Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN PERPAJAKAN

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perpajakan 2 yang diampu oleh


Bapak Ibnu Muttaqin, S.Pd., M.Si

Disusun oleh :
Dharmawan Muhammad A (4319500161)
Achmad Muzakki (4319500175)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS KONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya,


sehingga dapat menyelesaikan makalah ini untuk memnuhi tugas mata kuliah
Perpajakan 2 yang berjudul : “Manajemen Perpajakan”

Penulis memanjatkan banyak terima kasih, karena makalah ini tidak


terlepas dari bantuan,saran,dan kritik dari berbagai pihak, sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna


dikarenakan kurangnya pengalaman dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu
penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari
segala pihak. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
dunia pendidikan.

Tegal,29 Mei 2021


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pajak merupakan salah satu komponen penting pada penerimaan negara. Besarnya
kontribusi pajak dapat menjamin kestabilan bagi tersedianya sumber penerimaan
negara. Berdasarkan Undang-Undang nomor 28 tahun 2007 pasal 1 ayat 1, pajak
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.Pajak bagi masyarakat merupakan beban karena
mengurangi penghasilan mereka, terlebih lagi masyarakat tidak mendapatkan
imbalan secara langsung ketika mereka membayar pajak. Pajak bagi perusahaan
merupakan proses transfer kekayaan dari pihak perusahaan (khususnya pemilik)
kepada negara, sehingga dapat dikatakan pembayaran pajak penghasilan merupakan
biaya bagi perusahaan dan pemilik perusahaan. Manajemen perusahaan akan selalu
berusaha untuk meminimalkan biaya pajak tersebut dengan melakukan pengelolaan
kewajiban perpajakan. Perusahaan merupakan salah satu subjek pajak penghasilan,
yaitu subjek pajak badan. Perusahaan akan berusaha meminimalkan beban pajak
dengan tidak melanggar aturan, karena pajak merupakan salah satu faktor pengurang
laba.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada rumusan masalah diatas , maka tujuan pembahasan pada
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Pengertian Manajemen perpajakan
2. Fungsi dan tujuan Manajemen Perpajakan
3. Persyaratan Tax Planning dan strategi Tax Planning
4. PPh 21
6. Obyek dan Non obyek PPh Pasal 21
6. PKP DAN PTKP
7.. Apa landasan hukum Manajemen Pajak dan Perencanaan Pajak?

C. Tujuan
Pembuatan makalah ini untuk mengetahui pengertian, fungsi, dan tujuan
manajemen perpajakan .

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Manajemen dapat dikatakan sebagai proses perencanaan (Planning),
pengorganisasian (Organizing), pengarahan (Actuating) dan pengawasan
(Controlling) usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-
sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Manajemen juga merupakan Ilmu tentang upaya manusia untuk
memanfaatkan semua sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan secara
efektif dan efisien.Pajak merupakan biaya bagi sebuah perusahaan, meminimalkan
beban pajak ialah salah satu fungsi manajement keuangan yang mematuhi semua
peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan. Sehingga manajemen pajak juga dapat
diartikan seperti berikut:1.Suatu strategi manajemen untuk mengendalikan,
mengorganisasian aspek-aspek perpajakan dari sisi yang dapat
menguntungkan.2.Sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar,
tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh
keuntungan.
B. Fungsi

1. Perencanaan Pajak (tax planning) Merupakan upaya legal yang bisa dilakukan
Wajib Pajak, karena penghematan pajak hanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal
yang tidak diatur (loopholes) Rencana pengelakan pajak dapat ditempuh

Rencana pengelakan pajak dapat ditempuh sebagai berikut: 

 Mengambil keuntungan sebesar-besarnya dari ketentuan mengenai pengecualian dan


potongan atau pengurangan yang diperkenankan 
 Mengambil keuntungan dari pemilihan bentuk- bentuk perusahaan yang tepat untuk
menghemat pembayaran pajak. 
 Mendirikan perusahaan dalam satu jalur usaha sehingga dapat diatur secara
keseluruhan tarif pajak, potensi penghasilan, kerugian dan aktiva yang dapat dihapus. 
 Menyebarkan penghasilan menjadi pendapatan dari beberapa wajib pajak 
 Menyebarkan penghasilan menjadi beberapa tahun mencegah penghasilan tersebut
dalam kategori pendapatan yang tarifnya tinggi 

2. Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan (tax implementation) Memastikan bahwa


pelaksanaan kewajiban
perpajakan telah memenuhi peraturan perpajakan yang berlaku

3. Pengendalian Pajak (tax control) Memastikan bahwa peraturan perpajakan telah


dilaksanakan. Yang terpenting adalah pengecekan pembayaran pajak.
C. Tujuan
1. Secara finansial mikro, tujuan manajemen pajak adalah meminimalisasi laba
setelah pajak
2. Secara organisasional-makro, tujuan manajemen pajak adalah memaksimalisasi
laba setelah pajak
3. Secara praktikal, tujuan manajemen pajak adalah mengurangi kejutan-kejutan saat
dilakukan pemeriksaan oleh petugas pajak
4. Memenuhi kewajiban perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku
D. Persyaratan dan Strategi Tax Planning
TaxPlanning merupakan tahap awal dari manajemen pajak, dimana dilakukan
penelitian terhadap peraturan perpajakan agar diseleksi jenis dan tindakan pajak yang
akan dilakukan.Untuk dapat meminimumkan kewajiban pajak dapat dilakukan
dengan berbagai cara baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful)
maupun yang melanggar peraturan perpajakan (unlawful) seperti tax avoidancedan
tax evasion. Perencanaan perpajakan umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan

apakah suatu transaksi atau fenomena terkena pajak.

3 hal yang harus diperhatikan dalam suatu perencanaan pajak :

1.Tidak melanggar ketentuan perpajakan


2.Secara bisnis masuk akal, karena perencanaan pajak merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari global strategy perusahaan baik jangka panjang maupun jangka
pendek.

3.Bukti –bukti pendukungnya memadai, contoh : agreement, invoice, accounting


treatment.

Dalam menyusun tax planning yang tidak melanggar aturan pajak, Lima persyaratan
yang harus dipenuhi :

1.Mengerti peraturan perpajakan atau peraturan yang terkait.


2.Menentukan tujuan yang ingin dicapai dalam tax planning.
3.Harus dipahami karakkter usaha WP.
4.Memahami tingkat kewajaran transaksi yang diatur tax planning.
5.Tax planningharus didukung oleh kebijakan akuntansi dan didukung bukti
memadai, seperti faktur, perjanjian, dan sebagainya.
E. Obyek dan Non obyek PPh Pasal 21
berikut ini merupakan Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 berdasarkan Peraturan
Dirjen Pajak terbaru PER-16/PJ/2016, yaitu:
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa
penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur, Contoh: Gaji, Upah
Lembur, Bonus, Tunjangan-tunjangan
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Penerima Pensiun secara teratur
berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya,
3. Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua,
atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya
melewati jangka waktu 2 tahun sejak pegawai berhenti bekerja, Contoh:
Susilo berusia 60 tahun dan memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya.
Susilo melakukan klaim Jaminan Pensiun ke kantor BPJS dan menerima uang
sebesar 100jt, maka atas uang 100jt tersebut akan dikenakan pajak
penghasilan pasal 21.
4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian,
upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan
secara bulanan,
5. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee,
dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan,
6. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama
dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.
7. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang
diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang
tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama.
8. Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus, atau imbalan
lain yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai.
9. Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun
yang masih berstatus sebagai pegawai dari dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

F. PKP DAN PTKP

Penghasilan yang tidak dikenakan Pph Pasal 21 diatur dalam Peraturan Dirjen Pajak
Nomor PER-16/PJ/2016, yaitu:
1. Pembayaran manfaat asuransi atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransidwiguna, dan asuransi beasiswa bagimahasiswa dalam dan luar negeri
Contoh: Hendra menderita sakit gagal ginjal dan diharuskan untuk dirawat di rumah
sakit. Hendra memutuskan untuk menggunakan asuransi kesehatan untuk
meringankan biaya rumah sakit. Atas uang asuransi kesehatan tersebut tidak akan
dipotong pph pasal 21 karena bukan objek pph pasal 21.
2. Penerimaan dalam betuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun yang
diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali diberikan oleh bukan Wajib
Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan yang
dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma perhitungan khususatau yang sering
disebut dengan deemed profit. Contoh: Riko saat ini bekerja di Kantor Konsultan,
selain mendapat gaji dan tunjangan transport, Riko juga mendapatkan jatah makan
siang dari kantor. Untuk gaji dan tunjangan transport akan dikenai pph pasal 21,
namun atas jatah makan yg didapat oleh Riko tidak akan dipotong pajak, kecuali yang
diberikan dalam bentuk uang.
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada danapensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan dan iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua
kepada badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi
kerja.
Contoh: Pada bulan Januari 2017 PT Sempurna membayar dana pensiun ke kantor
BPJS senilai 500jt. Atas dana pensiun tersebut tidak dipotong pph pasal 21, akan
dipotong pada saat karyawan melakukan klaim jaminan pensiun.
4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil
zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang
pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan,
atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan,
5. Beasiswa yang diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia dari Wajib Pajak
pemberi beasiswa dalam rangka mengikuti pendidikan formal/nonformal yang
terstruktur baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Menurut Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. PER-32/PJ/2015 Penghasilan Kena Pajak
adalah pegawai tetap dan penerima pensiun berkala dikenakan PKP sebesar Penghasilan
Netto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terbaru.

Sementara pegawai tidak tetap dikenakan PKP sebesar Penghasilan Bruto dikurangi
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terbaru.

Sedangkan untuk pegawai yang termuat dalam Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. PER-
32/PJ/2015 Pasal 3 huruf c, dikenakan sebesar 50% atas PKP dari jumlah penghasilan bruto
dikurangi PTKP dalam satu bulan.

2. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) merupakan pendapatan yang tidak dikenai Pajak
Penghasilan seperti yang termuat dalam PPh Pasal 21. Menurut Direktorat Jenderal Pajak,
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dijelaskan sebagai pengeluaran untuk memenuhi
kebutuhan dasar Wajib Pajak beserta keluarga, dalam satu tahun. Maka tidak termasuk dalam
PPh Pasal 21.

Berdasarkan PMK No. 101/PMK. 010/2016, Wajib Pajak tidak akan dikenakan pajak
penghasilan apabila penghasilan Wajib Pajak sama dengan atau tidak lebih dari
Rp54.000.000.

Objek Penghasilan Tidak Kena Pajak dipaparkan sebagai berikut.

A. Rp54.000.000 untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi.


B. Rp4.500.000 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin.
C. Rp54.000.000 untuk istri yang memiliki jumlah penghasilan tersebut telah digabung
dengan penghasilan suami.
D. Rp4. 500.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga kandung serta keluarga dalam
garis keturunan serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling
banyak 3 orang untuk setiap keluarga.

Tarif Pajak Progresif PPh 21

Berdasarkan Pasal 17 Ayat 1 UU PPh, perhitungan tarif pajak pribadi menggunakan tarif
progresif sebagai berikut:

1. Penghasilan sampai dengan Rp50.000.000 per tahun dikenakan tarif pajak sebesar
5%.
2. Penghasilan Rp50.000.000 sampai dengan Rp250.000.000 per tahun dikenakan tarif
pajak sebesar 15%.
3. Penghasilan Rp250.000.000 sampai Rp500.000.000 per tahun dikenakan tarif sebesar
25%.
4. Penghasilan di atas Rp500.000.000 per tahun dikenakan tarif pajak sebesar 30%.

Sedangkan untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP dikenakan tarif sebesar 20% lebih
tinggi daripada Wajib Pajak yang telah memiliki NPWP.

G. Perhitungan PPh 21

Berikut adalah contoh perhitungan PPh 21 dengan tarif PPh 21 yang berlaku:
1. Penghasilan Tetap
Satria adalah seorang karyawan swasta yang mulai bekerja di PT AAA pada bulan Januari
2021 dengan status menikah dan mempunyai dua orang anak.

Gaji pokok Satria adalah sebesar Rp10.000.000 per bulan dengan tambahan tunjangan pada
bulan Januari 2021 dari perusahaan sebagai berikut:

1. Tunjangan Lembur = Rp1.000.000


2. Tunjangan Komunikasi = Rp300.000
3. Tunjangan Transport Rp500.000

Selain itu, perusahaan juga mengikuti program BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan
yang menimbulkan iuran yang harus dibayarkan sebagai berikut:

1. Jaminan Kesehatan oleh Perusahaan 4% dan oleh Karyawan 1%


2. Jaminan Kecelakaan Kerja oleh Perusahaan 0,24%
3. Jaminan Kematian oleh Perusahaan 0,3%
4. Jaminan Hari Tua oleh Perusahaan 3,7% dan oleh Karyawan 2%
5. Jaminan Pensiun oleh Perusahaan 2% dan oleh Karyawan 1%

Maka perhitungan PPh Pasal 21 sebagai berikut:

Januari 2021

1. Gaji Pokok = Rp10.000.000


2. Tunjangan Lembur = Rp1.000.000
3. Tunjangan Komunikasi  = Rp300.000
4. Tunjangan Transport = Rp500.000

Penghasilan dari Pemberi Kerja per Bulan  = Rp11.800.000

Jaminan yang dibayar oleh pemberi kerja:

1. Jaminan Kesehatan (4%) = Rp320.000


2. Jaminan Kecelakaan Kerja (0,24%) = Rp24.000
3. Jaminan Kematian (0,3%) = Rp30.000
4. Penghasilan Bruto per Bulan = Rp12.174.000
Pengurang:

1. Biaya Jabatan (5% x Ph. Bruto)  = Rp500.000


2. Jaminan Hari Tua o/ Karyawan (2%) = Rp200.000
3. Jaminan Pensiun o/ Karyawan (1%) = Rp77.035

 Penghasilan Netto per Bulan = Rp11.396.965

Penghasilan Netto per Tahun = Rp136.763.580

Ph. Tidak Kena Pajak (PTKP) K/2 = Rp67.500.000

Ph. Kena Pajak (PKP) =  Rp69.263.000

Ph. Kena Pajak (PKP) - pembulatan ke ribuan terdekat

PPh 21 Terutang setahun (12 bulan) = Rp5.389.450

PPh 21 Terutang Januari 2018 =  Rp449.120,83

Berarti  PPh 21 yang harus dipotong oleh PT Harapan Kreasi pada bulan Januari 2018 adalah
sebesar Rp449.120,83.

H. Landasan Hukum

Dasar hukum mengenai manajemen perpajakan diantaranya adalah :

1. UU No 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

2. UU No 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

3. UU No. 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai

4. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-31/PJ/2012 Tentang Pedoman Teknis

Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/ atau
Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang

Pribadi.

5. Peraturan Direktorat Jenderal Pajak PER-12/PJ./2009 Tentang Tata Cara

Pengajuan Permohonan dan Pengadministrasian Penilaian Kembali Aktiva Tetap

Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Manajemen perpajakan adalah suatu strategi manajemen untuk mengendalikan,

merencanakan, dan mengorganisasikan aspek-aspek perpajakan dari sisi yang dapat

menguntungkan nilai bisnis perusahaan dengan tetap melaksanakan kewajiban perpajakan

secara peraturan dan perundang-undangan. Sehingga dengan adanya perencanaan pajak yang

didukung suatu konsep manajeman pajak yang jelas, diharapkan dapat mengoptimalkan

tingkat likuiditas perusahaan. Sedangkan manajemen pajak sendiri memiliki pengertian yaitu

sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar

dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.

Manajemen pajak merupakan upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal.

Manajemen perpajakan bertujuan untuk melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan

peraturan perpajakan dengan tanpa membebani cash flow perusahaan serta terhindar dari

penerbitan sanksi administrasi perpajakan dan pemeriksaan pajak.

Di dalam manajemen pajak juga menjelaskan prinsip dasar hukum manajemen pajak,

syarat-syarat perencanaan pajak, tujuan manajemen pajak, fungsi manajemen pajak, tahapan

perencanaan pajak, hal-hal yang diperlukan panajemen pajak, strategi umum yang dilakukan

dalan perencanaan pajak dan lain sebagainya.


DAFTAR PUSTAKA

https://ocw.upj.ac.id/files/GBPP-ACC-411-Modul-ACC-411-Manajemen Perpajakan.pdf

Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Indonesia, Undang-Undang tentang Pengadilan Pajak, No. 14 Tahun 2002.

Anda mungkin juga menyukai