Anda di halaman 1dari 16

HUKUM PAJAK

PPH PASAL 21-PENGHASILAN TETAP

Dosen: Patmawati,S.E,M.Si.

Oleh : Kelompok 8

Anggota :

1.Nabila Monica P.

2. Nabilla Putrie V.

3. Hanisyah Putri R.

TAHUN AJARAN 2020/2021


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan atas objek pajak penghasilan
sebagaimana diatur pada undang-undang pajak penghasilan. PPh atau pajak
penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas
penghasilan yang di terima atau diperoleh dalam satu tahun penghasilan. PPh
Pasal 21 merupakan pajak honorarium, tunjangan atas penghasilan berupa gaji,
upah, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan
dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib
pajak orang pribadi dalam negeri. Penghasilan yang dimaksud dapat berupa
keuntungan usaha,gaji,honorarium,hadiah,dan yang lainnya. Hal yang menjadi
objek pajak adalah penghasilan, yaitusetiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dalam bentuk
apapun, termasuk penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau
jasa yang diterima atau diperoleh termasuk
gaji,upah,tunjangan,honorarium,komisi,bonus,gratifikasi,uang pensiun,atau
imbalan dalam bentuk lainnya. Pembayaran pajak ini sendiri didasarkan juga
pada objek pajak,yang sesuai dengan namanya adalah penghasilan. Dalam
konteks ini,penghasilan dapat juga di artikan sebagai hasil ekonomi dari
aktivitas dan produktivitas setiap bulan. Contoh dari objek pajak ini adalah laba
usaha,deviden,bunga,asuransi,serta keuntungan dari mata uang asing. Ada juga
hal yang tidak dapat dikatakan sebagai objek pajak walaupun berupa
pertambahan ekonomi.yang tidak termasuk objek pajak ini adalah
warisan,sumbangan,sisa hasil usaha koperasi,hibah dan sejenisnya.
1.2 Rumusan Masalah :

1. Apa pengertian dari pajak penghasilan tetap pasal 21?


2. Siapa subjek atau Wajib Pajak PPh pasal 21?
3. Hak dan kewajiban Pemotong pajak PPh pasal 21?
4. Penghasilan apa saja yang dipotong dan penghasilan apa saja yang tidak
dipotong PPh pasal 21?

1.3Tujuan Makalah

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1.    Mengetahui pengertian dari PPh pasal 21

2.    Mengetahui subjek atau wajib pajak pasal 21

3.    Apa saja hak dan kewajiban pemotong pajak PPh pasal 21

1.4 Manfaat Makalah

Dapat mengetahui secara lebih jelas tentang subjek pajak dan pengertian dari pajak
penghasilan serta dasar hukum yang menjadi landasan bagi subjek pajak penghasilan
dan isi dari pasal 21 tentang penghasilan tetap, hak dan kewajiban pemotong pajak
PPh pasal tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Pajak Penghasilan

Sebelum membahas tentang pajak penghasilan,ada baiknya kita mengetahui


tentang arti pajakitu sendiri. Karena dengan memahami tentang arti dari pajak
itu sendiri,kita akan lebih mudah mudah mempelajari dan mengerti tentang
seluk-beluk perpajakan di Indonesia. Pengertian pajak itu sendiri menurut
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan (UU KUP) adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Negara bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. Adapun di dalam pajak
terdapat 5 unsur pokok dalam definisi pajak yaitu:

1. Iuran / pungutan
2. Pajak di pungut berdasarkan undang-undang
3. Pajak dapat dipaksakan
4. Tidak menerima kontra prestasi
5. Untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah

Adapun jenis-jenis pajak,yaitu:

Secara umum jenis pajak di bedakan menjadi pajak pusat dan pajak daerah

Contoh dari pajak pusat:

1. Pajak penghasilan (PPh)


2. Pajak penambahan nilai (PPN)
3. Pajak penjualan barang mewah (PPnBM)
4. Pajak bumi dan bangunan (PBB),Akan tetapi sejak tahun 2012,khusus
untuk jenis pajak bumi dan bangunan (PBB),pengelolaan terhadap jenis
pajak ini sebagian dialihkan kepada pemerintah daerah (pemda)

B.Pengertian PPh Pasal 21 tentang Penghasilan tetap

Pengertian PPh Pasal 21 PPh pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas
penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain
dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan atau sebagai
imbalan atas jasa.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 yang menjadi subjek


pajak adalah :
1. Subjek pajak pribadi, yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di
Indonesia,orang pribadi yang berada di Indonesia lebihdari 183 hari
dakam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang dalam satu tahun
pajak berada di Indonesia, dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal
di Indonesia,dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
2. Subjek pajak harta warisan belun dibagi,yaitu warisan dari seorang yang
sudah meninggal dan belum di bagi tetapi menghasilkan pendapatan
maka pendapatan itu dikenakan pajak
3. Subjek pajak badan yakni badn yang didirikan atau bertempat kedudukan
di Indonesia,kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi
kriteria:
 Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
 Pembiayaannya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara
(APBN) atau anggaran pendapatan dan belanja daerah(APBD)
 Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran pemerintah pusat atau
pemerintah daerah
 Pembukuannya di periksa oleh aparat pengawasan fungsional Negara
 Bentuk usaha tetap (BUT), yaitu bentuk usaha yang digunakan oleh orang
pribadi yang tidak bertempat tinggal diindonesia atau berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau badan yang
tidak didirikan dan berkedudukan di Indonesia yang melakukan kegiatan
di Indonesia

C.Subjek Pajak PPh Pasal 21

Wajib pajak yang dipotong PPh pasal 21 adalah orang pribadi yang merupakan :
1. Pegawai, karyawan atau karyawati tetap Adalah orang pribadi yang bekerja
pada pemberi kerja dan atas jasanya itu ia memperoleh gaji dalam jumlah
tertentu secara berkala.
2. Pegawai, karyawan atau karyawati lepas Adalah orang pribadi yang berkeja
untuk pemberi kerja dan hanya menerima upah jika ia bekerja.
3. Penerima honorarium Adalah orang pribadi atau sekelompok orang pribadi
yang memberikan jasanya, dan atas jasanya ia memperoleh imbalan tertentu
sesuai dengan jasa yang diberikan.
4. Penerima upah Adalah orang pribadi yang atas jasanya ia memperoleh upah,
seperti upah harian, upah borongan, upah satuan dll Yang tidak termasuk Wajib
Pajak PPh Pasal 21 yaitu :
1. Pejabat perwakilan diplomatic dan konsulat atau pejabat lain dari Negara
asing dan orang – orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada
dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga Negara
Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di
luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta Negara yang bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik.
2. Pejabat perwakilan organisasi internasional dimaksud dalam pasal 3 ayat (1)
huruf c Undang – Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh Menteri
Keuangan, dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan
usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia.

D.Hak Dan Kewajiban Pemotong Pajak PPh Pasal 21

1. Hak-hak pemotong pajak PPh pasal 21

a. Pemotong pajak berhak untuk mengajukan permohonan memperpanjang


jangka waktu penyampaina SPT tahunan PPh pasal 21

b. Pemotongan pajak berhak untuk memperhitungkan kelebihan setoran pada


SPT tahuna terhadap pajak yang terhutang untuk bulan pada waktu dilakukan
perhitungan kembali.

c. Pemotong pajak berhak untuk membetulkan sendiri SPT dengan


menyampaikan pernyataan tertulis kepada Kepala Inspeksi Pajak setempat atau
tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jendral Pajak sepanjang belum
dimulai tindakan pemeriksaan.

d. Pemotong pajak berhak mengajukan surat keberatan kepada Kepala Inspeksi


pajak atau suatu ketetapan pajak

e. Pemotong pajak berhak mengajukan banding kepada badan peradilan pajak


terhadap keputusan yang ditetapkan oleh Kepala Inspeksi Pajak mengenai
keberatan.

2. Kewajiban pemotong pajak PPh pasal 21

a. Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP

b. Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh Pasal 21


dan Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan kalender.

c. PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos atau Bank paling
lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir.

d. Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama 20 hari setelah Masa
Pajak berakhir.

e. Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh Ps. 21/26 Untuk
Setiap Masa Pajak
f. Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai Ketentuan

g. Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya Kepada Penerima


Penghasilan.

E.Penghasilan yang dipotong dan yang tidak dipotong pada PPh Pasal 21

1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap, baik berupa


penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur;

2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Penerima paensiun secara teratur


berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya;

3. Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan


sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang
pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua dan
pembayaran lain jenis;

4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian,
upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara
bulanan;

5. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee,
dan imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan;
6. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan
dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun;

Penghasilan yang Tidak Dikenakan PPh Pasal 21 :

1. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa,


dwiguna dan bea siswa

2. Natura/kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah

3. Iuran pensiun kepada dana pensiun yang telah disahkan Menkeu, iuran
THT/JHT yang dibayar pemberi kerja

4. Zakat/sumbangan wajib keagamaan dari badan/lembaga yang


dibentuk/disahkan pemerintah

5. Bea siswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf l UU PPh
F.Menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21

Rumus pengitungan PPH pasal 21 atas pegawai tetap: Tarif Pajak pasal 17 x (PKP) PKP =
Penghasilan bruto- (Biaya Jabatan + iuran pensiun + Iuran Jamsostek)- PTKP

1. PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) adalah penghasilan yang menjadi batasan tidak
kena pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, dengan kata lain apabila penghasilan neto Wajib
Pajak Orang Pribadi jumlahnya dibawah PTKP tidak akan terkena Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 25/29 dan apabila berstatus sebagai pegawai atau penerima penghasilan sebagai objek
PPh Pasal 21, maka penghasilan tersebut tidak akan dilakukan pemotongan PPh Pasal 21.
Besarnya penghasilan tidak kena pajak (PTKP) untuk tahun pajak 2013 sebagai berikut
PTKP Untuk wajib pajak Tambahan WP kawin Tambahan istri bekerja Tambahan tanggunan
Rp 24.300.000,Rp 2.025.000,Rp 24.300.000,Rp 2.025.000,-

2. Tarif Pajak Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri adalah sebagai berikut: Tarif Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000,di atas Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp 250.000.000,di
atas Rp 250.000.000,- sampai dengan Rp 500.000.000,di atas Rp 50.000.000,

3. Penghasilan dan biaya yang dikenakan 9 Pajak 5% 15% 25% 30%

a. Penghasilan bruto (penghasilan, honor, upah, gaji, bunga, komosi, imbalan, uang pensiun,
uang pesangon)

b. Biaya-biaya yang dikenakan:

1) biaya jabatan, khusus untuk pegawai tetap. Besarnya adalan 5% dari pengahsialn bruto
maksimal yang diperkenakan adalah Rp 6.000.000,setahun dan Rp. 500.000,- sebulan 2)
Iuran pensiun/ THT: a) Yang dibayar pegawai b) Yayasan dana pensiun yang disetujui oleh
Menkeu c) Jumlah tidak dibatasi 3) Biaya pensiun. Khusus untuk penerima pensiun berkala
bulanan besarnya 5% dari uang pensiun maksimal yang diperkenannkan adalah Rp.
2.400.000,- setahun dan Rp. 200.000,- sebulan

A. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai Tetap - Gaji Bulanan Gaji sebulan
Pengurangan : Biaya Jabatan (5% xRp 8.000.000) Rp 400,000 Iuran Pensiun Rp 200,000
Penghasilan Neto sebulan Penghasilan Neto setahun (12 x Rp 7.400.000,00 ) PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 24,300,000 - tambahan WP kawin Rp 2,025,000 Penghasilan Kena
Pajak setahun PPh Pasal 21 terutang : 5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2,500,000 15% x Rp
12.475.000,00 = Rp 1,871,000 Rp 4,371,000 PPh Pasal 21 sebulan Rp 4.371.000,00 : 12 =
Rp 364,250

B.Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran Bonus Gaji setahun (12 x Rp 10.000.000,00)
Bonus Penghasilan bruto setahun Pengurangan : Biaya Jabatan (5% xRp 140.000.000,00) =
Rp 7.000.000,00 *Biaya Jabatan dlm setahun maksimal Rp 6.000.000,00 Iuran Pensiun (12 x
Rp 200.000,00) Penghasilan Neto setahun Gaji + Bonus PTKP setahun : - untuk diri sendiri
Rp 24,300,000 - tambahan WP kawin Rp 2,025,000 Penghasilan Kena Pajak setahun PPh
Pasal 21 setahun atas Gaji + Bonus : 5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2,500,000 15% x Rp
55.275.000,00 = Rp 8,291,250 10,791,250
BAB III

PENUTUP

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa PPh Pasal 21 merupakan


pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,
jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri.
Pemotong PPh pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh
UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan
UU No. 17 tahun 2000 dan terbarupada tahun 2013 untuk memotong PPh Pasal 21.
Daftar Pustaka

Direktorat jenderal pajak,2013,pajak penghasilan (PPh),URL:

https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/buku%20pph%20upload.pdf

Prabandaru ageng,2019,hal-hal umum mengenai pajak penghasilan di

Indonesia,URL: https://klikpajak.id/blog/berita-pajak/hal-hal-umum-mengenai-

pajak-penghasilan-di-indonesia

cermati.com,2019,dasar hukum untuk pajak

penghasilan,URL:https://www.cermati.com/artikel/pajak-penghasilan-

pengertian-dan-cara-menghitungnya

Novia, utami,2018, Tarif pajak , URL: https://klikpajak.id/blog/pajak-


bisnis/pajak-penghasilan-pasal-21-2/
Soal Pilihan Ganda (1-20):

1. Batas waktu bagi pemotong PPh Pasal 21 untuk memberikan bukti pemotongan Pasal 21
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap adalah ...

a.Paling lama 1 (satu) minggu setelah tahun kalender berakhir atau setelah yang
bersangkutan berhenti bekerja

b.Paling lama 2 (dua) minggu setelah tahun kalender berakhir atau setelah yang
bersangkutan berhenti bekerja

c.Paling lama 3 (tiga) minggu setelah tahun kalender berakhir atau setelah yang
bersangkutan berhenti bekerja

d.Paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir atau setelah yang
bersangkutan berhenti bekerja

2. Bagi pemberi kerja yang melakukan pembayaran kepada selain pegawai tetap harus
memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 untuk setiap masa pajak pada saat …

a.Setiap kali melakukan pemotongan PPh Pasal 21

b. Setiap masa melakukan pemotongan PPh Pasal 21

c.Setiap bulan melakukan pemotongan PPh pasal 21

d. Setiap akhir bulan melakukan pemotongan PPh Pasal 21

3.Alex adalah bujangan yang bekerja sebagai tukang ojek di wilayah Kebon Jeruk. Pada
bulan Februari 2013 mengalami kecelakaan dan terpaksa harus menjalani operasi patah
tulang di rumah sakit. Meskipun demikian, Alex masih beruntung karena seluruh biaya
operasi yang besarnya Rp25.000.000,00 dibayar oleh perusahaan asuransi “Jasa Cidera”
yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan. Besarnya PPh Pasal 21 yang
harus dipotong oleh asuransi “Jasa Cidera” atas santunan asuransi yang diberikan kepada
Alex adalah ...

a.Rp0 karena dikecualikan dan objek pemotongan PPh Pasal 21

b.Rp0 karena santunan asuransi bagi Alex bukan merupakan penghasilan

c.Rp1.250.000,00 karena bagi Alex santunan asuransi merupakan penghasilan

d.Rp2.500.000,00 karena merupakan penghasilan yang bersifat final

4. Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusatdiantaranya adalah ...

a. Pajak Restoran

b. Pajak Reklamasi

c. Pajak Perhotelan

d. Pajak Penghasilan

5.Iuran atau pungutan yang wajib dibayarkan kepada negar berdasarkanundang-undang dan
tanpa ada balas jasa secara langsung disebut....

a. Pajak

b. Pendapatan
c. Retribusi

d. Materai

6.Di bawah ini adalah unsur-unsur pajak, kecuali....

a. Pajak pusat

b. Objek pajak

c. Tarif pajak

d. Wajib pajak

7.Berikut ini pernyataan yang benar tentang pajak, adalah ....

a. Iuran wajib kepada negara sesuai UU dan tidak mendapatkan balasjasa secara
langsung

b. Iuran yang harus dibayar wajib pajak dan akan memperoleh balasjasa secara
langsung

c. Iuran wajib pajak yang dibayar dengan sukarela

d. Iuran yang diatur dengan undang-undang dan bersifat sukarela

8.Pajak penghasilan perseorangan berpengaruh terhadap besarnya ....


a. pendapatan
b. pendapatan pribadi
c. pendapatan nasional
d. pajak tidak langsung

9.Pajak yang dikenakan atas dasar subjeknya disebut pajak ....


a. langsung
b. tidak langsung
c. subjektif
d. objektif

10.Jenis pajak menurut sifatnya dibagi menjadi ...


a. pajak dalam dan luar negeri
b. pajak pusat dan daerah
c. pajak subjektif dan objektif
d. pajak langsung dan tidak langsung

11. dibawah ini adalah penghasilan yang tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang
dipotong PPh pasal 21 ,kecuali?

a. penerimaan dalam bentuk matura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun


yang diberikan oleh wajib pajak

b. iuran pension yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh mentri keuangan,iuran tunjanjangan hari tua atau badan
penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja.

C. zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil
zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah
d. honorarium,komisi ,free, atau imbalan lai kepada peserta pendidikan dan
pelatihan serta pegawai magang.

12. Apabila dividen bukan merupakan obyek pajak, maka bagaimana memperlakukan
perpajakan bunga atas pinjaman yang dipergunakan untuk membeli saham?

A. Dapat dibebankan sebagai biaya.

B. Sebagai obyek pajak.

C. Bukan obyek pajak.

D. Tidak dapat dibebankan sebagai biaya.

13. Wajib Pajak dalam menghitung besarnya pajak yang terutang menurut UU KUP adalah
dengan menggunakan sarana, yaitu?

A. Surat Ketetapan Pajak.

B. Surat Pemberitahuan.

C. Laporan Keuangan sebagai produk dari pembukuan.

D. Surat Setoran Pajak.

14. PT Media Saya adalah perusahaan yang bergerak di bidang peneribitan buku dan
percetakan. Pada 2 Mei 20X9 dia melakukan pembayaran terhadap royalti untuk Sheila yang
belum memiliki NPWP sebesar Rp5.000.000. Berapa Pajak Penghasilan atas transaksi
tersebut?

A. Rp500.000

B. Rp750.000

C. Rp1.000.000

D. Rp1.500.000

15. berikut ini yang termasuk pajak pusat yaitu?

a. pajak hotel

b.pajak kendaraan

c.pajak restoran

d.bea materai

16. pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat di antaranya adalah?

a.pajak restoran

b. pajak reklamasic

c. pajak perhotelan

d.pajak penghasilan

17. pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan kepada
orang lain disebut ?

a. pajak obyektif

b. pajak langsung

c. pajak tidak langsung


d. pajak subyektif

18. sanksi administrasi bagi wajib pajak yang tidak taat membayar pajak adalah?

a. wajib lapor kepada polisi

b. membayar denda

c. di beri teguran

d. penyitaan barang

19. dibawah ini yang bukan sebagai pemotong PPh pasal 21 adalah ?

a. pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan

b. bendahara atau pemegang kas pemerintah

c. penyelenggara kegiatan

d. organisasi international yang ditetapkan menteri keuangan

20. dibawah ini adalah penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21,kecuali?

a.pegawai

b. penerima uang pesangon

c. peserta kegiatan

d. badan usaha
Soal essay kasus

1. Seorang karyawan menerima gaji dari tempatnya bekerja sebesar Rp.


6.000.000,- setiap bulannya. Perusahaan tersebut mengikuti program
pensiun dan BPJS Kesehatan. Perusahaan ini menanggung iuran pensiun
dari BPJS sebesar 1% dari jumlah gaji, yakni Rp. 30.000,- setiap
bulannya.

Sedangkan untuk Jaminan Hari Tua (JHT) karyawannya setiap bulan


sebesar 3,70% dari gaji karyawan. Karyawan ini membayar iuran JHT
setiap bulan sebesar 2,00% dari jumlah gaji. Untuk Premi Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JK) dibayar oleh
perusahaan, besarnya masing-masing 1,00% dan 0,30% dari gaji. Jika
pada bulan tersebut karyawan ini mendapatkan tambahan uang lembur
sebesar Rp. 2.000.000,-, maka berapakah besar PPh 21 nya?

Jawaban :

Total penghasilan kotor ( Bruto ) = Gaji pokok + Uang Lembur + JKK 0,24% +
JK 0,3%

Maka penghasilan kotor ( Bruto ) = 6000.000 + 2.000.000 + 14.400+ 18.000

Hasil akhir Bruto = Rp. 8.032.400,-

Sedangkan penghasilan bersih ( Netto ) = Bruto – Biaya Jabatan – Iuran JHT –


Jaminan Pensiun

Maka penghasilan bersih (Netto ) = 8.032.400 – 401.620 – 120.000 – 60.000 =


7.450.780,00

Jika dikalikan 12 bulan dan dibulatkan persentasenya maka  PPh Pasal 21


Bulan Juli = 1.770.450,00 : 12 = 147.538,00

Jadi, besar pajak yang harus dibayar sebesar 147.538

2. Aliyanto melakukan jasa perawatan mesin fotokopi kepada PT BCD dengan


imbalan Rp28.000.000. Aliyanto mempergunakan tenaga 5 orang pekerja
dengan membayarkan upah harian masing-masing sebesar Rp750.000.

Upah harian yang dibayarkan untuk 5 orang pekerja selama 3 hari melakukan
pekerjaan adalah Rp11.250.000. Selain itu, Aliyanto juga membeli spare
part mesin fotokopi yang dipakai untuk perawatan sebesar Rp 5.550.000.
Maka, berapakah PPh Pasal 21 yang terutang?

Jawaban :

Berdasarkan perjanjian serta dokumen yang diberikan Aliyanto, diketahui


bahwa yang menjadi penghasilan bruto adalah upah yang harus dibayarkan
kepada pekerja harian yang dipekerjakan oleh Aliyanto dan biaya untuk
membeli spare part mesin fotokopi.

Maka, jumlah penghasilan bruto sebagai dasar perhitungan PPh Pasal 21 yang
harus dipotong oleh PT BCD atas imbalan yang diberikan kepada Aliyanto
adalah sebesar penghasilan bruto dikurangi upah tenaga kerja harian yang
dipekerjaan Aliyanto dan biaya spare part mesin fotokopi. Perhitungannya
sebagai berikut:

Rp28.000.000 – (Rp11.250.000 + Rp 5.550.000) = Rp 11.200.000


PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT BCD atas penghasilan yang diterima
Aliyanto adalah sebesar:

5% x 50% x Rp 11.200.000 = Rp280.000

Dalam hal Aliyanto tidak memiliki NPWP maka PPh Pasal 21 yang harus
dipotong oleh PT BCD menjadi:

120% x 5% x 50% x Rp 11.200.000 = Rp 336.000

Catatan: untuk pembayaran upah harian kepada masing-masing pekerja wajib


dipotong PPh Pasal 21 oleh Aliyanto.

3. PT Media Saya adalah perusahaan yang bergerak di bidang peneribitan buku


dan percetakan. Pada 2 Mei 20X9 dia melakukan pembayaran terhadap royalti
untuk Sheila yang belum memiliki NPWP sebesar Rp5.000.000. Berapa Pajak
Penghasilan atas transaksi tersebut?

Jawaban :

sesuai dengan UU Pajak Penghasilan atas Pajak Royalti dengan perhitungan:

15% x Rp5.000.000 = Rp750.000

Karena tidak memiliki NPWP maka dikenakan tambahan sebesar:

100% x Rp750.000.

Dengan demikian, Sheila akan terkena pemotongan sebesar Rp1.500.000.

Anda mungkin juga menyukai