Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MANAJEMEN PERPAJAKAN

TAX PLANNING DALAM LEASING

DISUSUN OLEH:
AJENG PRATIWI (1515102011)
ELZA SYAWALIANI (1515102004)
NISA JUWITA ADHIM (1515102006)
YOGA T RACHMAN (1515102015)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2015
BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Berdasarkan teori yang dikemukakan para ahli, upaya dalam melakukan pengurangan

pengenaan pajak secara legal dapat dilakukan melalui manajemen pajak. Namun perlu diingat
bahwa legalitas dari tax management tergantung dari instrumen yang dipakai. Manajemen pajak
adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang
dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan Iikuiditas yang diharapkan.
Tujuan dari manajemen pajak dapat dicapai melalui fungsi-fungsi manajemen pajak yang terdiri
dari: Pertama, perencanaan pajak (tax planning), merupakan langkah awal dalam manajemen
pajak. Pada umumnya
meminimumkan

penekanan perencanaan

kewajiban

pajak.

Kedua,

pajak (tax planning) adalah unluk

pelaksanaan

kewajiban

perpajakan

(tax

implementation), manajemen pajak tidak dimasukkan untuk melanggar peraturan dan jika dalam
pelaksanaannya menyimpang dari tujuan manajemen pajak. Yang ketiga adalah pengendalian
pajak (tax control), bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban pajak telah dilaksanakan
sesuai dengan yang telah direncanakan dan telah memenuhi persyaratan maupun material.
Financial lease sebagai salah satu bentuk sewa guna usaha mempunyai kewajiban
perpajakan sama dengan aktiva lainnya. Jenis pembiayaan ini memerlukan suatu perencanaan
yang memungkinkannya dapat mengelola pajak secara tepat. Dengan adanya perencanaan pajak
(tax planning) yang tepat, maka Wajib Pajak dapat merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi,
dan pada akhirnya dapat mengendalikan kewajiban perpajakannya secara tepat dan benar.
Leasing pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1974, yang bertujuan untuk
membiayai penyediaan barang-barang modal, dengan beberapa perjanjian antara pihak
perusahaan dengan pihak penerima barang dengan sejumlah biaya-biaya yang dikeluarkan atau
dibebankan oleh pihak lessee.

1.2

Rumusan Masalah
Untuk mencegah pembahasan lebih menyeluru maka kami memberi batasan bahasan

seperti berikut :
1. Bagaiman deskripsi pengertian Leasing

2. Bagaiman deskripsi berbagai jenis perusahaan Leasing


3. Bagaimana deskripsi mekanisme dan teknik pembiayaan Leasing
4.
1.3

Bagaimana deskripsi perkembangan Leasing di Indonesia


Tujuan
Untuk mengetahui lebih mendetail tentang leasing dan jenis perusahaan leasing serta tax

planning atas leasing.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1

Kajian Terdahulu
Pajak, didunia manapun adalah hal yang selalu di jauhi bahkan dihindari jika mungkin.

Sehingga ada ungkapan import yang menyatakan Nobody loves to pay, not even Americans and
Europeans.

Perencanaan pajak atau tax planning yaitu bertujuan untuk mengefisienkan beban

pajak. Tentunya manfaat lain dari tax planning dapat memperkuat posisi keuangan yang
diperoleh dan likuiditas yang seharusnya diharapakan oleh pihak perusahaan. Beban pajak yang
dapat dikurangi dengan tidak melanggar undang-undang perpajakan yang berlaku (tax
avoidance). Maka atas dasar hal ini penulis membuat penelitian dua jenis pembiayaan, dengan
cara leasing atau dengan kredit bank untuk memperoleh aktiva tetap (mesin) di perusahaan.
Tujuan penelitian ini mencari solusi yang cermat untuk memperoleh modal usaha berupa aktiva
tetap di perusahaan percetakan, sedikit membebani arus kas keluar serta menghemat pembayaran
pajak.
Metode analisa komparasi yang digunakan adalah menetukan nilai angsuran (annuitas),
pembebanan semua biaya fiskal yang melekat di aktiva tetap, mengkalkulasi efisiensi pajak,
menghitung kas keluar (cash out),dan menjumlahkan semua perhitungan net present value. Maka
didapati suatu kesimpulan bahwa pembiayaan leasing lebih menguntungkan dibandingkan
dengan pembiayaan kredit bank. Penyebab utama dari penghematan pajak ini dikarenakan
peraturan perpajakan memperbolehkan pembiayaan sewa guna usaha dengan hak opsi (financial
lease) semua angsuran berikut bunga leasing dapat diakui sebagai biaya untuk mengurangkan
penghasilan bruto
2.2

Kajian Perpajakan

2.2.1 Pengertian Leasing


Perusahaan sewa guna usaha di Indonesia lebih dikenal dengan nama Leasing. Kegiatan
utamanya adalah bergerak di bidang pembiayaan untuk keperluan barang-barang modal yang
diinginkan oleh nasabah. Pembiayaan yang dimaksud jika seorang nasabah membutuhkan
barang-barang modal seperti peralatan kantor atau mobil dengan cara disewa atau dibeli secara
kredit dapat diperoleh diperusahaan leasing. Pihak Leasing dapat membiayai keinginan nasabah
dengan perjanjian yang telah disepakati kedua pihak.
Perusahaan Leasing dapat diselenggarakan oleh atau badan usaha yang berdiri sendiri.
Keterbatasan perusahaan leasing adalah tidak boleh melakukan kegiatan yang dilakukan oleh
bank seperti memberikan simpanan dan kredit dalam bentuk uang. Pengertian sewa guna usaha
secara umum adalah perjanjian antara lessor (perusahaan leasing) dengan lessee (nasabah) di

mana pihak lessor memyediakan barang dengan hak penggunaan oleh lessee dengan imbalan
pembayaran sewa untuk jangka waktu tertentu.
Sedangkan pengertian sewa guna usaha sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan No.
1169/KMK.01/1991 adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik
secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi
(operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara berkala. Yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan sewa guna
usaha dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa
guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sebaliknya,operating lease tidak mempunyai
hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha.
2.2.2

Ketentuan Leasing
Kegiatan Leasing secara remi diperbolehkan beroperasi di indonesia setelah keluar surat

keputusan bersama antara Menteri Keuangan,Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan


Nomor Kep. 122/MK/IV/2/1974, Nomor 32/M/SK/2/74 dan Nomor 30/Kpb/I/74 Tanggal 7
Februari 1974 Tentang Perizinan Usaha Leasing di Indonesia.
Wewenang untuk memberikan usaha Leasing di keluarkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan
Surat keputusan Nomor 649/MK/IV/5/1974 Tanggal 6 Mei 1974 yang mengatur mengenai
ketentuan tata cara perizinan dan kegiatan usaha leasing di Indonesia.
Lembaga Pembiayaan Menurut ketentuan ini dimungkinkan untuk melakukan salah satu dari
kegiatan pembiayaan seperti :
1.Sewa guna usaha ( Leasing )
2.Modal ventura ( venture capital )
3.Anjak Piutang ( factoring )
4.Pembiayaan konsumen ( consumer finance )
5.Kartu Kredit ( credit card )
Pemberian izin untuk melakukan usaha-usaha pembiayaan seperti di atas, terlebih dulu harus
memperoleh izin dari Menteri Keuangan.
2.2.3

Unsur sewa guna usaha (SGU):

1.

Lessor
Merupakan perusahan leasing yang membiayai keinginan para nasabahnya untuk
memperoleh barang-barang modal

2.

Lessee
Adalah nasabah yang mengajukan permohonan leasing kepada lessor untuk memperoleh
barang modal yang di inginkan.

3.

Supplier
Yaitu pedagang yang menyediakan barang yang akan di leasing sesuai perjanjian antara
lessor dengan lessee dan dalam hal ini suplier juga dapat bertindak sebagai lessor.

4. Asuransi
Merupakan perusahaan yang akan menanggung resiko terhadap perjanjian antara lessor
dengan lessee. Dalam hal ini lessee dikenakan biaya asuransi dan apabila terjadi sesuatu,
maka perusahaan akan menanggung resiko sebesar sesuai dengan perjanjian terhadap barang
yang di leasingnya.

2.2.4

Jenis-Jenis Perusahaan Leasing


Jenis-jenis perusahaan leasing dalam menjalankan kegiatannya dibagi kedalam 3 (tiga)

kelompok yaitu :
1.

Independent Leasing

Merupakan perusahaan leasing yang berdiri sendiri dapat sekaligus sebagai supplier atau
membeli barang-barang modal dari supplier lain untuk dileasekan.
2.

Captive Lessor
Produsen dan supplier mendirikan perusahaan leasing dan yang merekan leasekan adalah
barang-barang milik mereka sendiri. Tujuan utamanya adalah untuk dapat meningkatkan
penjualan, sehingga mengurangi penumpukan barang di gudang/toko.

3.

Lease Broken
Perusahaan jenis ini kerjanya hanyalah mempertemukan keinginan lessee untuk memperoleh
barang modal kepada pihak lessor untuk dileasekan. Jadi,dalam hal ini lease broken hanya
sebagai perantara antara pihak lessor dengan pihak lessee.

2.3

Mekanisme Leasing

2.3.1

Mekanisme Leasing

1.

lesse menghubungi pemasok untuk pemilihan dan penentuan jenis barang, spesifikasi, harga,

2.

jangka waktu penagihan, dan jaminan purna jual atas barang yang akan disewa.
Lesse melakukan negoisasi dengan lessor mengenai kebutuhan pembiayaan barang modal.
Dalam hal ini, lessee dapat meminta lease quotation yang tidak mengikat dari lessor. Dalam
quotation terdapat syarat-syarat pokok pembiayaan leasing, antara lain: keterangan barang,
harga barang, cash security deposit, residual value, asuransi, biaya administrasi, jaminan

3.

uang sewa ( lease rental ), dan persyaratan-persyaratan lainnya.


Lessor mengirimkan letter of offer atau comittment letter kepada lessee yang berisi syaratsyarat pokok persetujuan lessor untuk membiayaai barang modal yang dibutuhkan, lessee

4.

menandatangani dan mengembalikannya kepaada lessor.


Penandatangan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhi lessee, dimana kontrak
tersebut mencakup hal-hal: pihak-pihak yang terlibat, hak milik, jangka waktu, jasa leasing,
opsi bagi lessee, penutupan asuransi, tanggung jawab dan objek leasing, perpajakan jadwal

5.

pembayaran angsuran sewa dan sebagainya.


Pengiriman order beli kepada pemasok disertai instruksi pengiriman barang kepada lessee

6.

sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang telah disetujui.


Pengiriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan serta menandatangani

7.

surat tanda terim dan perintah bayar selanjutnya diserahkan kepada pemasok.
Penyerahan dokumen oleh pemasok kepada lessor termasuk faktur dan bukti-bukti
kepemilikan barang lainnya.

8.
9.

Pembayaran oleh lessor kepada pemasok.


Pembayaran sewa ( lease payment ) secara berkala oleh lessee kepada lessor selama masa
leasing yang seluruhnya mencakup pengembalian jumlah yang dibiayai beserta bunganya.

2.3.2

Jenis Sewa Guna Usaha :

Sale and
Lease
Back

Sale and Lease Back:


Pihak lessee menjual barang modalnya kepada lessor untuk kemudian dilakukan kontrak
sewa guna usaha atas barang tersebut dengan jangka waktu yang disepakati bersama.
Metode transaksi ini membantu lessee yang mengalami kesulitan modal kerja.

Operating lease :
Jumlah pembayaran selama masa SGU tidak dpt menutup cost barang + profit Lessor
Perjanjian tidak memuat hak opsi bagi Lessee.
Perlakuan PPN untuk Operating Lease :
Karena operating lease dipersamakan dengan jasa sewa-menyewa biasa, maka otomatis
operating lease juga menjadi objek pengenaan PPN. Dalam hal ini yang wajib

memungut PPN adalah lessor, terutama bila lessor sudah menjadi Pengusaha Kena
Pajak (PKP).
Jadi, lessor harus menambahkan PPN 10% dari nilai angsuran bulanan yang ditagihkan
kepada lessee. Di samping itu, lessor juga harus membuat Faktur Pajak atas setiap
pemungutan PPN tersebut.
Perlakuan PPH untuk Operating Lease:
Menurut KMK Nomor 1169/KMK.01/1991,pemotongan PPh atas transaksi atau kegiatan
leasing :
Pemotongan PPH atas Leasing hanya akan timbul jika leasing yang dilakukan
adalah leasing tanpa hak opsi (operating lease). Dalam hal ini, operating lease
dianggap sama seperti persewaan harta atau aktiva biasa. Dan karena merupakan
jasa persewaan, maka transaksi atau kegiatan operating lease ini menjadi objek
pemotongan PPh (withholding tax).
Perlakuan PPH untuk Operating Lease (Lessor) :
Pasal 17 ayat 1 menyatakan :

Seluruh pembayaran yang diterima atau diperoleh oleh lessor merupakan

penghasilan (obyek PPh).


. Lessor berhak menyusutkan aktiva yang disewa guna usahakan (penyusutan
sesuai ketentuan fiskal)

Perlakuan PPH untuk Operating Lease (Lessee)


Pasal 17 ayat 2 menyatakan:
Pembayaran sewa guna usaha tanpa hak opsi yang dibayar atau terutang oleh

lessee adalah biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilanbruto.


Lessee wajib memotong pajak penghasilan pasal 23 atas pembayaran sewa guna

usaha tanpa hak opsi yang dibayarkan atau terutang kepada lessor.
PPH pasal 23
=
2%
PPH Final 4 ayat 2

Tarif 10%
Tanah atau bangunan

Financial Lease

finance lease/capital lease atau sewa guna usaha dengan hak opsi kontrak sewa guna
usaha (leasing) di mana pihak lessee diberikan hak opsi untuk membeli barang yang dileasing-kan atau opsi untuk memperpanjang jangka waktu perjanjian leasing pada saat

akhir periode leasing.


KMK No. 1169/KMK.01/1991
Leasing dengan hak opsi ditetapkan sebagai kegiatan lembaga keuangan lainnya

Refer pada UU PPN Nomor 42 Tahun 2009


Jasa keuangansalah satunya jasa pembiayaan berupa sewa guna usaha dengan hak opsi
merupakan salah satu jenis jasa yang tidak dikenakan PPN (sering disebut Non-JKP).
Ketentuan finance lease :

Jumlah pembayaran selama masa SGU I + nilai sisa barang, harus dapat
menutup cost barang + profit Lessor

Masa SGU minimal :


2 tahun untuk barang modal Gol. I (Equipment : printer dll)
3 tahun untuk barang modal Gol. II & III ( Gol II : Kendaraan)
7 tahun untuk barang modal Gol. Bangunan

Perjanjian memuat hak opsi bagi Lessee


PPH untuk Finance lease :
Berdasarkan undang-undang no. 17 tahun 2000 dan surat KeputusanMenteri Keuangan
RI No. 1169/KMK.01/1991 Pasal 16 ayat 2
Lessee tidak memotong pajak penghasilan pasal 23 atas pembayaran sewa guna
usaha yang dibayar atau terutang berdasarkan perjanjian sewa gunausaha dengan
hak opsi
Dalam pasal tersebut dengan jelas menyatakan bahwa angsuran-angsuran atau
pembayaran yang diterima lessor dari lessee untuk jenis transaksi nance lease tidak
dikenakan pemotonganpajak penghasilan
PPN Untuk finance lease :
Dalam hal Barang Kena Pajak berupa barang modal yang menjadi objek pembiayaan
berasal dari persediaan yang telah dimiliki oleh lessor
Lessor pada dasarnya melakukan dua jenis penyerahan, yaitu :

1) Penyerahan jasa pembiayaan yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai


sebagaimana dimaksud dalam ketentuan pada butir 5 di atas;dan
2) penyerahan Barang Kena Pajak, yang merupakan objek Pajak Pertambahan
Nilai.
Lessor harus dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan harus menerbitkan Faktur
Pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak tersebut kepada lessee. Pengukuhan lessor
sebagai Pengusaha Kena Pajak ini dilakukan dengan tetap memperhatikan batasan
Pengusaha Kecil menurut ketentuan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.
Dasar Pengenaan Pajak yang dicantumkan dalam Faktur Pajak sebagaimana dimaksud
pada huruf b) adalah Harga Jual, tidak termasuk unsur bunga yang diminta atau
seharusnya diminta oleh lessor karena jasa pembiayaan yang diserahkannya.
Perlakuan Perpajakan Finance Lease Lessor :
Penghasilan lessor yang berupa pendapatan bunga adalah imbalan jasa SGU, yaitu
dihitung dari seluruh pembayaran SGU dikurangi angsuran pokok. (KeputusanMenteri
Keuangan RI No. 1169/KMK.01/1991)
Lessor tidak diperbolehkan menyusutkan aktiva yang disewa guna usahakan (Financial
lease). Lessor dapat membentuk dana cadangan piutang tak tertagih yang dapat
dibiayakan maksimum = 2,5% x saldo rata-rata piutang SGU.
Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk setiap bulan yang terutang
oleh lessor adalah jumlah Pajak Penghasilan sebagai hasil penerapan tarif Pasal 17
Undang-undang Pajak Penghasilan Tahun 1984 terhadap Penghasilan Kena Pajak
berdasarkan laporan keuangan triwulanan terakhir sesuai dengan ketentuan dalam Pasal
20 Keputusan ini disetahunkan, dibagi 12 (dua belas).
Perlakuan SGU Bagi Lessee :
Lessee tidak boleh menyusutkan aktiva tetap yang dileasingnya. Hal ini berbeda dengan
perlakuan akuntansi komersial. Dalam akuntansi komersial aktiva tetap SGU disusutkan
oleh lessee.
Angsuran SGU yang dibayar atau terutang kepada lessor (angsuran pokok maupun
bunga) diakui sebagai biaya (deductible expense). Hal ini juga berbeda dengan perlakuan
akuntansi komersial. Dalam akuntansi komersial angsuran pokok SGU diperlakukan

sebagai pembayaran (pelunasan) hutang SGU, sedangkan bunganya merupakan biaya


(expense).
Tax Planning atas Leasing
Biaya yang dikeluarkan perusahaan ada yang dapat diperlakukan sebagai pengurang
penghasilan kena pajak da nada pula yang tidak dapat diperlakukan sebagai pengurang
penghasilan kena pajak. Selain jenis biaya, ditentukan pula oleh tujuan penggunaannya. Biayabiaya yang dikeluarkan oleh wajib pajak apabila pemilihan atau pengakuannya tepat maka dapat
mempengaruhi besarnya PPh terutang dari wajib pajak. Berbagai biaya yang dapat disiasati
berkenaan dengan efisiensi pembayaran pajak antara lain adalah penghematan biaya pada
leasing. Dalam peraturan perpajakan, leasing atau sewa guna usaha dibedakan menjadi leasing
dengan hak opsi (financial lease) dan leasing tanpa hak opsi (operating lease).
Pengakuan biaya bagi perusahaan yang melakukan leasing (lesse) bagi leasing dengan
hak opsi, selain berkaitan dengan pembayaran bunga atas angsuran leasing, juga termasuk pokok
angsuran leasing-nya, serta penyusutan aktiva setelah lesse mempergunakan hak opsinya.
Sedangkan pengakuan biaya bagi lesse pada leasing tanpa hak opsi meliputi lease payment saja,
tidak terdapat bunga atas angsuran dan tidak boleh menyusutkan harta yang di leasing-kan.
Berdasarkan pengakuan biaya yang diperkenankantersebut, maka akan lebih menguntungkan
apabila pengadaan asset melalui leasing dilakukan dengan mempergunakan cara leasing dengan
hak opsi.
Contoh: PT. Elnino melakukan pengadaan alat berat dengan cara leasing senilai Rp.
750.000.000, selama 3 tahun dengan bunga tetap 1% dan nilai residu asset Rp. 468.750.000.
bandingkan biaya yang dapat diakui oleh PT. Elnino apabila alat tersebut dilakukan dengan
leasing tanpa hak opsi selama 3 tahun, dan lease payment setahunnya Rp 200.000.000.
perbandingan pembayaran dalam 3 tahun dari kedua bentuk leasing tersebut adalah seperti
berikut:
No
1
2
3

Pembayaran
Lease Payment
Bunga
Nilai sisa asset
Total

Dengan Hak Opsi


750.000.000
270.000.000
(468.750.000)
551.250.000

Tanpa Hak Opsi


600.000.000
0
0
600.000.000

Selisih
150.000.000
270.000.000
(468.750.000)
48.750.000

Selama 3 tahun, menggunakan leasing dengan hak opsi, PT. Elnino harus mengeluarkan uang
sebesar Rp. 750.000.000 + Rp. 270.000.000 atau sebesar Rp. 1.020.000.000, atau hampir dua
kali kalau leasing tersebut tanpa hak opsi, yaitu sebesar Rp. 600.000.000. Tetapi menggunakan
leasing dengan hak opsi, PT Elnino masih mendapatkan asset yang mempunyai nilai Rp.
468.750.000, sedangkan dengan cara leasing tanpa hak opsi sisa asset tersebut tidak didapat.
Jika diperhitungkan antara pembayaran dan sisa asset maka akan lebih menguntungkan
jika pengadaan menggunakan leasing dengan hak opsi, di mana akan didapat selisih sebesar Rp.
48.750.000. Demikian pula apabila dikaitkan dengan pengakuan biaya yang boleh diakui dalam
3 tahun tersebut. Apabila mempergunakan leasing dengan hak opsi maka akan terdapat biaya
untuk leasing sebesar Rp 1.020.000.000, sedangkan untuk leasing untuk hak opsi hanya sebesar
Rp. 600.000.000.
Seandainya PPh terutang PT Elnino sudah menggunakan tarif 25%, maka penghematan
PPh terutang dengan menggunakan leasing dengan hak opsi adalah sebesar Rp. 25% (Rp.
1.020.000.000 Rp 600.000.000) atau sebesar Rp 105.000.000. Hasil perhitungan menunjukkan
keputusan untuk memilih leasing dengan hak opsi atau tidak menggunakan hak opsi, selain
mempertimbangkan seluruh pembayaran dan nilai residu asset, juga harus mempertimbangkan
berapa besarnya PPh yang akan dihemat atas pemilihan leasing dengan kedua cara tersebut.

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Finance Lease
Lessee
PPh Angsuran-angsuran atau pembayaran yang diterima lessor dari lessee untuk jenis
transaksi nance lease tidak dikenakan pemotongan pajak penghasilan
PPnTerbagi menjadi 2:
Sale lease back Dasar pengenaan pajak sebesar Harga Jual dari Pengusaha Kena
Pajak pemasok. Pemasok sebagai PKP dan pembuat faktur

Direct Dasar pengenaan pajak sebesar jumlah barang kena pajak-nya saja, jasa
pembiayaan (bunga) tidak termasuk.
Menurut pajak Lessee tidak mencatat penyusutan
Lessor
PPh Penghasilan lessor yang dikenakan pajak penghasilan adalah sebagian dari
pembayaran sewa guna usaha dengan hak opsi yang berupa imbalan jasa sewa guna
usaha
PPnTerbagi menjadi 2:
Sale lease back Tidak menjadi PKP dan bukan pembuat faktur pajak
Direct Jadi PKP dan pembuat faktur pajak
Menurut pajak Lessor tidak mencatat penyusutan

Operating Lease
Lessee
PPh Lessee wajib memotong pajak penghasilan pasal 23 atas pembayaran sewa guna
usaha tanpa hak opsi yang dibayarkan atau terutang kepada lessor.
PPn operating lease merupakan objek pajak PPN (sesuai dengan UU PPN pasal 4)
Lessee membayarkan PPN kepada Lessor
Lessor
PPh Seluruh pembayaran yang diterima atau diperoleh oleh lessor merupakan
penghasilan (obyek PPh).
PPn (yang telah menjadi PKP) yg memungut PPN

Anda mungkin juga menyukai