MAKALAH
Makalah ini di buat guna memenuhi suatu syarat dalam penyelesaian Mata Kuliah
Hukum Pajak, dengan Dosen Pengampuh : Dr. M. Hatta Roma T., SH., MH. (Lektor
Disusun Oleh :
FAKULTAS HUKUM
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Hukum
Pajak tentang “Problematika Hukum Pajak dan Penegakan Tindak Pidana Perpajakan”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontibusi dalam
Terlepas dari semua itu, kami menyadari dengan sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari teman sekalian agar kami
Akhir kata kami berharap semoga makalah Hukum Pajak tentang “Problematika
Hukum Pajak dan Penegakan Tindak Pidana Perpajakan” ini dapat memberikan manfaat
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Pajak................................................................................ 4
2. Fungsi Pajak...................................................................................... 6
3. Ciri-ciri Pajak.................................................................................... 8
A. Kesimpulan............................................................................................. 22
ii
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
bidang perpajakan oleh para Wajib Pajak (selanjutnya ditulis WP) berupa
meliputi pemeriksaan pajak (tax audit), penyidikan pajak (tax investigation), dan
Pajak merupakan bagian terbesar dari pendapatan negara dan sebagai salah
Negara (APBN). Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, target penerimaan
negara dari sektor perpajakan meningkat sekitar 190% yaitu dari Rp. 652 trilyun
pada tahun 2010 menjadi Rp. 1.246 trilyun pada tahun 2014 dan Rp. 1.244,7
Rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak, ditinjau dari aspek hukum sebenarnya
1
bidang perpajakan. Rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak mendorong
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
Pajak adalah gejala masyarakat, artinya bahwa pajak hanya terdapat dalam
masyarakat. Jika tidak ada masyarakat tidak akan ada pajak. Masyarakat terdiri
tidak dapat dipikirkan terlepas sama sekali dari hidup dan kepentingan Negara
dan hampir tidak dapat disangkal, bahwa pajak merupakan andalan pemasukan
uang bagi suatu Negara. Negara menggunakan uang pajak untuk membiayai
B. RUMUSAN MASALAH
2
8. Permasalahan Dalam Pemungutan Pajak di Indonesia ?
C. TUJUAN PENULISAN
nasional.
perpajakan.
D. MANFAAT PENULISAN
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan pertimbangan atau referensi bagi berbagai pihak dan sebagai
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pajak
artinya: bila utang pajak tidak dibayar, utang itu dapat ditagih dengan
Pajak dan Pembangunan, Eresco, 1974, hal. 8. Definisi tersebut kurang lebih
dapat berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
atas 2 bentuk, yaitu formal dan non-formal. Kepatuhan formal adalah suatu
yakni sesuai isi dan jiwa undangundang perpajakan. Misal: wajib pajak yang
mengisi dengan jujur, baik dan benar SPT tersebut sesuai dengan ketentuan
pajak dengan lengkap dan jelas, (c) wajib pajak menghitung jumlah pajak
yang terutang dengan benar, dan (d) membayar pajak yang terutang tepat
pada waktunya.4
2. Fungsi Pajak
keuangan.6
harga sehingga inflasi dapat dikendalikan. Hal ini bisa dilakukan antara
3. Ciri-ciri Pajak
7
Niru Anita Sinaga Op.Cit, hlm 147.
8
Arvie Johan, Fadhilatul Hikmah, Anugrah Anditya, “Perpajakan Optimal dalam Perspektif Hukum
Pajak Berfalsafah Pancasila”, Jurnal Magister Hukum Udayana (Udayana Master Law Journal),
Vol. 8 No. 3 September 2019, hlm 321.
8
untuk memungut pajak akan menjadi sarana penindasan yang luar biasa.
pembayar pajak. Penjelasan ciri kedua pajak ini berpijak dari hal yang sama
antar individu. Tanpa hubungan antar individu, niscaya tidak ada konflik,
dipungut oleh pemerintah pusat maupun daerah. Ciri ketiga ini beririsan
dengan ciri kedua pajak, yakni ada pembagian antara pemberi kewenangan
9
ini ditutup dari pajak yang dibayar individu kepada pemerintah.
sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak”. Hukum pajak
hukum pajak material dan hukum pajak formal. Hukum pajak material.
Hukum pajak material adalah hukum pajak yang memuat norma-norma yang
dikenakan pajak atau dapat dikatakan pula segala sesuatu tentang timbulnya,
pemerintah dan Wajib Pajak, yaitu mengenai Subjek Pajak, Wajib Pajak,
Obyek Pajak dan tarif. Hukum pajak formal. Hukum pajak formal adalah
9
Ibid. hlm 321-324.
10
Niru Anita Sinaga Op.Cit, hlm 152.
10
Sistem hukum nasional adalah suatu sistem hukum yang berlaku di
Indonesia dengan semua elemennya serta saling menunjang satu dengan lain
tidak sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Pancasila sebagai falsafah
bangsa dan negara Indonesia merupakan landasan idil untuk mencapai tujuan
11
Iwan Suhardi, “Penyatuan Hukum Pajak Formal Dalam Sistem Hukum Pajak Nasional”, Yuridika:
Volume 31 No 1, Januari 2016, hlm 29.
11
Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa. Nilai Ketuhanan yang terkandung
dalam sila pertama merujuk pada ajaran agama yang terdapat dalam kitab
suci. 12
Indonesia. Pajak dapat menjadi alat pemersatu bangsa jika digunakan secara
Pasal 23A UU NRI Tahun 1945 yang menyebutkan bahwa: “Pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan
hanya dapat dipungut dengan persetujuan dari rakyat. Pada Sila Kelima
dengan asas-asas pajak yang lain yaitu asas persamaan (equality), kepatutan
(equity/billijkheid), asas sesuai daya pikul dan asas non diskriminasi. Dalam
semua sila Pancasila tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain. Semua sila
perpajakan. Larangan tersebut juga berlaku bagi tenaga ahli yang ditunjuk
dan supaya Wajib Pajak dalam memberikan data dan keterangan tidak ragu-
13
Ibid. hlm 29-30.
14
Diajeng Kusuma Ningrum, Budi Ispiyarso, Pujiono, “Kebijakan Formulasi Hukum Pidana Di Bidang
Perpajakan Sebagai Upaya Peningkatan Penerimaan Negara”, Jurnal Law Reform, Volume 12, Nomor 2,
Tahun 2016, hlm 212.
13
Pengungkapan kerahasiaan sebagaimana dimaksud pada ayat ini
dilakukan karena kealpaan dalam arti lalai, tidak hati-hati, atau kurang
bukti-bukti yang ada pada Wajib Pajak yang dilindungi oleh Undangundang
pada ayat ini yang dilakukan dengan sengaja dikenai sanksi yang lebih berat
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sesuai dengan sifatnya adalah
surat ketetapan pajak atau Surat Tagihan Pajak, sedangkan yang menyangkut
15
Ibid. hlm 213
14
tindak pidana di bidang perpajakan dikenai sanksi pidana. Sedangkan yang
sanksi pidana. 16
mengatur tentang kealpaan (Culpa) yang terkait dengan Surat Pajak Tahunan
Pembukuan, Penyetoran Pajak, dan Pasal 39 ayat (2) terkait dengan Tindak
menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi tindak
kejahatan yang mana tidak hanya merugikan bagi orang lain atau
kelalaian terdapat pada Pasal 38, Pasal 41 ayat (1) Dalam Undang-undang
KUP, yang dimaksud Kelalaian menurut penjelasan dalam Pasal 38, berarti
negara.17
dengan asas lex pecialis derogate legi negeralis, sehingga pengaturan tidak
terpisah dari aturan peralihan yang diatur dalam Pasal 103 KUHP.19
perpajakan dalam arti luas. Namun secara khusus tindak pidana perpajakan
diatur dalam Hukum Pajak formil yakni dalam UndangUndang No.6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP).
No. 16 Tahun 2009 (Soetrisno, 2011, 22). Tindak pidana perpajakan yang
c. Tindak pidana perpajakan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang terkait
Secara lebih rinci, tindak pidana perpajakan diatur dalam Bab VIII, Pasal
perpajakan dapat dibedakan atas Tindak pidana kealpaan (cupla) dan tindak
disebabkan berbagai faktor yang akan diuraikan secara garis besar dibawah ini
kesadaran pengetahuan Sumber Daya Manusia (SDM) masih rendah juga ikut
18
Yoserwan, “Ungsi Sekunder Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Perpajakan (The
Secondary Function Of Criminal Law In Combating Tax Crime)”, Jurnal Penelitian Hukum DE JURE,
Vol. 20 No. 2, Juni 2020, hlm 169.
17
mempengaruhi, dimana Wajib Pajak belum memahami tentang pentingnya
menghitung dan melaporkan sendiri Obyek Pajak yang dikuasai, dimiliki dan
dimanfaatkannya.19
biaya yang sifatnya mendasar, seperti: Biaya sekolah, biaya kesehatan dan
sebagainya, dari pada membayar pajak. Database yang masih jauh dari
Wajib Pajak. Wajib Pajak dapat memberikan informasi dan melaporkan yang
wajib pajak berpengaruh pada penerimaan pajak. Kurangnya atau tidak adanya
membayar pajak dengan tertib, karena pada akhirnya akan digunakan secara
boros dan tidak tepat sasaran bahkan akan dikorup oleh sebahagian dari pegawai
menimbulkan selisih antara jumlah pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak
19
Niru Anita Sinaga Op.Cit, hlm 153.
20
Niru Anita Sinaga Op.Cit, hlm 153.
18
Kendala lain adalah: Peraturan pelaksana undang-undang sering
dibayar.
21
Niru Anita Sinaga Op.Cit, hlm 153-154.
19
Dalam rangka menjamis kesinambungan penerimaan pajak sebagai
perlu memperluas basis pajak dengan meningkatkan wajib pajak yang terdaftar.
Hal ini dilakukan untuk lebih memberikan rasa keadilan dan kepastian hukum.
fasilitas pajak yang tidak memiliki landasan hukum yang akan merugikan
(loopholes). Untuk itu sesuai dengan fungsi regulerend secara umum dapat
pricing dan pembatasan pengenaan Pajak Penghasilan final. Semua kebijakan ini
perpajakan. Hal ini dilakukan untuk menambah wawasan dari wajib Pajak.
sektor pajak dapat bertambah. Memperbaiki budaya hukum baik bagi wajib
penyimpangan maka harus diberikan sanksi yang tegas. Hal ini diperlukan untuk
memberikan efek jera bagi pihak wajib Pajak maupun Petugas Pajak.23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
mendapatklan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya
banyak terjadi pelanggaran hukum di bidang perpajakan oleh para Wajib Pajak
untuk tidak menyetorkan pajak ke kas negara sehingga terjadi kerugian terhadap
(tax law enforcement) meliputi pemeriksaan pajak (tax audit), penyidikan pajak
untuk mengatur (regulerend). Secara umum fungsi pajak yang dikenakan kepada
3. Fungsi stabilitas.
22
langsung yangdiberikan pemerintah kepada pembayar pajak; (c)dipungut oleh
menjadi 2 (dua), yaitu hukum pajak material dan hukum pajak formal.
Pembaruan sistem hukum pajak nasional pada tahun 1983 bertujuan mengganti
dengan Pancasila dan UUD 1945. Pancasila sebagai falsafah bangsa dan negara
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yaitu masyarakat adil dan makmur
yang merata baik materiil maupun spiritual. Nilai-nilai yang terkandung dalam
terkandung dalam sila pertama merujuk pada ajaran agama yang terdapat dalam
23
c. Tindak pidana perpajakan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang terkait
biaya yang sifatnya mendasar, seperti: Biaya sekolah, biaya kesehatan dan
sebagainya, dari pada membayar pajak. Database yang masih jauh dari
Wajib Pajak. Wajib Pajak dapat memberikan informasi dan melaporkan yang
wajib pajak berpengaruh pada penerimaan pajak. Kurangnya atau tidak adanya
membayar pajak dengan tertib, karena pada akhirnya akan digunakan secara
boros dan tidak tepat sasaran bahkan akan dikorup oleh sebahagian dari pegawai
menimbulkan selisih antara jumlah pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak
24
Pengawasan yang ketat terhadap Pemungutan Pajak. Apabila ditemukan
penyimpangan maka harus diberikan sanksi yang tegas. Hal ini diperlukan untuk
memberikan efek jera bagi pihak wajib Pajak maupun Petugas Pajak.
25
DAFTAR PUSTAKA
Utami C. K (2017). Persepsi Terhadap Penegakan Hukum Pajak Dan Kepatuhan Wajib
Arvie Johan, Fadhilatul Hikmah & Anugrah Anditya (2019). Perpajakan Optimal dalam
Suhardi I (2016). Penyatuan Hukum Pajak Formal Dalam Sistem Hukum Pajak
Diajeng Kusuma Ningrum, Budi Ispiyarso & Pujiono (2016). Kebijakan Formulasi