A. Pengertian Leasing
Pada prinsipnya, leasing mengandung pengertian yang sama, yaitu
memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
Pembiayaan perusahaan
Penyediaan barang-barang modal
Jangka waktu tertentu
Pembayaran berkala
Adanya hak pilih atau hak opsi
Adanya nilai sisa yang disepakati bersama
B. Perkembangan Leasing di Indonesia
Kegiatan usaha leasing baru diperkenalkan pada tahun 1974 dengan
Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan
Menteri Perdagangan No Kep.122/MK/IV12/1974, No 32/M/SK/1974 dan
No 301 Kpb/I174 tertanggal 7 Januari 1974 tantang perijinan usaha Leasing.
Selanjutnya, Menteri Keuangan mengeluarkan Surat keputusan No.
649MK1IV/5/1974 tertanggal 6 Mei 1974 yang mengatur mengenai
ketentuan tata cara perijinan dan kegiatan usaha leasing di Indonesia. Untuk
mendukung perkembangannya,
2.
Perusahaan patungan Indonesia-Asing sebesar Rp 10 miliar
3.
Koperasi sebesar Rp 3 miliar
C. Mekanisme Leasing
Transaksi leasing melibatkan 4 pihak yang berkepentingan antara lain:
1. Lessor, yaitu perusahaan leasing yang memberikan jasa pembiayaan
2.
modal
yang
dibutuhkan
lessee
menandatangani
dan
supplier
lease
adalah
pembiayaan
leasing
yang
dilakukan oleh lebih dari satu lessor atas suatu objek leasing.
Syndicated lease terjadi apabila lessor karena alasan-alasan risiko
tidak bersedia, atau karean alasan tidak memiliki kemampuan
pendanaan untuk menutup sendiri suatu transaksi leasing yang
nilainya cukup besar yang dibutuhkan oleh lessee. Untuk memenuhi
permintaanatau kebutuhan lessee tersebut, maka beberapa perusahaan
leasing melakukan perjanjian kerja sama untuk membiayai objek
leasing dimaksud. Selanjutnya, dalam pelaksanaannya dari kelompok
lessor, berdasarkan persetujuan ditunjuk salah satu lessor untuk
bertindak sebagai koordinator dalam melaksanakan perjanjian leasing
dengan pihak lessee termasuk dengan pihak supplier.
e. Cross Border Lease
15.
Cross border lease adalah transaksi leasing yang dilakukan di
luar batas suatu negara, di mana lessor berkedudukan di negara
berbeda dengan negara lessee. Jenis transaksi leasing ini kadangkadang disebut pula sebagai leasing lintas negara atau transaksi
leasing internasional karena yang dilakukan melibatkan dua negara
yang berbeda. Metode pembiayaan ini merupakan hal yang kompleks
dan bersifat khusus. Transaksi leasing ini mengandung banyak risiko
bagi lessor karena bagaimanapun juga akan melibatkan mekanisme
hukum, perpajakan dan masalah-masalah lainnya dari masing-masing
negara yang bersangkutan. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut
biasanya transaksi leasing antara negara dilakukan oleh afiliasinya
atau subsidiary perusahaan leasing yang bersangkutan. Transaksi
leasing biasanya dilakukan dengan cara perjanjian penjualan
bersyarat yaitu pihak lessee diwajibkan membeli barang yang dilease-nya pada akhir kontrak. Cara ini pada dasarnya hanya untuk
melindungi lessor dari kompleksitas peraturan dan ketentuanketentuan negara asing. Mekanisme cross border lease pada gambar
di bawah ini. Kompleksitas dalam transaksi leasing internasional bagi
lessor ini meliputi beberapa masalah antara lain:
a) Pertimbangan politis yaitu menyangkut stabilitas Negara
lessee
b) Peraturan mengenai pemilikan oleh pihak asing
c) Perpajakan
yaitu
menyangkut
ketentuan
pajak
ganda
(doubletaxation)
d) Ketentuan
repatriasi
penghasilan
termasuk
masalah
atau
ditentukan
oleh
pembeli
(lessee).
Selanjutnya
menurut
Keputusan
Menteri
Keuangan
No.
F. Manfaat Leasing
21.Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2006: 196),
pembiayaan melalui leasing memberikan keuntungan antara lain:
b. Menghemat modal
c. Penggunaan sistem leasing memungkinkan lessee menghemat modal
kerja. Untuk memulai usaha, lessee tidak perlu menyediakan dana dalam
jumlah besar untuk menyiapkan barang-barang modal. Dana yang
tersedia dapat dialokasikan untuk kebutuhan yang lain yang lebih
penting.
d. Diversifikasi sumber-sumber pembiayaan
22.
13
14
dari
modal
kerja
yang dihasilkan
oleh
adanya
penyerahan,
instalasi,
pemeriksaan,
konsultan,
percobaan,
dan
15
35.
36.Sedangkan menurut Waluyo (2008, 284), keuntungan dibagi
menjadi dua, yaitu:
a. Keuntungan bagi Lessee
1) Lessee dapat menghindarkan diri dari kebutuhan dana besar dengan
bunga yang tinggi.
2) Risiko keusangan dapat dihindari atau dikurangi karena lessee dapat
menukarkan kepada lessor setelah pemakaian.
3) Perjanjian kontrak leasing lebih luwes.
4) Biaya perusahaan lebih rendah atau murah.
5) Untuk dilaporan keuangan tidak berubah sehingga rasio leverage
tidak terpengaruh.
b. Keuntungan bagi Lessor
1) Secara hukum lessor berhak menjual barang yang disewa.
2) Secara akuntansi lessor masih mempunyai hak untuk menyusutkan
aset tetap yang disewa, karena hak kepemilikannya masih berada
pada lessor.
G. Asuransi dalam Kegiatan Leasing
37.
alasan lessee adalah pihak yang mengerti seluk beluk barang modal yang
digunakan dan pihak lessor hanya mendapatkan keuntungan dari selisih
antara biaya dana (cost of fund) dengan tingkat bunga yang ditawarkan
kepada lessee.
H. Pembayaran Sewa Guna Usaha
38.
dari unsur bunga dan cicilan pokok yang jumlahnya selalu berubah-ubah.
Pembayaran bunga tersebut akan semakin mengecil sejalan dengan
penurunan saldo pokok. Pembayaran sewa dapat dilakukan dengan
menggunakan dua cara, yaitu:
1. Pembayaran sewa di muka (payment in advance)
16
39.
Angsuran ini hanya mengurangi utang pokok karena saat itu belum
dikenakan bunga.
40.
2. Pembayaran sewa di belakang (payment in arreas)
41.
17
1. Step lease
49.
memungkinkan
untuk
meminta
tambahan
barang
leasing
guna
18
sebuah truk senilai Rp. 90.000.000, nilai residu aset diperkirakan sebesar
Rp. 20.000.000 jangka waktu sewa selama 6 tahun dengan tingkat bunga
19
Perhitungan:
Lessee
1 April 2010 Jurnal pada awal perjanjian
65.
68.
Lessor
1 April 2010 Jurnal pada awal perjanjian
73.
72.
20
75.
77.
78.
79.
K. Perbedaan Leasing dengan Jenis Pembiayaan Lain
80.Leasing (Sewa guna usaha) merupakan kegiatan pembiayaan
dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha
dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi
(operating lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama
jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran. Kegiatan
sewa guna usaha dilakukan dalam bentuk pengadaan barang modal bagi
penyewa guna usaha, baik dengan maupun tanpa hak opsi untuk membeli
barang tersebut. Pengadaan barang modal dapat juga dilakukan dengan cara
membeli barang penyewa guna usaha yang kemudian disewagunausahakan
kembali. Sepanjang perjanjian sewa guna usaha (leasing) masih berlaku,
hak milik atas barang modal objek transaksi sewa guna usaha berada pada
perusahaan pembiayaan.
81.Factoring (Anjak Piutang) adalah kegiatan pembiayaan dalam
bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut
pengurusan atas piutang tersebut. Dalam Pasal 4 Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan,
dijelaskan bahwa kegiatan anjak piutang dilakukan dalam bentuk piutang
dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang
tersebut. Kegiatan anjak piutang tersebut, dapat dilakukan dalam bentuk
anjak piutang tanpa jaminan dari penjual piutang (without recourse) dan
anjak piutang dengan jaminan dari penjual piutang (with recourse). Anjak
piutang tanpa jaminan dari penjual piutang (without recourse) adalah
kegiatan anjak piutang dimana perusahaan pembiayaan menanggung seluruh
resiko tidak tertagihnya piutang. Sedangkan anjak piutang dengan jaminan
dari penjual piutang (with recourse) adalah kegiatan anjak piutang dimana
21
perdagangan
terdapat
surat-surat
berharga
yang
mudah
22
mal
tersebut
membiayai
100%
modal
kegiatan
23
24
ii.
iii.
Ijarah dalam hal ini Penerbit kartu adalah penyedia jasa sistem
pembayaran dan pelayanan terhadap pemegang kartu. Atas
ijarah ini, pemegang kartu dikenakan membership fee.
pembiayaan
yang
melakukan
kegiatan
usaha
25
26
i.
ii.
iii.
27
28
99.
PEGADAIAN
100.
A. Pengertian Pegadaian
101.
gadai adalah hak yang diperoleh seorang yang mempunyai piutang atas
suatu barang bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang
yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai utang atau oleh seorang lain
atas nama orang yang mempunyai utang. Seorang yang berutang tersebut
memberikan kekuasaan kepada orang berpiutang untuk menggunakan
barang bergerak yang telah diserahkan untuk melunasi utang apabila pihak
yang berutang tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo.
102.
misalnya:
giro,
deposito
dan
tabungan
sebagaimana
29
dari:
b. Penggunaan Dana
111.
30
yang tidak kecil. Dana ini antara lain digunakan untuk gaji pegawai,
honor, perawatan peralatan, dan lain-lain.
d) Penyaluran dana
115.
bentuk pembiayaan datas dasar hukum gadai. Lebih dari 50% dana
yang telah dihimpun oleh Perum Pegadaian tertanam dalam bentuk
aktiva ini, karena memang ini merupakan kegiatan utamanya.
Penyaluran dana ini diharapkan akan dapat menghasilkan keuntungan,
meskipun tetap dimungkinkan untuk mendapatkan penerimaan dari
bunga yang dibayarkan oleh nasabah. Penerimaan inilah yang
merupakan penerimaan utama bagi Perum Pegadaian dalam
menghasilkan keuntungan, meskipun
31
pada nilai barang yang akan digadaikan, maka barang yang akan diterima
dari calon peminjam terlebih dahulu harus ditaksir nilainya oleh petugas
penaksir. Petugas penaksir adalah orang yang sudah mendapatkan
32
33
dijual dengan harga yang lebih rendah dari pada nilai taksir yang telah
dilakukan pada awal pemberian pinjaman kepada nasabah yang
34
bersangkutan, maka barang yang tidak laku dilelang tersebut dibeli oleh
Negara dan kerugian yang timbul ditanggung oleh Perum Pegadaian.
Berikut ini bagan prosedur pemberian pinjaman oleh Perum Pegadaian:
134.
135.
perum Pegadaian:
136.
137.
138.
D. Pegadaian Syariah
139.
dikenal dengan sebutan Rahn, yang berarti tetap atau lama. Dengan kata
lain, penahanan suatu barang dalam jangka waktu tertentu. Beberapa ahli
juga menyatakan bahwa rahn juga berarti menjadikan barang yang memiliki
nilai harta sebagai jaminan pada utang-piutang.
a) Perbedaan Utama antara Pegadaian Syariah dengan Konvensional
140.
Perbedaan
pegadaian
syariah
dengan
pegadaian
35
bersifat ijarah. Ijarah sendiri adalah perjanjian akad kredit antara bank
(muajjir) dengan nasabah (muttajir) untuk menyewa barang atau objek
sewa dimana bank memperoleh imbalan jasa, hingga objek sewa dibeli
kembali oleh nasabah.
b) Produk Pegadaian Syariah
141.
Singkatnya,
produk
pegadaian
syariah
ini
pengusaha
mikro
dan
UKM
dengan
36
3. Program Amanah
145.
DAFTAR PUSTAKA
(Online),
(http://untagbanyuwangi.ac.id/attachments/article/351/PERLAKUAN
%20AKUNTANSI%20PAJAK%20ATAS%20SEWA%20GUNA
%20USAHA%20.pdf, diunduh pada 25 Oktober 2016).
37
Amanita
Novi.
2015.
Pegadaian,
(Online),
38