Anda di halaman 1dari 13

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN

SEWA GUNA USAHA (LEASING)

Dosen Pengampu : Anafil Windriya, S.E., M.M.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

1. Galuh Puri Andini (40011321650043)


2. Dewi Prita Faizah (40011321650050)
3. Dwi Fridanti Rachmawati (40011321650058)
4. Nisrina Mundika P. (40011321650057)
5. Windi Hartuti (40011321650078)
6. Muhamad Firdaus Sastra Yuda (40011321650067)
7. Riki Nastiar (40011321650042)

KELAS B

SEMESTER 3
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI LOGISTIK
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pada masa kini, perkembangan teknologi informasi telah menciptakan berbagai kesempatan
dibidang keuangan. Perkembangan lembaga pembiayaan akhir-akhir ini sudah begitu pesat.
Leasing sebagai salah satu bentuk pembiayaan telah menjangkau berbagai objek seperti
apartemen, perkantoran, telepon, mobil, komputer dan bahkan bangunan dan peralatan pabrik.
Leasing adalah suatu kontrak antara pemilik aktiva yang disebut dengan Lessor dan pihak lain
yang memanfaatkan aktiva tersebut yang disebut Lessee untuk jangka waktu tertentu. Salah satu
manfaat leasing adalah bahwa Lessee dapat memanfaatkan aktiva tersebut tanpa harus memiliki
aktiva tersebut. Sebagai kompensasi manfaat yang dinikmati, maka Lessee mempunyai
kewajiban untuk membayar secara periodik sebagai sewa aktiva yang digunakan. Manfaat lain
adalah bahwa Lessee tidak perlu menanggung biaya perawatan, pajak dan asuransi.
Leasing memiliki berbagai bentuk, ada tiga yang paling populer adalah ; (a) Sale and Lease
back, (b) Operating Leases, (c) Financial atau Capital Leases Bentuk yang pertama adalah sale
and lease back di mana perusahaan yang memiliki aktiva seperti tanah, bangunan dan peralatan
pabrik menjual aktiva tersebut kepada perusahaan lain dan sekaligus menyewa kembali aktiva
tersebut untuk periode tertentu. Bentuk kedua operating leases yang sering disebut dengan
service leases atau direct leases. Jenis kedua ini pihak lessor menyediakan pendanaan sekaligus
biaya perawatan yang keseluruhannya tercakup dalam pembayaran leasing. Dan bentuk ketiga
adalah finansial atau capital leasing, pada bentuk ketiga ini lessor tidak menanggung biaya
perawatan, tidak dapat dibatalkan (not cancelable), dan diamortisasikan secara penuh (full
amortized). Demikian dalam makalah yang berjudul LEASING ini akan dijelaskan pengertian
leasing dan terapannya dalam kontrak dan pembiayaannya antara pemilik aktiva dengan pemakai
aktiva.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian dari Leasing?
2. Bagaimana penggolongan dalam perusahaan Leasing?
3. Bagaimana proses dan mekanisme transaksi Leasing?
4. Bagaimana teknik-teknik pembiayaan Leasing?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan Leasing?
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN LEASING


Sewa guna usaha (Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang
modal baik secara guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa
hak opsi (operating lease), untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara berkala.(Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991)
Selanjutnya yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan sewa guna usaha dimana
lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha
berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak opsi
untuk membeli objek sewa guna usaha.
Leasing atau sewa guna usaha dapat juga diartikan sebagai kegiatan pembiayaan perusahaan
dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk
jangka waktu tertentu. Dengan melakukan leasing, perusahaan dapat memperoleh barang modal
dengan jalan sewa beli untuk dapat langsung digunakan berproduksi, yang dapat diangsur setiap
bulan, triwulan, atau enam bulan sekali kepada pihak lessor.
Secara umum, leasing artinya Equipment Funding, yaitu pembiayaan peralatan barang modal
untuk digunakan pada proses produksi suatu perusahaan baik secara langsung maupun secara
tidak langsung. Munculnya lembaga keuangan leasing merupakan alternatif yang menarik bagi
para pengusaha karena saat ini mereka cenderung menggunakan dana rupiah tunai untuk
kegiatan operasional perusahaan. Melalui leasing mereka bisa memperoleh dan membiayai
pembelian barang-barang modal dengan jangka waktu pengembalian antara 3 – 5 tahun atau
lebih.
Dalam setiap transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 pihak, yaitu:
a. Lessor adalah perusahaan sewa guna usaha yang memberikan jasa pembiayaan kepada pihak
lessee dalam bentuk barang modal atau dapat diartikan sebagai pihak yang memiliki hak
kepemilikan atas barang.
b. Lessee adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk modal dari
lessor yang bertujuan untuk pembiayaan barang atau peralatan dengan cara pembayaran
angsuran atau secara berkala, yang pada akhir kontrak perjanjian lessee akan memiliki hak
opsi atas barang tersebut.
c. Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk
dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh lessor.
d. Bank/Kreditor yang dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing tidak terlibat secara
langsung, namun pihak bank memegang peranan dalam menyediakan dana kepada lessor.
Tidak menutup kemungkinan juga pihak supplier menerima kredit dari bank, untuk
memperoleh barang-barang yang nantinya akan dijual sebagai objek leasing kepada lessee
atau lessor.
Ciri-ciri leasing :
1. Biasanya ada hubungan jangka waktu lease dan masa kegunaan benda lease tersebut.
2. Hak milik benda lease ada pada leasor.
3. Benda yang menjadi objek leasing adalah benda-benda yang digunakan dalam suatu
perusahaan.

2.2 PENGGOLONGAN PERUSAHAAN LEASING


Perusahaan leasing dalam menjalankan kegiatan usahanya dapat digolongkan ke dalam 3
(tiga) kelompok, yaitu :
1. Independent Leasing Company
- Berdiri sendiri atau independen
Perusahaan tipe ini berdiri sendiri atau independen dari supplier yang mungkin dapat
sekaligus sebagai pihak produsen barang dan dalam memenuhi kebutuhan barang modal
nasabahnya (lessee).
- Dapat membeli dari berbagai supplier
Perusahaan dapat membelinya dari berbagai supplier atau produsen kemudian di-lease
kepada pemakai. Lembaga keuangan yang terlibat dalam kegiatan usaha leasing,
misalnya bank-bank, dapat pula disebut sebagai lessor independent. Banyak lembaga
keuangan yang bertindak sebagai lessor tidak hanya memberikan pembiayaan leasing
kepada lessee tetapi juga memberikan pendanaan kepada perusahaan leasing.
- Dapat memberikan pembiayaan kepada supplier (manufacturer)
Lessor independen dapat pula memberikan pembiayaan kepada supplier (manufacturer)
yang sering disebut dengan vendor program.
2. Captive Lessor
- Berdiri jika supplier mendirikan perusahaan sendiri
Captive lessor akan tercipta apabila supplier atau produsen mendirikan perusahaan
leasing sendiri untuk membiayai produk-produknya. Hal ini dapat terjadi apabila pihak
supplier berpendapat bahwa dengan menyediakan pembiayaan leasing sendiri akan dapat
meningkatkan kemampuan penjualan melebihi tingkat penjualan dengan menggunakan
pembiayaan tradisional.
- Disebut juga dengan two party lessor
- Pihak pertama terdiri atas perusahaan induk dan anak perusahaan leasing (subsidiary)
- Pihak kedua adalah lessee atau pemakai barang.
3. Lease Broker atau Packager
- Mempertemukan calon lessee dengan pihak lessor
Broker leasing berfungsi mempertemukan calon lessee dengan pihak lessor yang
membutuhkan suatu barang modal dengan cara leasing.
- Tidak memiliki barang/peralatan untuk menangani transaksi leasing
- Memberikan satu/lebih jasa-jasa dalam usaha leasing
2.3 MEKANISME TRANSAKSI LEASING

1. Lessee menghubungi supplier untuk memilih dan menentukan jenis barang, spesifikasi,
harga, syarat pembayaran dan jaminan purna jual dari barang yang disewa.
2. Lessee bernegosiasi dengan lessor mengenai kebutuhan pembiayaan untuk barang modal.
Dalam hal ini, lessee dapat meminta penawaran sewa yang tidak mengikat dari pemilik.
Penawaran tersebut berisi syarat dan ketentuan utama dari pembiayaan sewa guna usaha,
termasuk deskripsi produk, harga produk, setoran tunai, nilai sisa, asuransi, biaya
manajemen, biaya sewa dan persyaratan lainnya.
3. Lessor mengirimkan surat penawaran atau surat komitmen kepada lessee yang berisi
syarat-syarat utama perjanjian lessor untuk membiayai barang-barang yang diperlukan,
yang ditandatangani oleh lessee dan diserahkan kepada lessor.
4. Penandatanganan perjanjian sewa setelah lessee telah memenuhi semua persyaratan.
Kontrak menjelaskan pihak-pihak yang terlibat, kepemilikan, jangka waktu, layanan
leasing, opsi penyewa, cakupan asuransi, tanggung jawab dan tujuan leasing, dan
perpajakan pembayaran. pembayaran angsuran untuk sewa, dan lain-lain.
5. Pengiriman pesanan pembelian kepada supplier dengan petunjuk penyerahan barang
kepada lessee sesuai dengan sifat dan spesifikasi barang yang disetujui.
6. Pengiriman barang dan pemeriksaan barang oleh lessee (penyewa) sesuai dengan
pesanan, serta tanda tangan instruksi penerimaan dan pembayaran akan dikirim
7. Mengirimkan dokumen dari supplier kepada lessor, termasuk invoice dan dokumen lain
yang membuktikan kepemilikan barang.
8. Pembayaran dari lessor ke pemasok (supplier).
9. Pembayaran sewa berkala yang dilakukan oleh lessee kepada lessor selama masa sewa,
yang kesemuanya termasuk pembayaran kembali jumlah pinjaman beserta bunganya.

2.4.TEKNIK-TEKNIK PEMBIAYAAN LEASING


Teknik pembiayaan leasing bisa dilihat melalui jenis transaksi leasing yang secara garis besar
dibagi menjadi dua kategori pembiayaan yaitu:
1. Finance lease
2. Operating lease

1. Finance lease
Teknik pembiayaan menurut finance lease yaitu, perusahaan leasing sebagai lessor adalah
pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha (lessee) biasanya
memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan leasing, sebagai pemilik
barang modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal
yang menjadi objek transaksi leasing. Selama masa leasing, lessee melakukan pembayaran nilai
sisa (residual value).
Ciri-ciri finance lease antara lain:
a. Objek leasing tetap milik lessor sampai dilakukannya hak opsi
b. Masa sewa barang modal sama dengan umur ekonomisnya
c. Risiko ekonomis misalnya biaya pemeliharaan ditanggung lessee.

Selanjutnya, finance lease dapat dibagi dalam beberapa bentuk transaksi sebagai berikut:

a. Direct Financial Lease


Transaksi leasing dalam bentuk direct financial lease, atau yang biasa disebut true- lease,
merupakan suatu bentuk transaksi leasing di mana lessor membeli suatu barang atas permintaan
pihak lessee dan sekaligus menyewa guna usahakan barang tersebut kepada lessee yang
bersangkutan. Spesifikasi barang yang akan di-lease tersebut termasuk penentuan harga dan
penentuan supplier dapat dilakukan oleh lessee. tujuan utama lesse adalah untuk mendapatkan
pembiayaan dengan cara leasing, guna memperoleh barang modal yang dapat digunakan dalam
proses produksi dan atau meningkatkan kapasitas produksi.

Keterangan gambar di atas:


1. Penandatangan kontrak antara lessor dengan lessee
2. Penerimaan pembayaran pertama dari lessee, yang berupa:
- Security Deposit
- Uang lease pertama, jika in advance
- Biaya administrasi
- Premi asuransi tahun pertama
- Pembayaran pertama lainnya.
Ciri-ciri direct financial lease antara lain:
a. Lessee sebelumnya tidak memiliki barang modal
b. Penentuan spesifikasi barang, harga dan supplier dapat dilakukan oleh lessee
c. Tujuan utama lessee semata-mata untuk mendapatkan financing untuk tujuan proses produksi
atau peningkatan kapasitas produksi.

b. Sale and Lease Back


Transaksi leasing dalam bentuk sale and lease back ini pada prinsipnya adalah pihak lessee
sengaja menjual barang modalnya kepada lessor untuk kemudian dilakukan kontrak sewa guna
usaha atas barang tersebut. dalam hal ini lease berperan sebagai pihak yang menjual barang
untuk digunakan selama masa lease yang disetujui kedua pihak. transaksi leasing di sini bersifat
refinancing. Transaksi leasing seperti ini banyak dilakukan di Indonesia akibat adanya masalah
impor barang modal, perizinan serta pengoperasian, maupun pembiayaan kembali terhadap
pinjaman yang telah diperoleh lessee untuk memperoleh barang modal ini terutama dalam hal
pengenaan bea masuk atau pajak dalam rangka pengadaan suatu barang modal, umumnya pihak
lessee akan membeli lebih dahulu atas nama sendiri barang impor atau eks-impor, termasuk
membayar bea masuk dan bea impor lainnya.

Berikut keterangan dari gambar tersebut:


1. Jual beli barang modal dari pihak lessee ke pihak lessor
2. Penutupan kontrak asuransi
3. Lessor melakukan pembayaran kepada lessee, sesuai dengan kontrak jual beli
4. Penandatangan kontrak leasing antara lessor dengan lessee
5. Lessee melakukan pembayaran pertama, yang berupa:
a. Security Deposit
b. Uang lease pertama, jika in advance
c. Biaya administrasi
d. Premi asuransi tahun pertama
e. Pembayaran pertama lainnya, jika ada.
6. Pembayaran premi asuransi
7. Pembayaran lease bulanan dari lessee kepada lessor

c. Leveraged Lease
Pada dasarnya leveraged lease adalah salah satu teknik pembiayaan dalam finance lease yang
digunakan lessor. Menurut teknik ini, selain melibatkan lessor dan lessee juga melibatkan
kreditor jangka panjang dalam membiayai suatu objek leasing. Pihak kreditor jangka panjang
inilah yang memiliki porsi terbesar dalam membiayai transaksi leasing ini. Sedangkan porsi
pembiayaan pihak lessor biasanya berkisar 20%-40% dari keseluruhan pembiayaan, sisanya
disediakan oleh kreditor. Kreditor tersebut dapat berupa bank atau lembaga keuangan lainnya.
Perbedaannya dengan teknik direct lease adalah terletak pada jumlah pembiayaan yang diberikan
oleh lessor 100%. Oleh karena itu, lessor bertanggung jawab langsung kepada kreditor sesuai
dengan jumlah pembiayaannya.

d. Syndicated Lease
Syndicated lease adalah pembiayaan leasing yang dilakukan oleh lebih dari satu lessor atas
objek leasing. Syndicated lease terjadi apabila karena alasan-alasan risiko yang ada lessor tidak
bersedia atau karena lessor tidak memiliki kemampuan pendanaan untuk menutup sendiri suatu
transaksi leasing yang nilainya cukup besar yang dibutuhkan oleh lessee. Untuk memenuhi
permintaan yang dibutuhkan lessee tersebut, beberapa perusahaan leasing melakukan perjanjian
kerja sama untuk mendanai objek leasing tersebut.

e. Cross Border Lease


Cross border lease adalah transaksi leasing yang dilakukan di luar batas suatu negara, di
mana lessor berkedudukan di negara yang berbeda dengan negara lessee. Jenis transaksi leasing
ini juga disebut sebagai leasing lintas negara atau transaksi leasing internasional karena kegiatan
tersebut melibatkan dua negara yang berbeda. Transaksi cross border lease ini memiliki banyak
risiko bagi lessor karena bagaimanapun juga melibatkan mekanisme hukum, perpajakan, dan
juga masalah-masalah lain dari masing-masing negara yang bersangkutan. Untuk mengatasi
kendala tersebut, biasanya transaksi leasing antara negara dilakukan oleh afiliasinya atau
subsidiary perusahaan leasing yang bersangkutan. Transaksi leasing biasanya dilakukan dengan
cara perjanjian penjualan bersyarat yaitu pihak lessee diwajibkan membeli barang yang di-lease-
kan pada akhir kontrak.

f. Vendor Program
Vendor program atau yang biasa disebut dengan vendor lease adalah suatu metode penjualan
yang dilakukan oleh produsen atau dealer dimana perusahaan leasing memberikan atau
menyediakan fasilitas leasing kepada pembeli. Dalam mekanisme transaksi ini, lessor akan
membayar kepada vendor sesuai dengan harga barang yang dipilih atau harga barang yang telah
ditentukan oleh pembeli (lessee). Selanjutnya, pembayaran sewa atau angsuran oleh lessee dapat
dibayarkan langsung kepada lessor, atau dapat melalui vendor yang bersangkutan dan cara
pembayaran tersebut dapat dilakukan sesuai perjanjian.

2. Operating Lease
Dalam operating lease, lessor sengaja membeli barang modal yang dimana selanjutnya
barang tersebut akan di-lease-kan. Berbeda dengan finance lease, dalam operating lease jumlah
seluruh pembayaran berkala tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
barang modal tersebut bersama bunganya.
Operating lease atau dapat disebut juga dengan sewa guna usaha biasa adalah suatu perjanjian
kontrak antara lessor dengan lessee di mana:
a. Lessor sebagai pemilik objek leasing kemudian menyerahkan kepada pihak lessee untuk
digunakan dengan jangka waktu relatif lebih pendek daripada umur ekonomis barang modal
tersebut.
b. Lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayar sejumlah sewa secara berkala
kepada lessor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah keseluruhan biaya perolehan barang
tersebut beserta bunganya atau disebut juga non full pay out lease
c. Lessor menanggung segala risiko ekonomis dan pemeliharaan atas barang- barang tersebut.
d. Lessee pada akhir kontrak harus mengembalikan objek lease pada lessor.
e. Lessee biasanya dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktu-waktu atau disebut
cancelable
Operating lease dalam pelaksanaannya membutuhkan suatu keahlian khusus terutama untuk
pemeliharaan dan pemasaran kembali barang modal yang telah di-lease-kan. Berbeda dengan
finance lease, objek leasing di akhir masa kontrak adalah hak milik lessor yang kemudian barang
modal tersebut akan dipasarkan kembali. Lessor dalam operating lease bertanggung jawab atas
segala biaya pelaksanaan lease antara lain, pemeliharaan barang modal, biaya asuransi, dan
pembayaran pajak. Perbedaan lainnya adalah angsuran operating lease tidak menggambarkan
keseluruhan biaya perolehan barang. Hal ini disebabkan lessor berharap untuk mendapatkan
keuntungan dari kontrak leasing berikutnya.
Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 tanggal 27 November 1991,
kegiatan leasing dapat dilakukan dengan cara berikut:
a. Sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)
b. Sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease)
Menurut ketentuan Menteri Keuangan, penggolongan suatu transaksi leasing di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Leasing digolongkan sebagai finance lease jika memenuhi kriteria berikut:
a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama ditambah
dengan nilai sisa barang modal dapat menutup harga perolehan barang modal dan
keuntungan lessor.
b. Masa sewa guna usaha untuk barang modal ditetapkan sekurang-kurangnya:
- 2 tahun untuk Golongan I
- 3 tahun untuk Golongan II dan III
- 7 tahun untuk Golongan bangunan
c. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan, mengenai hak opsi
2) Leasing digolongkan sebagai operating lease jika memenuhi kriteria berikut:
a. Jumlah pembayaran leasing selama masa leasing pertama tidak dapat menutup harga
perolehan barang modal yang di-lease-kan ditambah keuntungan yang diperhitungkan oleh
lessor.
b. Perjanjian leasing tidak memuat ketentuan mengenai hak opsi bagi lessor.

2.4 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN LEASING


Sebagai salah satu metode pembiayaan yang sering digunakan, leasing memiliki beberapa
kelebihan dan beberapa kekurangan, yaitu:
A. Kelebihan
Leasing merupakan alternatif sumber pembiayaan yang memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan sumber-sumber pembiayaan lainnya, antara lain yaitu sebagai berikut:
1. Pembiayaan penuh.
Transaksi leasing sering dilakukan tanpa perlu uang muka dan pembiayaannya dapat
diberikan sampai 100% (full pay out). Hal ini akan membantu cash flow terutama bagi
perusahaan (lessee) yang baru berdiri atau beroperasi dan perusahaan yang mulai
berkembang.
2. Lebih fleksibel.
Dari segi perjanjian, leasing lebih fleksibel karena leasing lebih mudah menyesuaikan
keadaan keuangan lessee dibandingkan dengan perbankan. Pembayaran angsuran secara
berkala akan ditetapkan berdasarkan pendapatan yang dihasilkan lessee sehingga
pengaturan pembayaran angsuran secara berkala dapat disesuaikan dengan pendapatan
yang dihasilkan objek yang di-lease.
3. Sumber pembiayaan alternatif.
Leasing merupakan sumber pembiayaan lain bagi perusahaan tanpa mengganggu fasilitas
kredit (credit line) yang telah dimiliki. Dari segi jaminan leasing tidak terlalu menuntut
adanya jaminan tambahan yang lebih banyak dibandingkan apabila lessee memperoleh
pinjaman dari pihak lainnya.
4. Off balance sheet.
Tidak adanya ketentuan keharusan mencantumkan transaksi leasing dalam neraca memberi
daya tarik tersendiri kepada lessee karena tanpa mencantumkan sebagai aktiva berarti
prosedur pembelian barang tidak perlu dipenuhi secara terperinci karena mungkin masih
dalam batas kewenangan direksi. Dengan demikian keputusan secara cepat dan tepat dapat
lebih mudah dilakukan oleh direksi.
5. Arus dana.
Adanya fleksibilitas dalam pengaturan pembayaran sewa sangatlah penting dalam
perencanaan arus dana karena pengaturan ini akan mempunyai dampak yang berarti
terhadap pendapatan lessee. Di samping itu, persyaratan pembayaran di muka yang relatif
lebih kecil akan sangat berpengaruh pada arus dana terlebih apabila ada pertimbangan
kelambatan menghasilkan laba dalam investasi.
6. Proteksi inflasi.
Leasing dapat merupakan pelindung terhadap inflasi meskipun dalam beberapa keadaan
sering dikatakan hal ini kurang relevan. Dalam tahun-tahun berikutnya setelah kontrak
leasing dilakukan, khususnya apabila leasing berdasarkan tarif suku bunga tetap, maka
lessee akan membayar dengan jumlah tetap atas sisa kewajibannya yang berasal dari
pelunasan pembelian yang dilakukan di masa lalu.
7. Perlindungan akibat kemajuan teknologi.
Dengan memanfaatkan leasing, lessee dapat terhindar dari kerugian akibat barang yang
disewa tersebut mengalami ketinggalan model dan teknologi disebabkan oleh pesatnya
perkembangan teknologi.
8. Sumber pelunasan kewajiban.
Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit dapat diatasi melalui leasing karena
pada umumnya pelunasan atau pembayaran angsuran hampir selalu diperkirakan berasal
dari modal kerja yang dihasilkan oleh adanya barang yang di-lease. Sehingga kekhawatiran
para kreditor terhadap gangguan penggunaan modal kerja yang akan mempengaruhi
pelunasan kredit yang telah diberikan dapat diatasi.
9. Kapitalisasi biaya.
Adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya penyerahan, instalasi,
pemeriksaan, konsultan, percobaan dan sebagainya dapat dipertimbangkan sebagai biaya
modal yang dapat dibiayai dalam leasing dan dapat disusutkan berdasarkan lamanya
leasing.
10. Risiko keusangan.
Dalam keadaan yang serba tidak menentu, operating lease yang berjangka waktu relatif
singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee terhadap risiko keusangan sehingga lessee
tidak perlu mempertimbangkan risiko pada tahap dini yang mungkin terjadi.
11. Kemudahan penyusutan anggaran.
Adanya pembayaran sewa secara berkala yang jumlahnya relatif tetap akan merupakan
kemudahan dalam penyusunan anggaran tahunan lessee.
12. Pembiayaan proyek skala besar.
Adanya keengganan untuk memikul risiko investasi dalam pembiayaan proyek yang sering
kali menjadi masalah di antara pemberi dana, masalah tersebut biasanya dapat diatasi
melalui perusahaan leasing sepanjang tersedianya suatu jaminan penuh yang dapat diterima
dan/serta kemudahan untuk menguasai barang yang dibiayai apabila terjadi suatu kelalaian

B. Kekurangan
Selain kelebihan yang dimiliki, leasing juga memiliki beberapa kekurangan khususnya bagi
para lessee atau pengguna jasa leasing, antara lain yaitu sebagai berikut:
1. Denda
Perusahaan pembiayaan akan memberikan denda kepada nasabah yang tidak membayar
angsuran pada waktunya. Karena tidak ingin menanggung kerugian, denda yang
diberlakukan bersifat harian dan akan terus diakumulasikan sampai anda membayar
angsuran berikut dendanya.
2. Penyitaan.
Perusahaan pembiayaan sudah menanggung pembayaran mobil, maka kita pun harus
bertanggung jawab untuk melunasi sesuai nominal ditambah bunga kepada perusahaan
pembiayaan. Namun jika tidak melakukan pembayaran cicilan secara terus menerus, maka
akan dikenakan dengan sanksi yang lain. Pada awalnya mungkin hanya akan dijatuhi denda
setiap harinya setelah jatuh tempo (biasanya 3 hari setelah jatuh tempo), selanjutnya akan
dikenai status kredit macet. Jika sudah berada di kondisi tersebut, pihak perusahaan
pembiayaan dapat menyita mobil, biasanya jika sudah lewat 2 bulan dari jatuh tempo.
3. Penalti.
Setelah dikenakan denda harian dan penyitaan, kita tidak bisa melakukan pelunasan lebih
awal untuk pembelian mobil tersebut. Pelunasan lebih awal kepada perusahaan
pembiayaan justru tidak akan memberikan potongan bunga ataupun harga. Tindakan
tersebut dinilai melanggar kesepakatan yang sudah disetujui oleh kedua belah pihak
(nasabah dan perusahaan), sehingga tindakan pelunasan itu dinilai sebuah pelanggaran dan
menghasilkan hukuman penalti.

BAB 3
KESIMPULAN

Sewa guna usaha (Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang
modal baik secara guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa
hak opsi (operating lease), untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara berkala. Setiap transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan
4 pihak yang berkepentingan, yaitu lessor, lessee, supplier, dan bank atau kreditor. Dan
perusahaan leasing dalam menjalankan kegiatan usahanya dapat digolongkan ke dalam 3
kelompok, yaitu Independent Leasing Company, Captive Lessor, dan Lease Broker atau
Packager.
Dari definisi leasing yang telah dibahas pada awal bab di atas disimpulkan bahwa leasing
mengandung arti suatu perjanjian antara pemilik barang (lessor) dengan pemakai barang (lessee).
Mekanisme leasing tersebut merupakan dasar-dasar dalam suatu transaksi leasing (basic lease).
Untuk teknik pembiayaan leasing sendiri dapat dilihat dari jenis transaksi leasing yang secara
garis besar dapat dibagi dua kategori pembiayaan yaitu Finance lease dan Operating lease.
Pembiayaan melalui perusahaan leasing memiliki beberapa perbedaan pokok dengan metode
pembiayaan yang diberikan melalui lembaga-lembaga keuangan lain misalnya bank atau dengan
teknik-teknik pembiayaan lain seperti sewa menyewa dan sewa beli. Leasing sebagai alternatif
sumber pembiayaan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan sumber-sumber
pembiayaan lainnya antara lain seperti pembiayaan penuh, lebih fleksibel, sumber pembiayaan
alternatif, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

UNY, Staffnew. “Bab 7 Sewa Guna Usaha (Leasing)”,


http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318570/pendidikan/SEWA+GUNA+USAHA.pdf, diakses
pada 29 Agustus 2022.
Paolina, Lasma Y. 2017. “BAB 11 Sewa Guna Usaha”,
http://repository.radenintan.ac.id/1275/3/BAB_II.pdf, diakses pada 29 Agustus 2022.

Anda mungkin juga menyukai