Disusun oleh :
Dharmawan Muhammad A (4319500161)
Achmad Muzakki (4319500175)
C. Tujuan
Pembuatan makalah ini untuk mengetahui pengertian, fungsi, dan tujuan
manajemen perpajakan .
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Manajemen dapat dikatakan sebagai proses perencanaan (Planning),
pengorganisasian (Organizing), pengarahan (Actuating) dan pengawasan
(Controlling) usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-
sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Manajemen juga merupakan Ilmu tentang upaya manusia untuk
memanfaatkan semua sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan secara
efektif dan efisien.Pajak merupakan biaya bagi sebuah perusahaan, meminimalkan
beban pajak ialah salah satu fungsi manajement keuangan yang mematuhi semua
peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan. Sehingga manajemen pajak juga dapat
diartikan seperti berikut:1.Suatu strategi manajemen untuk mengendalikan,
mengorganisasian aspek-aspek perpajakan dari sisi yang dapat
menguntungkan.2.Sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar,
tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh
keuntungan.
B. Fungsi
1. Perencanaan Pajak (tax planning) Merupakan upaya legal yang bisa dilakukan
Wajib Pajak, karena penghematan pajak hanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal
yang tidak diatur (loopholes) Rencana pengelakan pajak dapat ditempuh
Dalam menyusun tax planning yang tidak melanggar aturan pajak, Lima persyaratan
yang harus dipenuhi :
Penghasilan yang tidak dikenakan Pph Pasal 21 diatur dalam Peraturan Dirjen Pajak
Nomor PER-16/PJ/2016, yaitu:
1. Pembayaran manfaat asuransi atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransidwiguna, dan asuransi beasiswa bagimahasiswa dalam dan luar negeri
Contoh: Hendra menderita sakit gagal ginjal dan diharuskan untuk dirawat di rumah
sakit. Hendra memutuskan untuk menggunakan asuransi kesehatan untuk
meringankan biaya rumah sakit. Atas uang asuransi kesehatan tersebut tidak akan
dipotong pph pasal 21 karena bukan objek pph pasal 21.
2. Penerimaan dalam betuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun yang
diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali diberikan oleh bukan Wajib
Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan yang
dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma perhitungan khususatau yang sering
disebut dengan deemed profit. Contoh: Riko saat ini bekerja di Kantor Konsultan,
selain mendapat gaji dan tunjangan transport, Riko juga mendapatkan jatah makan
siang dari kantor. Untuk gaji dan tunjangan transport akan dikenai pph pasal 21,
namun atas jatah makan yg didapat oleh Riko tidak akan dipotong pajak, kecuali yang
diberikan dalam bentuk uang.
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada danapensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan dan iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua
kepada badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi
kerja.
Contoh: Pada bulan Januari 2017 PT Sempurna membayar dana pensiun ke kantor
BPJS senilai 500jt. Atas dana pensiun tersebut tidak dipotong pph pasal 21, akan
dipotong pada saat karyawan melakukan klaim jaminan pensiun.
4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil
zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang
pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan,
atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan,
5. Beasiswa yang diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia dari Wajib Pajak
pemberi beasiswa dalam rangka mengikuti pendidikan formal/nonformal yang
terstruktur baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Menurut Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. PER-32/PJ/2015 Penghasilan Kena Pajak
adalah pegawai tetap dan penerima pensiun berkala dikenakan PKP sebesar Penghasilan
Netto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terbaru.
Sementara pegawai tidak tetap dikenakan PKP sebesar Penghasilan Bruto dikurangi
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terbaru.
Sedangkan untuk pegawai yang termuat dalam Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. PER-
32/PJ/2015 Pasal 3 huruf c, dikenakan sebesar 50% atas PKP dari jumlah penghasilan bruto
dikurangi PTKP dalam satu bulan.
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) merupakan pendapatan yang tidak dikenai Pajak
Penghasilan seperti yang termuat dalam PPh Pasal 21. Menurut Direktorat Jenderal Pajak,
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dijelaskan sebagai pengeluaran untuk memenuhi
kebutuhan dasar Wajib Pajak beserta keluarga, dalam satu tahun. Maka tidak termasuk dalam
PPh Pasal 21.
Berdasarkan PMK No. 101/PMK. 010/2016, Wajib Pajak tidak akan dikenakan pajak
penghasilan apabila penghasilan Wajib Pajak sama dengan atau tidak lebih dari
Rp54.000.000.
Berdasarkan Pasal 17 Ayat 1 UU PPh, perhitungan tarif pajak pribadi menggunakan tarif
progresif sebagai berikut:
1. Penghasilan sampai dengan Rp50.000.000 per tahun dikenakan tarif pajak sebesar
5%.
2. Penghasilan Rp50.000.000 sampai dengan Rp250.000.000 per tahun dikenakan tarif
pajak sebesar 15%.
3. Penghasilan Rp250.000.000 sampai Rp500.000.000 per tahun dikenakan tarif sebesar
25%.
4. Penghasilan di atas Rp500.000.000 per tahun dikenakan tarif pajak sebesar 30%.
Sedangkan untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP dikenakan tarif sebesar 20% lebih
tinggi daripada Wajib Pajak yang telah memiliki NPWP.
G. Perhitungan PPh 21
Berikut adalah contoh perhitungan PPh 21 dengan tarif PPh 21 yang berlaku:
1. Penghasilan Tetap
Satria adalah seorang karyawan swasta yang mulai bekerja di PT AAA pada bulan Januari
2021 dengan status menikah dan mempunyai dua orang anak.
Gaji pokok Satria adalah sebesar Rp10.000.000 per bulan dengan tambahan tunjangan pada
bulan Januari 2021 dari perusahaan sebagai berikut:
Selain itu, perusahaan juga mengikuti program BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan
yang menimbulkan iuran yang harus dibayarkan sebagai berikut:
Januari 2021
Berarti PPh 21 yang harus dipotong oleh PT Harapan Kreasi pada bulan Januari 2018 adalah
sebesar Rp449.120,83.
H. Landasan Hukum
Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/ atau
Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang
Pribadi.
secara peraturan dan perundang-undangan. Sehingga dengan adanya perencanaan pajak yang
didukung suatu konsep manajeman pajak yang jelas, diharapkan dapat mengoptimalkan
tingkat likuiditas perusahaan. Sedangkan manajemen pajak sendiri memiliki pengertian yaitu
sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar
dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.
Manajemen pajak merupakan upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal.
peraturan perpajakan dengan tanpa membebani cash flow perusahaan serta terhindar dari
Di dalam manajemen pajak juga menjelaskan prinsip dasar hukum manajemen pajak,
syarat-syarat perencanaan pajak, tujuan manajemen pajak, fungsi manajemen pajak, tahapan
perencanaan pajak, hal-hal yang diperlukan panajemen pajak, strategi umum yang dilakukan
https://ocw.upj.ac.id/files/GBPP-ACC-411-Modul-ACC-411-Manajemen Perpajakan.pdf