PEMBAHASAN
1
5. Sebagai dasar melaksanakan fungsi pengawasan bahan mentah.
Jenis atau macam dari anggaran bahan mentah ini terdiri dari 4
jenis, antara lain:
2.3.1 Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah
2
d. Sebagai dasar penyusunan product costing, yakni
memperkirakan komponen harga pokok pabrik karena penggunaan
bahan mentah dalam proses produksi.
e. Sebagai dasar melaksanakan fungsi pengawasan bahan mentah
Contoh kasus :
3
Perkiraan Harga Bahan Baku per unit
JAWAB:
berdasarkan data-data yang ada maka Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
untuk 20XY adalah sbb:
4
Terdapat 2 cara dalam penentuan kebutuhan bahan mentah :
A. Perkiraan Langsung
Cara ini lebih menguntungkan karena lebih mudah, cepat, dan
ringan biayanya walau juga mengandung banyak resiko seperti
terlalu besar atau kecilnya perkiraan.
5
f. Jenis barang jadi yang dihasilkan.
g. Jenis bahan mentah yang digunakan.
h. Bagian-bagian yang dilalui dalam proses produksi.
i. Standar penggunaan bahan mentah.
j. Waktu penggunaan bahan mentah.
Standar penggunaan bahan (SP) adalah bilangan yang
menunjukkan berapa satuan bahan mentah yang diperlukan
untuk menghasilkan 1 (satu) satuan barang jadi.
Contoh :
Standar Penggunaan = 2, untuk barang jadi A dan bahan mentah X.
Artinya untuk menghasilkan unit barang A diperlukan 2 unit bahan
mentah X.
Menentukan Kebutuhan Bahan Mentah
Jumlah bahan mentah yang dibutuhkan untuk proses produksi
dalam satu periode waktu tertentu dapat ditentukan dengan
berbagai cara, yakni :
a) Perkiraan langsung
Cara ini mengandung banyak resiko, antara lain berupa
terlalu besar atau terlalu kecilnya perkiraan. Karena itu
cara lebih baik diserahkan pada pihak-pihak yang telah
berpengalaman dalam memprodusir barang yang sama
pada waktu-waktu sebelunya. Bagi mereka cara ini lebih
menguntungkan karena lebih mudah, lebih cepat dan
lebih ringan biaya.
b) Berdasarkan perhitungan standar penggunaan bahan
Standar penggunaan dihitung dengan berbagai cara,
seperti : dengan melakukan percobaan-percobaan di
laboratorium dengan melakukan percobaan percobaan
khusus di dalam pabrik, dengan mendasarkan diri dari
pemakaian nyata waktu yang lalu yang tercatat pada bill
material, dan dengan melihat angka penggunaan rata-rata
yang ditentukan secara statis. Misalnya : PT. Gunung
6
kidul memproduksi 2 macam barang yaitu barang A dan
B dengan menggunakan bahan mentah X, Y.
7
Karena itu dalam menentukan waktu pemesanan bahan mentah perlu
diperhatikan factor LEAD TIME. LEAD TIME adalah jangka waktu sejak
dilakukannya pemesanan sampai saat datangnya bahan mentah yang dipesan
dan siapuntuk digunakan dalam proses produksi.Setelah diperhitungkan lead
time,maka dapat ditentukan REORDER POINT. Reoder point adalah saat
dimana harus dilakukan pemesanan kembali bahan mentah yang diperlukan.
Formula :
Persediaan akhir XX
Jumlah kebutuhan. XX
Contoh kasus :
Jawab :
8
EOQ = 2 x 1000 x 50 = 100 kg atau
20 x 0,50
10
9
EOQ ini dipertimbangkan 2 jenis biaya yang bersifat varibel,
yaitu :
a. Biaya Pemesanan
Yaitu biaya biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
kegiatan pemesanan bahan mentah. Biaya ini berubah ubah
sesuai dengan frekuensi pemesanan, semakin tinggi
pemesanannya semakin tinggi pula biaya pemesannanya.
Sebaliknya biaya ini berbanding terbalik dengan jumlah
(kuantitas) bahan mentah setiap kali pemesanan. Hal ini
disebabkan karena semakin besarnya jumlah setiap kali
pemesan dilakukan, berarti frekuensi pemesanan menjadi
semakin rendah.
Contoh : biaya biaya persiapan pemesanan, biaya
administrasi, biaya pengiriman pesanan, dll.
b. Biaya Penyimpanan
Yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
kegiatan penyimpanan bahan mentah yang telah dibeli. Biaya
ini juga berubah sesuai dengan jumlah bahan mentah yang
disimpan. Semakin besar jumlah bahan mentah setiap kali
pemesanan maka biaya penyimpanan akan semakin besar pula.
Jelaslah bahwa biaya penyimpanan mempunyai sifat yang
berlawanan dengan biaya pemesanan.
Contoh : biaya pemeliharaan, biaya asuransi, biaya perbaikan
kerusakan, dll.
Dengan memperhatikan kedua jenis biaya di atas, maka jumlah
pembelian yang palin ekonomis dapat dihitung dengan rumus :
atau
10
di mana :
R : jumlah bahan mentah yang akan dibeli dalam jangka
waktu tertentu
S : biaya pemesanan
P : harga per unit bahan mentah
I :biaya penyimpanan yang dinyatakan dalam presentase dari
persediaan rata-rata.
C/Unit : biaya penyimpanan setiap unit bahan mentah.
Contoh :
PT. Indiana memperkirakan kebutuhan bahan mentah selam tahun
2010 sebanyak 1.000kg. Setiap kali dipesan, akan dikeluarkan
biaya sebesar Rp. 50,00 sebagai biaya perangko. Harga per kg
bahan mentah adalah Rp. 20,00. Biaya penyimpanan sebesar 50%
dari persediaan rata-rata. Maka jumlah pembelian yang paling
ekonomis adalah :
= 100 kg.
11
Sebaliknya, bahan mentah yang datangnya terlalu awal akan
menimbulkan masalah pula. Harus disediakan tempat penyimpanan
dan harus ditanggung pula biaya pemeliharaan ekstra. Biaya-biaya
yang dikelarkan karena bahan mentah datang terlalu awal diebut
Extra Carrying Cost.
Karena itu dalam menentukan waktu pemesanan bahan mentah
perlu diperhatikan factor Lead Time. Lead Time adalah jangka
waktu sejak dilakukannya pemesanan sampai datangnya bahan
baku yang dipesan dan siap untuk digunakan dalam proses
produksi. Setelah diperhitungkan factor lead time, maka akan dapat
ditentukan Reorder Point. Reorder Point adalah saat di mana harus
dilakukan pemesanan kembali bahan mentah yang diperlukan.
Jadi untuk merencanakan saat pemesanan bahan mentah pasa
periode mendatang, perlu diperhatikan factor Lead Time, Extra
Carrying Cost dan Stock Out Cost. Dalam melakukan pengamatan
dengan data historis, harus dilakukan terhadap beberapa data untuk
kemudian dihitung probabilitasnya dari total pengamatan.
Dalam melakukan pengamatan data historis, harus dilakukan
terhadap beberapa data, untuk dihitung probabilitas dari
pengamatan Umpamanya : Diamati 60 data historis tentang lead
time. Ke 60 data menunjukan :
Lead time 5 hari = 30 buah
Lead time 4 hari = 20 buah
Lead time 6 hari = 10 buah
Sehingga probabilitasnya :
- Lead time 5 hari = 20/60 x 100% = 33,3%
- Lead time 4 hari = 30/60 x 100% = 50%
- Lead time 6 hari = 10/60 x 100% = 16,7%
12
PT. MERANA memperkirakan kebutuhan barang mentah tahun
2008 sebesar 10.000 Kg. untuk merencanakan kapan saat
pemesanan yang tepat harus dilakukan, diamati 20 buah data
pemesanan yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Dari
pengamatan tersebut diperoleh kenyataan :
- Lead time 3 hari = 5 buah
- Lead time 4 hari = 10 buah
- Lead time 5 hari = 5 buah
Biaya penyimpanan bahan mentah per kg/tahun adalah Rp. 2,00.
Biaya pemesanan (setiap kali pemesan) adalah 100,00. Apabila
kehabisan biaya pemesanan maka dapat dicari bahan mentah
pengganti dengan biaya Rp. 0,50 bagi setiap unit bahan mentah
pengganti. Apabila 1 tahun dianggap 300 hari, kapan pemesanan
kembali harus dilakukan.
Jawab :
Diket : Kebutuhan bahan mentah = R = 10.000 Kg
Biaya penyimpanan = c/unit = Rp. 2,00/Kg/thn
Biaya pemesanan = S = Rp. 100
SOC = Rp. 0,50/Kg
Lead time Frekuensi Probabilitas
3 hari 5 5/20 x 100% = 25% = 0,25
4 hari 10 10/20 x 100% = 50% = 0,50
5 hari 5 5/20 x 100% = 25% = 0,25 +
20 100% 1
13
300
Bila lead time = 3 hari
ECC = 0 (karena 3 hari adalah waktu yang paling tepat atau
tidak mungkin lebih cepat lagi)
Bila lead time = 4 hari
ECC = 1 (0,25)(Rp. 6,67) = Rp. 1,6675
keterangan: ada kemungkinan bahan mentah datang dalam 3 hari (1
hari lebih cepat) dengan probabilitas 0,25
Bila lead time = 5 hari
ECC = 2 (90,25)(Rp. 6,67) = Rp. 3,335
= 1 (0,50)(Rp. 6,67) = Rp. 3,335
Rp. 6,670
*Keterangan: ada kemungkinan bahan mentah datang dalam 3
hari (2 hari lebih cepat) dengan probabilitas 0,25 atau dalam 4 hari
(1 hari lebih cepat) dengan probabilitas 0,50
14
dari perhitungan ECC dan SOC diatas dapat dibuat sebagai
berikut :mbat) dengan probabilitas 0,25
Persediaan Akhir xx
Kebutuhan bahan mentah untuk produksi xx
+
Jumlah kebutuhan xx
Persediaan Awal xx
15
Pembelian Bahan Mentah xx
Dalam anggaran pembelian bahan mentah dicantumkan :
1. Jenis bahan yang digunakan dalam proses produksi.
2. Jumlah yang harus dibeli.
3. Harga per satuan bahan mentah.
Dengan mencantumkan harga per satuan bahan mentah, maka akan
dapat dihitung jumlah uang yang akan dikeluarkan oleh perusahaan
untuk pembelian bahan mentah.
2.3.3 Anggaran Persediaan Bahan Mentah
Dalam penyusunan Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah dan Anggaran
Pembelian Bahan Mentah di muka, tampak bahwa masalah nilai persediaan
awal dan persediaan akhir bahan mentah selalu diperhitungkan.
Setiap perusahaan mempunyai kebijkasanaan dalam menilai persediaan
yang berbeda. Tetapi pada dasarnya kebijaksanaan tentang penilaian
persediaan dapat dikelompokkan menjadi :
1. Kebijaksanaan FIFO (First In First Out)
Dalam kebijaksanaan FIFO, bahan mentah yang lebih dahulu digunakan
untuk produksi adalah bahan mentah yang lebih dahulu masuk di gudang,
sehingga sering diterjemahkan Masuk Pertama Keluar Pertama. Dengan
kata lain, penilaian bahan mentah di gudang nilainya diurutkan menurut
urutan waktu pembeliannya.
2. Kebijaksanaan LIFO (Last In First Out)
Sebaliknya, dalam metode kebijaksanaan LIFO, harga bahan mentah
yang masuk di gudang lebih akhir justru dipakai untuk menentukan nilai
bahan mentah yang digunakan dalam proses produksi, meskipun pemakaian
fisik tetap diurutkan menurut urutan pemasukannya.
Perlu diperhatikan dahulu oleh perusahaan, kebijaksanaan mana yang
akan dipilih. Hal penting dalam rangka penyusunan Anggaran Persediaan
Bahan Mentah dan Anggaran Biaya Bahan Mentah yang habis digunakan,
karena adanya perbedaan factor perbedaan harga dari waktu ke waktu.
Harga bahan mentah mungkin berbeda dari waktu ke waktu, dan ini perlu
16
diperhatikan karena nilai bahan mentah yang ada di dalam gudang dan
dipakai untuk produksi juga berbeda dari waktu ke waktu. Karena itu harus
diperhitungkan, apakah bahan mentah digunakan secara LIFO atau FIFO.
Salah satu tujuan penyusunan Anggaran Perusahaan Bahan Mentah
adalah untuk pengawasan, tingkat persediaan bahan mentah di gudang yang
tidak terkontrol akan sangat membahayakan perusahaan sendiri. Dengan
mendasarkan diri pada Anggaran Persediaan Bahan Mentah, maka dapat
dilihat apakah penggunaan bahan mentah dan bahan mentah yang tersisa
sebagai persediaan sesuai dengan rencana semula ataukah terjadi
penyimpangan.
Besarnya bahan mentah yang harus tersedia untuk kelancaran proses
produksi tergantung pada beberapa factor, seperti :
1. Volume produksi selama satu periode waktu tertentu (dapat dilihat pada
Anggaran Produksi).
2. Volume Bahan Mentah Minimal, yang disebut safety stock (persediaan besi).
3. Besarnya pembelian yang ekonomis.
4. Estimasi tentang naik turunnya harga bahan mentah pada waktu-waktu
mendatang.
5. Biaya-biaya penyimpanan dan pemeliharaan bahan mentah.
6. Tingkat kecepatan bahan mentah rusak.
Besarnya persediaan ini ditentukan oleh beberapa faktor :
17
Persediaan Besi
Persediaan besi adalah persediaan minimal bahan mentah yang harus
dipertahankan untuk menjamin kelangsungan proses produksi. Di muka
telah disinggung sedikit bahwa persediaan bahan besi merupakan salah satu
factor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan saat dilakukannya
pemesanan bahan mentah (Re Order Period).
Besarnya persediaan besi ditentukan oleh beberapa factor, antara lain :
1. Kebiasaan leveransir menyerahkan bahan mentah yang dipesan,
apakah selalu tepat pada waktunya atau tidak. Apabila leveransir
selalu tepat waktu dalam menyerahkan pesanan kita maka resiko
kehabisan bahan mentah relative kecil, sehingga persediaan besi tidak
terlalu besar. Sebaliknya, bila leveransir biasanya terlambat datang
maka resiko kehabisan bahan mentah terlalu besar, sehingga perlu ada
persediaan besi yang besar pula.
2. Jumlah bahan mentah yang dibeli setiap kali pemesanan. Apabila
jumlah bahan mentah yang dibeli besar, maka persediaan rata-rata di
atas persediaaan besi besar pula, sehingga resiko kehabisan bahan
mentah relative kecil, begitu pula sebaliknya.
3. Dapat diperkirakan atau tidaknya kebutuhan bahan mentah secara
tepat. Bagi perusahaan yang dapat memperkirakan jumlah kebutuhan
bahan mentah secara tepat, maka resiko kehabisan bahan mentah kecil
(karena bahan mentah yang dibutuhkan sudah disediakan
sepenuhnya), begitu pula sebaliknya.
4. Perbandingan antara biaya penyimpanan bahan mentah dan biaya
ekstra karena kehabisan bahan mentah. Apabila biaya penyimpanan
tampak lebih besar daripada biaya ekstra akibat kehabisan bahan
mentah maka tidak perlu adanya persediaan besi yang terlalu besar,
begitu pula sebaliknya.
Bentuk Dasar Anggaran Persediaan Bahan Mentah
Dalam Anggaran Persediaan Bahan Mentah perlu diperinci hal-hal
sebagai berikut :
1. Jenis bahan mentah yang digunakan
18
2. Jumlah masing-masing jenis bahan mentah yang tersisa sebagai
persediaan
3. Harga per unit masing-masing jenis bahan mentah
4. Nilai bahan mentah yang disimpan sebagai persediaan.
19
3. Harga per unit masing-masing jenis bahan mentah.
4. Nilai masing-masing bahan mentah yang habis digunakan
dalam proses produksi.
5. Jenis barang yang (dihasilkan dan) menggunakan bahan
mentah.
6. Waktu penggunaan bahan mentah.
Fungsi Perencanaan, Koordinasi, dan Pengawasan pada
Anggaran anggaran Bahan Mentah
Seperti halnya anggaran produksi, anggaran kebutuhan bahan
mentah, persediaan bahan mentah dan pembelian bahan mentah
merupakan alat perencanaan bagi perusahaan. Dalam anggaran
anggaran tersebut secara terperinci dibuat rencana tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan bahan mentah pada
waktu mendatang.
Di lain pihak Anggaran Bahan Mentah berfungsi sebagai alata
pengkoordinasian kebutuhan bahan mentah dengan tingkat
persediaan dan kebutuhan bahan mentah. Koordinasi antara ketiga
factor ini sangat perlu diperhatikan agar tidak menghambat
kelancaran produksi. Selain kedua fungsi di atas, tentu saja
anggaran bahan mentah berfungsi pula sebagai alat pengawasan.
Sebagai pelengkap fungsi pengawasan maka disusun Laporan
Pelakasana, yang menunjukkan perbandingan antara rencana
dengan realisasi daripada pembelian bahan mentah dan penggunaan
bahan mentah.
1. Laporan Pelaksanaan Tentang Pembelian Bahan Mentah
Laporan ini berguna sebagai alat untuk mengetahui
perbandingan dan penyimpangan yang terjadi.
Contoh :
Dari anggaran pembelian bahan mentah diperoleh data
tentang pembelian bulan Januari 2010 sebagai berikut :
Unit yang dibeli 12.000 unit
Harga per unit Rp. 1,20
20
Sedangkan realisasinya adalah sebagai berikut :
Unit yag dibeli 11.500
Harga per unit Rp. 1,26
Laporan Pelaksanaan
Januari 2010
Penyimpangan
Rencana Realisasi
Jumlah Presentase
Unit yang dibeli 12.000 11.500 500 4,2
Harga Per Unit Rp. 1,20 Rp. 1,26 Rp. 0,06 5
Nilai Rp.14.400 Rp.14.490 Rp. 90 0,625
Penyimpangan
Rencana Realisasi
Jumlah Presentase
21
Unit produksi 2200 2000 200 9
Unit bahan mentah 4400 4300 100 2,2
Harga bahan Rp. 1,20 Rp. 1,26 Rp. 0.06 5
mentah
Nilai Rp.5,280 Rp.5,418 138 2,6
22
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
Dari buku :
Adisaputro, Gunawan dan Asri, Marwan. 1979. Anggaran Perusahaan I.
Yogyakarta : BPFE.
Dari website :
https://sites.google.com/sites/penganggaranperusahaan/anggaran-bahan-
baku/anggaran-pemebelian-bahan-baku/contoh-anggaran-pembelian-bahan-baku
24