PERTEMUAN KE- 10
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Bahan baku dalam pemrosesan produksi terdiri dari dua macam, yakni bahan
langsung dan bahan tidak langsung. Bahan langsung adalah bahan yang secara langsung
berkaitan dengan pemroduksian dan terkait erat terhadap output yang dikeluarkan.
Sebaliknya, bahan tidak langsung merupakan bahan tidak terkait erat terhadap output
yang dikeluarkan.
Anggaran ini disusun sebagai perencanaan jumlah bahan mentah yang harus
dibeli pada periode mendatang. Bahan mentah yang harus dibeli diperhitungkan
dengan mempertimbangkan faktor-faktor dan persediaan bahan mentah.
Anggaran pembelian bahan mentah berisi rencana kuantitas bahan mentah yang
harus dibeli oleh perusahaan dalam periode wktu mendatang. Ini harus
dilakukan secara hati-hati terutama dalam hal jumlah dan waktu pembelian.
Apabila jumlah bahan mentah yang dibeli terlalu besar akan mengakibatkan
berbagai resiko seperti:
Umpamanya:
Biaya administrasi;
Umpamanya;
Beban perawatan
Beban asuransi;
Jumlah bahan mentah yang harus dibeli tidak harus sama dengan jumlah bahan
mentah yang dibutuhkan, karena adanya faktor persediaan. Anggaran ini
merupakan suatu perencenaan yang terperinci atas kuatintas bahan mentah yang
disimpan sebagai persediaan. Dalam penyusunan Anggaran Kebutuhan Bahan
Mentah dan Anggaran Pembelian Bahan Mentah dimuka, tampak bahwa
masalah nilai persediaan awal dan persediaan akhir bahan mentah selalu
diperhitungkan. Setiap perusahaan dapat mempunyai kebijaksanaan dalam
menilai pada persediaan yang berbeda. Tetapi pada dasarnya kebijaksanaan
tentang penilaian persediaan dapat dikelompokkan menjadi:
Menurut metode FIFO, bahan baku pertama dipakai pemrosesan yaitu bahan
baku pertama masuk, maka biasanya dikenal dengan istilah “Pertama Masuk
Pertama Keluar”. Artinya, Urutan bahan baku yang akan dikeluarkan unitnya
diatur sesuai urutan berdasarkan saat dibeli. Kebalikannya, dalam metode LIFO,
bahan baku pertama dipakai pemrosesan yaitu bahan baku terakhir masuk, maka
biasanya dikenal dengan istilah “Terakhir Masuk Pertama Keluar”. Urutan
bahan baku yang akan dikeluarkan unitnya diatur sesuai urutan berdasarkan saat
dibeli.
Beberapa bahan baku ditahan untuk persediaan, dan yang lainnya digunakan
untuk pengolahan dalam budget unit terpakai dicantumkan dalam satuan uang.
Aturan korporasi bagi stok bahan baku yang pada umumnya ditinjau dari fluktuasi
produksi, sarana menyimpan, kekhawatiran merugi, biaya simpan, persediaan bahan
baku turnover, ketepatan waktu, dan tersedianya modal kerja
EOQ =
E. SOAL PERAGAAN
Reorder point :
Rencana produksi untuk tahun 20XY yang diambil dari Anggaran Produksi Standar
Penggunaan (SP) Bahan Baku/ Standard Usage Rate (SUR) Perkiraan Harga Bahan
Aturan FIFO, metode barang pertama masuk pertama keluar dipakai yakni
barang yang pertama dikeluarkan dari lokasi penyimpanan barang adalah barang
digunakan sebagai penentu harga bahan baku terpakai dalam pemroduksian, walaupun
Volume bahan baku yang mesti ada bagi lancarnya pemroduksian bergantung pada :
biaya produksi).
H. STOK MINIMUM
Stok minimum yaitu jumlah minimum bahan baku yang mesti dijaga agar
1. Sifat rekanan mengirimkaan bahan baku setelah diorder, sesuai perjanian atau
2. Banyaknya bahan baku yang dibayar ketika ada pemesanan. Nilai bahan baku
3. Estimasi pemakaian bahan baku dengan akurat. Sebuah korporasi yang mampu
kekurangan bahan baku sebab bahan baku yang diperlukan tersedia seutuhnya.
sistematis terstruktur agar mutu bahan baku yang dibeli sesuai persyaratan
pemroduksian dari tahun ke tahun selama durasi tertentu. Penganggaran bahan baku
memuat standard mutu bahan baku diperoleh dari rekanan pada tahun – tahun
berikutnya.
1. Pedoman membuat anggaran bahan baku, sebab harga bahan baku tercipta
dari pembelian bahan baku itu sendiri. Dimana, nilai pembelian bahan baku
3. Pedoman membuat anggaran hutang, sebab bahan baku yang dibeli dengan
Terdapat tiga manfaat penting penganggaran bahan baku yang dibeli, yaitu :
Kelengkapan yang dibutuhkan untuk membuat anggaran bahan baku yang dibeli,
yaitu :
Umpamanya, makin banyak unit yang diperlukan, makin banyak juga unit bahan
baku harus diperoleh. Kebalikannya, apabila makin sedikit unit yang diperlukan,
bahan baku.
apabila ada transaksi maka korporasi memesan dalam jumlah yang banyak
penyimpanan.
melakukan pembelian akan dibeli bahan baku dalam jumlah sedikit. Sebaliknya
bila resiko simpanan tersebut kecil, maka akan mendorong perusahaan untuk
selalu menyimpan bahan baku yang banyak di gudang. Akibatnya pada setiap
Contohnya, kecenderungan bahwa harga beli bahan baku terus naik, maka akan
jumlah yang banyak selagi harga belum naik teralu tinggi. Sebaliknya bilamana
Penganggaran Perusahaan 168
Universitas Pamulang by : Team Teaching
ada kecenderungan harga beli bahan baku akan terus turun maka perusahaan
Contohnya, bahan baku belum tentu tersaji di pasaran pada sepanjang tahun
baku dalam jumlah banyak, selagi masih banyak tersedia di pasar. Begitu pun
dengan sebaliknya.
banyak. Sebaliknya bila modal kerja yang tersedia terbatas, maka perusahaan
hanya akan melakukan pembelian bahan baku dalam jumlah yang sedikit.
banyakpula. Sebaliknya bila persediaan bahan baku dalam jumlah yang sedikit maka
M. SOAL PERTANYAAN
1. Bahan baku dalam pemrosesan produksi terdiri dari dua macam, yakni bahan
langsung dan bahan tidak langsung. Jelaskan masing – masing pengertian
tersebut.
2. Problematika yang sering menjadi pemikiran korporasi yakni banyaknya
kebutuhan yang akan dipakai serta banyaknya bahan mentah yang akan dibeli.
Korporasi perlu memikirkan pengeluaran – pengeluaran yang ekonomis, namun
tidak mengakibatkan kurangnya stok bahan baku yang ada di korporasi.
Pengeluaran terhemat ini dikenal sebagai Economial Order Quantity (EOQ).
Dalam kalkulasi EOQ diperhatikan dua macam pengeluaran yang bersifat
variabel, yakni ?
3. Apa saja manfaat penting penganggaran bahan baku yang dibeli, yang saudara ketahui.
4. Penganggaran bahan baku meliputi empat item. Sebutkan dan jelaskan !
5. Sebutkan peranan penganggaran bahan baku yang dibeli
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi 1993, Akuntansi Biaya, Edisi 5, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN,
Yogyakarta
Soemarso, S. R. (2015). Akuntansi Suatu Pengantar (Edisi 5, Buku 2). Jakarta: Salemba
Empat.
Walter T. Harrison jr., Charles T. Horngren., C. William Thomas., & Themin Suwardy.
(2016). Akuntansi Keuangan (Edisi IFRS) (Edisi 8, Jilid 1). Jakarta: Erlangga.
Subramanyam, K. R. & John J. Wild. (2017). Analisis Laporan Keuangan (Edisi 14,
Buku 1). Jakarta: Salemba Empat.