Anda di halaman 1dari 24

PENGERTIAN LEASING

Leasing atau sewa guna usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan
dalam bentuk penyediaan barang barang modal untuk digunakan oleh suatu
perusahaan untuk jangka waktu tertentu. Dengan melakukan leasing perusahaan
dapat memperoleh barang modal dengan jalan sewa beli untuk dapat lansung
digunakan berproduksi, yang dapat diangsur setiap bulan, triwulan atau enam
bulan sekali kepada pihak lessor.

Secara umum leasing artinya Equipment funding, yaitu pembiayaan peralatan


barang modal untuk digunakan pada proses produksi suatu perusahaan baik
secara langsung maupun tidak langsung.

Munculnya lembaga leasing merupakan alternatif yang menarik bagi para


pengusaha karena saat ini mereka cenderung menggunakan dana rupiah tunai
untuk kegiatan operasional perusahaan. Melalui leasing mereka bisa
memperoleh dan untuk membiayai pembelian barang barang modal dengan
jangka waktu pengembalian antara 3 -5 tahun atau lebih.

Pihak utama dalam leasing, menurut Ahmad Awari, ada beberapa pihak yang
terlibat dala perjanjian lease, yaitu sebagai berikut :
1. Pihak perusahaan sewa guna usaha (Lessor) adalah perusahan atau pihak
yang memberikan jasa pembiayaan kepada lessee dalam bentuk barang modal.
2. Perusahaan penyewa (Lesse) adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh
pembiayaan dalam bentuk barang modal dari lessor.
3. Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan
barang untuk dijual kepada lesse dengan pembayaran secara tunai oleh lessor.

Ciri ciri Leasing adalah sebagai berikut :


1. Biasanya ada hubungan jangka waktu lease dan masa kegunaan benda lease
tersebut.
2. Hak milik benda lease ada pada leasor
3. Benda yang menjadi objek leasing adalah benda benda yang digunakan
dalam suatu perusahaan.

JENIS JENIS LEASING

1. Finance Leasing (sewa guna usaha pembiayaan)

Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah pihak
yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha (lessee)
biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan
sewa guna usaha, sebagai pemilik barng modal tersebut, melakukan pemesanan,
pemeriksaan dan pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi
leasing.
Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar barang tersebut kepada
supplier dan kemudian barang tersebut diserahkan kepada lessee. Sebagai
imblan atau jasa penggunaan barang tersebut lesse akan membayar secara
berkala kepada lessor sejumlah uang yang beruba uang rental untuk jangka
waktu tertentu yang telah disepakati bersama.
Jumlah rental ini secar keseluruhan akan meliputi harga barang yang dibayar
oleh lessor ditambah fktor bunga serta keuntungan pihak lessor. Selanjutnya
capital atau finance lease masih bias dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Direct finance lease
Transaksi ini terjadi jika lessee sebelumny belum pernah memilike barang yang
dijadikan objek lease. Secara sederhana bisa dikatakan bahwa lessor membeli
suatu barang atas permintaan lesse dan akan dipergunakan oleh lessee.
b. Sale and lease back
Dalam transaksi ini lesse menjual barang yang telah dimilikinya kepada lessor.
Atas barang yang sama ini kemudian dilakukan uatu konrak leasing antara lesse
dengan lessor. Dengan memperhatikan mekanisme ini, maka perjanjian ini
memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan direct finance lease. Di sini lesse
memerlukan cash yng bisa dipergunakan untuk tambahan modal kerja atau
untuk kepentingan lainnya. Bisa dikatakan bahwa dengan sistem saale and lease
back memungkinkan lessor memberikan dana untuk keperluan pa saja kepada
kliennya dan tentu saja dana yang dibutuhkana sesuai dengan nilai objek barang
lease.

2. Operating lease (sewa menyewa biasa)


Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha membeli barang
modal dan selanjutnya disewagunakan kepada penyewa guna usaha. Berbeda
dengan finance lease, jumlah seluruh pembayaran sewa guna usaha berkala
dalam operating lease tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh barang modal tersebut berikut dengan bunganya. Perbedaan ini
disebabkan perusahaan sewa guna usaha mengharapkan keuntungan justru dari

penjualan barang modal yang disewa guna usahakan atau melalui beberapa
kontrak sewa guna usaha lainnya.
Perusahaan sewa guna usaha dalam operating lease biasanya bertanggung
jawab atas biaya biaya pelaksanaan sewa guna usaha seperti asuransi, pajak
maupun pemeliharaan barang modal yang bersangkutan.

3. Sales Typed Lease (sewa guna usaha penjualan)


Suatu transaksi sewa guna usaha, dimana produsen atau pabrikan juga berperan
sebagai perusahaan sewa guna usaha sehingga jumlah traksaksi termasuk
bagian laba sudah diperhitungkan oleh produsen atau pabrikan.

4. Leveraged Lease
Suatu transaksi sewa guna usaha, selain melibatkan lessor dan lessee juga
melibatkan bank atau kreditor jangka panjang yang membiayai bagian terbesar
transaksi.

5. Cross Border Lease


Transaksi pada jenis ini merupakan suatu transaksi leasing yang dilakukan
dengan melewati batas suatu negara. Dengan demikian antara lessor dan lesse
yang dilakukan dengan melewati batas suatu negara. Dengan demikian antara
lessor dan lesse terletak pada dua negara berbeda.

Penggolongan Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing)

1. Independent Leasing Company


Perusahaan sewa guna usaha merupakan suatu perusahaan yang berdiri sendiri,
tidak terkait dengan suatu produsen barang modal sehingga dalam pembiayaan
barang modal yang dilakukan oleh independent leasing company ini dapat
beragam ( tidak terfokus kepada satu merek barang modal, tetapi dapat terdiri
dari berbagai merek maupun jenisnya).
2. Non Independent Leasing Company
Perusahaan sewa guna usaha ini merupakan suatu perusahaan yang mempunyai
hubungan langsung dengan produsen barang modal, dimana pendirian

perusahaan sewa guna usaha untuk meningkatkan penjualan barang modal yang
diproduksi oleh produsen yang bersangkutan.

3. Captive lessor
Sering juga disebut two party lessor yang melibat dua pihak.
4. Lease broker atau packager
Berfungsi mempertemukan calon lesse dengan pihak lessor yang membutuhkan
suatu barang modal dengan cara leasing tetapi lease broker ini tidak memiliki
barang atau peralatan untuk menangani transaksi leasing untuk atas namanya.

PROSEDUR MEKANISME LEASING

Dalam melakukan perjanjian leasing terdapat prosedur dan mekanisme yang


harus dijalankan yang secara garis besar dapat diuraikan sebaga berikut :
1. Lesse bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan,
mengadakan penawaran harga dan menunjuk supplier peralatan yang
dimaksudkan.
2. Setelah lesse mengisi formulir permohonan lease, maka dikirimkan kepada
lessor disertai dokumen lengkap.
3. Lessor mengevakuasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk memberikan
fasilitas lease dengan syarat dan kondisi yang disetujui lesse (lama kontrak
pembayaran sew lease), setelah ini maka kontrak lease dapat ditandatangani.
4. Pada yang sama, lesse dapat menandatangani kontrak asuransi untuk
peralatan yang dilease dengan perusahaan asuransi yang disetujui lessor,
seperti yang tercantum dalam kontrak lease. Antara lessor dan perusahaan
asuransi terjalin perjanjian kontrak utama. Kontrak pembelian peralatan akan
ditandatangani lessor dengan supplier peralatan tersebut.
5. Supplier dapat mengirimkan peralatan yang dilease ke lokasi lesse. Untuk
mempertahankan dan memelihara kondisi peralatan tersebut, supplier akan
menandatangani perjanjian purna jual.
6. Lessee menandatangani tanda terima peralatan dan menyerahkan kepada
supplier.
7. Supplier menyerahkan tanda terima (yang diterima dari lesse), bukti pemilikan
dan pemindahan pemilikan kepada supplier.
8. Lessor membayar harga peralatan yang dilease kepada supplier.

9. Lesse membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal


pembayaran yang telah dditentukan dalam kontrak lease.
Perjanjian yang dibuat antara lessor dengan lessee disebut lease agrement,
dimana didalam perjanjian tersebut memuat kontrak kerja bersyarat antara
kedua belah pihak. Isi kontrak yang dibuat secara umum memuat antara lain:
1. Nama dan alamat lease
2. Jenis barang modal yang diinginkan
3. Jenis atau jumlah barang yang dileasekan
4. Syarat syarat pembayaran
5. Syarat kepemilikan atau syarat lainnya
6. Biaya biaya yang dikenakan
7. Sangsi sangsi apabila lesse ingkar janji
Setiap fasilitas leasing yang diberikan oleh perusahaan leasing kepada pemohon
(Lessee) akan dikenakan berbagai macam biaya yang dibebankan terhadap lesse
tidaklah sama.

KEUNTUNGAN SEWA GUNA USAHA (LEASING)

Pembiayaan melalui leasing merupakan pembiayaan yang sangat sederhana


dalam prosedur dan pelaksanaannya dan oleh karena itu leasing yang digunakan
sebagai pembayaran alternatif tampak lebih menarik. Sebagai suatu alternatif
sumber pembiayaan modal bagi perusahaan perusahaan, maka leasing
didukung oleh keuntungan keuntungan sebagai berikut :
1. Fleksibel.
2. Tidak diperlukan jaminan.
3. Capital saving.
4. Cepat dalam pelayanan.
5. Pembayaran angsuran lease diperlakukan sebagai biaya operasional.
6. Sebagai pelindung terhadap inflasi.
7. Adanya hak opsi bagi lesse pada akhir mas lease.
8. Adanya kepastian hukum.

9. Terkadang leasing merupakan satu satunya cara untuk mendapatkan aktiva


bagi suatu perusahaan.

PERLAKUAN PERPAJAKAN

1. Finance Lease
a. Perlakuan Pajak bagi Lessor
- Penghasilan lessor yang dikenakan PPh adalah sebagian dari pembayaran
finance lease yaitu berupa imbalan jasa leasing dikurangi dengan angsuran
pokok. Dalam hal sewa-guna-usaha sindikasi, imbalan jasa bagi masing-masing
anggota dihitung secara proporsional sesuai dengan perjanjian antar anggota
sindikasi yang bersangkutan.
- Lessor tidak boleh menyusutkan atas barang modal yang di leasing.
- Dalam hal masa leasing lebih pendek dari masa yang telah ditentukan, DJP
melakukan koreksi atas pengakuan penghasilan pihak lessor.
- Lessor dapat membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya 2,5% (dua
setengah persen) dari rata-rata saldo awal dan saldo akhir piutang finance lease.
- Kerugian yang diderita karena piutang leasing yang nyata-nyta tidak dapat
ditagih lagi dibebankan pada cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang
telah dibentuk pada awal tahun pajak yang bersangkutan.
- Dalam hal cadangan penghapusan piutang ragu-ragu tersebut tidak atau tidak
sepenuhnya dibebani untuk menutup kerugian dimaksud, maka sisanya dihitung
sebagai penghasilan, sedangkan apabila cadangan tersebut tidak mencukupi
maka kekurangannya dapat dibebankan sebagai biaya yang dikurangkan dari
penghasilan bruto.
- Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk setiap bulan adalah jumlah PPh terutang
berdasarkan Laporan Keuangan Triwulanan terakhir yang disetahunkan, dibagi
dua belas. Dalam hal lessor juga melaksanakan kegiatan operating lease, maka
laporan keuangan triwulanan dimaksud adalah laporan keuangan triwulanan
gabungan.
b. Perlakuan Pajak bagi Lessee
- selama masa leasing, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang
modal yang dileasing, sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk
membeli.

- Setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut,
lessee melakukan penyusutan dan dasar penyusutannya adalah nilai sisa
(residual value) barang modal yang bersangkutan.
- Pembayaran leasing oleh lessee merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto lessee sepanjang transaksi leasing tersebut memenuhi
ketentuan yang berlaku.
- Dalam hal masa leasing lebih pendek dari masa yang telah ditentukan, DJP
melakukan koreksi atas pembebanan biaya leasing.
- Dalam hal terjadi transaksi sale and lease back, harus diperlakukan sebagai 2
(dua) transaksi yang terpisah yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa-gunausaha. Transaksi penjualan barang modal kepada lessor diperlakukan sebagai
penarikan aktiva dari pemakaian oleh sebab biasa.
- Lessee tidak memotong PPh Pasal 23 atas pembayaran leasing.
- Atas penyerahan jasa ini dikecualikan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.

2. Operating Lease
a. Perlakuan Pajak bagi Lessor
- seluruh pembayaran operating lease yang diterima lessor merupakan obyek
Pajak Penghasilan.
- Lessor membebankan biaya penyusutan atas barang modal yang di leasing
tersebut.
- Lessor tidak diperkenankan membentuk cadangan penghapusan piutang raguragu.

b. Perlakuan Pajak bagi Lessee


- pembayaran operating lease yang dibayar oleh lessee adalah biaya yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto.
- Lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang dileasing.
- Lessee wajib memotong PPh Pasal 23 atas pembayaran operating lease yang
dibayarkan kepada lessor.
- Atas penyerahan jasa ini terhutang Pajak Pertambahan Nilai

Pajak yang berkaitan dengan leasing :

1. Pajak Penghasilan (Pph)


Bedasarkan Undang-undang No.17 tahun 2000 dan surat keputusan Menteri
Keuangan RI No. 1169/KMK.01/1991 Pasal 16 ayat 2 menyatakan : Lesse tidak
memotong pajak penghasilan pasal 23 atas pembayaran sewa guna usaha yang
tidak bayar atau terutang berdasarkan perjanjian sewa guna usaha dengan hak
opsi.
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Dalam hal transaksi sale and leaseback tanpa hak opsi,PPN masukan atas
perolehan barang tidak boleh dikreditkan oleh lessee. Dalam hal leesee
kemudian meleesee kembaliu barang tersebut, maka leessor harus mengenakan
PPN yang terutang atas jasa persewaan yang dilakukan.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ( PSAK )

Standar akuntansi keuangan merupakan hal penting dalam menerapkan


akuntansi di setiap perusahaan. Seiring dengan pertumbuhan bisnis, standar
akuntansi keuangan juga ikut berubah untuk memenuhi semua kebutuhan
tersebut. Perubahan ini penting karena kondisi perusahaan dapat dilihat dari
laporan keuangannya.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah standar akuntansi
keuangan yang dipakai di Indonesia. Revisi yang terdapat di PSAK ditujukan
supaya standar akuntansi keuangan menjadi lebih baik dan komprehensive.

Standar Akuntansi Keuangan

Agar daftar keuangan menjadi jelas dan dpat dimengerti oleh pemakai secara
universal maka diperlukan akuntansi keuangan yang ditata berdasarkan standar
akuntansi yang berlaku. Standar akuntansi ini disusun oleh organisasi profesi
akuntansi dengan tujuan agar daftar keuangan menjadi lebih objektif, jelas dan
dapat dimengerti oleh semua pihak. Standar akuntansi keuangan merupakan
prinsip akuntansi yang lazim atau berlaku umum. Prinsip akuntansi merupakan
garis pedoman, hukum-hukum peraturan yang digunaka dalam pekerjaan
akuntansi dan berlaku sebagai penuntun dalam peraktek akuntansi.

Dalam perkembangannya standar akuntansi selalu dipengaruhi keadaan


perekonomian suatu negara, seperti perubahan-perubahan dalam kondisi
ekonomi dan sosial sesuai dengan pengetahuan dan teknologi baru, sesuai
dengan kebutuhan para pemakai informasi keuangan. Dengan demikian standar
akuntansi bersifat dinamis karena akan selalu mengikuti perubahan-perubahan
kondisi ekonomi dan sosial negara yang menggunakannya.

Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan dalam standar akuntansi


keuangan yang digunakannya. PAI padd tahun 1974 merupakan standar
akuntansi pertama yang berlaku umum di Indonesia. Sebelum PAI diresmikan
pada tahun 1974, pedoman penyusunan daftar keuangan masih dilakukan
bedasarkan prinsipprinsip akuntansi pada paham yang luas yang dikenal dengan
nama kebiasaan pedagang yang baik. Pedoman ini tidak tertulis sehingga sukar
untuk dipakai sebagai rujukan dan dapat menimbulkan ketidakpastian. Dengan
paham tersebut tiap akuntan dapat menentukan sendiri prinsip-prinsip akuntansi
yang mana yang sesuai dengan paham goedkoopmansgebruik tersebut sehingga
sifatnya agak subyektif. PAI pada tahun 1974 memberi kesempatan secara
teratur dan mengurangi perbedaan dalam praktek-praktek akuntansi
dilndonesia. Selama sepuluh tahun PAI tersebut telah dijadikan acuan pokok
dalam penyusunan daftar keuangan untuk pelaporan kepada pihak diluar
perusahaan dan juga merupakan acuan bagi auditor dalam memberikan opini
atas kewajaran daftar keuangan dalam rangka audit umum.

Sesuai dengan perkembangan dunia usaha di Indonesia yang dengan sendirinya


menimbulkan berbagai masalah akuntansi dalam penyajian daftar keuangan
maka komite PAI-IAI telah melakukan rivisi secara mendasar atas PAl dan hasil
revisi tersebut dikodifikasi dalam buku PAl 1984 sebagai pengganti PAl 1974.

IFRS (International Financial Reporting Standards)


Keuntungan:
IFRS telah menjadi standar acuan bagi banyak negara di dunia, sehingga
laporan keuangan perusahaan di Indonesia dan negara lain menjadi semakin
dapat diperbandingkan karena menggunakan standar yang sama, yaitu IFRS
Standar yang sama akan mendukung ekonomi globalisai di beberapa wilayah
karena laporan keuangan merupakan salah satu alat untuk menilai bisnis
Prinsip fair value meningkatkan relevansi laporan keuangan kepada pengguna
laporan keuangan karena asset/utang akan dinilai berdasarkan jumlah uang
masa sekarang yang akan diterima/dikeluarkan dimasa depan sehingga lebih
relevan kepada pengguna laporan keuangan daripada informasi historical cost

(biaya masa lampau) yang dianggap kurang relevan terhadap pengambilan


keputusan.

Hambatan
Penilaian fair value adalah teknik akuntansi yang lebih rumit sehingga akan
membutuhkan usaha yang lebih besar bagi perusahaan untuk menyusun laporan
keuangan
IFRS banyak menyatakan bahwa judgement manajemen atas penerpan suatu
standar sangat berperan penting, misalnya IFRS 17 (Leasing) atau IFRS 32&39
(Financial Instrument). Hal ini akan berakibat semakin banyaknya asumsi
manajemen yang berbeda - beda dan menyebabkan kurangnya tingka
komparabilitas laporan keuangan
Khusus bagi akuntan publik yang menerbitkan opini atas laporan keuangan,
akan, hal ini akan meningkatkan resiko karena banyaknya pihak lain yang
terlibat dalam penyusunan laporan keuangan, misalnya aktuaris dan jasa penilai.
Padahal standar kedua profesi ini belum lah terlalu solid. Memakai jasa profesi
tersebut secara signifikan akan meningkatkan resiko audit
Departemen keuangan, khususnya Pajak, belum melakukan tindakan signifikan
untuk mengikuti IFRS karena laporan keuangan dengan memakai standar
akuntansi keuangan adalah dasar perhitungan pajak penghasilan badan. Pajak
belum mengeluarkan peraturan (atau minimal sosialisasi CMIIW ) baru tentang
dispute antara peraturan perpajakan dan IFRS, misalnya peraturan tentang
leasing, instrumen keuangan, mata uang pelaporan, dll.
Akuntansi Untuk Sewa Usaha (Leasing)

Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk


penyediaan barang-barang modal yang digunakan oleh suatu perusahaan dalam
jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala
disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barangbarang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing
berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama. Ketika melakukan
leasing, perusahaan memperoleh barang modal dengan jalan sewa beli untuk
dapat langsung digunakan berproduksi yang dapat diangsur setiap bulan,
triwulan atau enam bulan sekali kepada pihak lessor.
Melalui pembayaran leasing, perusahaan dapat memperoleh barang-barang
modal untuk operasional dengan mudah dan cepat. Hal ini sungguh berbeda
ketika saat mengajukan kredit kepada bank yang memerlukan persyaratan serta
jaminan yang besar. Setelah jangka leasing selesai, perusahaan dapat membeli
barang modal yang bersangkutan. Dengan melakukan leasing akan lebih

menghemat biaya dalam hal pengeluaran dana dibanding dengan membeli


secara tunai.
PSAK No. 30 yang menyebutkan tentang leasing, pertama kalinya di
Indonesia memperkenalkannya pada tahun 1974 melalui Surat Keputusan
Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Perdagangan Republik Indonesia dengan
No.KEP-122/MK/IV/1974, No.32/M/SK/2/1974, dan No.30Kpb/I/1974 tentang
perizinan usaha leasing. Sejak saat itu, khususnya mulai tahun 1980-an jumlah
perusahaan sewa guna usaha dan transaksinya semakin bertambah dan
meningkat dari tahun ke tahun.
Sejalan dengan waktu pula, permasalahan yang menyebabkan leasing
semakin banyak dan kompleks. Ada leasing dari jenis biasa dan ada pula yang
rumit. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan dalam pengungkapan laporan
keuangan, perlakuan pajak dan akibatnya pada pajak penghasilan badan akhir
tahun. Capital lease dan operating lease sama-sama dikenakan pajak
pertambahan nilai, sedangkan untuk operating lease disamping dikenakan pajak
pertambahan nilai juga dikenakan pemotongan pajak penghasilan, hal ini
diperlakukan sebagai sewa menyewa biasa. Biaya-biaya yang berkaitan dengan
transaksi lease dianggap sebagai biaya usaha bagi pihak lessee.

Terminologi
Terdapat istilah-istilah yang berbeda dalam transaksi leasing dengan istilah
yang dipakai indutri lainnya. Inilah istilah-istilah yang perlu diketahui untuk
memahami transaksi leasing:
Lease: Suatu kontrak sewa atas penggunaan harta untuk suatu periode tertentu
dengan sewa tertentu.
Lessee: Pemakai aktiva yang akan di lease. Perusahaan atau perorangan yang
menggunakan modal dengan pembiayaan dari pihak perusahaan leasing.
Lessor: Pemilik dari aktiva yang akan di lease.
Lease term: Jangka waktu lease yang tetap dan tidak dapat dibatalkan,
termasuk:
Periode yang mencakup hak opsi untuk memperbarui kontrak leasing.
Periode yang mencakup digunakannya hak opsi untuk membeli aktiva yang di
lease.
Periode dimana lessor mempunyai hak untuk memperbarui atau memperpanjang
masa lease.
Periode dimana denda dikenakan bagi lessee atas kegagalannya untuk
memperbarui lease dan jumlah denda tersebut dijamin pada permulaan lease.

Periode yang mencakup hak opsi pembaruan yang biasa yaitu diberikan jaminan
oleh lessee atas utang lessor yang mungkin terjadi.
Residual Value: Nilai leased asset yang diperkirakan dapat direalisasi pada akhir
periode sewa.
Security Deposit: Jaminan kas yang diminta lessor dari sewa lessee untuk
menjamin pembayaran sewa atau kewajiban sewa lainnya.

Pengertian
Secara umum, leasing artinya Equipment funding. Equipment Leasing
Association di London mendefinisikan leasing sebagai: "Perjanjian antara lessor
dan lessee untuk menyewa sesuatu atas barang modal tertentu yang
dipilih/ditentukan oleh lessee. Hak pemilikan barang modal tersebut ada pada
lessor sedangkan lessee hanya menggunakan barang modal tersebut
berdasarkan pembayaran uang sewa yang telah ditentukan dalam jangka waktu
tertentu".
Berdasarkan pengertian diatas, maka pada prinsipnya, leasing terdiri dari
beberapa elemen yang menyangkut:
Pembiayaan perusahaan,
Penyediaan barang-barang modal,
Jangka waktu tertentu,
Pembayaran secara berkala,
Adanya hak pilih,
Adanya nilai sisa yang disepakati bersama,
Adanya pihak lessor,
Adanya pihak lesse.
Kelebihan Leasing
Sebagai suatu alternatif sumber pembiayaan modal bagi perusahaanperusahaan, maka leasing didukung oleh keuntungan-keuntungan seperti
berikut:
Adanya kepastian Hukum. Suatu perjanjian leasing tidak dapat dibatalkan dalam
keadaan keuangan umum yang sulit, sehingga dalam keadaan keuangan atau
moneter yang sesulit apapun perjanjian leasing tetap berlaku.
Cepat dalam pelayanan. Secara prosedur, leasing lebih sederhana dan relatif
cepat bila dibandingkan dengan kredit investasi bank. Hal ini memberikan

kemudahan bagi pengusaha untuk memungkinkan dibukanya suatu bidang


usaha produksi baru atau memodernisasi perusahaan.
Pembiayaan di luar neraca (off balance sheet financing). Beberapa lease tidak
mengakibatkan bertambahnya kemampuan perusahaan untuk melakukan
pinjaman. Pembiayaan semacam ini sangat penting bagi perusahaan tertentu.
Tidak diperlukan jaminan. Hak kepemilikan sah atas aktiva yang di lease serta
pengaturan pembayaran lease sesuai dengan pendapatan yang dihasilkan oleh
aktiva yang merupakan jaminan bagi lease itu sendiri.
Fleksibel. Struktur kontrak dapat disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan
yaitu besarnya pembayaran atau periode lease yang dapat diatur sedemikian
rupa sesuai dengan kondisi perusahaan. Misalnya, pembayaran sewa dapat
diatur untuk memenuhi waktu pendapatan kas yang dihasilkan oleh peralatan
yang di lease sehingga pembayaran dapat dilakukan pada saat peralatan
tersebut mulai produktif.
Pembayaran angsuran lease diperlakukan sebagai biaya operasional, artinya
pembayaran lease langsung dihitung sebagai biaya dalam penentuan laba rugi
perusahaan, jadi pembayarannya dihitung dari pendapatan sebelum pajak,
bukan dari laba yang terkena pajak.

Capital Saving, tidak menyediakan dana besar, maksimum hanya menyediakan


down payment yang jumlahnya dalam kebiasaan lease tidak terlalu besar, jadi
dalam hal ini bisa dikatakan suatu penghematan modal bagi lessee, yaitu lessee
dapat menggunakan modal yang tersedia untuk keperluan lain. Karena leasing
umumnya membiayai 100% barang dari modal yang dibutuhkan.
Adanya hak opsi bagi lessee pada akhir masa lease.
Pelindung inflasi, yang artinya terhindar dari resiko penurunan nilai uang yang
disebabkan oleh inflasi, lessee sampai kapanpun tetap membayar dengan satuan
moneter yang lalu terhadap sisa kewajibannya.
Sifat Konseptual Lease
Secara singkat, FASB setuju dengan pendekatan kapitalisasi apabila lease
serupa dengan pembelian seluruh cicilan, dengan menyatakan bahwa lease yang
secara substansial memindahkan seluruh manfaat dan risiko dari kepimilikan
properti dikapitalisasi. Pemindahan kepemilikan dianggap terjadi hanya jika lease
tersebut tidak dapat dibatalkan. Tidak dapat dibatalkan berarti bahwa kontrak
lease bisa dibatalkan hanya bila terjadi suatu hal yang bersifat kontijensi atau
ketentuan pembatalan dari penalty kontrak begitu tinggi bagi lessee sehingga
kemungkinan pembatalan terjadi sangat kecil. Hanya lease yang tidak dapat
dibatalkan yang perlu dikapitalisasi.
Dengan demikian dapat diambil 3 kesimpulan. Pertama, karakteristik yang
menunjukkan bahwa secara substansial semua manfaat dan resiko kepemilikan

yang telah ditransfer harus diidentifikasi. Kedua, karakteristik yang sama harus
diterapkan secara konsisten kepada lessee dan lessor. Dan yang ketiga, lease
yang tidak mentransfer semua manfaat dan resiko secara substansial disebut
sebagai lease operasi. Kontrak lease ini tidak perlu dikapitalisasi, tetapu
diperlakukan sebagai pembayaran lease dan penerimaan lease.

Akuntansi Lessee
A. Pencatatan Lease
Jika lessee mengkapitalisasi lease maka lessee akan mencatat aktiva dan
kewajiban yang umumnya sama dengan nilai sekarang pembayaran sewa, lessor
yang sudah memindahkan secara substansial seluruh manfaat dan resiko
kepemilikan mengakui penjualan dengan mengeluarkan aktiva dari neraca dan
menggantikannya dengan piutang. Jurnal yang dibuat oleh lessor dan lessee
dengan asumsi peralatan di lease dan dikapitalisasi adalah sebagai berikut:

Lessee

Lessor

Peralatan yang di lease RpXXX


RpXXX

Piutang lease (bersih)

Kewajiban lease
RpXXX

RpXXX

Peralatan

Karena sudah mengkapitalisasi aktiva, lessee akan mencatat penyusutan.


Lessor dan lessee akan memperlakukan pembayaran lease sebagai pembayaran
pokok dan bunga. Jika kontrak lease tidak dikapitalisasi, tidak ada yang dicatat
oleh lessee dan tidak ada aktiva yang dikeluarkan dari pembukuan tesebut. Pada
saat pembayaran lease dilakukan, lessee mencatat beban sewa dan lessor
mengakui pendapatan sewa.
Untuk lease yang dicatat sebagai capital lease, lease harus dianggap tidak
dapat dibatalkan dan memenuhi satu dari empat kriteria berikut:
Lease mentransfer kepemilikan properti kepada lessee,
Lease memiliki opsi untuk membeli dengan harga khusus (bargain purchase
option),
Jangka waktu lease sama dengan atau lebih dari 75% estimasi umur ekonomis
aktiva yang di lease,
Nilai sekarang (present value) dan pembayaran lease minimum, tidak termasuk
biaya executory sama dengan atau melebihi 90% dari nilai wajar properti yang di
lease.

B. Kriteria Kapitalisasi
Keempat kriteria kapitalisasi di atas yang berlaku untuk lease bersifat
kontroversial dan sulit diterapkan dalam praktik. Termasuk kriteria-kriteria
tesebut adalah:
Pengujian Pengalihan Kepemilikan. Jika lease tersebut mengalihkan kepemilikan
aktiva kepada lessee, maka lessee itu dianggap sebagai lease modal. Kriteria ini
tidak bersifat kontroversial dan mudah untuk diterapkan.
Pengujian Pemulihan Investasi (90%). Jika nilai sekarang (present value) dari
pembayaran lease minimum (minimum lease payments) sama dengan atau
melebihi 90% dari nilai pasar wajar aktiva maka aktiva yang di lease harus
dikapitalisasi. Dasar pemikiran untuk pengujian ini bahwa jika nilai sekarang
pembayaran lease minimum tidak berbeda banyak dengan harga pasar aktiva
maka secara efektif aktiva tersebut dapat dibeli.
Pengujian Opsi untuk Pembelian dengan Harga Khusus (Bargain Purchase
Option). Opsi pembelian khusus adalah sebuah provisi yang memungkinkan
lessee untuk membeli properti yang di lease dengan harga yang secara
signifikan lebih rendah dibandingkan nilai wajar properti yang diharapkan pada
tanggal opsi itu dapat digunakan. Pada awal lease, perbedaan antara harga opsi
dengan nilai pasar wajar yang diharapkan harus cukup besar sehingga realisasi
dari opsi bisa dipastikan secara layak.
Pengujian Umur Ekonomis (75%). Jika periode lease sama dengan atau melebihi
75% dari umur ekonomis aktiva, dimana sebagian besar resiko dan imbalan atas
pemilikan barang dialihkan ke lessee maka perlu dilakukan kapitalisasi. Akan
tetapi, penentuan jangka waktu atau masa lease dan umur ekonomis aktiva
dapat menimbulkan masalah.
C. Aktiva dan Kewajiban yang Diperlakukan Secara Berbeda
Dalam transaksi lease modal, lessee menggunakan lease sebagai sumber
pembiayaan. Oleh karena itu, selama umur properti yang di lease, pembayaran
sewa kepada lessor mencakup pembayaran pokok ditambah bunga.
Pencatatan Aktiva dan Kewajiban. Dalam metode lease modal, lessee
memperlakukan transaksi lease seolah-olah aktiva telah dibeli dalam transaksi
pembiayaan dimana aktiva diperoleh dan kewajiban diakui. Oleh karena itu,
lessee mencatat lease modal sebagai aktiva dan kewajiban pada nilai terendah
antara (a) nilai sekarang (present value) dari pembayaran lease minimum (tidak
termasuk cost executory) atau (b) nilai pasar wajar aktiva yang di lease pada
awal lease. Dasar pemikiran untuk pendekatan ini bahwa aktiva yang di lease
tidak boleh dicatat lebih tinggi dari nilai pasar wajarnya.
Periode Penyusutan. Salah satu aspek yang menyulitkan akuntansi untuk
penyusutan aktiva yang di lease yang dikapitalisasi berhubungan dengan
periode penyusutan. Jika perjanjian lease mengalihkan kepemilikan aktiva
kepada lessee (kriteria 1) atau mencakup opsi pembelian dengan harga khusus

(kriteria 2) maka aktiva yang di lease dengan cara yang konsisten melalui
kebijakan penyusutan norma lessee atas aktiva yang dimilikinya, dengan
menggunakan umur ekonomis aktiva. Sebaliknya, jika lease tidak mengalihkan
kepemilikan atau tidak mencakup opsi pembelian dengan harga khusus maka
aktiva disusutkan selama masa lease.
Konsep Penyusutan. Walaupun jumlah yang awalnya dikapitalisasi sebagai aktiva
dan dicatat sebagai kewajiban telah dihitung pada nilai sekarang yang sama,
tetapi penyusutan aktiva dan pengurangan kewajiban adalah 2 proses akuntansi
yang independen selama jangka waktu lease. Lessee harus menyusutkan aktiva
yang di lease dengan menggunakan metode penyusutan konvensional, garis
lurus, jumlah angka tahun, saldo menurun, unit produksi, dll.
Metode Bunga Efektif. Metode ini digunakan untuk mengalokasikan setiap
pembayaran lease antara pokok dan bunga. Metode ini juga menghasilkan beban
bunga periodik yang sama dengan presentase konstan dari nilai tercatat
kewajiban lease. Tingkat diskonto yang digunakan oleh lessee untuk menentukan
nilai sekarang dari pembayaran lease minimum harus digunakan oleh lease
ketika mengaplikasikan metode bunga efektif pada lease modal.

Akuntansi oleh Lessor


A. Keunggulan Leasing bagi Lessor
Berikut adalah kelebihan leasing bagi lessor:
Insentif Pajak. Dalam banyak kasus, perusahaan yang me-lease tidak dapat
menggunakan manfaat pajak, tetapi leasing memberikan mereka peluang untuk
mengalihkan manfaat pajak semacam itu kepada pihak lain (lessee) berupa
pengembalian atas tarif sewa yang lebih rendah dari aktiva yang di lease.
Pendapatan Bunga. Leasing merupakan suatu bentuk pembiayaan. Oleh karena
itu, lembaga keuangan dan perusahaan leasing sangat menarik karena
menyediakan marjin bunga yang kompetitif.
Nilai Residu yang Tinggi. Nikmat lain bagi lessor adalah pengembalian properti
pada akhir masa lease. Nilai residu dapat menghasilkan laba yang sangat besar.
Dari sudut pandang lessor, semua lease dapat diklasifikasikan untuk tujuan
akuntansi sebagai berikut:
Lease operasi.
Lease pembiayaan langsung.
Lease jenis penjualan.
Kriteria Kapitalisasi (Lessor)
Kelompok I:

Lease mengalihkan kepemilikan properti kepada lessee.


Lease mencakup opsi pembelian dengan harga khusus.
Nilai sekarang dari pembayaran lease minimum (kecuali cost executory) sama
dengan atau melebihi 90% dari nilai wajar properti yang di lease
Jangka waktu lease sama dengan atau lebih dari 75% estimasi umur ekonomis
properti yang di lease.
Kelompok II:
Ketertagihan pembayaran yang diperoleh dari lessee dapat diprediksi secara
layak.
Tidak ada kepastian yang penting diseputar jumlah biaya yang tidak dapat
dibayarkan kembali meskipun telah dikeluarkan oleh lessor menurut lease (apa
yang perlu dilakukan oleh lessor secara substansial telah selesai atau biaya
masa depan dapat diprediksi secara layak).
Perbedaan antara lease pembiayaan langsung dan lease jenis penjualan bagi
lessor adalah ada atau tidaknya untung maupun kerugian produsen. Lease jenis
penjualan melibatkan keuntungan produsen atau distributor. Sedangkan lease
pembiayaan langsung tidak memiliki keuntungan tersebut. Keuntungan atau
kerugian lessor adalah perbedaan nilai wajar properti yang di lease pada awal
lease dengan nilai buku lessor. Umumnya, leans jenis penjualan terjadi apabila
perusahaan manufaktur menggunakan leasing sebagai sarana memasarkan
produk mereka.
B. Metode Pembiayaan Langsung oleh Lessor
Pada umumnya, lease merupakan pembiayaan atau pembelian aktiva oleh
lessee yang mengharuskan lessor mengganti aktiva yang di lease dengan
piutang pembayaran lease. Informasi yang dibutuhkan untuk mencatat lease
pembiayaan langsung (direct financing lease).
Perhitungan investasi kotor sering membingungkan karena ketidakpastian
mengenai bagaimana memperhitungkan nilai residu.Perlu diingat bahwa
pembayaran lease minimum mencakup hal hal berikut ini.
Pembayaran lease (tidak termasuk cost executory),
Opsi pembelian dengan harga khusus,
Nilai residu yang dijamin,
Denda atau penalty atas kegagalan untuk memperbarui.
Leasing atau sewa-guna-usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan
dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu
perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran
secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk

membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka


waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama.
Dengan melakukan leasing perusahaan dapat memperoleh barang
modal dengan jalan sewa beli untuk dapat langsung digunakan berproduksi,
yang dapat diangsur setiap bulan, triwulan atau enam bulan sekali kepada pihak
lessor.
Melalui pembiayaan leasing perusahaan dapat memperoleh barang-barang
modal untuk operasional dengan mudah dan cepat. Hal ini sungguh berbeda jika
kita mengajukan kredit kepada bank yang memerlukan persyaratan serta
jaminan yang besar. Bagi perusahaan yang modalnya kurang atau menengah,
dengan melakukan perjanjian leasing akan dapat membantu perusahaan dalam
menjalankan roda kegiatannya. Setelah jangka leasing selesai, perusahaan dapat
membeli barang modal yang bersangkutan. Perusahaan yang memerlukan
sebagian barang modal tertentu dalam suatu proses produksi secara tibatiba,
tetapi tidak mempunyai dana tunai yang cukup, dapat mengadakan perjanjian
leasing untuk mengatasinya. Dengan melakukan leasing akan lebih menghemat
biaya dalam hal pengeluaran dana dibanding dengan membeli secara tunai.
Di Indonesia leasing baru dikenal melalui surat keputusan bersama Menteri
Keuangan dan Menteri Perdagangan Republik Indonesia dengan No.KEP122/MK/IV/2/1974, No.32/M/SK/2/1974, dan No.30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari
1974 tentang perizinan usaha leasing. Sejalan dengan perkembangan waktu dan
perekonomian Indonesia permasalahan yang melibatkan leasing semakin banyak
dan kompleks. Mulai dari jenis leasing yang paling sederhana sampai yang rumit.
Perbedaan jenis leasing menyebabkan perbedaan dalam pengungkapan laporan
keuangan, perlakuan pajak dan akibatnya pada pajak penghasilan badan akhir
tahun. Capital lease dan operating lease sama-sama dikenakan pajak
pertambahan nilai, sedangkan untuk operating lease disamping dikenakan pajak
pertambahan nilai juga dikenakan pemotongan pajak penghasilan pasal 23, hal
ini karena diperlakukan sebagai sewa menyewa biasa. Biaya-biaya yang
berkaitan dengan transaksi lease dianggap sebagai biaya usaha bagi pihak
lessee.
Munculnya lembaga leasing merupakan alternatif yang menarik bagi para
pengusaha karena saat ini mereka cenderung menggunakan dana rupiah tunai
untuk kegiatan operasional perusahaan. Melalui leasing mereka bisa
memperoleh dana untuk membiayai pembelian barang-barang modal dengan
jangka waktu pengembalian antara tiga tahun hingga lima tahun atau lebih.
Disamping hal tersebut di atas para
pengusaha juga memperoleh keuntungan-keuntungan lainnya seperti
kemudahan dalam pengurusan, dan adanya hak opsi.
Suatu keuntungan lain jika ditinjau dari laporan keuangan fiskal adalah transaksi
capital lease diperhitungkan sebagai operational lease pembayaran lease
dianggap sebagai biaya mengurangi pendapatan kena pajak. Tetapi tidak begitu
halnya jika ditinjau dari segi komersial.

Secara umum leasing artinya Equipment funding, yaitu pembiayaan


peralatan/barang modal untuk digunakan pada proses produksi suatu
perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengertian leasing menurut surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan
Menteri Perdagangan dan Industri Republik Indonesia No. KEP- 122/MK/IV/2/1974,
Nomor 32/M/SK/2/1974, dan Nomor 30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari 1974
adalah: Setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan
barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka
waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai
dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal
yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai
sisa uang telah disepakati bersama.
Equipment Leasing Association di London memberikan definisi leasing sebagai
berikut: Leasing adalah perjanjian antara lessor dan lessee untuk menyewa
sesuatu atas barang modal tertentu yang dipilih/ditentukan oleh lessee. Hak
pemilikan barang modal tersebut ada pada lessor sedangkan lessee hanya
menggunakan barang modal tersebut berdasarkan pembayaran uang sewa yang
telah ditentukan
dalam jangka waktu tertentu.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka pada prinsipnya pengertian
leasing terdiri dari beberapa elemen di bawah ini:
1. Pembiayaan perusahaan
2. Penyediaan barang-barang modal
3. Jangka waktu tertentu
4. Pembayaran secara berkala
5. Adanya hak pilih (option right)
6. Adanya nilai sisa yang disepakati bersama
7. Adanya pihak lessor
8. Adanya pihak lessee
Pembiayaan melalui leasing merupakan pembiayaan yang sangat sederhana
dalam prosedur dan pelaksanaannya dan oleh karena itu leasing yang digunakan
sebagai pembayaran alternatif tampak lebih menarik. Sebagai suatu alternatif
sumber pembiayaan modal bagi perusahaan-perusahaan, maka leasing didukung
oleh keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
1. Fleksibel, artinya struktur kontrak dapat disesuaikan dengan kebutuhan
perusahaan yaitu besarnya pembayaran atau periode lease dapat diatur
sedemikian rupa sesuai dengan kondisi perusahaan.

2. Tidak diperlukan jaminan, karena hak kepemilikan sah atas aktiva yang di
lease serta pengaturan pembayaran lease sesuai dengan pendapatan yang
dihasilkan oleh aktiva yang dilease sudah merupakan jaminan bagi lease itu
sendiri.
3. Capital saving, yaitu tidak menyediakan dana yang besar, maksimum hanya
menyediakan down payment yang jumlahnya dalam kebiasaan lease tidak
terlalu besar, jadi dalam hal ini bisa dikatakan menjadi suatu penghematan
modal bagi lessee, yaitu lessee dapat menggunakan modal yang tersedia untuk
keperluan lain. Karena leasing umumnya membiayai 100% barang modal yang
dibutuhkan.
4. Cepat dalam pelayanan, artinya secara prosedur leasing lebih sederhana dan
relatif lebih cepat dalam realisasi pembiayaan bila dibandingkan dengan kredit
investasi bank, jadi tanpa prosedur yang rumit dan hal itu memberikan
kemudahan bagi para pengusaha untuk memperoleh mesin-mesin dan peralatan
yang mutakhir untuk memungkinkan dibukanya suatu bidang usaha produksi
yang baru atau untuk memodernisasi perusahaan.
5. Pembayaran angsuran lease diperlakukan sebagai biaya operasional, artinya
pembayaran lease langsung dihitung sebagai biaya dalam penentuan laba rugi
perusahaan, jadi pembayarannya dihitung dari pendapatan sebelum pajak,
bukan dari laba yang terkena pajak.
6. Sebagai pelindung terhadap inflasi, artinya terhindar dari resiko penurunan
nilai uang yang disebabkan oleh inflasi, yaitu lessee sampai kapan pun tetap
membayar dengan satuan moneter yang lalu terhadap sisa kewajibannya.
7. Adanya hak opsi bagi lessee pada akhir masa lease.
8. Adanya kepastian hukum, artinya suatu perjanjian leasing tidak dapat
dibatalkan dalam keadaan keuangan umum yang sangat sulit, sehingga dalam
keadaan keuangan atau moneter yang sesulit apapun perjanjian leasing tetap
berlaku.
9. Terkadang leasing merupakan satu-satunya cara untuk mendapatkan aktiva
bagi suatu perusahaan, terutama perusahaan ekonomi lemah, untuk dapat
memodernisasi pabriknya.
Klasifikasi Leasing

1. Capital Lease
Perusahaan leasing pada jenis ini berlaku sebagai suatu lembaga keuangan.
Lessee yang akan membutuhkan suatu barang modal menentukan sendiri jenis
serta spesifikasi dari barang yang dibutuhkan. Lessee juga mengadakan
negoisasi langsung dengan supplier mengenai harga, syarat-syarat perawatan
serta hal-hal lain yang berhubungan dengan pengoperasian barang tersebut.

Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar barang tersebut kepada


supplier dan kemudian barang tersebut diserahkan kepada lessee. Sebagai
imbalan atas jasa pengguanaan barang tersebut lessee akan membayar secara
berkala kepada lessor sejumlah uang yang berupa rental untuk jangka waktu
tertentu yang telah disepakati bersama.
Jumlah rental ini secara keseluruhan akan meliputi harga barang yang dibayar
oleh lessor ditambah faktor bunga serta keuntungan pihak lessor. Selanjutnya
capital atau finance lease masih bisa dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Direct finance lease
Transaksi ini terjadi jika lessee sebelumnya belum pernah memiliki barang yang
dijadikan objek lease. Secara sederhana bisa dikatakan bahwa lessor membeli
suatu barang atas permintaan lessee dan akan dipergunakan oleh lessee.
b. Sale and lease back
Sesuai dengan namanya, dalam transaksi ini lessee menjual barang yang telah
dimilikinya kepada lessor. Atas barang yang sama ini kemudian dilakukan suatu
kontrak leasing antara lessee dengan lessor. Dengan memperhatikan mekanisme
ini, maka perjanjian ini memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan dengan
direct finance lease. Di sini lessee memerlukan cash yang bisa dipergunakan
untuk tambahan modal kerja atau untuk kepentingan lainnya. Bisa dikatakan
bahwa dengan sistem sale and lease back memungkinkan lessor memberikan
dana untuk keperluan apa saja kepada kliennya dan tentu saja dana yang
dibutuhkan sesuai dengan nilai objek barang lease.
2. Operating Lease
Pada operating lease, lessor membeli barang dan kemudian menyewakan
kepada lessee untuk jangka waktu tertentu. Dalam praktik lessee membayar
rental yang besarnya secara keseluruhan tidak meliputi harga barang serta biaya
yang telah dikeluarkan oleh lessor.
Di dalam menentukan besarnya pembayaran lease, lessor tidak
memperhitungkan biaya-biaya tersebut karena setelah masa lease berakhir
diharapkan harga barang tersebut masih cukup tinggi. Di sini jelas tidak
ditentukan adanya nilai sisa serta hak opsi bagi lessee.
3. Sales type lease (Lease Penjualan)
Lease penjualan biasanya dilakukan oleh perusahaan industri yang menjual lease
barang hasil produksinya. Dalam kontrak penjualan lease diakui dua macam
pendapatan yaitu pendapatan penjualan barang dan pendapatan bunga atas
jasa pembelanjaan selama jangka waktu lease.
4. Leverage Lease
Pada leasing ini dilibatkan pihak ketiga yang disebut credit provider. Lessor tidak
membiayai objek leasing hingga sebesar 100% dari harga barang melainkan

hanya antara 20% hingga 40%. Kemudian sisa dari harga barang tersebut akan
dibiayai oleh credit provider.
5. Cross Border Lease
Transaksi pada jenis ini merupakan suatu transaksi leasing yang dilakukan
dengan melewati batas suatu negara. Dengan demikian antara lessor dan lessee
terletak pada dua negara yang berbeda.
Barang-barang atau peralatan yang ditransaksikan dalam cross border lease
meliputi nilai jutaan dollar Amerika Serikat. Seperti Pesawat terbang bermesin jet
dari Pabrikan Boeing dan Airbus.
Prosedur Mekanisme Leasing

Dalam melakukan perjanjian leasing terdapat prosedur dan mekanisme yang


harus dijalankan yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Lessee bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan,
mengadakan penawaran harga dan menunjuk supplier peralatan yang
dimaksudkan.
2. Setelah lessee mengisi formulir permohonan lease, maka dikirimkan kepada
lessor disertai dokumen lengkap.
3. Lessor mengevaluasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk memberikan
fasilitas lease dengan syarat dan kondisi yang disetujui lessee (lama kontrak
pembayaran sewa lease), setelah ini maka kontrak lease dapat ditandatangani.
4. Pada saat yang sama, lessee dapat menandatangani kontrak asuransi untuk
peralatan yang dilease dangan perusahaan asuransi yang disetujui lessor,
seperti yang tercantum dalam kontrak lease. Antara lessor dan perusahaan
asuransi terjalin perjanjian kontrak utama.
Kontrak pembelian peralatan akan ditandatangani lessor dengan
supplier peralatan tersebut.
6. Supplier dapat mengirimkan peralatan yang dilease ke lokasi lessee. Untuk
mempertahankan dan memelihara kondisi peralatan tersebut, supplier akan
menandatangani perjanjian purna jual.
7. Lessee menandatangani tanda terima peralatan dan menyerahkan kepada
suppplier.
8. Supplier menyerahkan tanda terima (yang diterima dari lessee), bukti
pemilikan dan pemindahan pemilikan kepada lessor.
9. Lessor membayar harga peralatan yang dilease kepada supplier.

10. Lessee membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal
pembayaran yang telah ditentukan dalam kontrak lease.
Aspek perpajakan yang berkaitan dengan leasing.

1. Pajak Penghasilan (PPh)


Berdasarkan Undang-undang no 17 tahun 2000 dan surat Keputusan Menteri
Keuangan RI No. 1169/KMK.01/1991 Pasal 16 ayat 2 menyatakan: Lessee tidak
memotong pajak penghasilan pasal 23 atas pembayaran sewa guna usaha yang
dibayar atau terutang berdasarkan perjanjian sewa guna usaha dengan hak
opsi. Dalam pasal tersebut dengan jelas menyatakan bahwa angsuran-angsuran
atau pembayaran yang diterima lessor dari lessee untuk jenis transaksi finance
lease tidak dikenakan pemotongan pajak penghasilan.
Pasal 17 ayat 2 menyatakan:
a. Pembayaran sewa guna usaha tanpa hak opsi yang dibayar atau terutang oleh
lessee adalah biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
b. Lessee wajib memotong pajak penghasilan pasal 23 atas pembayaran sewa
guna usaha tanpa hak opsi yang dibayarkan atau terutang kepada lessor.
Pasal 17 ayat 2a mengatur tentang perlakuan pembayaran leasing oleh lessee.
Di sini dijelaskan bahwa pembayaran leasing dari lessee kepada lessor untuk
transaksi operational lease diperlukan pemotongan pajak penghasilan pasal 23
karena menurut pajak diperlakukan sebagi sewa-menyewa biasa.
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
a. Perlakuan PPN atas transaksi capital lease:
1) Berdasarkan ketentuan pasal 13 Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 1994
huruf d dan e, Pengumuman Direktur Jenderal Pajak No. Peng- 139/PJ.63/1989
dan Pasal 1 angka 4 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep05/PJ/1994,
penyerahan jasa dalam transaksi capital lease dari lessor kepada lessee adalah
penyerahan jasa yang terutang PPN, karena lessor sebagai perusahaan jasa
persewaan barang dengan demikian adalah pengusaha kena pajak.
2) Pengalihan barang dalam transaksi operating lease bukan merupakan
penyerahan barang kena pajak karena pengalihan barang tersebut adalah dalam
rangka persewaan biasa.
3) Besarnya PPN yang terutang adalah 10% dari Nilai Penggantian.
4) PPN sebagaimana dimaksud dalam angka 3) merupakan PPN Keluaran bagi
lessor dan merupakan PPN Masukan bagi lessee dalam hal lessee adalah
Pengusaha Kena Pajak. PPN yang dibayar atas perolehan barang kena pajak
(BKP) yang dilease merupakan PPN Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
dengan PPN Pajak Keluaran lessor.

b. Dalam hal transaksi sale and lease back tanpa hak opsi, PPN masukan atas
perolehan barang tidak boleh dikreditkan oleh lessee. Dalam hal lessee
kemudian melease kembali barang tersebut, maka lessor harus mengenakan
PPN yang terutang atas jasa persewaan barang yang dilakukan.
Lease : Suatu kontrak sewa atas penggunaan harta untuk suatu periode tertentu
dengan sewa tertentu.
Lessee : Pemakai aktiva yang akan di lease. Perusahaan atau perorangan yang
menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari pihak perusahaan leasing.
Lessor : Pemilik dari aktiva yang akan di lease.
Lease term: Jangka waktu lease yang tetap dan tidak dapat dibatalkan,
termasuk:
a. Periode yang mencakup hak opsi untuk memperbarui kontrak leasing.
b. Periode yang mencakup digunakannya hak opsi untuk membeli aktiva yang
dilease.
c. Periode dimana lessor mempunyai hak untuk memperbarui atau
memperpanjang masa lease.
d. Periode dimana denda dikenakan bagi lessee atas kegagalannya untuk
memperbarui lease dan jumlah denda tersebut dijamin pada permulaan lease.
e. Periode yang mencakup hak opsi pembaruan yang biasa yaitu diberikan
jaminan oleh lessee atas utang lessor yang mungkin terjadi.
Residual Value: Nilai leased asset yang diperkirakan dapat direalisasi pada akhir
periode sewa.
Security Deposit (SD): Jaminan kas yang diminta lessor dari sewa lessee untuk
menjamin pembayaran sewa atau kewajiban sewa lainnya.

Anda mungkin juga menyukai