-olah dilaksanakan oleh dua instansi yang berbeda. Di dalam
kenyataannya memang pembiayaan yang dilakukan oleh usaha leasing tidak sama dengan
pembiayaan yang dilakukan oleh Bank. Leasing Business sebagai suatu bentuk usaha di
bidang pembiayaan, dianggap penting peranannya dalam peningkatan perekonomian nasional.
Usaha leasing dalam perwujudannya adalah membiayai penyediaan barang-barang modal,
yang akan dipergunakan oleh suatu perusahaan ataupun perseorangan untuk jangka waktu
tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala, yang disertai hak pilih (hak
opsi) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau
memperpanjang jangka waktu leasing
BAB II
LANDASAN TEORI

Leasing
Pengertian sewa guna usaha menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991
tanggal 21 Nopember 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha: Sewa guna usaha adalah
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara guna usaha dengan hak
opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease), untuk digunakan
oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Selanjutnya
yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan sewa guna usaha dimana lessee pada akhir
masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa
yang disepakati. Sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek
sewa guna usaha. Dari defenisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sewa guna usaha
merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa-menyewa. Objek sewa guna usaha adalah
barang modal dan pihak lessee memiliki hak opsi dengan harga berdasarkan nilai sisa. Dalam
setiap transaksi leasing di dalamnya selalu melibatkan 3 pihak utama, yaitu: a. Lessor adalah
perusahaan sewa guna usaha atau di dalam hal ini pihak yang memiliki hak kepemilikan atas
barang b. Lessee adalah peruahaan atau pihak pemakai barang yang bisa memiliki hak opsi pada
akhir perjanjian c. Supplier adalah pihak penjual barang yang disewagunausahakan.
B. Pihak-pihak yang terlibat dalam leasing
Setiap transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 (empat) pihak yang berkepentingan,
yaitu : lessor, lessee, supplier, dan bank atau kreditor.
Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan kepada
pihak lessee dalam bentuk barang modal. Lessor dalam financial lease bertujuan untuk
mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai penyediaan barang modal
dengan mendapatkan keuntungan. Sedangkan dalam operating lease, lessor bertujuan
mendapatkan keuntungan dari penyediaan barang serta pemberian jasa-jasa yang berkenaan
dengan pemeliharaan serta pengoperasian barang modal tersebut. Lessee adalah perusahaan atau
pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk barang modal dari lessor. Lessee dalam
financial lease bertujuan mendapatkan pembiayaan berupa barang atau peralatan dengan cara
pembayaran angsuran atau secara berkala. Pada akhir kontrak, lessee memiliki hak opsi atas
barang tersebut. Maksudnya, pihak lessee memiliki hak untuk membeli barang yang di-lease
dengan harga berdasarkan nilai sisa. Dalam operating lease, lessee dapat memenuhi kebutuhan
peralatannya di samping tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanpa risiko bagi lessee
terhadap kerusakan. Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan
barang untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh lessor. Dalam
mekanisme financial lease, supplier langsung menyerahkan barang kepada lessee tanpa melalui
pihak lessor sebagai pihak yang memberikan pembiayaan. Sebaliknya, dalam operating lease,
supplier menjual barangnya langsung kepada lessor dengan pembayaran sesuai dengan
kesepakatan kedua belah pihak, yaitu secara tunai atau berkala. Bank. Dalam suatu perjanjian
atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditor tidak terlibat secara langsung dalam kontrak
tersebut, namun pihak bank memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor,
terutama dalam mekanisme leverage lease di mana sumber dana pembiayaan lessor diperoleh
melalui kredit bank. Pihak supplier dalam hal ini tidak tertutup kemungkinan menerima kredit
dari bank, untuk memperoleh barang-barang yang nantinya akan dijual sebagai objek leasing
kepada lessee atau lessor.
BAB III
STUDI KASUS

Pengertian Pembiayaan Leasing Istilah leasing yang berarti sewa-menyewa. Dalam


peraturan perundang–undangan yang berlaku di Indonesia, leasing diistilahkan “ sewa guna”
dalam Kepmenkeu No. 1169/KMK.01/1991 tentang kegitan Sewa guna usaha (leasing)
disebutkan bahwa sewa guna usaha merupakan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal (misal mobil atau mesin pabrik) selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara berkala.1 Secara umum leasing berarti equipment funding, yaitu pembiayaan
peralatan/barang modal untuk digunakan pada proses produksi suatu perusahaan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Leasing juga berarti pembiayaan perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang modal dengan pembayaran secara berkala oleh perusahaan yang
menggunakan barang modal tersebut, dan dapat membeli atau memperpanjang jangka waktu
berdasarkan nilai sisa.2 Perjanjian leasing tidak hanya sebatas suatu kontrak atau persetujuan
sewa yang obyeknya berupa barang modal, dan pihak lessee memiliki hak opsi dengan harga
berdasarkan nilai sisa, namun lebih kompleks, karena dalam leasing dapat timbul hak beli, dan
hal ini sangat.
Leasing memiliki sejarah yang cukup panjang. Meskipun tidak diketahui secara pasti,
namun diyakini kegiatan transaksi leasing ini telah terjadi sejak tahun 2000 SM yang dilakukan
oleh orang-orang Sumeria. Sesuai dengan dokumen, pada awalnya transaksi leasing dilakukan
oleh orang-orang Sumeria yang dimulai dari peralatan pertanian, hak-hak penggunaan tanah dan
air sampai binatang ternak. Pada awalnya leasing merupakan usaha pembiayaan peralatan,
pertanahan dan peternakan. Seiring dengan perkembangan industri, manufaktur dan transportasi
menjadikan bertambahnya obyek leasing di Inggris. Di samping di Inggris, praktek pembiayaan
dengan menggunakan leasing di Amerika juga telah mulai dikenal sejak tahun 1970-an. Praktik
leasing di Amerika tumbuh dengan pesatnya setelah adanya pembangunan rel kereta api, yang
rata-rata pembiayaannya dilakukan dengan cara leasing. Selanjutnya kegiatan usaha leasing
menyebar ke berbagai negara dengan pesatnya setelah tahun 1950-an, khususnya di Eropa dan
Amerika.3 Dalam realitasnya, leasing merupakan suatu akad untuk menyewa sesuatu barang
dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan leasing ini ada dua katagori global, sebagaimana yang
dijelaskan dalam Kepmenkeu No 1169/KMK.01/1991 yaitu operating lease dan financial lease.
Adapun financial leasse merupakan suatu bentuk sewa dimana di akhir periode sewa si penyewa
diberikan pilihan untuk membeli atau tidak membeli barang yang disewakan. Namun, dalam
praktiknya (khususnya di Indonesia) sudah tidak ada hak opsi karena sudah “dikunci” di awal
periode. Sehingga jenis akadnya menjadi ganda, yakni bila dalam masa akhir sewa pihak
penyewa tidak dapat melunasi sewanya, barang tersebut tetap merupakan milik pemberi sewa
(perusahaan leasing).
Akadnya dianggap sebagai akad sewa. Sedangkan bila pada masa akhir sewa pihak
penyewa dapat melunasi cicilannya maka barang tersebut menjadi milik penyewa. Intinya, dalam
financial lease terdapat dua proses akad sekaligus sewa sekaligus beli. Dan inilah sebabnya
mengapa leasing bentuk ini disebut sebagai sewa-beli

Anda mungkin juga menyukai