Disusun oleh:
Nur Asiah 18021002
Rosa Nurfalah 18011004
2
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan ide dan kemudahan untuk
kita memahami, mengamalkan kebenaran atas kehendak-Nya sehingga dapat
menyusun makalah ini. Tujuan dari penyusunan Makalah ini adalah untuk
memenuhi Tugas Manajemen Keuangan yang diampu oleh Ibu Yuli
Novitasari, S.Pd., M.Si. yang merupakan Dosen Mata Kuliah Manajemen
Keuangan.
Pada Kesempatan ini pula kami menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan yang luar biasa kepada semua pihak yang telah mendukung dan
berkontribusi dalam peyusunan makalah ini. Kami sangat menyadari bahwa
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Karena keterbatasan
pengetahuan ilmu yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah kami yang
akan datang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan.............................................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Break Even Point............................................................................................... 3
2.2 Metode Perhitungan Break Even Point..........................................................................3
2.3 Perubahan Titik Break Even Point................................................................................... 7
2.4 Manfaat Analisis BEP................................................................................................ 12
BAB III PENUTUP................................................................................................................. 20
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 22
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah mencari keuntungan yang
optimal. Untuk itu perusahaan harus menjual barang yang dihasilkan semaksimal
mungkin agar didapatkan laba sesuai yang diinginkannya tersebut. Namun
demikian, oleh karena sesuatu hal kadang-kadang upaya yang dilakukan perusahaan
belum tentu sesuai dengan yang diharapkan, sehigga kemungkinan mengalami
kerugian. Bila perusahaan menghubungkan antara biaya-biaya yang dikeluarkan,
laba yang diperoleh, dan volume penjualan akan didapatkan sesuatu suatu analisa
yang disebut sebagai cost, profit, volume analysis. Analysis terhadap saling hubungan
antara unsure-unsur yang membentuk laba juga sering disebut sebagai
analisis break even point. Dasar yang digunakan dalam analisis break even point ini
adalah prilaku biaya dalam kaitannya dengan hasil penjualan.
Dalam kaitannya dengan perubahan volume penjualan, ada biaya yang sifatnya
berubah-ubah dan perubahannya proposional dengan perubahan voleme penjualan.
Biaya yang demikian disebut sebgai biaya variabel. Biaya variabel ini secara total
akan berubah dengan perubahan proposional dengan perubahan volume penjulan,
tetapi sifat per unitnya bersifat tetap. Termasuk dalam biaya variabel adalah biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, sebagian biaya overhead pabrik, sebagian
biaya pemasaran, dan sebagian administrasi dan umum. Sedang jenis biaya yang lain
bersifat konstan (tetap) tidak terpengaruh oleh perubahan volume kegiatan, dan
secara per unitnya berubah-ubah. Jenis biaya ini disebut sebagai biaya tetap. Masuk
dalam kelompok ini adalah biaya penyusutan (bangunan, mesin, kendaraan, dan
aktiva tetap lainnya), gaji dan upah yang dibayar secara tetap, biaya lainnya yang
besarnya tidak terpengaruh volume penjualan.
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Break Even Point;
2. Untuk mengetahui metode perhitungan Break Even Point;
3. Untuk mengetahui perubahan titik Break Even Point;
4. Untuk mengetahui manfaat analisis Break Even Point.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Break Even Point
Apabila kontribusi marjin lebih kecil dibanding dengan biaya tetap berarti
perusahaan dalam kondisi rugi. Dan bila kontribusi marjinnya lebih besar, berarti
perusahaan mendapat laba, sedangkan bila kontribusi marjin sama dengan biaya
tetap perusahaan tidak menderita rugidam tidk mendapat labadan kondisi ini yang
disebut Breake Even Point. Break even point adalah suatu kondisi dimana pada
periode tersebut perusahaan tidak mendapatkan keuntungan dan juga tidak
menderita kerugian. Artinya pada perusahaan tidak menda[at keuntungan dan juga
tidak mendapat kerugian. Artinya pada saat itu penghasilan yang diterima sama
dengan biaya yang dikeluarkan.
Didalam analisis break even point digunakan asumsi-asumsi dasar sebagai berikut :
a. Biaya harus bisa dipisahkan kedalam dua jenis biaya, biaya variabel dan biaya
tetap. Bila ada biaya semi variabel harus dialokasikan kedalam dua jenis biaya
tersebut.
b. Harga jual perunit tidak berubah selama periode analisis.
c. Perusahaan hanya memproduksi satu macam barang, bila menghasilkan lebih
satu macam barang, perimbangan penghasilan masing-masing barang harus
tetap.
2.2 Metode Perhitungan Break Even Point
Ada dua cara dalam menentukan break even point, yaitu:
a. Pendekatan Grafik
3
Perusahaan AR-RIFKI menjual satu macam barang dengan harga per unit Rp
25.000,- biaya variabel yang dikeluarkan sebesar Rp 15.000,- dan biaya tetapnya
selama satu tahun sebesar Rp 300.000.000,-
0 0 300.000.000,- 300.000.000,- 0
b. Pendekatan Matematik
4
PENGHASILAN = BIAYA
Bila :
P.Q = V.Q + BT
P.Q - V.Q = BT
(P-V) Q = BT
Q = BT
P-V
Maka didapatkan rumus BEP dalam unit
BEP Unit = BT
P-V
Apabila diinginkan BEP dalam rupiah, maka dari fomulasi tersebut dikalikan dengan
harganya (P), sehingga
P.Q = BT x P
P-V
P.Q = BT
P-V
P
P.Q = BT
P - V
P P
P.Q = BT
1 - V
P
Dengan demikian rumus BEP dalam rupiah dapat diformulasikan sebagai berikut :
BEP Rp = BT
1 - V
P
Dari contoh 11.1 diatas bila kita cari break even point-nya akan ditemukan sebagai
berikut :
5
P = Rp 25.000,-
V = Rp 15.000,-
BT = Rp 300.000.000,-
· BEP unit
BEP = 300.000.000
25.000-15.000
= 30.000 unit
Dari rumus tersebut (P-V) sebenarnya adalah penggunaan konsep kontribusi marjin
per unit (selisih harga jual dengan biaya varianel per unit) yaitu sebesar Rp 25.000,-
Rp 15.000,- = Rp 10.000,- . karena besarnya biaya tetap Rp 300.000.000,- dan
keuntungan untuk menutup biaya tetap (kontribusi marjin) per unit Rp 10.000,-
maka untuk menutup seluruh biaya tetap tersebut dibutuhkan penjualan 30.000
unit atau Rp 300.000.000,- / 10.000.
· BEP Rupiah
BEP = 300.000.000
1 – 15.000
20.000
= Rp. 750.000
Rumus diatas juga pada dasarnya menggunakan konsep contribution marjin
ratio yang besarnya dihitung dari biaya variabel dibagi dengan penjualan. Dari
contoh tersebut ratio kontribusi majinnya adalah sebesar:
1- 15.000
25.000 = 1 - 0.6 = 0.4
Contribution marjin ratio 0.4 artinya bahwa setiap perubahan penjualan akan diikuti
perubahan biaya variabel 60 %.
Margin of safety
Setelah break even point ditentukan, juga perlu ditentukan batas keamanan
penjualan sebagai analisis sentivitasnya terhadap rencana penjualan yakni marjin of
safety .
Marjin of safety adalah batas penurunan penjualan yang buisa ditolelir agar
perusahaan tidak menderita kerugian. Misalnya marjin of safety ditemukan 30%,
artinya realisasi penjualan dipertahankan jangan sampai turun lebih dari 30%.
6
Apabila realisasi penjualan turun lebih dari 30 %, maka perusahaan akan menderita
kerugian, sedangkan bila penurunan sampai 30% perusahaan dalam kondisi break
even .
Perubahan harga jual per unit akan mempengaruhi besarnya titik break even.
Apabila harga jual per unit naik sementara biaya tidak berubah, maka akan
menurunkan titik break even, demikian pula sebaliknya bila harga jual turun,
akan menaikkan titik break even.
7
Contoh 11.2:
Perusahaan AGUNG mempunyai srtuktur biaya dan harga jual sebagai berikut :
Harga jual per unit (P) = Rp 20.000,-
Biaya variabel per unit (V) = Rp 12.000,-
Biaya tetap setahun (BT) = Rp 200.000.000,-
Maka :
Misalnya ada pada periode ini ada kenaikan harga jual menjadi Rp 22.000,- per
unit, maka:
BEP = 200.000.000 = Rp 440.000.000,-
1- 12.000
22.000
2. Perubahan Biaya Variabel Per Unit
Perubahan pada biaya variabel juga akan merubah posisi titik break even. Yakni
apabila biaya variabel naik akan menaikkan titik break even dan bila turun akan
menurunkan BEP.
Dari contoh 11.2 diatas misal biaya variabel per unit meningkat menjadi Rp
13.000,- per unit, sementara harga dan biaya tetap tidak berubah, maka:
Demikian pula perubahan biaya tetap akan juga merubah posisi BEP menjadi
lebih besar bila biaya tetap naik dan akan turun BEPnya bila biaya tetap turun.
Misalnya dalam contoh 11.2 biaya tetap naik menjadi 240.000.000,- per tahun
sementara yang lain tidak berubah, maka
8
1- Rp 12.000
22.000
Pada gambar BEP garis biaya tetap akan bergeser ke atas.
Dalam asumsi juga disebutkn bahwa perusahaan hanya menghasilkan lebih dari
dua macam prodak, dan bila menghasilkan lebih dari dua macam prodak, maka
tidak boleh ada perubahan komposisi dalam sales
mix menunjukkanperimbangan penjualan antara beberapa macam prodak yang
dihasilkan. Apabila ada perubahan sales mix-nya akan menyebabkan perubahan
pada BEP secara total.
Contoh 11.3
PT ALFA menghasilkan dua jenis prodak, X dan Y. Data-data yang ada pada
kedua prodak tersebut adalah sebagai berikut :
9
BEP Total = 300.000.000 = Rp 600.000.000,-
1- 500.000.000
1.000.000.000
Alokasi BEP pada masing-masing prodak tersebut adalah sesuai dengan
komposisinya, yakni perbandingan 1 : 1 untuk penjualannya.
10
a. Bila prodak X naik 50 % prodak Y tetap, maka BEPnya adalah :
11
Sebelum adaProdak X Prodak Y
perubahan
Tambah 50% Tambah 50%
Analisis break even ini selain digunakan untuk menganalisis pada unit berapa atau
pada omzet penjualan berapa perusahaan tidak menderita rugi dan tidak menerima
keuntungan konsep break even point.
Atau
PM Unit = BT + Laba
P-V
12
Dan untuk penjualan dalam rupiah
PM Rp = BT + Laba
1–P
V
Contoh 11.4
Diminta :
1. Menghitung BEP
a. Rp 180.000.000,-
13
Biaya tetap total = (5.500 + 2.500) x 30.000 = Rp 240.000.000,-
Jawab :
1. Besarnya BEP
Salah satu keputusan yang harus diambil oleh manajer keuangan adalah
penentuan harga jual. Harga jual merupakan sejumlah uang yang dibayarkan
oleh pembeli untuk mendapatkan barang dan jasa yang diinginkan. Bagi
perusahaan harga jual harus bisa menutup semua biaya dan target keuntungan.
14
Apabila tidak bisa menutup target laba, apabila biaya yang dikeluarkan berarti
perusahaan dalam kondisi rugi. Dalam membuat rencana harga jual, perusahaan
mendasrkan pada proyeksi penjualan yang telah direncanakan, serta target laba
pada periode yang bersangkutan.
Contoh 11.5
V = Rp 25.000
BT = Rp 600.000.000
Laba = Rp 400.000.000
Q = 50.000 unit
Harga = ?
Q = BT + Laba
P–V
50.000 = 600.000.000 + 400.000.000
P – 25.000
P = 2.250.000.000 = Rp 45.000,-
50.000
Dengan demikian, harga per unit yang harus ditetapkan sebesar Rp 45.000,-
agar mendapatkan keuntungan yang diinginkan.
Analisa break even ini juga sering digunakan untuk menentukan alternatif
pemilihan metode produksi atau mesin produks. Ada mesin produksi yang
mempunyai karakteristik biaya tetap rendah tetapi biaya variabel tinggi (sering
disebut padat karya), atau biaya tetap tinggi tetapi biaya variabel per unit
rendah ( sering disebut padat modal). Dari dua pilihan tersebut, mana yang akan
dipilih apakah dengan padat karya (labour intencive) atau padat modal (capital
15
intencive)? Untuk memilih alternatif mana yang terbaik, bisa digunakan analisis
biaya,laba, dan volume (cost,profitvolume analysis).
Contoh 11.6
Mesin A Mesin B
Apabila menggunakan dasar BEP, maka mesin padat karya (mesin A) akan selalu
lebih baik, sebab BEPnya lebih rendah dibandingkan dengan padat modal
(mesin B). BEP dalam unit bisa dihitung sebagai berikut :
Dengan demikian bila perusahaan menjual 75.000 unit, untuk mesin A sudah
mendapat laba karena penjualannya diatas BEP, sedangkan mesin B masih
menderita rugi karena dibawah titik BEP. Namun apabila kemampuan
penjualannya besar apakah mesin A tetap lebih baik? Jawabannya belum tentu.
16
Biaya A = Biaya B
2.000 Q = 400.000.000
Q = 200.000 unit
Pada penjualan 200.00 unit inilah laba yang didapat dengan mesin A sama
dengan mesin B.
Dari perhitungan ternyata laba mesian A atau mesin B sama, artinya semakin
besar volume penjualan mesin semakin baik. Indifferent profit inilah nantinya
sebagai pedoman mana alternatif mesin yang sebaiknya dipilih. Bila
kemampuan penjualan lebih besar dibanding dengan indifferent profit
sebaiknya memilih mesin B (padat modal) sebaliknya bila kemampuan
penjualan lebih kecil dibandingkan dengan Indifferent profit sebaiknya
memilih mesin A (padat karya). Kemampuan penjualan bisa bisa diukur dari
proyeksi penjualan yang telah disusundalam rencana proyek atau study
kelayakan. Untuk membuktika, mana yang lebih baik bila penjualan mencapai
250.000 unit.
17
Ternyata mesin B menghasilkan keuntungan lebih besar dibanding dengan
mesin A. Hsl ini karena volume penjualannya lebih besar dibanding indifferent
profit.
Dengan demikian formula yang digunakan untuk menghitung shut down point
adalah:
18
sebaiknya perusahaan ditutup, sebab untuk membayar gaji atau sewa sudah
tidak mampu lagi.
Contoh 11.7
Perusahaan ABC menjual prodaknya dengan harga 20.000,- per unit, biaya
variabel Rp 12.000,- per unit, dan biaya tetap sebesar Rp 300.000.000,-(60%
biaya tetap tunai).
Maka
Penjualan Rp 750.000.000
Rp 630.000.000
Penjualan Rp 450.000.000,-
Rp 450.000.000,-
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Break even point adalah suatu kondisi dimana pada periode tersebut
perusahaan tidak mendapatkan keuntungan dan juga tidak menderita kerugian.
Artinya pada perusahaan tidak menda[at keuntungan dan juga tidak mendapat
kerugian. Artinya pada saat itu penghasilan yang diterima sama dengan biaya
yang dikeluarkan.
BEP Rp = BT
1 - V
P
20
b. Perecanaan harga jual normal
c. Titik tutup pabrik
21
DAFTAR PUSTAKA
Sutrisno. (2013). Manajemen Keuangan Teori Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonisia.
22