Anda di halaman 1dari 7

Nama : Kartika Cahaya Jati

NIM : 172114006

Mata Kuliah : Penganggaran

Kelas :C

Ringkasan Bab 8 “Perencanaan dan Pengendalian Bahan Mentah”

BAHAN MENTAH
Bahan mentah merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan yang
digunakan dalam proses produksi ini, secara tradisional diklasifikasikan menjadi :

1. Bahan mentah langsung (raw material/direct material)


Yaitu seluruh bahan mentah dan suku cadang yang merupakan satu kesatuan bagian dari
produk jadi dan dapat langsung diidentifikasikan (ditelusuri) dengan biaya unit produk jadi.
Biaya ini umumnya merupakan biaya variabel yaitu suatu biaya yang berubah sesuai dengan
perubahan keluaran produktif atau volume.

2. Bahan mentah tidak langsung (bahan pembantu/indirect material)


Yaitu bahan mentah yang digunakan dalam proses produksi, namun biayanya tidak dapat
ditelusuri secara langsung pada setiap produk.

Untuk pembahasan dalam anggaran bahan mentah, maka yang dimaksud adalah bahan
mentah langsung (raw material/direct material), sedangkan bahan mentah tidak langsung
(bahan pembantu/indirect material) dibahas dalam Anggaran Biaya Overhead Pabrik.

Rencana Bahan Mentah


Perencanaan bahan menttah meliputi semua anggaran yang berhubungan dan merencanakan secara
lebih terperinci mengenai penggunaan bahan mentah ataupun suku cadang untuk proses produksi
selama periode yang akan datang.

Tujuan Penyusunan Rencana Bahan Mentah


1. Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan mentah
2. Memperkirakan jumlah pembelian bahan mentah
3. Memperkirakan kebutuhan dana untuk pembelian bahan mentah
4. Memperkirakan komponen Harga Pokok Produksi dengan adanya pemakaian bahan mentah
untuk proses produksi (Product Costing)
5. Pengendalian bahan mentah

ANGGARAN BAHAN MENTAH


Perencanaan bahan mentah atau suku cadang secara umum membutuhkan keempat sub anggaran
berikut ini :
1. Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah
2. Anggaran Pembelian Bahan Mentah
3. Anggaran Persediaan Bahan Mentah
4. Anggaran Biaya Bahan Mentah yang Digunakan Untuk Produksi

Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah


Anggaran ini merencanakan secara terperinci tentang jumlah unit bahan mentah dan suku cadang
yang dibutuhkan untuk berproduksi selama periode yang akan datang. Anggaran ini harus
menentukan jumlah tiap bahan mentah dan suku cadang menurut waktu, produk, dan pusat
tanggung jawab. Anggaran kebutuhan bahan mentah hanya mencakup jumlah (bukan biaya) atas
bahan mentah langsung, sedang perbekalan pabrik dan bahan mentah tak langsung tercakup dalam
anggaran overhead produksi atau pabrik.

Tujuan Penyusunan Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah


 Memberi data kepada bagian pembelian, sehingga bagian pembelian dapat melaksanakan
fungsi perencanaan dan pengendalian pembelian bahan mentah dengan baik
 Memberi data untuk penyusunan anggaran biaya bahan mentah setiap jenis produk
 Menentukan tingkat persediaan yang optimal
 Sebagai dasar perencanaan dan pengendalian pemakaian bahan mentah

Dalam anggaran kebutuhan bahan mentah tercantum materi berikut :


a. Jenis barang yang dihasilkan
b. Jenis bahan mentah yang dipergunakan
c. Departemen (bagian) yang dilalui dalam proses produksi
d. Standar penggunaan bahan mentah (SUR-Standar Usage Rate)
e. Waktu pemakaian bahan mentah (satuan waktu : minggu, bulan, triwulan, semester)

Untuk penyusunaan Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah digunakan formula berikut :

Kebutuhan Bahan Mentah = Unit Produksi × SUR (Standar Pemakaian


Bahan Mentah per unit)

Anggaran Pembelian Bahan Mentah


Anggaran pembelian bahan mentah ini menentukan jumlah yang direncanakan untuk bahan mentah
dan suku cadang yang dibeli, biaya yang diperkirakan pada tanggal waktu pengiriman. Anggaran ini
dapat diartikan sebagai rencana tentang kuantitas (jumlah) bahan mentah yang harus dibeli oleh
perusahaan dalam periode mendatang.

Anggaran pembelian menspesifikasi :

 Jumlah setiap bahan mentah dan suku cadang yang akan dibeli
 Penentuan waktu pembelian
 Perkiraan besarnya biaya bahan mentah dan suku cadang yang dibeli (tiap pembelian dalam
unit dan nilainya)
Untuk membuat anggaran pembelian, manajer pembelian harus bertanggung jawab atas hal-hal
berikut :

a. Mematuhi kebijakan manajemen tentang tingkat persediaan bahan mentah.


b. Menentukan jumlah unit dan waktu pembelian untuk setiap jenis bahan baku dan suku
cadang.
c. Memperkirakan biaya per unit dari setiap bahan dan suku cadang yang akan dibeli.

Formula :

Kebutuhan Bahan Mentah xxx


Persediaan Akhir Bahan Mentah xxx
+
Jumlah Kebutuhan Sementara xxx
Persediaan Awal Bahan Mentah xxx
-
Unit Bahan Mentah Yang Dibeli xxx

Pembelian Bahan Mentah = Unit Beli Bahan Mentah x Harga Beli per unit

Pembelian Bahan Mentah


a. Model Jumlah Pembelian Yang Ekonomis (Economic Order Quantity / EOQ)

Persediaan merupakan sumber daya yang menganggur namun memiliki nilai ekonomis. Persediaan
mencerminkan investasi yang dirancang untuk memperlancar kegiatan produksi melayani
pelanggan.

Pada dasarnya pengelolaan besarnya bahan mentah ini berfungsi untuk :

 Penyangga proses produksi sehingga proses tersebut dapat berjalan secara kontinu.
 Menetapkan besarnya bahan mentah yang tepat untuk disimpan sebagai sumber daya yang
harus tetap ada.
 Menangkal inflasi (fungsi “bedging”), yakni jika harga mengalami penurunan maka
pembelian bahan mentah dapat ditetapkan dalam jumlah besar, sedangkan jika harga naik
maka perusahaan telah memiliki persediaan yang memadai untuk kegiatan perusahaan.
 Menghindari kekurangan dan kelebihan bahan.

Salah satu teknik untuk menentukan jumlah bahan mentah yang paling ekonomis adalah
menggunakan model jumlah pesanan ekonomis.

Asumsi dalam model jumlah pesanan ekonomis ini adalah :

1. Permintaan diketahui dan konstan.


2. Waktu antara menempatkan pesanan dan menerima pesanan, atau waktu tenggang
diketahui dan konstan.
3. Persediaan dari suatu pesanan yang datang sebagai satu kesatuan pada suatu waktu
tertentu.
4. Potongan jumlah tak dimungkinkan.
5. Satu-satunya biaya variabel adalah biaya menempatkan satu pesanan dan disebut biaya
pesan dan biaya menahan atau menyimpan atau membawa persediaan.
6. Bila pesanan ditempatkan pada waktu yang tepat maka kejadian kekuarangan persediaan
dapat dihindari.

Apabila asumsi ini diberlakukan maka dimungkinkan membuat kebijaksanaan bahan mentah yang
dapat meminimumkan biaya total.

b. Jumlah Pembelian Yang Paling Ekonomis (Economic Order Quantity/EOQ)

Yaitu jumlah bahan mentah yang setiap kali dilakukan pembelian menimbulkan biaya yang paling
rendah, tetapi tidak mengakibatkan kekurangan bahan.

Untuk menghitung EOQ dipertimbangkan 2 jenis biaya yang variabel :

1. Biaya Pemesanan (Set Up Cost/Ordering Cost)


Adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan mentah.
Contoh :
 Biaya Persiapan Pemesanan
 Biaya Pengiriman Pesanan
 Biaya Administrasi, dll
2. Biaya Penyimpanan
Adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan penyimpanan bahan mentah yang
dibeli.
Contoh :
 Biaya Pemeliharaan
 Biaya Asuransi
 Biaya Perbaikan Kerusakan

Pendekatan yang dikenal untuk menghitung EOQ menggunakan formula :

2 R S 2 R  S
EOQ  EOQ 
C /u
atau P I

Di mana:

R = Jumlah permintaan (bahan mentah yang akan dibeli)

S = Biaya pemesanan

P = Harga per satuan bahan mentah

I = Biaya penyimpanan yang dinyatakan dalam % dari persediaan rata-rata

C/u = Biaya penyimpanan / satuan bahan mentah


c. Waktu Pembelian Bahan Mentah (Reorder Point)

Harus ditentukan kapan (saat yang tepat) pemesanan bahan mentah yang dilakukan agar bahan
mentah tersebut dapat datang pada saat dibutuhkan.

Oleh karena itu perlu dipelajari beberapa faktor berikut :

 Stock Out Cost (Biaya kekurangan bahan mentah)


Yaitu biaya yang terpaksa dikeluarkan perusahaan karena bahan yang dipesan datangnya
lebih lambat dari waktu yang telah ditentukan.
 Extra Carrying Cost (Biaya penyimpan tambahan)
Yaitu biaya yang dikeluarkan perusahaan karena bahan yang dipesan datang lebih cepat dari
waktu yang telah ditentukan.
 Lead Time (Waktu tunggu)
Yaitu lamanya menunggu bahan mentah yang dipesan datang sejak pesanan dikirim sampai
bahan mentah datang ke perusahaan dan siap untuk digunakan dalam proses produksi.

d. Persediaan Besi

Yaitu persediaan minimal bahan mentah yang harus dipertahankan untuk menjamin kelangsungan
proses produksi. Besarnya persediaan besi ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain :

 Kebiasaan supplier menyerahkan bahan mentah yang dipesan.


 Jumlah bahan mentah yang dibeli setiap kali pesan.
 Dapat diperkirakan atau tidaknya kebutuhan bahan mentah secara tepat bagi perusahaan.
 Perbandingan antara biaya penyimpanan bahan mentah dan biaya ekstra karena kehabisan
bahan mentah.

Anggaran Persediaan Bahan Mentah


Yaitu rencana tentang jumlah dan nilai bahan mentah yang menjadi persediaan dari waktu ke waktu.
Dalam anggaran ini perlu dirinci hal-hal sebagai berikut :

1 . Jenis bahan mentah yang digunakan

2 . Jumlah masing-masing bahan mentah yang tersisa sebagai persediaan

3 . Harga per unit masing-masing bahan mentah

4 . Nilai bahan mentah yang disimpan sebagai persediaan

Formula :

Nilai Bahan Mentah = Unit Persediaan Bahan Mentah × Harga Bahan Mentah / unit

Anggaran Biaya Bahan Mentah Yang Habis Untuk Produksi


Anggaran ini menentukan biaya yang direncanakan untuk bahan mentah dan suku cadang yang
diperlukan untuk proses produksi di masa yang akan datang.

Formula :
Biaya Bahan Mentah = Unit Kebutuhan Bahan Mentah × Harga Bahan Mentah / unit

Penentuan Harga Pokok Bahan Mentah Yang Dipakai Dalam Produksi


Metode yang digunakan dalam penentuan harga pokok bahan mentah yang dipakai dalam produksi,
antara lain:

A . Metode identifikasi khusus

Dalam metode ini, setiap jenis bahan mentah yang ada digudang harus diberi tanda pada harga
pokok per satuan berapa bahan baku tersebut dibeli.

B . Metode masuk pertama keluar pertama (FIFO)

Cara menentukan biaya bahan baku adalah dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan
mentah yang pertama masuk dalam gudang digunakan untuk menentukan pokok harga bahan
mentah yang pertama kali dipakai dalam produksi.

C . Metode masuk terakhir keluar pertama (LIFO)

Cara menentukan biaya bahan baku adalah dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan
mentah yang terakhir masuk dalam gudang digunakan untuk menentukan harga pokok bahan
mentah yang pertama kali dipakai dalam produksi.

D . Metode rata-rata bergerak (Moving Average Method)

Dalam metode ini, persediaan bahan mentah yang ada di gudang dihitung harga pokok rata-ratanya,
dengan cara membagi total harga pokok dengan jumlah satuannya.

E . Metode biaya standar (Standard price method)

Dalam metode ini, bahan mentah yang dibeli dalam kartu persediaan adalah sebesar harga standar
yaitu harga taksiran yang mencerminkan harga yang diperkirakan untuk tahun anggaran tertentu.

F . Metode rata-raya harga pokok bahan baku akhir bulan

Dalam metode ini, pada tiap akhir bulan dilakukan perhitungan harga pokok rata-rata per satuan tiap
jenis persediaan bahan mentah yang ada di gudang.

PENGENDALIAN BAHAN MENTAH


Anggaran bahan mentah dalam arti luas dapat berfungsi sebagai alat pengendali (controlling).

Untuk itu diperlukan Performance Report (laporan pelaksanaan) yang terdiri dari :

1 . Laporan Pelaksanaan Pembelian Bahan Mentah

Dengan analisis varian sebagai berikut :

 Varians Karena Jumlah Pembelian


= (Jumlah Rencana - Jumlah Riil) × Harga Rencana
 Varians Karena Harga Bahan Mentah
= (Harga Rencana – Harga Riil) × Jumlah Riil
 Total Varians
= Varians Karena Jumlah + Varians Karena Harga

2 . Laporan Pelaksanaan Pemakaian Bahan Mentah

Dengan analisis varian sebagai berikut :

 Varians Efisiensi
= (Jumlah Rencana - Jumlah Riil) × Harga Rencana
 Varians Harga
= (Harga Rencana – Harga Riil) × Jumlah Riil
 Total Varians
= Varians Efisiensi + Varians Harga

Anda mungkin juga menyukai