A. Latar Belakang
Untuk menjalankan suatu usaha maka kita memerlukan modal yang tidak
sedikit. Apalagi kita juga membutuhkan barang-barang modal untuk menjalankan
suatu usaha tersebut, agar kita dapat menjalankan suatu usaha dengan lancar maka
kita membutuhkan suatu lembaga untuk memperoleh suatu dana usaha, lembaga ini
dinamakan leasing.
Leasing atau sewa guna usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan
dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu
perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara
berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-
barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing
berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama. Dengan melakukan leasing
perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan jalan sewa beli untuk dapat
langsung digunakan berproduksi, yang dapat diangsur setiap bulan, triwulan atau
enam bulan sekali kepada pihak lessor.
Pada prinsipnya, leasing mengandung pengertian yang sama, yaitu memiliki unsur-
unsur:
a. Pembiayaan perusahaan.
b. Penyediaan barang-barang modal.
c. Jangka waktu tertentu.
d. Pembayaran berkala.
e. Adanya hak pilih atau hak opsi.
f. Adanya nilai sisa yang disepakati bersama.
Apabila dilihat dari segi pandangan hukum, ada empat tahap utama dalam kegiatan
leasing, antara lain:
D. Mekanisme Leasing
Di dalam transaksi leasing minimal melibatkan 4 pihak yang berkepentingan, antara lain:
1. Lessor
Perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pebiayaan kepada pihak lesse
dalam bentuk barang modal. Dalam financial lease, lessor ini bertugas untuk
mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai penyediaan
barang modal dengan mendapatkan keuntungan. Sementara dalam operating lease,
lessor bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari penyediaan barang daan
pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan dan pengoperasian barang
tersebut.
2. Lessee
Perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk barang modal
dari lessor. Dalam financial lease, lesse ini bertugas untuk mendapatkan pembiayaan
berupa barang atau peralatan dengan cara pembayaran angsuran atau secara berkala.
Sementara dalam operating lease, lesse bertujuan dapat memenuhi kebutuhan
peralatannya disamping tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanpa resiko bagi
lesse terhadap kerusakan.
3. Pemasok
Perusahaan atau pihak yang menyediakan barang untuk dijual kepada lesse dengan
pembayaransecara tunai oleh lessor. Dalam financial lease, pemasok langsung
menyerahkan barang kepada lesse tanpa melalui pihak lessor sebagai pihak yang
memberikan pembiayaan. Sementara dalam operating lease, pemasok menjual
barangnya langsung kepada lessor dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan
kedua belah pihak, baik secara tunai maupun secara berkala.
4. Bank atau kreditur
Pihak ini tidak terlibat secara langsung dalam kontrak leasing tersebut, tetapi sebagai
pihak yang memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor.
Keterangan gambar :
1. Lessee menghubungi pemasok untuk pemilihan dan penentuan jenis barang,
spesifikasi, harga, jangka waktu penagihan, dan jaminan purnajual atas
barang yang akan disewa.
2. Lessee melakukan negoisasi dengan lessor mengenai kebutuhan pembiayaan
barang modal. Dalam hal ini, lessee dapat meminta lease qoutation yang tidak
mengikat dari lessor.
3. Lessor mengirimkan letter of offer atau comittment letter kepada lessee yang
berisi syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai barang modal
yang dibutuhkan lessee menandatangani dan mengembalikan kepada lessor.
4. Penandatangan kontrak leasing.
5. Pengiriman order beli kepada pemasok disertasi dengan intruksi pengiriman
barang kepada lessee.
6. Pengiriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan serta
menandatangani surat tanda terima dan perintah bayar yang selanjutnya
diserahkan pemasok.
7. Penyerahan dokumen oleh pemasok kepada lessor termasuk faktur dan bukti-
bukti pembayarannya.
8. Pembayaran oleh lessor kepada pemasok.
9. Pembayaran sewa seara berkala oleh lessee kepada lessor selama masa
leasing.
2. Operating Lease
Pihak pemilik objek leasing atau lessor membeli barang modal dan disewagunakan
kepada lesse. Pembayaran angsuran yang dibebankan kepada lesse ini tidak termasuk
dengan biaya pemeliharaan maupun biaya yang dikeluarkan oleh lessor dalam
mendapatkan barang modal dan bunga. Sehingga dalam metode ini lessor harus
pintar dalam memasarkan objek leasing nya. Operating leasing merupakan suatu
kontrak dengan catatan, sebagai berikut:
a. Lessor sebagai pemilik objek leasing menyerahkan kepada lesse untuk digunakan
dengan jangka waktu yang relatif pendek dari umur ekonomis barang modal
tersebut.
b. Lesse membayar sejumlah sewa secara berkala kepada lessor yang jumlahnya
tidak meliputi jumlah keseluruhan biaya perolehan barang tersebut beserta
bunganya.
c. Lessor menanggung segala resiko ekonomis dan pemeliharaan atas barang-barang
tersebut.
d. Lesse pada akhir kontrak harus mengembalikan objek leasing kepada lessor.
e. Lesse dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktu-waktu
G. Manfaat Leasing
1. Menghemat modal.
Untuk memulai usaha, lesse tidak perlu tidak perlu menyediakan biaya yang besar
untuk menyiapkan barang modal.
2. Diversifikasi sumber-sumber pembiayaan.
Adanya sumber pembiayaan selain dari bank yang memberikan keleluasaan dan
alternatif untuk membiayai usahanya tanpa khawatir adanya ekspansi kredit yang ada
di perbankan yang akan membahayakan usahanya.
3. Persyaratan yang kurang tepat dan lebih fleksibel.
Perjanjian leasing tidak seketat di bank. Dipandang dari perjanjiannya, leasing lebih
luwes karena menyesuaikan dengan keadaan keuangan lessee, serta kemudahan
dalam pembayaran angsuran.
4. Biaya lebih murah.
Penggunaan barang melalui leasing lebih murah dibandingkan kredit bank
berdasarkan pada nilai sekarang (present value).
5. Di luar neraca (off-balance sheet)
Tidak ada ketentuan yang mengharuskan untuk mencantumkan transaksi leasing
dalam neraca perusahaan. Oleh karena itu operating lease hanya berpengaruh pada
kinerja laba rugi.
6. Menguntungkan arus kas.
Keluwesan pembayaran sewa sangat penting dalam perencanaan arus dana, selain itu
pembayaran dimuka relatif juga akan berpengaruh pada arus dana terlebih apabila ada
pertimbangan keterlambatan menghasilkan laba dalam investasi.
7. Proteksi inflasi.
Leasing dapat memberikan perlindungan terhadap inflasi. Khususnya pada leasing
berdasarkan tarif suku bunga tetap maka lessee membayar dengan jumlah tetap atas
sisa kewajibannya berasal dari perlunasan pembelian yang dilakukan pada masa lalu.
8. Perlindungan akibat kemajuan teknologi.
Dengan leasing, kita dapat terhindar dari kerugian akibat barang yang disewa tersebut
mengalami ketinggalan mode yang disebabkan oleh pesatnya perkembangan
teknologi.
9. Sumber pelunasan kewajiban.
Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit dapat diatasi dengan leasing.
10. Kapitalisme biaya.
Adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya penyerahan,
instalasi, pemeriksaan, konsultan, percobaan, dan sebagainya, dapat dipertimbangkan
sebagai biaya modal yang dapat dibiayai dalam leasing dan dapat disusutkan
berdasarkan masa leasing.
11. Resiko keuangan.
Dalam keadaan yang tidak menentu, operating lease yang berjangka waktu relatif
singkat dapat mengatasi kekhawatiranlessee terhadap resiko keuangan, sehingga lesse
tidak perlu mempertimbangkan resiko pada tahap dini yang mungkin terjadi.
12. Kemudahan penyusunan anggaran.
Adanya pembayaran sewa secara berkala yang jumlahnya relatif tetap merupakan
kemudahan dalam penyusunan anggaran tahunan dasar. Lessee dapat memilih cara
pembayaran sewa secara bulanan, kuartal, atau kesepakatan lainnya.
13. Pembiayaan proyek skala besar.
Adanya keengganan untuk memikul resiko investasi dalam pembiayaan proyek yang
seringkali menjadi permasalahan, dan dapat diatasi melalui leasing.
Beberapa pembayaran sewa pada setiap periode ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu :
2. Operating Lease
a. Barang modal yang disewagunausahakan harus diperlakukan dan dicatat sebagai
aset sewa guna usaha berdasarkan pada harga perolehan
b. Pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan yang diperoleh dari penyewa
diakui dan dicatat berdasarkan pada metode garis lurus sepanjang masa sewa
guna usaha, meskipun pembayaran sewa guna usaha mungkin dilakukan dalam
jumlah yang tidak sama setiap periode.
c. Penyusutan aset yang disewagunausahakan harus dilakukan dalam jumlah yang
layak berdasarkan pada taksiran masa manfaatnya.
d. Jika aset yang disewagunausahakan dijual maka perbedaan antara nilai buku dan
harga jual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian tahun
berjalan.
2. Operating Lease
Pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan merupakan biaya sewa
yang diakui dan dicatat berdasarkan pada metode garis lurus selama masa sewa guna
usaha, meskipun pembayaran sewa guna usaha dilakukan dalam jumlah yang tidak
sama setiap periode.
Jenis Pembiayaan
Pembeda Leasing Sewa Beli Sewa-Menyewa Kredit Bank
Jenis barang Barang bergerak dan Barang Barang bergerak Semua jenis
barang tak bergerak bergerak dengan investasi
pemeliharaan
Penyewa/ Perusahaan/perseora Perusahaan/per Perusahaan/perseo Perusahaan/perse
pembeli ngan seorangan rangan orangan
Bentuk Badan hukum Supplier Supplier Bank
perusahaan
Pemilikan Perusahaan leasing Pemilik barang Pemilik barang Debitur
barang
Jangka Menengah Pendek Pendek/menengah Pendek/menengah
waktu /jangka panjang
Besarnya 100% 80% Lebih rendah 80%
pembiayaan
Biaya Bunga+margin Tinggi Bung+margin Interbank
Bunga spread rate+spread
Akhir -Menggunakan hak Barang Barang kembali -Kredit lunas
kontrak opsi untuk membeli menjadi milik kepada pemilik -Jaminan kembali
seharga nilai ke penyewa
debitur sisa
-Memperpanjang
kontrak
-Mengembalikan
kepada lessor
DAFTAR PUSTAKA
Budisantoro, Totok. 2014. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Salemba Empat.
Kasmir. 2013. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.