A. PENGERTIAN UTANG
Utang adalah Kewajiban suatu badan usaha / perusahaan kepada pihak ketiga
yang dibayar dengan cara menyerahkan aktiva atau jasa dalam jangka waktu tertentu
sebagai akibat dari transaksi di masa lalu.
B. PENGGOLONGAN UTANG
Ada banyak jenis utang. Namun pada umumnya utang dibagi menjadi dua
menurut jangka waktunya yaitu :
a. Utang jangka pendek adalah utang yang jatuh tempo dalam jangka waktu
kurang dari satu tahun. Contoh : utang usaha / dagang, utang wesel, beban yang masih
harus dibayar , utang hadiah, utang garansi dan lain lain.
b. Utang jangka panjang adalah utang yang pelunasannya akan dilakukan dalam
jangka waktu lebih dari satu tahun. Contoh : utang hipotik, utang obligasi, utang bank
dan lain lain.
Jenis-jenis utang
Utang terdiri atas utang lancar (utang jangka pendek) dan utang tidak lancar
(utang jangka panjang).
Menurut Warren, Reeve dan Veses (2005:125), such liatibilitas that are to be
paid out of urrent and are within a short time, usually one year, are called liabilities.
Artinya utang jangka pendek ini hanya dapat digunakan untuk pembiayaan investasi
jangka pendek pula, misalnya pembiayaan aktiva lancar atau modal kerja. Adapun jenis-
jenis dari hutang jangka pendek/utang lancar tersebut adalah :
a) Utang dagang
Utang dagang adalah utang jangka pendek yang timbul karena adanya
suatu transaksi.
b) Utang Wesel
Utang wesel adalah surat perjanjian pembayaran utang jangka pendek, ada
yang berbunga, ada juga yang tidak.
c) Deviden
f) Pajak penjualan
h) Iuran-iuran lainnya
i) Kewajiban kontigensi
Menurut Herianto (2001:238) utang jangka panjang adalah utang yang jangka
waktunya panjang, umumnya lebih dari sepuluh tahun. Utang jangka panjang ini pada
umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau
rekomendasi diri perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi
jumlah yang besar, utang jangka panjang ini umumnya dibutuhkan oleh perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan dana dalam merealisasikan rencana-rencana strategis perusahaan,
misalnya penambahan modal kerja permanen, pembelian mesin-mesin atau aktiva tetap
baru, perluasan pabrik, akuisisi, afiliasi, pelunasan utang jangka panjang lain yang segera
jatuh tempo,dll.
Utang obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka panjang yang mana
debitur mengeluarkan surat pengakuan utang yang mempunyai nilai nominal
tertentu. Jangka waktu pinjaman obligasi hendaknya didasarkan pada
pertimabangan-pertimbangan sebagai berikut :
a) Obligasi biasa
b) Obligasi pendapatan
2) Utang Hipotik
2) Utang meningkat resiko perusahaan biaya hutang maupun modal sendiri ikut
meningkat
1) Agency Theory
2) Signally Theory
Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Donaldson (2009:18) pecking order
theory mengatakan bahwa penggunaan dana internal lebih didahulukan
dibandingkan dengan penggunaan dan yang bersumber dari eksternal.
Penggunaan sumber pendanaan eksternal oleh perusahaan dilakukan apabila
pendanaan sumber internal tidak mencukupi dalam pecking order theory manajer
konsisten dengan tujuan utama perusahaan yaitu memekmurkan kekayaan
pemegang saham.
1. Fungsi Pembelian
Dalam sistem retur pembelian, fungsi ini bertanggung jawab untuk
mengeluarkan memo debit untuk retur pembelian.
2. Fungsi Gudang
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyerahkan barang kepada fungsi
pengiriman seperti yang tercantum dalam tembusan memo debit yang diterima
dari fungsi pembelian.
3. Fungsi Pengiriman
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mengirimkan kembali barang kepada
pemasok sesuai dengan perintah retur pembelian dalam memo debit yang
diterima dari fungsi pembelian.
4. Fungsi Akuntansi
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat :
a. Transaksi retur pembelian dalam jurnal retur pembelian atau jurnal
umum.
b. Berkurangnya harga pokok persediaan karena retur pembelian dalam
kartu persediaan.
c. Berkurangnya utang yang timbul dari transaksi retur pembelian dalam
arsip bukti kas keluar yang belum dibayar atau dalam kartu utang.
Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem akuntansi utang adalah sebagai berikut:
Jurnal Retur Pembelian digunakan untuk mencatat transaksi retur penjualan yang
mengurangi jumlah persediaan dan utang dagang. Jika perusahaan tidak menggunakan
jurnal khusus karena rendahnya frekuensi transaksi retur pembelian, perusahaan
menggunakan jurnal umum untuk mencatat transaksi tersebut.
2) Kartu Persediaan
3) Kartu Utang
Kartu utang digunakan untuk mencatat berkurangnya utang kepada debitur akibat
penegembalian barang pada debitur. Jika perusahaan menggunakan voucher payable
procedure, berkurangnya utang kepada debitur dicatat dengan cara mengarsipkan memo
debit dalam arsip bukti kas keluar yang belum dibayar menurut nama debitur.
1. Kartu Utang, digunakan untuk mencatat mutasi dan saldo utang kepada tiap kreditur.
2. Jurnal pembelian, digunakan untuk mencatat transaksi pembeian.
3. Jurnal pengeluaran kas, digunaakn untuk mencatat transaksi pembayaran utang dan
pengeluaran kas yang lain.
F. KARTU UTANG
A. Pengertian Kartu Utang
Utang adalah kewajiban suatu badan usaha/perusahaan kepada pihak ketiga yang
dibayar dengan cara menyerahkan aktiva atau jasa dalam jangka waktu tertentu sebagai
akibat dari transaksi di masa lalu. Kartu Utang adalah salah satu sarana untuk mencatat
adanya mutasi utang secara terperinci pada tiap-tiap kreditor. Informasi yang terdapat
pada kartu utang yaitu nama kreditor, nomor rekening, syarat pembayaran utang, formulir
untuk mencatat adanya mutasi utang. Sedangkan isi dari formulir pencatatan mutasi utang
yaitu tanggal terjadinya transaksi , keterangan, nomor bukti transaksi, kolom debit, kredit
dan saldo.
Transaksi yang mempengaruhi besarnya saldo utang yaitu :
a. Transaksi pembelian secara kredit.
b. Transaksi retur pembelian secara kredit.
c. Transaksi pembayaran utang.
B. Membukukan Data Mutasi Utang ke Kartu Utang
1. Dokumen Mutasi Utang
Seperti yang kita ketahui bahwa catatan akuntansi untuk mengelola utang adalah
kartu utang, jurnal pembelian, dan jurnal pengeluaran kas. Seperti halnya dengan piutang
dagang, perusahaan juga membutuhkan catatan yang menunjukan utang kepada masing-
masing kreditor (orang yang memberi utang). Untuk itu, perlu disediakan rekening
kontrol, yang disebut utang dagang di buku besar dan rekening-rekening utang kepada
masing-masing kreditur dalam buku pembantu utang (kartu utang). Jadi, untuk satu
kreditor disediakan satu buku pembantu utang.
Dasar didalam kartu utang ini adalah dari jurnal pembelian dan jurnal
pengeluaran kas.
a. Jurnal pembelian
Jurnal pembelian digunakan untuk mencatat pembelian secara kredit.
Jurnal pembelian yang sederhana hanya memiliki satu kolom jumlah rupiah,
seperti halnya jurnal penjualan. Jurnal pembelian dapat juga dirancang untuk
mencatat pembelian perlengkapan (tidak hanya mencatat pembelian barang
dagangan).
b. Jurnal pengeluaran kas
Buku jurnal pengeluaran kas berfungsi sebagai tempat mencatat transaksi
yang berhubungan dengan pengeluaran atau pembayaran melaui kas, yang
meliputi pembayaran dengan cara menyerahkan cek atau bilyet giro kepada pihak
yang berhak menerima.
Jurnal pengeluaran kas disusun dalam bentuk lajur-lajur yang disesuaikan
dengan keperluan yang berhubungan dengan volume dan sifat transaksi yang
biasa terjadi dalam perusahaan, misalnya dalam perusahaan sering membuka
transaksi utang, maka akan dibuka kolom utang tersendiri.
2. Prosedur Pencatatan Transaksi Utang
Untuk kepentingan informasi mengenai kepada siapa perusahaan
mempunya utang dan berapa besarnya, perusahaan harus menyediakan buku besar
pembantu untuk utang yang berfungsi sebagai tempat mencatat perubahan utang
kepada setiap kreditor. Sehingga setiap kali transaksi pembelian kredit, faktur
yang diterima dari penjual akan dicatat sebagai berikut:
a. Dalam jurnal pembelian, untuk keperluan posting keperkiraan (akun)
pembelian dan perkiraan (akun) utang.
b. Dalam buku besar pembantu utang, pada kegiatan kreditor yang
bersangkutan.
Kegiatan posting dari jurnal pembelian ke perkiraan pembelian dan utang
dibuku besar dilakukan setiap akhir periode tertentu, sedang dalam pencatatan
buku besar pembantu utang dilakukan setiap terjadi transaksi yang mengakibatkan
perubahan utang.
Dalam buku besar, perkiraan utang dagang akan menunjukan saldo untuk
semua utang. Artinya seluruh utang akan dicatat secara kolekif (gabungan) dan
dikurangi dengan adanya pelunasan kepada kreditor dalam perkiraan utang
dagang. Dengan demikian dalam buku besar umum tidak terdapat informasi
mengenai besarnya utang kepada setiap kreditor.
Lain halnya dengan buku besar pembantu utang yang akan mencatat
secara rinci terjadinya utang dan pelunasan pada masing-masing kreditor. Satu
lajur buku besar pembantu utang untuk satu nama kreditor. Tidak ada pencatatan
secara kolektif.
Contoh bentuk buku besar pembantu utang (dapat diformat ulang menjadi kartu
utang):
Selanjutnya, saldo akun utang dagang dalam buku besar umum, harus
sama dengan total saldo akun-akunkreditor dalam buku besar pembantu utang.
Jika terjadi perbedaan berarti menunjukan adanya kesalahan pencatatan.
Untuk mengecek kesamaan saldo perkiraan utang dagang total saldo buku
besar pembantu utang disusun daftar saldo utang pada setiap akhir periode. Dalam
hubungannya dengan buku besar pembantu utang, perkiraan utang dagang dalam
buku pengendali atau perkiraan kontrol.
2) Memposting transaksi yang berasal dari catatan buku jurnal ke dalam akun
buku utang dagang. Kemudian, besar utang pada periode tersebut disajikan dalam
laporan utang.
3) Saldo akhir menurut catatan daftar saldo utang harus sama dengan catatan
pada akun utang dagang.
1. Hutang yang jumlahnya sudah pasti. Contoh dari hutang ini adalah nominal dari
wesel atau obligasi.
2. Hutang yang jumlahnya harus diestimasi. Dilihat dari kepastiannya, hutang ini
pasti terjadi namun jumlahnya belum diketahui secara pasti. Hutang garansi
merupakan contohnya.
3. Hutang bersyarat (contingent liablility) yaitu suatu hutang yang akan muncul jika
terjadi kejadian lain. Contohnya perusahaan dituntut dipengadilan oleh
perusahaan lain. Perusahaan akan berkewajiban membayar uang jika pengadilan
memenangkan perusahaan yang menuntut tersebut. Tingkat kemungkinan
timbulnya hutang bersyarat dapat dibagi menjadi :
1. Probable : Tingkat kemungkinannya sangat tinggi dan bahkan dapat
dikatakan hampir pasti. Jika jumlah hutangnya dapat diestimasi dengan
handal, maka hutang ini dicatat, jika jumlahnya sulit diestimasi maka
keberadaan hutang ini diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
2. Reasonable posible : Kemungkinan terjadinya 50% atau dapat terjadi
dapat pula tidak. Jika kondisinya demikian cukup diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan.
3. Remote : Kemungkinan taerjadinya sangat kecil sehingga tidak perklu
dicatat dan dilaporkan kecuali untuk jaminan pembayaran hutang
walaupun tingkat kemungkinan terjadinya kewajiban kecil tetapi harus di
ungkap dalam catatan laporan keuangan.
2004
April
1 1.000.000
Hutang Usaha
Wesel
Bayar/Hutang 1.000.000
Wesel
Selanjutnya pada tanggal jatuh tempo (30 Juni 2004) jurnal yang dibuat adalah
2004
Juni 30
Wesel Bayar/Hutang Wesel 1.000.000
Biaya Bunga 30.000
Kas 1.030.000
Bunga yang dibayar = 12% x 3/12 x Rp1.000.000,00 = Rp30.000,00
2. Wesel Bayar Tak Berbunga secara eksplisit (Non Interest Bearing Notes)
Dalam wesel tak berbunga, penerbit promes hanya membayar nilai nominal, dengan
demikian nilai nominal merupakan nilai pada saat jatuh tempo. Untuk tujuan pengukuran, wesel
tersebut didiskontokan dan jumlah dilaporkan di neraca adalah sebesar nilai sekarang yaitu nilai
nominal dikurangi diskontonya. Nilai sekarang dari hutang wesel ini kadangkala mudah
diketahui, misalkan pada tanggal 30 Desember 2003 perusahaan menyerahkan wesel tak
berbunga nominal Rp100.000.000,00 kepada seorang kreditur untuk melunasi hutang perusahaan
kepadanya sebesar Rp90.000.000,00. Jika diserahkannya promes (hutang wesel) tersebut adalah
nilai hutang yang dilunasi yaitu Rp90.000.000,00. Jatuh tempo wesel 30 Agustus 2004.
Jurnal yang di buat adalah :
2004
April 1
Hutang Usaha 90.000.000
Diskon atas Wesel Bayar 10.000.000
Wesel Bayar/Hutang Wesel 100.000.000
Saldo rekening wesel bayar Rp100.000.000,00 dan saldo discount atas hutang wesel
Rp10.000.000,00 disajikan di neraca sebagai berikut :
Hutang Lancar :
Hutang Wesel 100.000.000
Dikurangi : Diskon atas Hutang Wesel 10.000.000
90.000.000
Pada tanggal 30 Agustus 2004, pada saat membayar wesel sebesar Rp100.000.000,00
perusahaan membuat dua jurnal sebagai berikut :
2004
Agustus 30
Hutang Wesel 100.000.000
Kas 100.000.000
Biaya Bunga 10.000.000
Diskon atas Wesel
10.000.000
Bayar
2.2.3 Hutang Jangka panjang yang jatuh tempo
Hutang jangka panjang seperti obligasi, hipotik maupun wesel yang akan jatuh tempo
pada tahun fiskal berikutnya dapat di akui sebagai hutang lancar. Namun ada juga yang tidak
boleh diakui sebagai hutang lancar, hutang jangka panjang yang tidak boleh diakui sebagai
hutang lancar jika:
1. Dilunasi dari hasil penerbitan hutang yang baru.
2. Dikonversi menjadi modal saham.
3. Dilunasi dengan menggunakan aktiva yang terakumulasi untuk tujuan tersebut yang secara
layak tidak ditunjukan sebagai aktiva lancar.
2.2.4 Kewajiban jangka pendek yang diharapkan didanai kembali
Kewajiban jangka pendek (short-term obligasi) adalah hutang yang dijadwalkan akan
jatuh tempo dalam waktu satu tahun setelah tanggal neraca perusahaan atau dalam siklus operasi
perusahaan mana yang lebih lama.
Pengertian perjanjian atau kontrak diatur Pasal 1313 KUHPerdata. Pasal 1313 KUHPerdata
berbunyi: "Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih."
Suatu hal itu adalah prestasi (saling menguntungkan dan tidak saling dirugikan)
Prestasi dapat berupa:
1. Sepakat bagaimana menyerahkan/berbagi sesuat
2. Melakukan sesuatu
3. Tidak melakukan sesuatu
Persoalan terkait dengan hukum perjanjian adalah jika salah satu tidak melaksanakan perjanjian
tersebut maka timbul apa yang disebut sebagai Wan-Prestasi.
Penggunaan istilah kredit juga diatur dalam UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7
Tahun 1992 tentang perbankan, yang dalam pasal 1 angka 11 disebutkan bahwa:
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga
Akta pengakuan Hutang adalah akta yang berisi pengakuan hutang sepihak, dimana debitur
mengakui bahwa dirinya mempunyai kewajiban membayar kepada kreditur sejumlah uang
dengan jumlah yang pasti (tetap).
Sedangkan yang dimaksud grosse Akta Pengakuan Hutang adalah salinan dari suatu akta
pengakuan hutang Notariil yang diberikan kepada yang berkepentingan. Ia merupaka salinan dari
suatu minuta, yang tetap ada pada pejabat yang bersangkutan.
Suatu Grosse akta yang pada bagian aktanya dicantumkan irah-irah:
Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa mempunnyai kekuatan yang
mengikat dan mempunyai eksteritorial, dimana apabila pihak debitur wanprestasi, pihak debitur
dapat langsung memohon eksekusi kepada Ketua Pengadilan Negeri tanpa melalui proses
gugatan perdata.
Mengenai Grosse akta ini diatur dalam Pasal 224 Hezien Inlandsch Reglement (HIR).
Berdasarkan pasal 224 HIR diatas, suatu grosse akta harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
Akibat-akibat penanggungan antara debtur dan penanggung dan antara para penanggung
Hubungan hukum antara penanggung dengan debitur utama adalah erat kaitannya dengan telah
dilakukannya pembayaran debitur kepada kreditur. Untuk itu, pihakpenanggung menuntut
kepada debitur supaya membayar apayang telah dilakukan oleh penanggung kepada kreditur.
Disamping penanggung utang juga berhak menuntut:
a. Pokok dan bunga
b. Penggantian biaya,kerugian,dan bunga.
Disamping itu, penanggung juga dapat menuntut debitur untuk diberikan ganti rugi atau untuk
dibebaskan dari suatu perikatannya bahkan sebelum ia membayar utangnya:
a.Bila ia digugat dimuka hakim untuk membayar
b.Bila debitur berjanjiuntuk membebaskannya dari penanggungannya pada suatu waktu tertentu
c.Bila utangnya sudah dapat ditagih karena lewatnya jangka waktu yang telah ditetapkan
untukpembayarannnya
d.Setelah lewat waktu 10 tahun, jika perikatan pokoktidak mengandung suatu jangka waktutertentu
untuk pengakhirannya, kecuali bila perikatan pokok sedemikian sifatnya, sehingga tidak dapat
diakhiri sebelumlewat waktu tertentu.
Hubungan antara penanggung dengan debitur disajikan berikut ini.jika berbagai orang telah
mengikatkan dirinya sebagai penanggung untuk seorang debitur dan untuk utang yang sama,
maka penanggung yang melunasi hutangnya berhak untuk menuntut kepada penanggung yang
lainnya, masing-masing untuk bagiannya.
Hapusnya penanggungan utang
Hapusnya penanggungan hutang diatur dalam pasal 1845-1850 KUHPerdata. Di dalam pasal
1845 KUHPerdata disebutkan bahwa perikatan yang timbul karena penanggungan, hapus karena
sebab-sebab yang sama dengan yang menyebabkan berakhirnya perikatan lainnya, pasal ini
menunjuk kepada pasal 1381,1408, 1424, 1420, 1437, 1442, 1574, 1846, 1938, dan 1984
KUHPerdata.
Didalam pasal 1381,ditentukan 10 cara berakhirnya perjanjian penanggungan utang yaitu
pembayaran; penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpangan atau penitipan;
pembaruan hutang; kompensasi hutang; pencampuran hutang; pembebasan utang; musnahnya
barang terutang; kebatalan atau pembatalan; dan berlakunya syarat pembatalan.
Dalam pasal tersebut menyebutkan bahwa adadelapan cara hapusnya perikatan yaitu :
1. Pembayaran
2. Penawaran pembayaran diikuti dengan penitipan.
3. Pembaharuan utang (inovatie)
4. Perjumpaan utang (kompensasi)
5. Percampuran utang.
6. Pembebasan utang.
7. Musnahnya barang yang terutang
8. Kebatalan dan pembatalan perikatan-perikatan
9. Syarat yang membatalkan.
10. Kedaluwarsa
Istilah jaminan perorangan berasal dari kata borgtocht, dan ada juga yang menyebutkan dengan
istilah jaminan imateriil.
Pengertian jaminan perorangan menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, mengartikan jaminan
imateriil (perorangan) adalah:
Jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, hanya dapat
dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan debitur umumnya.
Unsur jaminan perorangan, yaitu:
1. mempunyai hubungan langsung pada orang tertentu;
2. hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu; dan
3. terhadap harta kekayaan deitur umumnya.
Soebekti mengartikan jaminan perorangan adalah:
Suatu perjanjian antara seorang berpiutang (kreditur) dengan seorang ketiga, yang menjamin
dipenuhinya kewajiban si berhutang (debitur). Ia bahkan dapat diadakan di luar (tanpa) si
berhutang tersebut
Menurut Soebekti juga, bahwa maksud adanya jaminan ini adalah untuk pemenuhan kewajiban
si berhutang, yang dijamin pemenuhannya seluruhnya atau sampai suatu bagian tertentu, harta
benda si penanggung (penjamin) dapat disita dan dilelang menurut ketentuan perihal pelaksanaan
eksekusi putusan pengadilan.
Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan
ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan
pemilik benda.
Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak
berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak
tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi
pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima
Fidusia terhadap kreditor lainnya.
b. Jaminan Khusus
Pelunasan hutang dengan jaminan khusus merupakan hak khusus pada jaminan tertentu
bagi pemegang gadai, hipotik, hak tanggungan.
c. Gadai
Dalam pasal 1150 KUHPerdata disebutkan bahwa gadai adalah hak yang diperoleh
kreditur atas suatu barang bergerak yang diberikan kepadanya oleh debitur atau orang lain atas
namanya untuk menjamin suatu hutang. Selain itu memberikan kewenangan kepada kreditur
untuk mendapatkan pelunasan dari barang tersebut lebih dahulu dar kreditur-kreditur lainnya
kecuali biaya-biaya untuk melelang barang dan biaya yang telah dikeluarkan untuk memelihara
benda itu dan biaya-biaya itu didahulukan.
Sifat-sifat gadai yakni:
1. gadai adalah suatu benda bergerak baik yang bewujud maupun yang tidak berwujud.
2. gadai bersifat accessoir artinya merupakan tambahan dari perjanjian pokok yang dimaksudkan
untuk menjaga jangan sampai debitur itu lalai membayar hutangnya kembali.
3. Adanya sifat kebendaan.
4. syarat inbezitz telling, artinya benda gadai harus keluar dari kekusaan pemberi gadai atau
benda gadai diserahkan dari pemberi gadai kepada pemegang gadai.
4. Hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri.
5. Hak Preferensi (hak unutk didahuukan).
6. Hak gadai tidak dapat dibagi-bagi artinya sebagian hak gadai tidak akan menjadi hapus
dengan dibayarnya sebagian dari hutang,oleh karena itu gadai tetap melekat atas selruh
bendanya.
Objek gadai adalah semua benda bergerak danpada dasarnya bisa digadaikan baik benda
bergerak berwujud maupun benda bergerak tidak berwujud yang berupa berbagai hak untuk
mendapatkan berbagai hutang yakni berwujud surat-surat piutang kepada pembawa (aan
tooonder) atas tujuan (aan order) atas nama (op naam) serta hak paten.
Hal pemegang gadai yakni si pemegang gadai mempunyai hak selama gadai berlangsung.
Pemegang gadai berhak untuk menjual benda yang digadaikan atas kekuasaan sendiri.
Hasil penjualan diambil sebagian untuk pelunasan hutang debitur yang sisanya dikembalikan
kepada debitur penjualan barang tersebut harus dilakukan dimuka umum menurut kebiasaan-
kebiasaan setempat berdasarkan syarat-syarat yang lazim berlaku.
1. Pemegang gadai berhak untuk mendapatkan ganti rugi berupa biaya-biaya yang telah
dilakukan untuk menyelamatkan benda gadai.
2. Pemegang gadai mempunyai hak untuk menahan benda gadai (hak retensi) sampai ada
pelunasan hutang dari debitur(jumlah hutang dan bunga).
3. Pemegang gadai mempunyai prefensi(hak untuk di dahulukan) dari kreditur-kreditur
yang lain.
4. Hak unutk menjual benda gadai dengan perantara hakim jika debitur menuntut dimuka
hukum supaya barang gadai dijual menurut cara yang ditentukan oleh hakim untuk
melunasi hutang dan biaya serta bunga.
5. Atas izin hakim tetap menguasai benda gadai.
Cara penyelesaian atau penagihan hutang piutang yang dibenarkan menurut hukum :
1. Peneguran debitur secara baik,baik dengan lisan, baik secara musyawarah untuk mufakat
ataupun mediasi penyelesaian.
2. Surat somasi atau surat teguran.
3. Pemberitahuan kepada keluarganya akan sanksi hutang secara perdata dan pidana jika
debitur sulit ditagih.
4. Memperbaharui perjanjian hutang.
5. Gugatan ke pengadilan
1. Utang Hipotik
Hutang yang timbul berkaitan dengan perolehan dana dari pinjaman yang dijaminkan
dengan harta tetap. Dalam penjanjian disebutkan harta peminjam yang dijadikan jaminan berupa
tanah atau gedung. Jika peminjam tidak melunasi pada waktunya, pemberi pinjaman dapat
menjual jaminan tersebut yang kemudian diperhitungkan dengan hutang. Adalah penyerahan
tertulis mengenai hak atas harta benda tak bergerak untuk mejamin pembayaran hutang dengan
ketentuan bahwa penyerahan itu akan dibatalkan setelah waktu pembayaran. Bahwasannya
hutang jangka panjang boleh membuat hipotek, dia juga bisa diansur, dan lain-lain. Yang
menjadi contoh dari kewajiban jangka panjang ini adalah sewa/rental.
Pinjaman hipotik biasanya diambil jika dana yang diperlukan dapat dipinjam dari satu sumber,
misalnya dengan mengambil pinjaman dari suatu bank tertentu. Kredit-kredit bank dengan
jaminan harta tak bergerak adalah contoh hipotik yang banyak dijumpai dalam praktik.
2. Utang obligasi
Hutang yang timbul berkaitan dengan dana yang diperoleh melalui pengeluaran surat-
surat obligasi. Pembeli obligasi disebut pemegang obligasi. Apabila perusaahaan membutuhkan
tambahan modal kerja tetapi tidak dapat melakukan emisi saham baru, dapat dipenuhi dengan
cara mencari utang jangka panjang. Dalam hal sulit mencari utang yang jumlahnya besar dari
satu sumber perusahaan dapat mengeluarkan surat obligasi. Surat obligasi ini akan dapat di jual
bila reputasi perusahaan cukup baik dan dipandang akan tetap berdiri selama jangka waktu
beredarnya obligasi tersebut.
Harga jual obligasi tergantung pada tarif bunga obligasi. Semakin besar bunganya, harga
jual obligasi tersebut akan semakin tinggi dan sebaliknya semakin rendah tingkat bunga obligasi
harga jualnya akan semakin rendah. Pengeluaran obligasi dari suatu perusahaan dapat dilakukan
dengan cara penjualan langsung atau melalui lembaga-lembaga keuangan.Dalam surat obligasi
dicantumkan nilai nominal obligasi, bunga pertahun, tanggal pelunasan obligasi dan ketentuan
lain sesuai jenis obligasi tersebut biasanya meliputi bond, wesel jangka panjang, dan obligasi
sewa. Bond biasanya berasal dari bunga hutang wesel ditahan yang pada umumnya dikeluarkan
oleh sebuah perusahaan, lembaga tinggi, maupun agen pemerintahan sehingga banyak menarik
investor seperti halnya saham biasa yang dijual dengan jumlah kecil (biasanya dalam ribuan
dollar). Bond dalam perusahaan menadatangkan keuntungan datau tidak. Di antara keuntungan
bond adalah tidak adanya pengaruh dari kontrol pemegang saham, penyimpanan pajak, dan
pendapatan/keuntungan yang diperoleh akan lebih besar sedangkan kerugiannya adalah bunga
harus dibayar sesuai periode yang dipakai dan prinsip nilai akan dibayar ulang waktu jatuh
tempo.
C. Bentuk bentuk obligasi
1. Government Bond
Seperti T-Bills, US Treasury Notes dan US Teasury Bond adalah sekuritas pemerintah
yang digunakan untuk pendanaan dalam utang pemerintah. Pembayaran kuponnya bersifat semi-
annual. Ketika diterbitkan, US Treasury Notes memiliki masa jatuh tempo 2 (dua) sampai 10
(sepuluh) tahun dan US Treasury-Bond memiliki masa jatuh temponya lebih dari 10 (sepuluh)
tahun. Jenis-jenis obligasi pemerintah yaitu pertama, Callable Bond yang biasanya dibeli
kembali oleh penerbitnya pada harga tertentu di masa yang akan datang. Kedua, Federal Agency
Bond. Ketiga, Municipal Bond, yang diterbitkan oleh pemerintah lokal untuk mendanai
highways, sistem perairan pendidikan dan capital project lainya. Ada 2 (dua) tipe Multicipal
Bond yaitu General Obligation Bond dan Revenue Bond.
2. CorporateBond
Corporate Bond adalah sekuritas yang mencerminkan janji dari perusahaan yang
menerbitkan untuk memberikan sejumlah pembayaran berupa pembayaran kupon dan pokok
pinjaman kepada pemlik obligasi, selama jangka waktu tertentu. Perusahaan yang menerbitkan
obligasi disebut debitur, sedangkan investor yang membeli obligasi disebut kreditur.
3. Registered Bond
Registered Bonds adalah obligasi yang nama pemiliknya tercantum dalam sertifikat.
4. Coupon Bonds atau Bearer Bonds
Coupon Bonds/Bearer Bonds adalah obligasi yang nama pemiliknya tidak dicantumkan
dalam sertifikatnya.
5. . Term Bonds
Term Bonds adalah obligasi yang seluruhnya jatuh tempo pada suatu tanggal tertentu.
6. Serial Bonds
Serial Bonds adalah obligasi yang tanggal jatuh temponya bertahap (pada beberapa
tanggal tertentu).
D. Penilaian obligasi saat diterbitkan
Pada saat penerbitan, obligasi dinilai sebesar kas yang diterima (proceeds), yang dapat
dihitung berdasarkan nilai sekarang (present velue) dari pengeluaran-pengeluaran debitur
obligasi di masa yang akan datang yang terdiri dari nilai jatuh tempo obligasi dan beban bunga
ini dipengaruhi oleh stated rate (SR) dan market rate (MR)
Jika MR = SR, berarti obligasi tersebut dinilai sebesar nilai parinya.
Jika MR > SR, berarti obligasi tersebut dinilai kurang dari nilai parinya atau kas yang di bawah
nilai pari
Jika MR < SR, berarti obligasi tersebut dinilai diatas nilai pari.
Metode amortisasi diskonto atau premium obligasi Salah satu karateristik obligasi adalah
bahwa pada saat tanggal jatuh tempo, obligasi akan dinilai sebesar nilai premium. Oleh karena
itu diskonto atau premium yang muncul pada saat penerbitan obligasi akibat selisih antara kas
yang diterima dengan nilai nominalnya harus dihapuskan, yaitu dengan cara diamortisasi setiap
akhir periode setiap akhir periode atau setiap tanggal pembayaran bunga. Pada saat tanggl jatuh
tempo, diskonto atau premium sudah harus habis diamortisasi sehingga nilai buku obligasi sama
dengan nilai nominalnya.
Ada 2 metode amortisasi yang bisa diterapkan dalam akuntansi, yaitu :
1. Metode Garis Lurus besarnya amortisasi setiap periode sama
2. Metode bunga efektif nilai amortisasi diskonto atau premium setiap periode berbeda-beda.
F. Harga obligasi
Berbeda dengan harga saham yang dinyatakan dalam bentuk mata uang, harga obligasi
dinyatakan dalam persentase (%), yaitu persentase dari nilai nominal.
Ada 3 (tiga) kemungkinan harga pasar dari obligasi yang ditawarkan, yaitu:
1. Par (nilai Pari): Harga Obligasi sama dengan nilai nominal Misal: Obligasi dengan nilai
nominal Rp 50 juta dijual pada harga 100%, maka nilai obligasi tersebut adalah 100% x Rp 50
juta = Rp 50 juta.
2. at premium (dengan Premi): Harga Obligasi lebih besar dari nilai nominal Misal: Obligasi
dengan nilai nominal RP 50 juta dijual dengan harga 102%, maka nilai obligasi adalah 102% x
Rp 50 juta = Rp 51 juta.
3. at discount (dengan Diskon): Harga Obligasi lebih kecil dari nilai nominal Misal: Obligasi
dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual dengan harga 98%, maka nilai dari obligasi adalah 98% x
Rp 50 juta = Rp 49 juta.
Apabila obligasi dijual tidak tepat pada tanggal pembayaran bunga, pembeli obligasi di
samping membayar harga obligasi juga harus membayar bunga berjalan sejak tanggal bunga
terakhir sampai dengan tanggal penjualan obligasi tersebut. Bunga berjalan yang dibayar oleh
pembeli dicatat perusahaan dengan mengkredit rekening biaya bunga atau rekening utang bunga
obligasi. Sedangkan bila bunga berjalan dikreditkan ke rekening utang bunga obligasi maka
pembayaran bunga obligasi berikutnya dicatat dengan mendebit utang bunga obligasi sebesar
bunga berjalan dan sisanya didebitkan ke rekening biaya bunga. Jika bunga berjalan dikreditkan
ke rekening biaya bunga maka pembayaran bunga obligasi berikutnya dicatat dengan mendebit
rekening biaya bunga obligasi sebesar bunga yang dibayar.
Amortisasi agio atau disagio dapat dicatat setiap bulan, setiap tanggal pembayaran bunga
atau setiap akhir periode bersama dengan jurnal penyesuaian yang lain. Berikut disajikan contoh
pencatatan utang obligasi, PT Millenia Megah pada tanggal 31 Desember 2005 memutuskan
untuk mengeluarkan obligasi pada tanggal 1 Mei 2006 sebesar Rpl.000.000,-, bunga 10% per
tahun dan jatuh tempo pada tanggal 1 Mei 2011. Bunga obligasi dibayarkan setiap tanggal 1 Mei
dan 1 November. Seluruh obligasi dapat dijual pada tanggal 1 Juli 2006 dengan harga
Rpl.029.000,- (yaitu harga jual Rpl.030.000,- dikurangi biaya penjualan Rpl .000,-) ditambah
bunga berjalan untuk jangka waktu 1 Mei 2006 sampai dengan 1 Juli 2006. Tahun buku PT
Millenia Megah adalah tahun kalender, amortisasi agio dicatat setiap akhir periode. Umur
obligasi dihitung sebagai berikut:
2006 = 6 bulan (1 Juli sampai dengan 31 Desember)
2007 = 12 bulan
2008 = 12 bulan
2009 = 12 bulan
2010 = 12 bulan
2011 = 4 bulan
Jumlah = 58 bulan
Dalam perhitungan umur obligasi, yang diperhitungkan adalah lamanya obligasi itu beredar,
yaitu sejak tanggal dijual sampai saat jatuh tempo. Agio obligasi sebesar Rp29.000,-
(Rpl.029.000,- dikurangi Rpl.000.000,-) akan diamortisasikan selama umur obligasi yaitu 58
bulan, sehingga amortisasi agio setiap bulannya sebesar Rp29.000,- : 58 = Rp500,-.