Anda di halaman 1dari 15

LEASING (SEWA GUNA USAHA)

A. Latar Belakang
Untuk menjalankan suatu usaha maka kita memerlukan modal yang tidak
sedikit. Apalagi kita juga membutuhkan barang-barang modal untuk menjalankan
suatu usaha tersebut, agar kita dapat menjalankan suatu usaha dengan lancar maka
kita membutuhkan suatu lembaga untuk memperoleh suatu dana usaha, lembaga ini
dinamakan leasing.
Leasing atau sewa guna usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan
dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu
perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara
berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-
barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing
berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama. Dengan melakukan leasing
perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan jalan sewa beli untuk dapat
langsung digunakan berproduksi, yang dapat diangsur setiap bulan, triwulan atau
enam bulan sekali kepada pihak lessor.

B. Pengertian Leasing (Sewa Guna Usaha)


Ada beberapa pengertian leasing atau sewa guna usaha yang dikemukakan oleh
beberapa sumber, sebagai berikut:

1. Financial Accounting Standard Board (FASB 13)


Leasing adalah suatu perjanjian penyediaan barang-barang modal yang digunakan
untuk suatu jangka tertentu.
2. The International Accounting Standaard (IAS 17)
Leasing adalah suatu perjanjian dimana pemilik aset atau perusahaan sewa guna
usaha (lessor) menyediakan barang atau aset dengan hak penggunaan kepada
penyewa guna usaha (lesse) dengan imbalan pembayaran sewa untuk suatu jangka
tertentu.
3. The Equipment Leasing Association (ELA-UK)
Leasing adalah suatu kontrak antara lessor dengan lessee untuk penyewaan suatu
jenis barang atau aset tertentu secara langsung, dari pihak atau agen penjual oleh
lesse. Hak kepemilikan barang tersebut tetap berada pada lessor. Lesse memiliki hak
pakai atas barang tersebut.

Pada prinsipnya, leasing mengandung pengertian yang sama, yaitu memiliki unsur-
unsur:

a. Pembiayaan perusahaan.
b. Penyediaan barang-barang modal.
c. Jangka waktu tertentu.
d. Pembayaran berkala.
e. Adanya hak pilih atau hak opsi.
f. Adanya nilai sisa yang disepakati bersama.

Apabila dilihat dari segi pandangan hukum, ada empat tahap utama dalam kegiatan
leasing, antara lain:

a. Perjanjian antara pihak lessor dengan pihak lesse.


b. Berdasarkan pada sewa guna usaha, lessor mengalihkan hak penggunaan barang
kepada pihak lesse.
c. Lesse membayar kepada lessor uang sewa atas penggunaan barang atau aset.
d. Lesse mengembalikan barang atau aset tersebut kepada lessor pada akhir periode
yang ditetapkan lebih dahulu dan jangka waktunya kurang dari umur ekonomi barang
tersebut.

C. Perkembangan Leasing (Sewa Guna Usaha) di Indonesia


Usaha leasing (sewa guna usaha) sebenarnya sudah ada sejak tahun 2000 SM
yang dilakukanoleh orang-orang Sumeria. Dokumen-dokumen yang ditemukan dari
kebudayaan Sumeria menunjukan bahwa transaksi leasing meliputi leasing peralatan,
penggunaan tanah, dan binatang piaraan. Dalam perkembangann berikutnya banyak
sistem hukum mencantumkan leasing sebagai salah satu metode pembiayaan.

Perkembangan usaha dibidang usaha pertanian, manufaktur dan transportasi


membawa banyak jenis peralatan yang memungkinkan untuk dibiayai dengan leasing.
Kegiatan leasing baru diperkenalkan pada tahun 1974 dengan Surat Keputusan Bersama
Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian,, dan Menteri Perdagangan Nomor Kep.
122/MK/SK/2/1974, Nomor 32/M/SK/2/1974, dan Nomor 301Kpb/Il74 tertanggal 7
Januari 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing. Surat Keputusan No. 6491MKIIV/5/1974
yang mengatur tentang ketentuan tata cara perizinan dan kegiatan usaha leasing di
Indonesia. Kemudian Surat Keputusan No. 650/MK/IV/5I1974 tertngal 6 Mei 1974
tentang Ketentuan Pajak Penjualan dan Besarnya Bea Materai terhadap Usaha Leasing.
Mengenai ketentuan minimum modal disetor untuk pendirian suatu suatu perusahaan
pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha leasing diatur dalam Pakdes 20 Tahun 1988
dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 Tanggal 20
Desember 1988, dimana ketetapan jumlah modal minimal disetor atau simpanan wajib
dan pokok, sebagai berikut :
a. Perusahaan swasta nasional senilai Rp 3 miliar.
b. Perusahaan Patungan Indonesia-Asing seniali Rp 10 miliar.
c. Koperasi senilai Rp 3 miliar.

D. Mekanisme Leasing
Di dalam transaksi leasing minimal melibatkan 4 pihak yang berkepentingan, antara lain:
1. Lessor
Perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pebiayaan kepada pihak lesse
dalam bentuk barang modal. Dalam financial lease, lessor ini bertugas untuk
mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai penyediaan
barang modal dengan mendapatkan keuntungan. Sementara dalam operating lease,
lessor bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari penyediaan barang daan
pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan dan pengoperasian barang
tersebut.
2. Lessee
Perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk barang modal
dari lessor. Dalam financial lease, lesse ini bertugas untuk mendapatkan pembiayaan
berupa barang atau peralatan dengan cara pembayaran angsuran atau secara berkala.
Sementara dalam operating lease, lesse bertujuan dapat memenuhi kebutuhan
peralatannya disamping tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanpa resiko bagi
lesse terhadap kerusakan.
3. Pemasok
Perusahaan atau pihak yang menyediakan barang untuk dijual kepada lesse dengan
pembayaransecara tunai oleh lessor. Dalam financial lease, pemasok langsung
menyerahkan barang kepada lesse tanpa melalui pihak lessor sebagai pihak yang
memberikan pembiayaan. Sementara dalam operating lease, pemasok menjual
barangnya langsung kepada lessor dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan
kedua belah pihak, baik secara tunai maupun secara berkala.
4. Bank atau kreditur
Pihak ini tidak terlibat secara langsung dalam kontrak leasing tersebut, tetapi sebagai
pihak yang memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor.

Keterangan gambar :
1. Lessee menghubungi pemasok untuk pemilihan dan penentuan jenis barang,
spesifikasi, harga, jangka waktu penagihan, dan jaminan purnajual atas
barang yang akan disewa.
2. Lessee melakukan negoisasi dengan lessor mengenai kebutuhan pembiayaan
barang modal. Dalam hal ini, lessee dapat meminta lease qoutation yang tidak
mengikat dari lessor.
3. Lessor mengirimkan letter of offer atau comittment letter kepada lessee yang
berisi syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai barang modal
yang dibutuhkan lessee menandatangani dan mengembalikan kepada lessor.
4. Penandatangan kontrak leasing.
5. Pengiriman order beli kepada pemasok disertasi dengan intruksi pengiriman
barang kepada lessee.
6. Pengiriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan serta
menandatangani surat tanda terima dan perintah bayar yang selanjutnya
diserahkan pemasok.
7. Penyerahan dokumen oleh pemasok kepada lessor termasuk faktur dan bukti-
bukti pembayarannya.
8. Pembayaran oleh lessor kepada pemasok.
9. Pembayaran sewa seara berkala oleh lessee kepada lessor selama masa
leasing.

E. Penggolongan perusahaan Leasing

1. Independent leasing company


Perusahaan yang mewakili sebagian besar dari industri leasing dimana perusahaan ini
berdiri sendiri atau independen dari pemasok yang mungkin dapat memenuhi
kebutuhan barang modal nasabahnya (lesse). Jadi perusahaan dapat membelinya dari
berbagai pemasok atau produsen yang kemudian disewa kepada pemakai. Selain itu
juga perusahaan dapat sekaligus sebagai supplier atau membeli barang-barang modal
dari supplier untuk dileasekan.
2. Captive lessor
Produsen atau supplier mendirikan perusahaan leasing dan yang mereka lease kan
adalah barang-barang milik mereka sendiri. Tujuan utamanya adalah untuk
meningkatkan penjualan sehingga mengurangi penumpukan barang digudang atau
toko.
Captive lessor disebut juga two party lessor, yang melibatkan dua pihak, yaitu:
a. Perusahaan induk dan anak perusahaan leasing (subsidiary)
b. Lesse atau pemakai barang captive lessor ini akan tercipta apabila pemasok atau
produsen mendirikan perusahaan leasing sendiri untuk membiayai produk-
produknya.
3. Lease broker atau packager
Fungsinya mempertemukan calon lesse dengan pihak lessor yang membutuhkan
suatu barang modal dengan cara leasing, tetapi lesse broker ini tidak memiliki barang
atau peralatan untuk menangani transaksi leasing atas namanya. Jadi Lease broker
hanya sebagai perantara antara pihak lessor dengan pihak lessee.
F. Teknik-teknik Pembiayaan Leasing.
1. Finance Lease
Dalam sewa guna usaha ini, lessor adalah pihak yang membiayai penyediaan barang
modal. Lesse biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan atas nama perusahaan
sewa guna usaha, sebagai pemilik barang modal tersebut, melakukan pemesanaan,
pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi sewa
guna usaha. Selama masa sewa guna usaha, penyewa guna usaha melakukan
pembayaran sewa guna usaha secara berkala dengan julah seluruhnya ditambah nilai
sisa atau niai residu yang akan mencangkup pengembalian harga perolehan barang
model yang dibiayai serta bunganya yang merupakan pendapatan perusahaan sewaa
guna usaha. Teknik ini biasanya merupakan suatu bentuk kontrak antara lessor
dengan lesse dengan catatan bahwa :
a. Lessor sebagai pemilik barang, baik berupa barang bergerak maupun tidak
bergerak yang memiliki umur maksimum sama dengan masa kegunaan ekonomis
barang tersebut.
b. Lesse berkewajiban membayar kepada lessor secara berkala sesuai dengan
jumlah dan jangka waktu yang telah ditentukan. Jumlah yang dibayar tersebut
ialah angsuran yang terdiri dari biaya perolehan perolehan barang ditambah
dengan semua biaya yang dikeluarkan lessor dan tingkat keuntungan yang
diinginkan lessor.
c. Lessor tidak dapat mengakhiri kontrak secara sepihak atas pemakaian barang
tersebut. Resiko ekonomis dan biaya pemeliharaan maupun biaya lainnya yang
berhubungan dengan barang yang disewa tersebut ialah tanggung jawab lesse
d. Pada akhir kontrak lesse memiliki hak opsi untuk membeli barang tersebut sesuai
dengan nilai sisa yang disepakati atau mengembalikan pada lessor ataupun
memperpanjang masa sewa guna usaha sesuai dengan syarat-syarat yang
disetujui.
e. Pembayaran berkala pada masa peerpanjangan sewa biasanya jauh lebih rendah
dari angsuran sebelumnya.

Bentuk-bentuk transaksi financial lease :


a. Direct financal lease
Pihak lessor membeli barang modal atas permintaan dari lesse dan langsung
disewagunakan kepada lesse.
b. Sale and lease back
Pihak lesse menjual barang modalnya kepada lessor untuk kemudian
dilakukan kontrak sewa guna usaha atas barang tersebut dengan jangka waktu
yang disepakati.
c. Leveraged lease
Melibatkan pihak lessor, lesse dan kreditur jangka panjang dalam membiayai
objek leasing. Kreditur inilah yang memberikan porsi besar dalam
pembiayaan.
d. Syndicated lease
Apabila pembiayaan sewa guna usaha melibatkan lebih dari satu lessor, aka
kerja sama antar lessor ini didasarkan pada pertimbangan resiko atau objek
leasung yang membutuhkan dana dalam jumlah besar.
e. Cross border lease
Transaksi yang dilakukan diuar batas suatu negara, dimana lessor berada
dinegara berbeda dengan negara lesse sehingga transaksi ini memiliki resiko
yang besar bagi lessor karena harus melibatkan mekanisme hukum, perpajan,
dan masalah-masalah lainnya darimasing-masing negara yang bersangkutan.
f. Vendor lease
Metode penjualan yang dilakukan oleh diler kepada konsumen dengan
mendapatkan fasilitas leasing. Dimana lessor akan membayar objek leasing
kepada vendor/diler dan kemudian lesse akan membayar angsuran secara
periodik langsung kepada lessor ataupun melalui dealer.

2. Operating Lease
Pihak pemilik objek leasing atau lessor membeli barang modal dan disewagunakan
kepada lesse. Pembayaran angsuran yang dibebankan kepada lesse ini tidak termasuk
dengan biaya pemeliharaan maupun biaya yang dikeluarkan oleh lessor dalam
mendapatkan barang modal dan bunga. Sehingga dalam metode ini lessor harus
pintar dalam memasarkan objek leasing nya. Operating leasing merupakan suatu
kontrak dengan catatan, sebagai berikut:
a. Lessor sebagai pemilik objek leasing menyerahkan kepada lesse untuk digunakan
dengan jangka waktu yang relatif pendek dari umur ekonomis barang modal
tersebut.
b. Lesse membayar sejumlah sewa secara berkala kepada lessor yang jumlahnya
tidak meliputi jumlah keseluruhan biaya perolehan barang tersebut beserta
bunganya.
c. Lessor menanggung segala resiko ekonomis dan pemeliharaan atas barang-barang
tersebut.
d. Lesse pada akhir kontrak harus mengembalikan objek leasing kepada lessor.
e. Lesse dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktu-waktu

G. Manfaat Leasing
1. Menghemat modal.
Untuk memulai usaha, lesse tidak perlu tidak perlu menyediakan biaya yang besar
untuk menyiapkan barang modal.
2. Diversifikasi sumber-sumber pembiayaan.
Adanya sumber pembiayaan selain dari bank yang memberikan keleluasaan dan
alternatif untuk membiayai usahanya tanpa khawatir adanya ekspansi kredit yang ada
di perbankan yang akan membahayakan usahanya.
3. Persyaratan yang kurang tepat dan lebih fleksibel.
Perjanjian leasing tidak seketat di bank. Dipandang dari perjanjiannya, leasing lebih
luwes karena menyesuaikan dengan keadaan keuangan lessee, serta kemudahan
dalam pembayaran angsuran.
4. Biaya lebih murah.
Penggunaan barang melalui leasing lebih murah dibandingkan kredit bank
berdasarkan pada nilai sekarang (present value).
5. Di luar neraca (off-balance sheet)
Tidak ada ketentuan yang mengharuskan untuk mencantumkan transaksi leasing
dalam neraca perusahaan. Oleh karena itu operating lease hanya berpengaruh pada
kinerja laba rugi.
6. Menguntungkan arus kas.
Keluwesan pembayaran sewa sangat penting dalam perencanaan arus dana, selain itu
pembayaran dimuka relatif juga akan berpengaruh pada arus dana terlebih apabila ada
pertimbangan keterlambatan menghasilkan laba dalam investasi.
7. Proteksi inflasi.
Leasing dapat memberikan perlindungan terhadap inflasi. Khususnya pada leasing
berdasarkan tarif suku bunga tetap maka lessee membayar dengan jumlah tetap atas
sisa kewajibannya berasal dari perlunasan pembelian yang dilakukan pada masa lalu.
8. Perlindungan akibat kemajuan teknologi.
Dengan leasing, kita dapat terhindar dari kerugian akibat barang yang disewa tersebut
mengalami ketinggalan mode yang disebabkan oleh pesatnya perkembangan
teknologi.
9. Sumber pelunasan kewajiban.
Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit dapat diatasi dengan leasing.
10. Kapitalisme biaya.
Adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya penyerahan,
instalasi, pemeriksaan, konsultan, percobaan, dan sebagainya, dapat dipertimbangkan
sebagai biaya modal yang dapat dibiayai dalam leasing dan dapat disusutkan
berdasarkan masa leasing.
11. Resiko keuangan.
Dalam keadaan yang tidak menentu, operating lease yang berjangka waktu relatif
singkat dapat mengatasi kekhawatiranlessee terhadap resiko keuangan, sehingga lesse
tidak perlu mempertimbangkan resiko pada tahap dini yang mungkin terjadi.
12. Kemudahan penyusunan anggaran.
Adanya pembayaran sewa secara berkala yang jumlahnya relatif tetap merupakan
kemudahan dalam penyusunan anggaran tahunan dasar. Lessee dapat memilih cara
pembayaran sewa secara bulanan, kuartal, atau kesepakatan lainnya.
13. Pembiayaan proyek skala besar.
Adanya keengganan untuk memikul resiko investasi dalam pembiayaan proyek yang
seringkali menjadi permasalahan, dan dapat diatasi melalui leasing.

H. Asuransi dalam Kegiatan Leasing


Adanya asuransi dalam kegiatan leasing digunakan untuk menghindari resiko
kerugian yang besar dalam kegiatan leasing. Sehingga dalam perjanjian kontrak,
ditegaskan adanya asuransi yang biasanya ditanggung oleh lessee. Pihak lessee harus
menanggung premi asuransi dengan alasan lessee adalah pihak yang mengerti seluk
beluk barang modal yang digunakan dan pihak lessor hanya mendapatkan keuntungan
dari selisih antara biaya dana (cost of fund) dengan tingkat bunga yang ditawarkan
kepada lessee.

I. Pembayaran Sewa Guna Usaha


Pembayaran sewa dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a. Pembayaran dimuka (payment in advance)
Yaitu pembayaran angsuran pertama yang dilakukan pada saat realisasi. Angsuran ini
harus mengurangi utang pokok karena saat itu belum dikenakan bunga.
b. Pembayaran sewa dibelakang (payment in arreaes)
Yaitu pembayaran angsuran periode berikutnya setelah realisasi. Angsuran ini
mengandung unsur bunga dan cicilan pokok.

Beberapa pembayaran sewa pada setiap periode ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Nilai barang modal


Nilai barang modal adalah total nilai harga barang modal dengan nilai sisa pada akhir
masa kontrak
b. Simpanan jaminan
Simpanan jaminan dilakukan atas permintaan lessor sebagai security deposit yang
besarnya bergantung kesepakatan antara kedua belah pihak.semakin besar simpanan
jaminan, maka semakin sedikit besarnya uang sewa periodik.
c. Nilai sisa
Nilai sisa dan pembayaran sewa merupakan sumber utama pendapatan lesor. Nilai
sisa adalah perkiraan yang wajar atas nilai suatu barang modal yang ditransaksikan
dalam kontrak lease pada akhir masa kontrak. Nilai sisa adalah faktor yang sangat
penting untuk dipertimbangkan dalam menentukan harga dari setiap jenis sewa guna
usaha.
d. Jangka waktu
Jangka waktu kontrak leasing sering dikaitkan dengan jangka waktu kegunaan
ekonomis atau manfaat barang modal tersebut. Dalam praktik proyeksi arus kas
lessee merupakan faktor yang sangat penting dalam penentuan jangka waktu leasing.
e. Tingkat bunga
Tingkat bunga yang digunakan dalam perhitungan pembayaran leasing adalah tingkat
bunga efektif yang ditetapkan oleh lesor yang dihitung berdasarkan pada besarnya
biaya dana ditambah dengan tingkat keuntungan yang diharapkan.

J. Fleksibilitas dalam Leasing


Fleksibilitas dapat dilakukan dengan membuat skema-skema khusus dalam pembayaran
sewa guna usaha, yaitu :
1. Step lease
Step lease adalah suatu kontrak leasing yang memungkinkan pihak lease melakukan
pembayaran, baik dalam rangka untuk meningkatkan (step up lease) maupun untuk
mengurangi atau menurunkan (step down lease) jangka waktu leasing guna
mengatasi keterbatasan arus kas lessee.
2. Skipped payment lease
Skipped payment lease adalah perjanjian atau kontrak leasing yang menghendaki
pihak lease untuk melakukan pembayaran selama periode atau bulan-bulan tertentu
setiap tahunnya.
3. Swap lease
Swap lease memungkinkan lease untuk melakukan penukaran atas barang yang
disewa apabila barang tersebut mengalami kerusakan dan atau memerlukan
perbaikan dan penggantian komponen tertentu.
4. Upgrade lease
Upgrade lease memberikan pilihan lebih fleksibel bagi lessee yang memungkinkan
untuk meminta tambahan barang leasing guna meningkatkan kapasitas atau efisiensi
5. Master lease
Lesor memberikan lease line credit yang memungkinkan lessee untuk menambah
barang atau peralatan untuk disewa (sampai dengan maksimum jumlah dan dengan
periode tertentu)
6. Short term or experimental lease
Selama jangka waktu yang diberikan, lease akan memutuskan apakah barang tersebut
akan disewa sampai dengan jangka waktu yang diinginkan dan apakah barang
tersebut memberikan dan meningkatkan keuntungan lessee atau tidak,. Hal ini akan
menghilangkan resiko spekulasi bagi lessee dalam usaha memperoleh suatu barang
atau aset.

K. Perlakuan Akuntansi Leasing


Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan diungkapkan
konsep substansi mengungguli bentuk (substance over form) yang berarti bahwa makna
ekonomis suatu transaksi lebih diutamakan dari pada bentuk hukumnya yang digunakan
untuk mengatasi kerancuan akuntansi yang sering terjadi pada lessor maupun lessee.
Perlakuan akuntansi untuk leasing yang berlaku di Indonesia didasarkan pada PSAK
No. 30 tentang Akuntansi Sewa Guna Usaha.
1. Finance Lease
a. Jumlah penanaman neto terdiri dari jumlah piutang sewa guna usaha ditambah
nilai sisa (harga opsi) yang akan diterima oleh pada akhir masa sewa guna usaha
dikurangi dengan pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui (unearned
lease income) dan simpanan jaminan (security deposit).
b. Selisih antara piutang sewa guna usaha ditambah dengan nilai sisa (harga opsi)
dengan harga perolehan aset yang disewagunausahakan diperlakukan sebagai
pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui.
c. Pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui harus dialokasikan secara
konsisten sebagai pendapatan tahun berjalan berdasarkan suatu tingkat
pengembalian berkala atas penanaman neto perusahaan sewa guna usaha.
d. Apabila perusahaan sewa guna usaha menjual barang modal kepada penyewa
guna usaha sebelum berakhirnya masa sewa guna usaha, maka perbedaan antara
harga jual dengan persamaan neto dalam sewa guna usaha pada saat penjualan
dilakukan harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian pada
periode berjalan
e. Pendapatan lain yang diterima sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha
harus diakui dan dicatat sebagai pendapatan periode berjalan.

2. Operating Lease
a. Barang modal yang disewagunausahakan harus diperlakukan dan dicatat sebagai
aset sewa guna usaha berdasarkan pada harga perolehan
b. Pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan yang diperoleh dari penyewa
diakui dan dicatat berdasarkan pada metode garis lurus sepanjang masa sewa
guna usaha, meskipun pembayaran sewa guna usaha mungkin dilakukan dalam
jumlah yang tidak sama setiap periode.
c. Penyusutan aset yang disewagunausahakan harus dilakukan dalam jumlah yang
layak berdasarkan pada taksiran masa manfaatnya.
d. Jika aset yang disewagunausahakan dijual maka perbedaan antara nilai buku dan
harga jual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian tahun
berjalan.

Perlakuan akuntansi oleh lessee yaitu :


1. Capital Lease
a. Transaksi sewa guna usaha diperlakukan dan dicatat sebagai aset tetap dan
kewajiban pada awal masa sewa guna usaha sebesar nilai tunai dan seluruh
pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa yang harus dibayar oleh
penyewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha. Selama masa sewa guna
usaha setiap pembayaran sewa guna usaha dialokasikan dan dicatat sebagai
angsuran pokok kewajiban sewa guna usaha dan beban bunga berdasarkan pada
tingkat bunga yang dipertimbangkan terhadap sisa kewajiban lessee.
b. Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai tunai dari pembayaran
sewa guna usaha adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh perusahaan sewa
guna usaha atau tingkat bunga yang berlaku pada awal masa sewa guna usaha.
c. Aset yang disewagunausahakan harus diamortisasi dalam jumlah yang wajar
berdasarkan pada taksiran masa manfaatnya.
d. Kalau aset yang disewagunausahakan dibeli sebelum berakhirnya masa sewa
guna usaha, maka perbedaan antara pembayaran yang dilakukan dengan sisa
kewajiban dibebankan atau dikreditkan pada tahun berjalan.
e. Kewajiban sewa guna usaha harus disajikan sebagai kewajiban lancar dan jangka
panjang sesuai dengan praktik yang lazim untuk jenis usaha sewa guna usaha.
f. Selisih antara harga jual dan nilai buku aset yang dijual harus diakui dan dicatat
sebagai keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan. Amortisasi terhadap
keuntungan atau kerugian yang telah ditangguhkan harus dilakukan secara
proporsional dengan biaya amortiasasi aset yang disewa apabila lease back
merupakan capital lease atau secara proporsional dengan biaya sewa apabila
lease back merupakan operating lease

2. Operating Lease
Pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan merupakan biaya sewa
yang diakui dan dicatat berdasarkan pada metode garis lurus selama masa sewa guna
usaha, meskipun pembayaran sewa guna usaha dilakukan dalam jumlah yang tidak
sama setiap periode.

L. Perbedaan Leasing dengan Jenis Pembiayaan Lain

Jenis Pembiayaan
Pembeda Leasing Sewa Beli Sewa-Menyewa Kredit Bank
Jenis barang Barang bergerak dan Barang Barang bergerak Semua jenis
barang tak bergerak bergerak dengan investasi
pemeliharaan
Penyewa/ Perusahaan/perseora Perusahaan/per Perusahaan/perseo Perusahaan/perse
pembeli ngan seorangan rangan orangan
Bentuk Badan hukum Supplier Supplier Bank
perusahaan
Pemilikan Perusahaan leasing Pemilik barang Pemilik barang Debitur
barang
Jangka Menengah Pendek Pendek/menengah Pendek/menengah
waktu /jangka panjang
Besarnya 100% 80% Lebih rendah 80%
pembiayaan
Biaya Bunga+margin Tinggi Bung+margin Interbank
Bunga spread rate+spread
Akhir -Menggunakan hak Barang Barang kembali -Kredit lunas
kontrak opsi untuk membeli menjadi milik kepada pemilik -Jaminan kembali
seharga nilai ke penyewa
debitur sisa
-Memperpanjang
kontrak
-Mengembalikan
kepada lessor

DAFTAR PUSTAKA

Budisantoro, Totok. 2014. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Salemba Empat.

Kasmir. 2013. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai