4.1. PENGERTIAN
Penjabaran lebih lanjut dari anggaran produksi adalah anggaran bahan baku yang mencakup lebih rinci
mengenai jumlah dan jenis bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. Bahan baku yang
digunakan untuk proses produksi terdiri dari dua macam, yaitu bahan baku langsung (direct material)
dan bahan baku tidak langsung (indirect material). Bahan baku langsung adalah bahan baku yang secara
langsung berperan dalam proses produksi dan mem punyai hubungan yang erat dengan jumlah produk
yang dihasilkan.
Bahan baku tidak langsung adalah bahan baku yang secara tidak langsung ikut berperan dalam proses
produksi. Anggaran bahan baku merencanakan kebutuhan dan penggunaan bahan baku langsung,
sedangkan kebutuhan bahan baku tidak langsung akan direncanakan dalam anggaran biaya overhead
pabrik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat digarisbawahi bahwa anggaran bahan baku adalah semua anggaran
yang berhubungan dengan perencanaan secara lebih terperinci mengenai penggunaan bahan baku
untuk proses produksi selama periode yang akan datang.
Penyusunan anggaran bahan baku sangat membantu manajemen dalam mengambil langkah kebijakan
yang berkaitan dengan:
Anggaran bahan baku meliputi empat sub-anggaran, yaitu anggaran kebutuhan bahan baku, anggaran
pembelian bahan baku, anggaran persediaan bahan baku, dan anggaran biaya pemakaian bahan baku.
File WilRoes/EPP/2014
1. Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
Anggaran ini disusun sebagai perencanaan jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk keperluan
produksi pada periode mendatang. Anggaran ini harus merinci:
Anggaran ini disusun sebagai perencanaan jumlah bahan baku yang harus dibeli pada periode
mendatang. Anggaran ini harus merinci:
Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan anggaran pembelian bahan bakar
adalah :
File WilRoes/EPP/2014
Dalam penyusunan anggaran bahan pembelian bahan baku, hal yang penting lainnya yang harus
diperhatikan adalah jumlah pembelian yang paling ekonomis (economical Order Quantity = EOQ),
dimana untuk menghitungnya biasanya dipertimbangkan 2 jenis biaya yang bersifat variable, yaitu :
1. Biaya pemesanan (ordering cost) yang selalu berubah sesuai frekuensi pemesanan
2. Biaya penyimpanan (carrying cost) yag berubah-ubah sesuai jumlah bahan baku yang disimpan
Jumlah pembelian yang paling ekonomis (EOQ) dapat diformulasikan sebagai berikut:
Dalam menerapkan konsep ini perlu diperhatikan asumsi yang mendasarinya, yaitu permintaan barang
di masa yang akan dating dapat diketahui dengan pasti dan konstan dari waktu ke waktu. Model dasar
EOQ menganggap bahwa penjualan dapat diramalkan, pemakaian sepanjang tahun tetap, dan
persediaan bisa segera diperoleh. Meskipun demikian, sering kali asumsi bahwa pesanan bisa segera
dilakukan dan barang bisa segera diperoleh perlu dilonggarkan karena adanya tenggang waktu (Lead
time) antara pemesanan dan penerimaan barang. Agar kegiatan penjualan tidak terganggu perusahaan
harus memiliki persediaan selama masa tenggang waktu.
Selanjutnya, demi menjaga kelancaran proses produksi, tidak cukup hanya menentukan jumlah bahan
baku yang dibeli saja, namun harus ditentukan pula waktu pemesanan bahan baku agar dapat datang
tepat pada waktu dibutuhkan, karena bahan baku yang terlambat kadang-kadang harus dicarikan bahan
penggantinya agar proses produksi tidak terhenti. Biaya-biaya yang terpaksa dikeluarkan karena
keterlambatan datangnya bahan baku disebut stock out com (SOC), sebaliknya bahan baku yang
datangnya terlalu awal (terlal bahan cepat) juga akan menimbulkan biaya yang disebut extra carrying
File WilRoes/EPP/2014
cou (ECC). Oleh karena itu, dalam menentukan waktu pemesanan baku perlu diperhatikan faktor lead
time, yaitu jangka waktu sejak dilakukannya pemesanan sampai saat datangnya bahan baku yang
dipesan dan siap untuk digunakan dalam proses produksi. Setelah diperhitungkan adanya faktor lead
time, dapat ditentukan pula reorder point, yaitu saat di mana harus dilakukan pemesanan kembali
bahan mentah yang diperlukan.
Contoh Soal:
Suatu perusahaan memperkirakan kebutuhan bahan bakunya selama satu tahun sebanyak 6.000 unit
dengan harga Rp 4.000,- per unit. Biaya pemesanan setiap kali pesan adalah sebesar Rp 5.000,- dan
biaya penyimpanan Rp 60,- per unit. Lead time yang diperlukan selama 9 hari (1tahun = 360hari) dan
safety stock ditetapkan sebesar 200 unit.
( )( )
√
Reorder point.
Misalkan dari contoh di atas diketahui pula bahwa stock out cost sebesar Rp 150,- per unit dan data
mengenai lead time yang terjadi dalam perusahaan sebagai berikut:
Atas dasar informasi tersebut, maka lead time yang paling menguntungkan dan saat bahan baku harus
dipesan kembali adalah:
File WilRoes/EPP/2014
1. Extra Carrying Cast (ECC)
Biaya pemeliharaan (penyimpanan) per hari per order: (1.000 x Rp60)/360 = Rp 166, 67
ECC - Rp 0.
ECC=1.(0,15).(Rp 166.67)=Rp.25.
SOC = 0
Berdasarkan perhitungan di atas, ternyata bahwa lead time 7 mempunyai total biaya ekstra
yang paling kecil, yaitu:
File WilRoes/EPP/2014
Dengan demikian maka bahan baku harus dipesan kembali pada saat tingkat persediaan:
Anggaran persediaan bahan baku disusun sebagai suatu perencanaan yang terperinci atas
kuantitas bahan baku yang disimpan sebagai persediaan, yang meliputi:
Adapun besarnya bahan baku yang harus tersedia untuk kelancaran proses produksi tergantung
pada beberapa faktor, seperti:
Bahan baku yang dibeli oleh perusahaan terdiri dari bahan baku yang digunakan dalam proses
produksi dan bahan baku yang tersimpan di gudang sebagai persediaan. Anggaran biaya pemakaian
bahan baku akan merencanakan nilai bahan baku yang digunakan dan dihitung dalam satuan moneter.
Manfaat disusunnya anggaran ini adalah sebagai perhitungan harga pokok produk yang dihasilkan, dan
sebagai pengawasan penggunaan bahan baku.
Dengan demikian dalam anggaran biaya bahan baku yang habis dipakai harus diperinci
mengenai:
File WilRoes/EPP/2014
Contoh soal :
a. Perkiraan Penjualan
Persediaan
Jenis Jumlah Harga Persediaan Akhir
barang (unit) (Rp/unit) Awal (unit) (unit)
X 15000 1500 6000 4000
Y 30000 1600 3000 5000
Z 20000 1900 1500 6500
b. Bahan baku yang digunakan dihitung menurut standar penggunaan kebutuhan (Standar Used
Rate/SUR) :
Jenis SUR
Bahan
Baku Satuan Barang X Barang Y Barang Z
1 Unit 3 3 4
2 Kg 3 0 3
3 Unit 1 4 2
Jenis
Bahan Persediaan Persediaan Persediaan
Baku Awal Awal Akhir
1 Unit 7500 4000
2 Kg 10000 8500
3 Unit 10000 12500
File WilRoes/EPP/2014
3. Anggaran pembelian bahan baku yang terperinci menurut jenis bahan baku dan nilainya
4. Anggaran bahan baku yang habis digunakan yang dirinci menurut jenis bahan baku dan jenis barang
PENYELESAIANNYA
Produksi BB 1 BB 2 BB 3
Jenis barang (Unit) SUR Kebutuhan SUR Kebutuhan SUR Kebutuhan
X 13000 2 26000 3 39000 1 13000
Y 32000 3 96000 0 0 4 128000
Z 23000 4 92000 3 69000 2 46000
214000 108000 187000
File WilRoes/EPP/2014
SOAL 2
Perusahaan pakan memproduksi 2 jenis pakan dengan kualita A dan B. Anggaran disusun bedasarkan
bula untuk triwulan 1 dan triwulan untuk periode sisa. Data sebagai berikut:
Triwulan I
Kualitas Jan Feb Maret TW II TW III TW IV
A 5000 4500 15000 15000 18000 12000
B 9000 8000 9500 30000 20000 18000
b. Bahan baku yang digunakan 3 macam yaitu : Jagung (X) , Kedelai (Y) dan bahan lain selain X dan Y
yaitu Z . Kebutuhan tiap karung adalah :
d. Daftar persediaan akhir masing-masing bulan/kuartal untuk masin-masing bahan mentah (unit) sbb:
File WilRoes/EPP/2014
e. Jumlah persediaan awal untuk masing-masing bahan mentah
Persediaan Harga
Bahan mentah awal (Rp/unit)
X 60000 500
Y 100000 350
Z 120000 300
Hitunglah :
a. Anggaran kebutuhan bahan mentah, untuk produksi satu tahun, yang dirinci menurut jenis
barang mentah yang dibutuhkan masing-masing kualitas produk
b. Anggaran pembelian bahan mentah yang terperinci menurut jenis material yang harus disediakan
untuk masing-masing bulan dan kuartal
c. Anggaran persediaan bahan mentah
d. Anggaran biaya pemakaian bahan mentah menurut kualitas, bahan mentah dan waktu.
File WilRoes/EPP/2014