MEKANISME PERBENDAHARAAN NEGARA Pengelolaan perbendaharaan negara merupakan bagian dari siklus pengelolaan keuangan negara yang dilaksanakan oleh menteri keuangan selaku pengelola fiscal dan bendahara umum RUANG LINGKUP PERBENDAHARAAN NEGARA Perumusan Pengumpulan kebijakan fiscal penerimaan pajak, dan penyusunan bea cukai. PNBP APBN
Penyusunan APBN Administrasi
Penerimaan
Pelaporan dan Pengelolaan
pertanggungjawaban perbendaharaan APBN
Akuntansi dan Pelaksanaan
penyusunan anggaran, laporan keuangan pengelolaan kas, pengelolaan utang, pengelolaan aset PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN PADA DITJEN PERBENDAHARAAN Pelaksanaan Anggaran Penyusunan regulasi dan standarisasi pelaksanaan APBN
Pengelolaan Kas Negara
Pengelolaan penerimaan dan pengeluaran dari Kas Negara dan pengaturan rekening pemerintah
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Perumusan standar akuntansi pemerintahan dan penyusunan LKPP
Sistem Manajemen Investasi
Perumusan dan standarisasi kebijakan investasi Pemerintah Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU Perumusan dan standarisasi kebijakan pembinaan dan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU)
Sistem Perbendaharaan Perumusan dan standarisasi kebijakan dan regulasi pengelolaan perbendaharaan
Sistem dan TI Perbendaharaan
Pengembangan system dan tekonologi informasi perbendaharaan PERAN PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN DALAM MENJAGA KREDIBILITAS FISKAL APBN terdiri dari penerimaan negara yang masih bersifat proyeksi karena masih harus dihimpun, dan belanja negara yang bersifat pasti karena telah menjadi komitmen pada DIPA. Dalam rangka menjaga APBN dapat dilaksanakan (kredibel), maka peran pengelolaan perbendaharaan adalah:
Menjaga kecukupan Kas Negara untuk menjamin Belanja
Negara disalurkan tepat waktu
Menjamin kelancaran pencairan dana APBN untuk mendukung
program kegiatan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat
Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan APBN
Menjaga akuntabilitas pengelolaan keuangan negara dan
pertanggungjawaban anggaran negara MEKANISME PENYALURAN DANA KEUANGAN NEGARA 1. DJPK selaku Pembantu Pengguna Anggaran(PPA) BA-BUN Transfer ke Daerah dan Dana Desa, menerbitkan DIPA Induk alokasi DAK Fisik dan Dana Desa 2. DIPA Induk selanjutnya dirinci ke dalam DIPA Petikan DAK Fisik dan Dana Desa per KPPN, yang memuat alokasi per Kabupaten/Kota 3. DJPK selaku PPA menunjuk KPPN selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) BA-BUN Transfer ke Daerah dan Dana Desa pada setiap DIPA Petikan 4. Berdasarkan PMK Penyaluran Transfer ke Daerah dan Dana Desa, KPPN selaku KPA menerbitkan SPP dan SPM penyaluran dana DAK Fisik dan Dana DesaTahap I 5. KPPN selaku Kuasa BUN menerbitkan SP2D penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa ke Rekening Kas Daerah Kab/Kota 6. Pemerintah Daerah Kab/Kota melaksanakan anggaran DAK Fisik dan penyaluran Dana Desa sesuai ketentuan dan menyampaikan laporan realisasi ke KPPN untuk persyaratan penyaluran tahap berikutnya MEKANISME PELAPORAN 1. Berdasarkan dokumen sumber(laporan realisasi, SPM danSP2D), KPPN selaku Unit Akuntansi Tingkat KPA menyusun Laporan Keuangan Tingkat KPA 2. KPPN selaku Unit Akuntansi Tingkat KPA melakukan rekonsiliasi dengan KPPN selaku Unit Akuntansi Tingkat Kuasa BUN melalui e-rekon 3. Kanwil Ditjen Perbendaharaan melakukan pembinaan, monitoring, evaluasi dan supervise terhadap pelaksanaan penyaluran dan pelaporan keuangan oleh KPPN 4. Laporan Keuangan DAK Fisik dan Dana Desa dikonsolidasikan oleh Direktorat PA-DJPB untuk selanjutnya disampaikan kepada DJPK selaku Unit Akuntansi Tk PPA 5. DJPK selaku Unit Akuntansi TkPPA mengkonsolidasikan LK DAK Fisik dan Dana Desa kedalam LK BUN Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) 6. LK BUN TKDD selanjutnya dikonsolidasikan oleh Dit. APK DJPB sebagai bagian dari LK BA- BUN Pusat PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Negara: Penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah diterima secara umum (Penjelasan UU 17 Tahun 2003 Butir 9). Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah kewajiban Pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan (Pasal 1.7 UU No. 15 Tahun 2004). Prinsip Pengelolaan Keuangan Negara (Pasal 3 UU 17/2003) Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang- undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. APBN/APBD,Perubahan APBN/APBD dan Pertanggungjawaban APBN/APBD setiap tahun ditetapkan dengan UU/PERDA. APBN/APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi Semua pemasukan dan pengeluaran uang Negara/Daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus masuk APBN/APBD PEMERIKSAAN, PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggung jawaban. Pemeriksaan Keuangan Negara dan BPK sebagai Lembaga Negara Lingkup Pemeriksaan Pasal 2 Pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan ataspengelolaan keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara. BPK melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara. Pasal 4, Pemeriksaan meliputi: Pemeriksaan Keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan. Pemeriksaan Kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang tidak termasuk Pemeriksaan Keuangan maupun Kinerja PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN/APBD Pasal 30-31 UU No. 17 Tahun 2003 Presiden menyampaikan RUU Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN kepada DPR setelah diperiksa BPK selambat-lambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir Gubernur/Bupati/Walikota menyiapkan Raperda APBD keDPRD Dengan diterimanya pertanggungjawaban tersebut di forum DPR/DPRD, dianggap secara hukum dan politik terpenuhi, atau sudah bertanggung jawab. PERTANYAAN 1. KELOMPOK 1 (BU HENI) BAGAIMANA MAKNA PERTANGGUNGJAWABAN APBD MELALUI PENYAMPAIAN LAPKEU KPD DPRD/LEGISLATIVE MENURUT PP NO 58 TH 2005 PS 101 TTG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH? 2. KELOMPOK 2 (BU ERMA) KPPN SUDAH MELAKUKAN E-REKONSILIASI , APAKAH DENGAN ADANYA E-REKON SUDAH BISA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS LAPKEU? DAN BAGAIMANA PENGARUHNYA TERHADAP OPINI BPK? 3. KELOMPOK 3 (BU LISDA) DALAM RELISASI DAN PERTANGGUNGJAWABAN ADA PENGAWASAN DARI LEGISLATIVE, BAGAIMANA KENYATAANNYA PENGAWASAN PELAKSANAAN ANGGARAN DARI PIHAK LEGISLATIVE DAN PIHAK LAINNYA 4. KELOMPOK 5 (BU NIA) SALAH SATU PRINSIP YAITU EFEKTIF DAN EFISIEN, DALAM REALISASI MASIH BELUM EFEKTIF DAN EFISIEN CONTOHNYA KKN DAN FUNGSI AKUNTANSI, BAGAIMANA PENDAPAT KAMI TENTANG KE TIDAK EFEKTIFAN DAN KE TIDAK EFISIENAN TERSEBUT?