Anda di halaman 1dari 38

LEASING

A. Pengertian Leasing
Pada prinsipnya, leasing mengandung pengertian yang sama, yaitu
memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
Pembiayaan perusahaan
Penyediaan barang-barang modal
Jangka waktu tertentu
Pembayaran berkala
Adanya hak pilih atau hak opsi
Adanya nilai sisa yang disepakati bersama
B. Perkembangan Leasing di Indonesia
Kegiatan usaha leasing baru diperkenalkan pada tahun 1974 dengan
Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan
Menteri Perdagangan No Kep.122/MK/IV12/1974, No 32/M/SK/1974 dan
No 301 Kpb/I174 tertanggal 7 Januari 1974 tantang perijinan usaha Leasing.
Selanjutnya, Menteri Keuangan mengeluarkan Surat keputusan No.
649MK1IV/5/1974 tertanggal 6 Mei 1974 yang mengatur mengenai
ketentuan tata cara perijinan dan kegiatan usaha leasing di Indonesia. Untuk
mendukung perkembangannya,

Menteri Keuangan mengeluarkan surat

keputusan No 650/MK/IV/511974 tertanggal 6 Mei 1974 tentang penegasan


ketentuan pajak penjualan dan besarnya bea materai terhadap usaha leasing.
Dengan dikeluarkannya kebijakan deregulasi 20 Desember 1988 atau
disebut Pakdes 20 1988 kegiatan usaha leasing termasuk dalam perusahaan
pembiayaan, di samping itu, Keppres No 61 tahun 1988 dan Keputusan
Menteri Keuangan No 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988
merupakan bagian dari Pakdes 88 di mana lembaga pembiayaan adalah
badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara
langsung dari masyarakat.
Ketentuan minimum modal disetor untuk pendirian suatu perusahaan
pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha leasing diatur dalam Pakdes 20
tahun 1988 dengan Keputusan Menteri Keuangan No 1251/KMK.013/1988
tanggal 20 Desember 1988, di mana jumlah modal disetor atau simpanan
wajib dan pokok ditetapkan sebagai berikut:
1.
Perusahaan swasta nasional sebesar Rp 3 miliar
1

2.
Perusahaan patungan Indonesia-Asing sebesar Rp 10 miliar
3.
Koperasi sebesar Rp 3 miliar
C. Mekanisme Leasing
Transaksi leasing melibatkan 4 pihak yang berkepentingan antara lain:
1. Lessor, yaitu perusahaan leasing yang memberikan jasa pembiayaan
2.

kepada pihak lessee dalam bentuk barang modal.


Lessee, yaitu perusahaan yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk

barang modal dari lessor.


3. Pemasok, yaitu perusahaan yang mengadakan atau menyediakan barang
untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh lessor.
4. Bank atau Kreditor, pihak Bank atau Kreditor tidak terlibat secara
langsung dalam perjanjian kontrak leasing tetapi bank memegang
peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor.

Gambar 1. Mekanisme transaksi leasing


Keterangan gambar:
1. Lessee menghubungi pemasok untuk memilih dan menentukan jenis
barang, spesifikasi, harga, jangka waktu penagihan dan jaminan purna
jual atas barang yang akan disewa.
2. Lessee melakukan negosiasi dengan lessor mengenai kebutuhan
pembiayaan barang modal. Dalam hal ini, lessee dapat meminta lessee
quotation yang tidak mengikat dari lessor. Dalam quotation terdapat
syarat-syarat pokok pembiayaan leasing antara lain: keterangan barang,
harga barang, cash security deposit, residual value, asuransi, biaya
administrasi, jaminan uang sewa dan persyaratan lainnya.
2

3. Lessor mengirimkan letter of offer atau commitment letter kepada lessee


yang berisi syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai
barang

modal

yang

dibutuhkan

lessee

menandatangani

dan

mengembalikannya kepada lessor.


4. Penandatanganan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhi
lessee di mana kontrak tersebut mencakup hal-hal: pihak yang terlibat,
hak milik, waktu, jasa leasing, opsi bagi lessee, penutupan asuransi,
tanggung jawab atas objek leasing, perpajakan jadwal pembayaran
angsuran sewa dan sebagainya.
5. Pengiriman order beli kepada pemasok disertai instruksi pengiriman
barang kepada lessee sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang
telah disetujui.
6. Pengiriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan
serta menandatangani surat tanda terima dan perintah bayar yang
selanjutnya diserahkan kepada pemasok.
7. Penyerahan dokumen oleh pemasok kepada lessor termasuk faktur dan
bukti-bukti kepemilikan barang lainnya.
8. Pembayaran oleh lessor kepada pemasok.
9. Pembayaran sewa secara berkala oleh lessee kepada lessor selama masa
leasing yang seluruhnya mencakup pengembalian jumlah yang dibiayai
beserta bunga.
D. Penggolongan Perusahaan Leasing
Perusahaan leasing dalam menjalankan kegiatan usahanya dapat
digolongkan ke dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu:

1. Independent Leasing Company


Perusahaan leasing jenis ini mewakili sebagian besar dari industri
leasing. Perusahaan tipe ini berdiri sendiri atau independent dari supplier
yang mungkin dapat sekaligus sebagai pihak produsen barang dan dalam
memenuhi kebutuhan barang modal nasabahnya (lessee). Perusahaan
dapat membelinya dari berbagai supplier atau produsen kemudian dilease kepada pemakai. Lembaga keuangan yang terlibat dalam kegiatan
usaha leasing, misalnya bank-bank, dapat pula disebut sebagai lessor
independent. Banyak lembaga keuangan yang bertindak sebagai lessor
3

tidak hanya memberikan pembiayaan leasing kepada lessee tetapi juga


memberikan pendanaan kepada perusahaan leasing. Di samping itu
lessor independent dapat pula memberikan pembiayaan kepada supplier
(manufacturer) yang sering disebut dengan vendor program.
2. Captive Lessor
3.

Captive lessor akan tercipta apabila supplier

atau produsen mendirikan perusahaanleasing sendiri untuk


membiayai produk-produknya. Hal ini dapat terjadi apabila
pihak supplier berpendapat bahwa dengan menyediakan
pembiayaan leasing sendiri akan dapat meningkatkan
kemampuan penjualan melebihi tingkat penjualan dengan
menggunakan pembiayaan trasdisional. Captive lessor ini
sering pula disebut dengan two party lessor. Pihak pertama
terdiri atas perusahaan induk dan anak perusahaan leasing
(subsidiary) dan pihak kedua adalah lessee atau pemakai
barang.
4. Lease Broker atau Packager
5.

Broker leasing berfungsi mempertemukan

calon lessee dengan pihak lessor yang membutuhkan suatu


barang modal dengan cara leasing. Broker leasing
memberikan satu atau lebih jasa-jasa dalam usaha leasing
tergantung apa yang dibutuhkan dalam suatu transaksi
leasing.

E. Teknik-teknik Pembiayaan Leasing


6. Teknik pembiayaan leasing dapat dilihat dari jenis transaksi
leasing yang secara garis besar dapat dibagi dua kategori pembiayaan yaitu
finance lease dan operating lease.
1. Finance Lease
7.

Teknik pembiayaan menurut finance lease ini, perusahaan

leasing sebagai lessor adalah pihak yang membiayai penyediaan barang


modal. Penyewa guna usaha (lessee) biasanya memilih barang modal
yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan leasing, sebagai pemilik
barang modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta
pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi leasing.
Selama masa leasing, lessee melakukan pembayaran nilai sisa (residual
value). Kalau ada, akan mencakup pengembalian harga perolehan
barang modal yang dibiayai serta bunganya, yang merupakan
pendapatan perusahaan leasing.
8.

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

finance lease atau kadang-kadang pula disebut full-pay out leasing


adalah suatu bentuk pembiayaan dengan cara kontrak antara lessor
dengan lessee di mana:
a. Lessor sebagai pihak pemilik barang atas objek leasing, dimana objek
leasing dapat berupa barang bergerak ataupun tidak bergerak dan
memiliki umur maksimum sama dengan masa kegunaan ekonomis
barang tersebut.
b. Lessee berkewajiban membayar kepada lessor secara berkala sesuai
dengan jumlah dan jangka waktu yang disetujui. Jumlah yang dibayar
tersebut merupakan angsuran atau lease payment yang terdiri atas
biaya perolehan barang ditambah dengan semua biaya lainnya yang
dikeluarkan lessor dan tingkat keuntungan atau spread yang
diinginkan lessor.
c. Lessor dalam jangka waktu perjanjian yang disetujui tidak dapat
secara sepihak mengakhiri masa kontrak atau pemakaian barang
tersebut. Risiko ekonomis termasuk biaya pemeliharaan dan biaya

lainnya yang berhubungan dengan barang yang di-lease tersebut


ditanggung oleh lessee.
d. Lessee pada akhir periode kontrak memiliki hak opsi untuk membeli
barang tersebut sesuai dengan nilai sisa atau residual value yang
disepakati, atau mengembalikan pada lessor, atau memperpanjang
masa lease sesuai dengan syarat-syarat yang disetujui bersama.
Pembayaran berkala pada masa perpanjanngan lease tersebut
biasanya jauh lebih rendah daripada angsuran sebelumnya.
9.

Ciri-ciri finance lease antara lain :

a. Objek leasing tetap milik lessor sampai dilakukannya hak opsi


b. Barang modal bisa dalam bentuk barang bergerak/tidak bergerak
c. Masa sewa barang modal sama dengan umur ekonomisnya
d. Jumlah lease payment = jumlah biaya perolehan + biaya-biaya
lainnya + spread
e. Lessor tidak dapat secara sepihak mengakhiri masa kontrak (noncancellablea), atau akan dikenakan denda
f. Risiko ekonomis misalnya biaya pemeliharaan ditanggung lessee
g. Transaksi keuangan
h. Full payout
i. Disertai hak opsi beli sesuai dengan residual value
j. Lessor tidak boleh menyusutkan barang modal
k. Angsuran leasing tidak dikenakan PPN dan PPh Pasal 23
10.

Selanjutnya, finance lease dapat dibagi dalam beberapa

bentuk transaksi sebagai berikut :


a. Direct Financial Lease
11.
Transaksi leasing dalam bentuk direct financial lease, sering
pula disebut true-lease, atau disingkat direct lease; merupakan suatu
bentuk transaksi leasing di mana lessor membeli suatu barang atas
permintaan pihak lessee dan sekaligus menyewagunausahakan barang
tersebut kepada lessee yang bersangkuatan. Spesifikasi barang yang
akan di-lease tersebut termasuk penentuan harga dan penentuan

supplier

dapat dilakukan oleh lessee. Tujuan utama lessee pada

dasarnya adalah semata-mata untuk mendapatkan pembiayaan dengan


cara leasing, guna memperoleh barang modal yang dapat digunakan
dalam proses produksi dan atau meningkatkan kapasitas produksi.
Sedangkan proses pembelian mulai dari order pembelian dilakukan
pihak lessor dan semata-mata untuk kebutuhan lessee. Ciri-ciri direct
financial lease antara lain:
a) Lessee sebelumnya tidak memiliki barang modal (kebalikan
dengan sale and lease back)
b) Pembelian barang oleh lessor semata-mata untuk kebutuhan lessee
c) Penentuan spesifikasi barang, harga dan supplier dapat dilakukan
oleh lessee
d) Tujuan utama lessee semata-mata untuk mendapatkan financing
untuk tujuan proses produksi atau peningkatan kapasitas produksi.
b. Sale and Lease Back
12. Transaksi leasing dalam bentuk sale and lease back ini
pada prisipnya adalah pihak lessee sengaja menjual barang modalnya
kepada lessor untuk kemudian dilakukan kontrak sewa guna usaha
atas barang tersebut. Lessee dalam hal ini berperan sebagai pihak
yang menjual barang untuk digunakan selama masa lease yang
disetujui kedua pihak. Metode leasing ini dimaksudkan untuk
memperoleh tambahan dana untuk modal kerja. Jadi transaksi leasing
di sini bersifat refinancing. Transaksi leasing seperti ini banyak
dilakukan di Indonesia akibat adanya masalah impor barang modal,
perizinan serta pengoperasian, maupun pembiayaan kembali terhadap
pinjaman yang telah diperoleh lessee untuk memperoleh barang
modal ini terutama dalam hal pengenaan bea masuk atau pajak dalam
rangka pengadaan suatu barang modal, umunya pihak lessee akan
membeli lebih dahulu atas nama sendiri barang impor atau eks-impor,
termasuk membayar bea masuk dan bea impor lainnya. Selanjutnya
barang tersebut dijual kepada lessor untuk selanjutnya diserahkan

kembali kepada lessee untuk digunakan sesuai dengan jangka waktu


yang disetujui dalam kontrak leasing.
c. Leveraged Lease
13.
Pada prinsipnya leveraged lease merupakan salah satu teknik
pembiayaan dalam finance lease yang digunakan lessor. Menurut
teknik ini, disamping melibatkan lessor dan lessee juga melibatkan
kreditor jangka panjang dalam membiayai suatu objek leasing. Pihak
kreditor jangka panjang inilah yang memiliki porsi terbesar dalam
membiayai transaksi leasing ini. Sedangkan porsi pembiayaan pihak
lessor biasanya berkisar 20%-40% dari keseluruhan pembiayaan,
sisanya disediakan oleh kreditor. Kreditor tersebut dapat berupa bank
atau lembaga keuangan lainnya. Status kreditor di sini hanya sebagai
penyedia dana kepada lessor, sedangkan jaminannya biasanya adalah
objek leasing itu sendiri. Perbedaannya dengan teknik direct lease
adalah terletak pada jumlah pembiayaan yang diberikan oleh lessor
100%. Oleh karena itu, lessor bertanggung jawab langsung kepada
kreditor sesuai dengan jumlah pembiayaannya.
d. Syndicated Lease
14. Syndicated

lease

adalah

pembiayaan

leasing

yang

dilakukan oleh lebih dari satu lessor atas suatu objek leasing.
Syndicated lease terjadi apabila lessor karena alasan-alasan risiko
tidak bersedia, atau karean alasan tidak memiliki kemampuan
pendanaan untuk menutup sendiri suatu transaksi leasing yang
nilainya cukup besar yang dibutuhkan oleh lessee. Untuk memenuhi
permintaanatau kebutuhan lessee tersebut, maka beberapa perusahaan
leasing melakukan perjanjian kerja sama untuk membiayai objek
leasing dimaksud. Selanjutnya, dalam pelaksanaannya dari kelompok
lessor, berdasarkan persetujuan ditunjuk salah satu lessor untuk
bertindak sebagai koordinator dalam melaksanakan perjanjian leasing
dengan pihak lessee termasuk dengan pihak supplier.
e. Cross Border Lease

15.
Cross border lease adalah transaksi leasing yang dilakukan di
luar batas suatu negara, di mana lessor berkedudukan di negara
berbeda dengan negara lessee. Jenis transaksi leasing ini kadangkadang disebut pula sebagai leasing lintas negara atau transaksi
leasing internasional karena yang dilakukan melibatkan dua negara
yang berbeda. Metode pembiayaan ini merupakan hal yang kompleks
dan bersifat khusus. Transaksi leasing ini mengandung banyak risiko
bagi lessor karena bagaimanapun juga akan melibatkan mekanisme
hukum, perpajakan dan masalah-masalah lainnya dari masing-masing
negara yang bersangkutan. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut
biasanya transaksi leasing antara negara dilakukan oleh afiliasinya
atau subsidiary perusahaan leasing yang bersangkutan. Transaksi
leasing biasanya dilakukan dengan cara perjanjian penjualan
bersyarat yaitu pihak lessee diwajibkan membeli barang yang dilease-nya pada akhir kontrak. Cara ini pada dasarnya hanya untuk
melindungi lessor dari kompleksitas peraturan dan ketentuanketentuan negara asing. Mekanisme cross border lease pada gambar
di bawah ini. Kompleksitas dalam transaksi leasing internasional bagi
lessor ini meliputi beberapa masalah antara lain:
a) Pertimbangan politis yaitu menyangkut stabilitas Negara
lessee
b) Peraturan mengenai pemilikan oleh pihak asing
c) Perpajakan

yaitu

menyangkut

ketentuan

pajak

ganda

(doubletaxation)
d) Ketentuan

repatriasi

penghasilan

termasuk

masalah

pengaturan penggunaan valuta asing Negara lessee


e) Peraturan penyusutan
f) Bea masuk barang dan ketentuan impor lainnya
f. Vendor Program
16.
Vendor program atau disebut juga vendor lease adalah suatu

metode penjualan yang dilakukan oleh produsen atau dealer di mana


perusahaan leasing memberikan atau menyediakan fasilitas leasing
kepada pembeli barang. Dalam mekanisme transaksi vendor program
ini, lessor membayar kepada vendor sesuai dengan harga barang yang
dipilih

atau

ditentukan

oleh

pembeli

(lessee).

Selanjutnya

pembayaran sewa atau angsuran oleh lessee dapat dilakukan langsung


kepada lessor, atau dapat dibayarkan melalui vendor yang
bersangkutan. Cara pembayaran tersebut dapat dilakukan sesuai
perjanjian.
2. Operating Lease
17.
Dalam leasing bentuk ini, lessor sengaja membeli barang modal
dan selanjutnya di-lease-kan. Berbeda dengan finance lease, dalam
operating lease jumlah seluruh pembayaran berkala tidak mencakup
jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut
berikut dengan bunganya. Operating lease atau kadang-kadang juga
disebut dengan sewa guna usaha biasa adalah suatu perjanjian kontrak
antara lessor dengan lessee di mana:
a. Lessor sebagai pemilik objek leasing kemudian menyerahkan
kepada

pihak lessee untuk digunakan dengan jangka waktu

relatif lebih pendek daripada umur ekonomis barang modal


tersebut.
b.Lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayar
sejumlah sewa secara berkala kepada lessor yang jumlahnya
tidak meliputi jumlah keseluruhan biaya perolehan barang
tersebut beserta bunganya atau disebut juga non full pay
outlease.
c. Lessor menanggung segala risiko ekonomis dan pemeliharaan atas
barang- barang tersebut.
d.Lessee pada akhir kontrak harus mengembalikan objek lease pada
lessor.
e. Lessee biasanya dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing

sewaktu- waktu atau disebut cancelable.


18.
Operating lease dalam pelaksanaannya membutuhkan suatu
keahlian khusus terutama untuk pemeliharaannya dan pemasaran
kembali barang modal yang di- lease-kan tersebut. Oleh karena itu
berbeda dengan finance lease objek leasing di akhir masa kontrak
merupakan hak milik lessor untuk kemudian dilakukan pemasaran
kembali barang modal tersebut. Lessor dalam operating lease
bertanggung jawab atas segala biaya pelaksanaan lease antara lain
misalnya, biaya asuransi, pembayaran pajak dan pemeliharaan barang
modal. Perbedaan lain dengan finance lease adalah angsuran operating
lease tidak menggambarkan keseluruhan biaya perolehan barang. Hal ini
disebabkan lessor mengharapkan keuntungan dari kontrak leasing
berikutnya.
19.
Selanjutnya

menurut

Keputusan

Menteri

Keuangan

No.

1169/KMK.01/1991 tanggal 27 Nopember 1991 kegiatan leasing dapat


dilakukan dengan cara berikut:
a. Sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)
b. Sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease)
20.
Penggolongan suatu transaksi leasing menurut ketentuan Menteri
Keuangan tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1). Leasing digolongkan sebagai finance lease apabila:
a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna
usaha pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus
dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan
lessor.
b. Masa sewa guna usaha untuk barang modal ditetapkan sekurangkurangnya:
-

2 tahun untuk Golongan I

3 tahun untuk Golongan II dan III

7 tahun untuk Golongan bangunan

c. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan, mengenai hak


opsi
2). Leasing digolongkan sebagai operating lease apabila:
a. Jumlah pembayaran leasing selama masa leasing pertama tidak
dapat menutupi harga perolehan barang modal yang di-lease-kan
ditambah keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor.
b. Perjanjian leasing tidak memuat ketentuan mengenai hak opsi
bagi lessor.

F. Manfaat Leasing
21.Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2006: 196),
pembiayaan melalui leasing memberikan keuntungan antara lain:
b. Menghemat modal
c. Penggunaan sistem leasing memungkinkan lessee menghemat modal
kerja. Untuk memulai usaha, lessee tidak perlu menyediakan dana dalam
jumlah besar untuk menyiapkan barang-barang modal. Dana yang
tersedia dapat dialokasikan untuk kebutuhan yang lain yang lebih
penting.
d. Diversifikasi sumber-sumber pembiayaan
22.

Adanya sumber pembiayaan selain dari bank akan memberikan

keleluasan dan alternatif untuk membiayai usahanya tanpa khawatir


adanya kebijaksanaan pengetatan ekspansi kredit perbankan yang akan
membahayakan kelanjutan usahanya.
e. Persyaratan yang kurang ketat dan lebih fleksibel
23.

Perjanjian leasing tidak sekaku dan seketat dalam bank, meskipun

lessor tetap mempertimbngakan resiko yang biasanya dilakukan melalui


pricing dari suatu kontrak leasing dengan penyesuaian atas keuntungankeuntungan yang diinginkan. Dipandang dari sisi perjanjiannya leasing
lebih fleksibel karena dapat dengan lebih mudah menyesuaikan dengan
keadaan keuangan lessee. Besarnya pembayaran periodik dan masa
waktu pembayaran dapat dirundingkan sesuai dengan kondisi yang
dihadapi oleh lessee secara nyata. Besarnya angsuran tidak harus sama
besar setiap kali pembayaran. Besarnya angusran dapat disesuaikan
dengan tingkat output pada periode tertentu. Masa pembayaran dapat
diatur sehingga pada waktu-waktu tertentu dapat ditentukan lebih besar
atau lebih kecil.
f. Biaya lebih murah
24.

Penggunaan suatu barang atau peralatan melalui metode leasing

jauh lebih murah dibandingkan dengan kredit bank berdasrakan


perhitungan nilai sekarang (present value).
25.

13

g. Di luar neraca (out-balancesheet)


26.

Tidak adanya ketentuan yang mengharuskan untuk mencantumkan

transaksi leasing dalam neraca perusahaan, memberi daya tarik tersendiri


bagi leasing yang berarti prosedur pembelian aktiva tidak perlu dipenuhi
secara terperinci karena masih dalam batas kewenangan direksi. Apabila
leasing tersebut dilakukan dengan menggunkan metode operasional
lease, maka tidak ada keharusan untuk mencantumkan dalam neraca.
Jumlah yang harus dibayarkan selama tahun berjalan dibebankan sebagai
beban sewa. Oleh karena itu, operating lease hanya berpengaruh
terhadap kinerja laba rugi. Apabila dilakukan review kinerja dengan
mendasarkan pada kinerja aktiva tetap didalam neraca, maka akan
tampak bahwa kinerja operasional perusahaan akan menjadi lebih baik.
h. Menguntungkan arus kas
27.

Keluwesan pengaturan pembayaran sewa sangatlah penting dalam

perencanaan arus dana karena pengaturan ini akan mempunyai dampak


yang berarti bagi pendapatan lessee. Selain itu, persayaratan pembayaran
dimuka yang relatif lebih kecil akan sangat berpengaruh pada arus dana,
terlebih apabila ada pertimbangan kelambatan menghasilkan laba dalam
investasi.
i. Proteksi inflasi
28.

Leasing dapat meberikan perlindungan terhadap inflasi dimana

dalam tahun-tahun berikutnya secara kontrak leasing dilakukan


khususnya apabila leasing berdasarkan tarif suku bunga tetap maka
leasse membayar dengan jumlah tetap atas sisa kewajibannya yang
berasal dari pelunasan pembelian yang dilakukan di masa lalu.
j. Perlindungan akibat kemajuan teknologi
29.

Dengan memanfatkan leasing, lessee dapat terhindar dari kerugian

akibat barang yang disewa tersebut mengalami ketinggalan model atas


sistem yang disebabkan oleh pesatnya perkembngan teknologi. Dalam
keadaan yang berubah cepat, operating lease yang berjangka waktu
singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee terhadap resiko keuangan

14

sehingga lessee tidak perlu mempertimbngakan resiko ini pada tahapa


awal.
k. Sumber pelunasan kewajiban
30.

Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit dapat diatasi

melalui leasing karena pelunasan atau pembayaran sewa hampir selalu


diperkirakan

dari

modal

kerja

yang dihasilkan

oleh

adanya

aktivayang disewa sehingga kekhawatiran para kreditur terhadap


gangguan penggunaan modal kerja yang akan mempengaruhi pelunasan
kredit yang telah diberikan dapat diatasi.
l. Kapitalisasi biaya
31.

Adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya

penyerahan,

instalasi,

pemeriksaan,

konsultan,

percobaan,

dan

sebagainya, dapat dipertimbangkan sebagai biaya modal yang dapat


dibiayai dalam leasing dan dapat disusutkan berdasarkan lamanya masa
leasing.
m. Risiko keusangan
32.

Dalam keadaan yang serba tidak menentu, operating lease yang

berjangka waktu relatif singkat dapat mengatasi kekhawatiran leasing


terhadap risiko keusangan (obsolescence) sehingga lessee tidak perlu
mempertimbangkan risiko pada tahap dini yang mungkin terjadi.
n. Kemudahan penyusunan anggaran
33.

Adanya pembayaran sewa secara berkala yang jumlahnya relatif

tetap akan merupakan kemudahan dalam penyusunan anggaran tahunan


lessee. Selain itu, lessee dapat memilih cara pembayaran sewa secara
bulanan,

kwartalan, atau kesepakatan lainnya disamping adanya

kebebasan dalam penetuan dasar suku bunga tetap atau mengambang.


o. Pembiayaan proyek skala besar
34.

Adanya keengganan untuk memikul risiko investasi dalam

pembiayaan proyek yang seringkali menjadi masalah diantara pemberi


dana biasanya dapat diatasi melalui perusahaan leasing sepanjang
tersediannya suatu jaminan penuh yang dapat diterima dan kemudahan
untuk mengusai aktiva yang dibiayai apabila terjadi suatu kelalaian.

15

35.
36.Sedangkan menurut Waluyo (2008, 284), keuntungan dibagi
menjadi dua, yaitu:
a. Keuntungan bagi Lessee
1) Lessee dapat menghindarkan diri dari kebutuhan dana besar dengan
bunga yang tinggi.
2) Risiko keusangan dapat dihindari atau dikurangi karena lessee dapat
menukarkan kepada lessor setelah pemakaian.
3) Perjanjian kontrak leasing lebih luwes.
4) Biaya perusahaan lebih rendah atau murah.
5) Untuk dilaporan keuangan tidak berubah sehingga rasio leverage
tidak terpengaruh.
b. Keuntungan bagi Lessor
1) Secara hukum lessor berhak menjual barang yang disewa.
2) Secara akuntansi lessor masih mempunyai hak untuk menyusutkan
aset tetap yang disewa, karena hak kepemilikannya masih berada
pada lessor.
G. Asuransi dalam Kegiatan Leasing
37.

Pihak lessee harus menanggung premi asuransi dengan

alasan lessee adalah pihak yang mengerti seluk beluk barang modal yang
digunakan dan pihak lessor hanya mendapatkan keuntungan dari selisih
antara biaya dana (cost of fund) dengan tingkat bunga yang ditawarkan
kepada lessee.
H. Pembayaran Sewa Guna Usaha
38.

Besarnya uang sewa yang dibayarkan oleh lessee terdiri

dari unsur bunga dan cicilan pokok yang jumlahnya selalu berubah-ubah.
Pembayaran bunga tersebut akan semakin mengecil sejalan dengan
penurunan saldo pokok. Pembayaran sewa dapat dilakukan dengan
menggunakan dua cara, yaitu:
1. Pembayaran sewa di muka (payment in advance)

16

39.

Pembayaran angsuran pertama dilakukan pada saat realisasi.

Angsuran ini hanya mengurangi utang pokok karena saat itu belum
dikenakan bunga.
40.
2. Pembayaran sewa di belakang (payment in arreas)
41.

Angsuran dilakukan pada periode berikutnya setelah realisasi.

Angsuran ini mengandung unsur bunga dan cicilan pokok.


42.

Faktor penentu besarnya pembayaran sewa:

a. Nilai barang modal


43.Yaitu total nilai harga barang modal dengan nilai sisa pada akhir
masa kontrak.
b. Simpanan jaminan
44.Simpanan jaminan dilakukan atas permintaan lessor sebagai
security deposit yang besarnya tergantung kesepakatan antara kedua
belah pihak.
c. Nilai sisa
45.Yaitu perkiraan yang wajar atas nilai suatu barang modal yang
ditransaksikan dalam kontrak lease pada akhir masa kontrak. Nilai
sisa merupakan factor penting untuk pertimbangan dalam menetapkan
harga dari setiap jenis leasing.
d. Jangka waktu
46.Jangka waktu kontrak leasing dikaitkan dengan jangka waktu
kegunaan ekonomis atau manfaat barang modal tersebut.
e. Tingkat bunga
47.Tingkat bunga yang digunakan dalam perhitungan pembayaran
leasing adalah tingkat bunga efektif yang ditetapkan oleh lessor yang
dihitung berdasarkan besarnya biaya dana ditambah dengan tingkat
keuntungan yang diharapkan.
I. Fleksibilitas dalam Leasing
48.Sewa guna usaha merupakan metode pembiayaan yang fleksibel
dalam memenuhi berbagai kebutuhan pihak lessee. Fleksibilitas leasing
sebagai sumber pembiayaan antara lain:

17

1. Step lease
49.

Step lease adalah suatu kontrak leasing yang memungkinkan pihak

lessee yang menghendaki pembayaran baik dalam rangka untuk


meningkatkan (step up lease) maupun untuk mengurangi (step down
lease) jangka waktu leasing guna mengatasi keterbatasan arus kas lessee.
2. Skipped payment lease
50.

Skipped payment lease adalah perjanjian atau kontrak leasing yang

menghendaki pihak lessee untuk melakukan pembayaran selama periode


atau bulan-bulan tertentu tahunnya.
3. Swap lease
51.

Swap lease adalah kemungkinan lessee untuk melakukan

penukaran atas barang yang disewa apabila barang tersebut mengalami


kerusakan atau memerlukan perbaikan dan penggantian komponen
tertentu.
4. Upgrade lease
52.

Upgrade lease memberikan pillihan fleksibelbagi lessee yang

memungkinkan

untuk

meminta

tambahan

barang

leasing

guna

meningkatkan kapasitas atau efisiensi.


5. Master lease
53.

Lessor memberikan lease line credit yang memungkinkan lessee

untuk menambah barang untuk disewa (sampai dengan maksimum


jumlah dan periode tertentu) dengan persyaratan sama seperti kontrak
sebelumnya tanpa perlu negosiasi atau perjanjian leasing baru.
6. Shortterm or experimental lease
54.

Selama jangka waktu perjanjian leasing, lessee akan memutuskan

apakah barang tersebut akan disewa sampai jangka waktu yang


diinginkan dan yang lebih penting, apakah barang tersebut memberikan
dan meningkatkan keuntungan lessee atau tidak.
J. Perlakuan Akuntansi Leasing
55.PSAK No. 30 tentang Sewa mengatur bahwa suatu sewa
diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan
secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan

18

kepemilikan aset. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika


sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang
terkait dengan kepemilikan aset.
56.
57.Sesuai PSAK 30 terkait dengan akuntansi leasing maka perlakuan
akuntansi untuk aset dalam sewa pembiayaan yang diklasifikasikan sebagai
dimiliki untuk dijual:
1. disajikan sebagai aset tersedia untuk dijual, jika jumlah tercatatnya
terutama dapat dipulihkan melalui transaksi penjualan dari pada
penggunaan lebih lanjut
2. diukur sebesar nilai yang lebih rendah antara jumlah tercatatnya dan nilai
wajar setelah dikurangi beban penjualan aset tersebut
3. diungkapkan dalam laporan keuangan untuk memungkinkan evaluasi
dampak keuangan adanya perubahan penggunaan aset.
58.Perlakuan akuntansi untuk transaksi leasing disesuaikan dengan
jenis sewanya masing-masing:
1. Financial Lease: selisih lebih hasil penjualan dari nilai tercatat tidak
dapat diakui segera sebagai pendapatan oleh penjual lessee, tetapi
ditangguhkan dan diamortisasi selama masa sewa.
2. Operating Lease: jika transaksi terjadi pada nilai wajar maka laba/rugi
harus diakui tetapi jika terjadi dibawah nilai wajar maka laba/rugi harus
diakui segera kecuali rugi tersebut dikompensasikan dengan pembayaran
sewa dimasa depan yang lebih rendah dari harga pasar, maka rugi
tersebut harus ditangguhkan dan diamortisasi secara proporsional dengan
pembayaran sewa selama periode penggunaan aset. Jika harga jual diatas
nilai wajar selisih lebih tersebut ditangguhkan dan diamortisasi selama
periode penggunaan aset.
59.Untuk memudahkan memahami penjelasan diatas dibawah ini
disajikan ilustrasi sederhana atas perlakuan akuntansi finance lease.
60.

Tanggal 1 April 2010 Andi melakukan transaksi finance lease

sebuah truk senilai Rp. 90.000.000, nilai residu aset diperkirakan sebesar
Rp. 20.000.000 jangka waktu sewa selama 6 tahun dengan tingkat bunga

19

sebesar 12 % per tahun. Umur ekonomis aktiva 8 tahun. Metode penyusutan


garis lurus.
61.
62.
63.

Perhitungan:

Jangka waktu sewa : 6 tahun atau 72 bulan


Nilai aktiva : Rp. 90.000.000
Nilai sewa per bulan : Rp. 90.000.000 / 72 bulan=Rp 1.250.000
Tingkat bunga 12 % per tahun
Bunga = Rp. 90.000.000 X 12/100 = 10.800.000/tahun = 900.000/bulan
Umur ekonomis 8 tahun = Rp. 10.800.000 per tahun = Rp. 900.000 per
bulan
Penyusutan = (Harga Perolehan-Nilai Residu)/Umur Ekonomis = (Rp.
90.000.000-Rp.20.000.000)/8 tahun = Rp. 8.750.000/tahun atau Rp.
729.000/bulan
64.

Lessee
1 April 2010 Jurnal pada awal perjanjian
65.

Aset lease Rp. 90.000.000


66.

1 April 2010 Saat pembayaran sewa pertama


67.

Utang lease Rp. 1.250.000

68.

Beban bunga Rp. 900.000


69.

Beban Depresiasi Aset leaseRp. 973.000


71.

Akumulasi Depresiasi Aset lease Rp. 973.000

Lessor
1 April 2010 Jurnal pada awal perjanjian
73.

Piutang sewa pembiayaan Rp. 90.000.000


74.

Kas bank Rp. 2.150.000

30 April 2010 Pengakuan penyusutan aset


70.

72.

Utang lease Rp. 90.000.000

Aset sewa pembiayaan Rp. 90.000.000

1 April 2010 Saat pembayaran sewa pertama

20

75.

Kas bank Rp. 2.150.000


76.

Piutang Sewa pembiayaan Rp. 1.250.000

77.

Pendapatan Bunga Sewa pembiayaan Rp 900.000

78.
79.
K. Perbedaan Leasing dengan Jenis Pembiayaan Lain
80.Leasing (Sewa guna usaha) merupakan kegiatan pembiayaan
dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha
dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi
(operating lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama
jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran. Kegiatan
sewa guna usaha dilakukan dalam bentuk pengadaan barang modal bagi
penyewa guna usaha, baik dengan maupun tanpa hak opsi untuk membeli
barang tersebut. Pengadaan barang modal dapat juga dilakukan dengan cara
membeli barang penyewa guna usaha yang kemudian disewagunausahakan
kembali. Sepanjang perjanjian sewa guna usaha (leasing) masih berlaku,
hak milik atas barang modal objek transaksi sewa guna usaha berada pada
perusahaan pembiayaan.
81.Factoring (Anjak Piutang) adalah kegiatan pembiayaan dalam
bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut
pengurusan atas piutang tersebut. Dalam Pasal 4 Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan,
dijelaskan bahwa kegiatan anjak piutang dilakukan dalam bentuk piutang
dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang
tersebut. Kegiatan anjak piutang tersebut, dapat dilakukan dalam bentuk
anjak piutang tanpa jaminan dari penjual piutang (without recourse) dan
anjak piutang dengan jaminan dari penjual piutang (with recourse). Anjak
piutang tanpa jaminan dari penjual piutang (without recourse) adalah
kegiatan anjak piutang dimana perusahaan pembiayaan menanggung seluruh
resiko tidak tertagihnya piutang. Sedangkan anjak piutang dengan jaminan
dari penjual piutang (with recourse) adalah kegiatan anjak piutang dimana

21

penjual piutang menanggung resiko tidak tertagihnya sebagian atau seluruh


piutang yang dijual kepada perusahaan pembiayaan.
82.Credit card (Kartu kredit) adalah kegiatan pembiayaan untuk
pembelian barang dan/atau jasa dengan menggunakan kartu kredit. Kegiatan
usaha kartu kredit dilakukan dalam bentuk penerbitan kartu kredit yang
dapat dimanfaatkan oleh pemegangnya untuk pembelian barang dan/atau
jasa. Perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha kartu kredit,
sepanjang berkaitan dengan sistem pembayaran wajib mengikuti ketentuan
Bank Indonesia.
83.Consumer Finance (Pembiayaan konsumen) adalah kegiatan
pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen
dengan pembayaran secara angsuran. Kegiatan pembiayaan konsumen
dilakukan dalam bentuk penyediaan dana untuk pengadaan barang
berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran.
Kebutuhan konsumen yang dimaksud meliputi antara lain pembiayaan
kendaraan bermotor, pembiayaan alat-alat rumah tangga, pembiayaan
barang-barang elektronik, dan pembiayaan perumahan.
84.Ventura Capital (Modal Ventura) adalah suatu usaha di bidang
pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu Perusahaan
Pasangan Usaha (PPU) untuk jangka waktu tertentu.
85.Securities Company (Perdagangan surat berharga) adalah kegiatan
pembiayaan dalam bentuk surat berharga. Sebagaimana telah dikemukakan
diatas, kegiatan perdagangan surat berharga dikeluarkan dari kegiatan
lembaga pembiayaan. Hal ini disebabkan kegiatan perdagangan surat
berharga lebih merupakan lembaga penunjang pasar modal. Dalam lalu
lintas

perdagangan

terdapat

surat-surat

berharga

yang

mudah

diperdagangkan, yang mengandung suatu nilai dan oleh karenanya dapat


berpindah-pindah tangan. Surat-surat berharga dapat diperdagangkan, yang
gunanya untuk memudahkan pemakaian uang yang akan diterima dari
pihak ketiga dan untuk mempermudah penagihan piutang dari pihak ketiga
itu.
L. Perusahaan Pembiayaan Syariah

22

86.Pembinaan dan pengawasan dari sisi pemenuhan prinsip Syariah


dilakukan oleh dewan Syariah Nasional-MUI yang menempatkan dewan
pengawas syariah (DPS) dimasing-masing perusahaan pembiayaan
syariah. Pada perusahaan pembiayaan syariah pengawasan dan pembinaan
yang dilakukan meliputi:
87.
1. Sumber Pendanaan
88.Sumber pendanaan bagi perusahaan pembiayaan yang melakukan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah wajib diperoleh
berdasarkan prinsip syariah. Sumber pendanaan tersebut dapat
diperoleh melalui bank atau badan usaha yang lainnya baik dari dalam
maupun luar negeri dengan mengunakan akad yang sesuai dengan
prinsip syariah. Adapun akad yang diterapkan pada sumber
pendanaan ini meliputi:
a) Pendanaan Mudharabah Mutlaqah (Unrestricted Investment),
yaitu pendanaan yang diperoleh perusahaan pembiayaan melalui
akad kerjasama dengan pihak lain yang bertindak sebagai
penyandang dana (shahibul mal), dimana sahibul mal tersebut
membiayai 100% modal kegiatan pembiayaan untuk proyek yang
tidak ditentukan oleh perusahaan pembiayaan, dan keuntungan
usaha dibagi sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam akad.
b) Pendanaan Mudharabah Musyarakah yang diperoleh perusahaan
pembiayaan melalui akad kerja sama dengan pihak lain yang
bertindak sebagai penyandang dana (shahibul mal), dimana
shahibul

mal

tersebut

membiayai

100%

modal

kegiatan

pembiayaan untuk proyek yang telah ditentukan oleh perusahaan


pembiayaan, dan keuntungan dibagi sesuai kesepakatan yang
dituangkan dalam akad.
c) Pendanaan Mudharah Musyarakah yang diperoleh perusahaan
pembiayaan melalui akad kerjasama dengan pihak lain yang
bertindak sebagai penyandang dana (shahibul mal), di mana
shahibul mal dan perusahaan pembiayaan selaku pengelola

23

(mudharib) turut menyertakan modalnya dalam kerjasma investasi


dan keuntungan usaha dibagi sesuai kesepakatan yang dituangkan
dalam akad.
d) Pendanaan Musyarakah (equity participation) yang dipeoleh
perusahaan pembiayaan melaui akad kerja sama dengan pihak lain
untuk usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan
konstribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan risiko
akan ditangung bersama sesuai dengan kesepakatan yang
dituangkan dalam akad.
e) Pendanaan lainnya yang sesuai dengan prinsip syariah.
2. Kegiatan Pendanaan
89.Kegiatan usaha perusahaan pembiayaan syariah terdiri dari:
a) Sewa guna usaha (leasing) syariah adalah kegiatan pembiayaan
dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna
usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha
tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh penyewa
guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara angsuran sesuai dengan prinsip syariah. Usaha
leasing dilakukan berdasarkan akad Ijarah dan Ijarah Muntahiyal
Bitamlik. Akad Ijarah adalah akad penyaluran dana untuk
pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu
tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), antara perusahaan
pembiayaan sebagai (muajjir) dengan penyewa (mustajjir) tanpa
dikuti pengalihan kepemilikan barang itu sendiri. Sedangkan
Ijarah muntahiyal bi al-Tamlik adalah akad penyaluran dana untuk
pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu
tertentu dengan pembayaran sewa (muajjir) dengan penyewa
(mustajir) disertai opsi pemindahan hak milik atas barang tersebut
kepada penyewa setelah selesai masa sewa.
b) Anjak piutang (factoring) adalah kegiatan pengalihan piutang
dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan akan
piutang tersebut sesuai dengan prinsip syariah. Anjak piutang

24

(factoring) dilakukan berdasarkan akad wakalah bil Ujrah.


Wakalah bil Ujrah adalah pelimpahan kuasa oleh satu pihak (al
muwakil) kepada pihak lain (al wakil) dalam hal-hal yang boleh
diwakilkan dengan pemberian keuntungan (ujrah).
c) Pembiayaan konsumen (consumer finance) adalah kegiatan
pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan
konsumen dengan pembayaran secara angsuran sesuai dengan
prinsip syariah. Pembiayaan konsumen dilakukan berdasarkan
akad mudharabah, salam, istisna.
d) Usaha kartu kredit yang dilakukan sesuai dengan prinsip syariah
adalah fasilitas jaminan pembayaran untuk pembelian barang dan
jasa dengan menggunakan kartu kredit sesuai dengan prinsip
syariah. Adapun akad yang digunakan dalam penggunaan kartu
tersebut adalah akad kafalah, qardh, dan ijarah:
i.

Kafalah, dalam hal ini penerbit kartu adalah penjamin (kafil)


bagi pemegang kartu terhadap merchant atas semua kewajiban
bayar (dayn) yang timbul dari transaksi antara pemegang kartu
dengan merchant, atau penarikan tunai dari selain bank atau
ATM bank penerbit kartu. Atas pemberian kafalah, penerbit
kartu dapat menerima fee (ujrah kafalah).

ii.

Qardh, dalam hal ini penerbit kartu adalah pemberi pinjaman


(muqhridh) kepada pemegang kartu (muqhtaridh) melalui
penarikan tunai dari bank atau ATM bank penerbit kartu.

iii.

Ijarah dalam hal ini Penerbit kartu adalah penyedia jasa sistem
pembayaran dan pelayanan terhadap pemegang kartu. Atas
ijarah ini, pemegang kartu dikenakan membership fee.

3. Dewan Pengawas Syariah


90.Perusahaan

pembiayaan

yang

melakukan

kegiatan

usaha

berdasarkan prinsip syariah wajib memliki Dewan Pengawas


Syariah (DPS) yang terdiri dari paling kurang 2 (dua) orang anggota
dan satu orang ketua. Anggota DPS diangkat dalam rapat umum
pemegang saham atas rekomendasi MUI. DPS bertugas memberikan

25

nasihat dan saran kepada direksi, mengawasi aspek syariah kegiatan


operasional perusahaan pembiayaan dan sebagai mediator antara
Perusahaan Pembiayaan dengan DSN-MUI.
4. Pelaporan
91.Perusahaan pembiayaan syariah wajib menyampaikan laporan
kegiatan setiap tanggal 10 setiap bulan dan mendapatkan pernyataan
kesesuaian syariah oleh DPS yang dengan tembusan kepada DSNMUI. Bagi perusahaan pembiayaan laporan disamapaikam kepada
menteri c.q Biro dan Penjaminan dengan tebusan kepada Bank
Indonesia c.q, Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter-Bagaian
Statistik Moneter. Pelaporan perusahaan pembiayaan umumnya
meliputi laporan keuanganan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan
publik.
5. Prinsip Transaksi Perusahaan Pembiayaan Syariah
a) Untuk setiap jenis transaksi pembiayaan syariah wajib tindak
bertindak bertentangan dengan prinsip syariah.
b) Akad-akad yang syariah yang telah ditanda tanggani oleh kedua
belah pihak tidak dapat dibatalkan secara sepihak.
c) Untuk setiap jenis transaksi pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah, setiap pihak wajib wajib memiliki kecakapan dan
kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum., wajib dilakukan
tanpa unsur paksaan diantara pihak yang berakad maupun
bertransaksi, yang diikuti dengan kewajiban melaksanaan atas
obyek pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, maka obyek
yang diasuransikan pada perusahaan asuransi dengan dengan
prinsip syariah juga.
d) Pencatatan akuntansi untuk setiap jenis transaksi pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah sebagaimana diatur dalam peraturan
ini wajib disusun berdasarkan pernyataan standar akuntansi
keuangan yang berlaku.
6. Pembatasan Perusahaan Pembiayaan
92.Lembaga pembiayaan menurut ketentuan, dilarang :

26

i.

Menghimpun dana dari masyarakat secara langsung dalam bentuk


giro, deposito, dan tabungan.

ii.

Menerbitkan surat sanggup bayar (promissory notes) kecuali


jaminan atas utang kepada bank yang menjadi pemberi dananya.
Surat sanggup tersebut tidak dapat dialihkan dan dikuasakan
pihak manapun.

iii.

Memberikan jaminan dalam segala bentuknya kepada pihak lain.

7. Kualitas Aktifa Produktif


93.Adanya penilaian mengenai kolektibilitas aktiva produktif,
mengharuskan perusahaan pembiayaan harus benar-banar melakukan
analisis yang baik dan hati-hati atas setiap jenis kegiatan pembiayaan
yang dilakukannya, termasuk aktifa produktif lainnya yang dimiliki
misalnya surat berharga dan penyertaan. Hasil penilaian aktifa
produktif akan mempengaruhi kinerja perusahaan pembiayaan.
Metode penilaian kualitas aktiva produktif perusahaan pembiayaan
dinilai berdasarkan kolektibilitas aktifa produktif sesuai dengan jenis
usaha pembiayaan. Kemudian berdasarkan penilaian yang dilakukan
tersebut, maka kolektibilitas aktiva produktif digolongkan sebagai
lancar, diragukan, dan macet.
8. Strategi Pengelolaan dan Pengembangan Perusahaan Pembiayaan
a) Pemasaran antara lain membangun kerja sama dengan dealer,
sinergi bisnis dengan grup/induk perusahaan, untuk membangun
captive market.
b) Produk antara lain menciptakan produk yang sederhana dimata
konsumen dan dari mitigasi resiko masih tetap aman.
c) Keuangan antara lain bila tak memungkinkan funding mayoritas
dari bank, ada keterbatasan untuk menambah jumlah funding yang
diperoleh. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan untuk
memperoleh pendanaan dari berbagai sumber.
d) Permodalan antara lain secara bertahap perusahaan perlu
melakukan pemupukan modal atau berusaha mendapatkan
penamabahan modal disetor dari para pemegang saham.

27

e) Sumber daya insani antara lain diperlukan sumber daya manusia


yang berkualitas agar dapat melakukan marketing, menganalisis
resiko, dan melakukan perjanjian jika terjadi resiko gagal bayar
dari konsumen.
94.
95.
9. Perusahaan Pembiayaan Syariah di Indonesia
96.Menurut data DSN-MUI terdapat 11 perusahaan pembiayaan
syariah di Indonesia, yaitu PT Federal Intenasional Finance, PT
Semesta Citra Dana, PT Mandala Multi Finance, Tbk., PT Wahana
Ottomitra Multiartha, Tbk., PT Amanah Finance, PT Fortuna Multi
Finance, Tbk., PT Trust Finance Indonesia, Tbk., PT Capitalinc
Finance, PT Al-Ijarah Indonesia Finance, PT Trimamas Finance, dan
PT Nusa Surya Ciptadana.
97.
98.
10.

28

99.

PEGADAIAN
100.

A. Pengertian Pegadaian
101.

Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1150,

gadai adalah hak yang diperoleh seorang yang mempunyai piutang atas
suatu barang bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang
yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai utang atau oleh seorang lain
atas nama orang yang mempunyai utang. Seorang yang berutang tersebut
memberikan kekuasaan kepada orang berpiutang untuk menggunakan
barang bergerak yang telah diserahkan untuk melunasi utang apabila pihak
yang berutang tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo.
102.

Perusahaan umum pegadaian adalah satu-satunya badan

usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan


kegiatanlembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran
dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai seperti dimaksud dalam Kitab
Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1150 di atas.
B. Kegiatan Usaha Pegadaian
103.

Kegiatan pegadaian umumnya meliputi dua hal, yaitu

penghimpunan dana dan penggunaan dana.


a. Penghimpunan Dana
104.

Pegadaian sebagai lembaga keuangan tidak diperkenankan

menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk


simpanan,

misalnya:

giro,

deposito

dan

tabungan

sebagaimana

perbankan. Untuk memenuhi kebutuhan dananya dalam melakukan


kegiatan usahanya, maka pegadaian memiliki sumber-sumber dana,
sebagai berikut:
1) Pinjaman jangka pendek dari perbankan
105.

Dana jangka pendek dalam hal ini adalah sebagian besar

dalam bentuk pinjaman jangka pendek dari perbankan (sekitar 80%


dari total dana jangka pendek yang dihimpun)
106.
107.

29

2) Pinjaman jangka pendek dari pihak lainnya


108.

Misalnya utang kepada rekanan, utang kepada nasabah,

utang pajak, biaya yang masih harus dibayar, pendapatan diterima


dimuka, dan lain-lain.
3) Penerbitan obligasi
109.

Sampai dengan tahun 1994, Perum Pegadaian sudah 2 (dua)

kali menerbitkan obligasi yang jangka waktunya masing-masing 5


tahun. Penerbitan pertama adalah pada tahun 1993 sebesar Rp 25
miliar dan penerbitan yang kedua kalinya adalh pada tahun 1994
juga sebesar Rp 25 miliar, sehingga sampai tahun 1994 total nilai
obligasi yang telah diterbitkan adalah Rp 50 miliar.
4) Modal sendiri
110.

Modal sendiri yang dimiliki oleh Perum Pegadaian terdiri

dari:

Modal awal, yaitu kekayaan Negara diluar APBN

Penyertaan modal pemerintah

Laba ditahan, yaitu akumulasi laba sejak perusahaan pegadaian


ini berdiri pada masa Hindia Belanda.

b. Penggunaan Dana
111.

Dana yang berhasil dihimpun kemudian digunakan untuk

mendanai kegiatan usaha Perum Pegadaian. Dana tersebut antara lain


digunakan untuk hal-hal berikut:
a) Uang kas dan dana likuid lain
112.

Perum Pegadaian memerlukan dana likuid untuk berbagi

kebutuhan seperti kewajiban yang jatuh tempo, penyaluran dana


dalam bentuk pembiayaan atas dasar hukum gadai, biaya operasional
yang harus segera dikeluarkan, pembayaran pajak, dan lain-lain.
b) Pembelian dan pengadaan berbagai bentuk aktiva tetap dan inventaris
113.

Aktiva tetap berupa tanah dan bangunan serta inventaris ini

tidak secara langsung dapat menghasilkan penerimaan bagi perum


pegadaian namun sangat penting agar kegiatan usahanya dapat
dijalankan dengan baik. Aktiva tetap dan inventaris ini antara lain

30

adalah berupa tanah, kantor atau bangunan, komputer, kendaraan,


meubel, brankas, dan lain-lain.
c) Pendanaan kegiatan operasional
114.

Kegiatan operasional Perum Pegadaian memerlukan dana

yang tidak kecil. Dana ini antara lain digunakan untuk gaji pegawai,
honor, perawatan peralatan, dan lain-lain.
d) Penyaluran dana
115.

Pengunaan dana yang utama adalah untuk disalurkan dalam

bentuk pembiayaan datas dasar hukum gadai. Lebih dari 50% dana
yang telah dihimpun oleh Perum Pegadaian tertanam dalam bentuk
aktiva ini, karena memang ini merupakan kegiatan utamanya.
Penyaluran dana ini diharapkan akan dapat menghasilkan keuntungan,
meskipun tetap dimungkinkan untuk mendapatkan penerimaan dari
bunga yang dibayarkan oleh nasabah. Penerimaan inilah yang
merupakan penerimaan utama bagi Perum Pegadaian dalam
menghasilkan keuntungan, meskipun

tetap dimungkinkan untuk

mendapatkan penerimaan dari sumber yang lain seperti investasi surat


berharga dan pelelangan jaminan gadai.
e) Investasi lain
116.

Kelebihan dana (idle fund) yang belum diperlukan untuk

mendanai kegiatan operasional maupun belum dapat disalurkan


kepada masyarakat, dapat ditanamkan dalam berbagai macam bentuk
investasi jangka pendek dan menengah. Investasi ini dapat
menghasilkan penerimaan bagi Perum Pegadaian, namun penerimaan
ini bukan merupakan penerimaan utama yang diharapkan oleh Perum
Pegadaian. Sebagai contoh, Perum Pegadaian dapat memanfaatkan
dananya untuk investasi dibidang property, seperti kantor dan toko.
Pelaksanaan investasi ini biasanya bekerja sama dengan pihak ketiga
seperti pengembang (developer), kontraktor, dan lain-lain.
117.
118.
119.

31

C. Proses Pinjaman atas Dasar Hukum Gadai


1. Barang yang dapat digadaikan
120.

Pada dasarnya, hampir semua barang bergerak dapat

digadaikan di pegadaian dengan pengecualian untuk barang barang


tertentu. Barang yang dapat digadaikan meliputi :
a. Barang Perhiasan
b. Kendaraan
c. Barang elektronik
d. Barang rumah tangga
e. Mesin mesin
f. Tekstil
g. Barang lain yang dianggap bernilai oleh perum pegadaian
121.

Barang yang tidak dapat digadaikan meliputi:

a. Binatang ternak, karena memerlukan tempat penyimpanan khusus


dan memerlukan cara pemeliharaan khusus.
b. Hasil bumi, karena mudah busuk atau rusak.
c. Barang dagangan dalam jumlah besar , karena memerlukan tempat
penyimpanan yang sangat besar yang tidak dimiliki oleh pegadaian.
d. Barang yang cepat rusak, busuk, atau susut
e. Barang yang amat kotor
f. Kendaraan sangat besar
g. Barang barang seni yang sulit ditaksir
h. Barang yang sangat mudah terbakar
i. Senjata api, amunisi, dan mesiu
j. Barang yang disewabelikan
k. Barang milik pemerintah
l. Barang illegal
2. Penaksiran
122.

Mengingat besarnya jumlah pinjaman sangat tergantung

pada nilai barang yang akan digadaikan, maka barang yang akan diterima
dari calon peminjam terlebih dahulu harus ditaksir nilainya oleh petugas
penaksir. Petugas penaksir adalah orang yang sudah mendapatkan

32

pelatihan khusus dan berpengalaman dalam melakukan penaksiran


barang yang akan digadaikan. Pedoman dasar penaksiran telah ditentukan
oleh perum. Pegadaian agar penaksiran atas suatu barang dapat sesuai
dengan nilai yang sebenarnya. Pedoman penaksiran yang dikelompokan
atas dasar jenis barang adalah sebagai berikut :
123. a. Barang kantong
1) Emas
Petugas penaksir melihat Harga Pasar Pusat (HPP) dan standar
taksiran logam yang telah ditetapkan oleh kantor pusat. Harga
pedoman untuk keperluan pek\naksiran ini selalu disesuikan
dengan perkembangan harga yang terjadi.
Petugas penaksir melakukan pengujian karatase dan berat.
Petugas penaksir menentukan nilai taksiran.
2) Permata
Petugas penaksir melihat harga standar taksiran pertama yang
telah ditetapkan oleh kantor pusat. Standar ini selalu disesuaikan
dengan perkembangan pasar permata yang ada.
Petugas penaksiran melakukan pengujian kualitas dan barat
permata.
Petugas penaksir menentukan nilai taksiran.
124. b. Barang gudang (mobil, mesin, barang elektronik, dan lain - lain)
1) Petugas penaksir melihat Harga Pasar Setempat (HPS) dari barang.
Harga pedoman untuk keperluan penaksiran ini selalu disesuaikan
dengan perkembangan harga yang terjadi.
2) Petugas penaksir menentukan harga taksir
125.

Nilai taksir terhadap suatu objek barang yang akan

digadaikan tidak ditentukan sebesar harga pasar, melainkan setelah


dikaitkan dengan presntase tertentu.
3. Pemberian pinjaman
126.

Nilai taksiran atas barang yang akan digadaikan tidak sama

dengan besarnya pinjaman yang diberikan. Setelah nilai teksir


ditentukan, meka petugas menentukan jumlah uang pinjaman yang dapat

33

diberikan. Penentuan jumblah uang pinjaman ini juga berdasarkan


persentase tertentu terhadap nilai taksir, dan persentase ini juga telah
ditentukan oleh perum pegadaian berdasarkan golongan yang besarnya
berkisar antara 80 hingga 90%.
127.

Pinjaman kemudian digolongkan atas dasar jumblah untuk

menentukan syarat syarat pinjaman seperti besarnya sewa modal,


jangka waktu pelunasan, jadwal atau waktu pelelangan. Pemberian uang
pinjaman kepada nasabah dilakukan oleh kasir tanpa ada potongan biaya
selain untuk premi asuransi.
a. Pelunasan
128.

Sesuai dengan syarat yang telah ditenukan pada waktu

pemberian pinjaman, nasabah mempunyai kewajiban melakukan


pelunasan pinjaman yang telah diterima.
b. Pelelangan
129.

Penjualan barang yang digadaikan melalui suatu pelelangan

akan dilakukan melalui perum pegadaian pada saat yang telah


ditentukan dimuka apabila hal hal berikut terjadi:
130.

1. Pada saat masa pinjaman habis atau jatuh tempo, nasabah

tidak bisa menebus barang yang digadaikan dan membayar


kewajiban lainnya karena berbagai alasan.
131.

2. Pada saaat masa pinjaman habis atau jatuh tempo,

nasabah tidak memperpanjang batas waktu pinjamannya karena


berbagai alasan.
132.

Hasil pelelangan barang yang digadaikan akan digunakan

untuk melunasi seluruh kewajiban nasabah kepada perum pegadaian


yang terdiri dari:
1) Pokok pinjaman
2) Sewa modal atau barang
3) Biaya lelang
133.

Apabila barang yang digadaikan tidak laku dilelang atau

dijual dengan harga yang lebih rendah dari pada nilai taksir yang telah
dilakukan pada awal pemberian pinjaman kepada nasabah yang

34

bersangkutan, maka barang yang tidak laku dilelang tersebut dibeli oleh
Negara dan kerugian yang timbul ditanggung oleh Perum Pegadaian.
Berikut ini bagan prosedur pemberian pinjaman oleh Perum Pegadaian:
134.
135.

Berikut ini prosedur pelunasan barang yang digadaikan di

perum Pegadaian:

136.
137.
138.
D. Pegadaian Syariah
139.

Pegadaian syariah sendiri berasal dari prinsip Islam yang

dikenal dengan sebutan Rahn, yang berarti tetap atau lama. Dengan kata
lain, penahanan suatu barang dalam jangka waktu tertentu. Beberapa ahli
juga menyatakan bahwa rahn juga berarti menjadikan barang yang memiliki
nilai harta sebagai jaminan pada utang-piutang.
a) Perbedaan Utama antara Pegadaian Syariah dengan Konvensional
140.

Perbedaan

pegadaian

syariah

dengan

pegadaian

konvensional sendiri hanya berbeda dalam pembiayaannya. Pegadaian


konvensional memberikan bunga sebagai pembiayaan atas manfaat yang
digadaikan, sedangkan pegadaian syariah menggunakan pembiayaan

35

bersifat ijarah. Ijarah sendiri adalah perjanjian akad kredit antara bank
(muajjir) dengan nasabah (muttajir) untuk menyewa barang atau objek
sewa dimana bank memperoleh imbalan jasa, hingga objek sewa dibeli
kembali oleh nasabah.
b) Produk Pegadaian Syariah
141.

Untuk memperoleh manfaat dari pegadaian syariah ini,

dapat digunakan beberapa produk pegadaian syariah, yaitu Rahn, Arrum,


produk logam mulia, dan produk amanah. Berikut penjelasan mengenai
masing-masing produk.
1. Rahn
142.

Singkatnya,

produk

pegadaian

syariah

ini

memberikan skim pinjaman dengan syarat penahanan agunan, yang


bisa berupa emas, perhiasan, berlian, elektronik, dan kendaraan
bermotor. Untuk penyimpanan barang selama digadai, nasabah
harus membayar sejumlah sewa yang telah disepakati bersama
antara pihak pegadaian dan nasabah. Uang sewa ini mencakup
biaya penyimpanan serta pemeliharaan barang yang digadai. Proses
pelunasan sewa ini dapat dibayar kapan saja selama jangka waktu
yang telah ditetapkan. Kalau tidak menyanggupi, maka barang
akan dilelang.
143.
2. Arrum
144.
diberikan

Produk Arrum memberikan skim pinjaman yang


kepada

pengusaha

mikro

dan

UKM

dengan

menjaminkan BPKB motor atau mobil, dengan kata lain, barang


bergerak. Biaya gadai yang dibebankan kepada nasabah merupakan
biaya penyimpanan, perawatan, dan sejumlah proses kegiatan
penyimpanan lainnya, dengan jumlah yang telah disepakati antara
pegadaian dan nasabah. Meskipun demikian, untuk jumlah
pembayaran tertentu, nasabah juga dapat mengagunkan emas
sebagai jaminan pinjaman.

36

3. Program Amanah
145.

Skim pinjaman dari program ini sama dengan

produk Arrum, tapi pinjaman ini biasanya difungsikan untuk


nasabah yang ingin memiliki kendaraan bermotor. Program
amanah ini mensyaratkan uang muka yang disepakati untuk
kendaraan bermotor ini, biasanya berjumlah minimal 20%.
4. Program Produk Mulia
146.

Berbeda dengan produk lainnya yang memberikan

pinjaman berjangka, program produk mulia merupakan produk


yang berfungsi untuk melayani investasi jangka panjang untuk
nasabah. Untuk program produk mulia, nasabah dapat membeli
emas batangan secara langsung di gerai-gerai pegadaian syariah
atau menabungkan emas yang dimiliki di pegadaian, dengan kata
lain dititipkan dengan biaya sewa yang ditentukan. Tabungan emas
ini bisa berupa saldo, bisa juga dicetak berbentuk fisik dengan
biaya yang telah ditentukan. Selain itu, adapula konsinyasi emas,
yaitu layanan titip-jual. Anda menitipkan emas Anda kepada
pegadaian untuk dijual kembali oleh pegadaian. Hasil penjualan
emas tersebut akan diberikan kepada nasabah dengan prinsip bagi
hasil (mudharabah) antara pegadaian dan nasabah. Setelah itu,
emas fisik yang dimiliki oleh nasabah akan dikembalikan kembali
kepada nasabah.
147.
148.

DAFTAR PUSTAKA

149. Budisantoso, Totok dan Nuritomo. 2014. Bank dan Lembaga


Keuangan Lainnya. Jakarta: Salemba Empat.
150. Suwardi. 2011. Perlakuan Akuntansi dan Pajak atas Sewa Guna
Usaha,

(Online),

(http://untagbanyuwangi.ac.id/attachments/article/351/PERLAKUAN
%20AKUNTANSI%20PAJAK%20ATAS%20SEWA%20GUNA
%20USAHA%20.pdf, diunduh pada 25 Oktober 2016).

37

151. Yushita, Amanita Novi. 2015. Sewa Guna Usaha, (Online),


(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/amanita-noviyushita-se-msi/sewa-guna-usaha.pdf, diunduh pada 25 Oktober 2016).
152. Yushita,

Amanita

Novi.

2015.

Pegadaian,

(Online),

(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/amanita-noviyushita-se-msi/pegadaian.pdf, diunduh pada 25 Oktober 2016).


153.
154.

38

Anda mungkin juga menyukai