Anda di halaman 1dari 39

CRITICAL BOOK REPORT

“PENGANGGARAN PERUSAHAAN”

Anggaran Biaya Overhead Pabrik

Dosen Pengampu : Dr.Diana Hasyim, SE, MM

Disusun Oleh :

Nama : Leni Marlina Kristina Waty


Nim : 7193510054
Kelas : Manajemen A 2019

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
Critical Book Report ini dengan harapan dapat bermanfaat di mata kuliah
Penganggaran Perusahaan.

Dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari petunjuk dan bimbingan
serta masukan dari semua pihak. Untuk itu kami berterima kasih kepada Ibu
Dr.Diana Hasyim, SE, MM selaku dosen mata kuliah Penganggaran
Perusahaan yang telah membantu dan memberi pengarahan kepada saya
sehingga Critical Book Report ini dapat selesai tepat waktu.

Kami menyadari bahwa Critical Book Report ini masih jauh dari kata
sempurna. Saya berharap setelah selesainya makalah ini, Saya akan mampu
untuk membuat tugas yang lebih baik lagi ke depannya. Setiap masukan dari
pihak mana pun akan sangat saya hargai untuk perbaikan dalam membuat
Critical Book Report selanjutnya.

Medan, 21 Februari 2021


Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Critical Book Report merupakan kegiatan penugasan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis buku yang memuat poin-poin penting
sebagai ringkasan buku. Hasil dari penugasan ini dapat menjadi suatu bentuk
karya ilmiah mahasiswa sehingga jenis penugasan ini secara tidak langsung
mampu melatih kemampuan mahasiswa membuat karya ilmiah. Dengan
diadakannya penugasan ini mampu melatih mahasiswa untuk berpikir kritis.
Sehingga penugasan ini sangat penting untuk mahasiswa.

Karena pentingnya kritik buku di kalangan mahasiswa maka dengan ini


penulis melakukan kritik buku pada buku 2 buku atau lebih. Adapun alasan
penulis mengkritik buku ini adalah untuk memenuhi tugas yang telah disepakati
pada kontrak perkuliahan mata kuliah Penganggaran Perusahaan, dan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, menambah wawasan, serta untuk
menjelaskan kekurangan dan kelebihan buku ini agar lebih baik lagi
kedepannya.
1.2Tujuan Penulisan
1. Penyelesaian tugas mata kuliah penganggaran perusahaan.

2. Menambah pemahaman mahasiswa mengenai materi atau isi buku yang


di bahas.

3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk menyampaikan pendapat


secara luas.

4. Mendorong mahasiswa untuk berfikir kritis terhadap satu permasalahan.

1.3Manfaat
Beberapa manfaat yang didapatkan dalam melakukan critical book
review antara lain: Manfaat pembuatan critical book report ini adalah :

1. Menambah wawasan pembaca tentang penganggaran perusahaan.

2. Menambah pengetahuan penyusun dan pembaca tentang critical book report.

IDENTITAS BUKU

 BUKU UTAMA

Judul buku : ANGGARAN PERUSAHAAN Analisis dan Aplikasi

Pengarang : Heripson, SE., M.Si

Penerbit : SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI RIAU

(STIE RIAU) PEKANBARU

Tahun Terbit : 2015

ISBN :-
Tebal Buku : v + 147 Hal

 BUKU PEMBANDING

Judul Buku : TEKNIK PENYUSUNAN ANGGARAN


OPERASIONAL

PERUSAHAAN

Pengarang : Didit Herlianto

Edisi :1

Penerbit : Gosyen Publishing Jatirejo 58B RT07/RW21 Sendangadi,


Mlati, Sleman, Yogyakarta, 55285 e-mail :
gosyenpublishing@yahoo.com

Tahun Terbit : 2011

ISBN : : 978-602-9018-13-4 xiv

Tebal Buku : + 281 hal; 1 jilid: 16 x 23 cm

BAB II
PEMBAHASAN MATERI BUKU UTAMA

Bagian VII Anggaran Biaya Overhead Pabrik


1. Pengertian.
Anggaran biaya overhead pabrik (factory overhead budget) adalah budget yang
merencanakan secara lebih rinci tentang beban biaya pabrik tidak langsung
selama periode yang akan edung, yang didalamnya meliputi rencana tentang
jenis biaya pabrik tidak langsung, jumlah biaya pabrik tidak langsung, dan
waktu atau kapan biaya pabrik tidak langsung tersebut dibebankan, yang
masing-masing dikaitkan dengan departemen dimana biaya pabrik tidak
langsung terjadi. Sedangkan yang dimaksud dengan biaya pabrik tidak langsung
adalah semua biaya yang terdapat serta terjadi didalam lingkungan pabrik, tetapi
tidak secara langsung berhubungan dengan kegiatan proses produksi.
Dalam arti anggaran biaya overhead pabrik atau biaya pabrik tidak langsung
adalah biaya-biaya dalam pabrik yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam
rangka proses produksi, kecuali biaya bahan baku langsung, dan biaya tenaga
kerja langsung. Secara garis besar bagian produksi dalam suatu perusahaan
dibagi menjadi dua bagian yaitu : a. Departemen produksi (producing
edung t)
Departemen produksi adalah bagian yang menjalankan kegiatan produksi yaitu
kegiatan yang mengubah bahan mentah untuk dijadikan barang yang siap untuk
dipasarkan.
b. Departemen pembantu (service edung t)
Adalah bagian yang tidak menjalankan kegiatan produksi melainkan
menjalankan kegiatan-kegiatan yang sifatnya membantu kelancaran proses
produksi, seperti bagian administrasi pabrik, bagian bengkel, bagian tehnisi,
bagian pemeliharaan, dan lainnya.

2. Kegunaan anggaran biaya overhead pabrik.

Secara umum semua anggaran yang ada dalam perusahaan mempunyai yang
sama termasuk anggaran biaya overhead pabrik.
a) Anggaran biaya overhead pabrik secara umum mempunyai tiga
kegunaan pokok yaitu ; sebagai pedoman kerja, sebagai alat
koordinasi kerja, serta sebagai alat pengawasan kerja.
b) Sedangkan secara khusus anggaran biaya overhead pabrik berguna ;
a) sebagai dasar untuk penyusunan anggaran harga pokok yang
diproduksikan (cost of goods manufacture budget), dan anggaran
harga pokok penjualan (cost of goods sold budget) yang tercantum
dalam master income statement budget, edung -sama dengan
anggaran biaya bahan mentah, dan anggaran upah tenaga kerja tak
langsung, b) sebagai dasar untuk penyusunan anggaran kas, karena
edung dari biaya-biaya ini memerlukan pengeluaran kas.

3. Faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran biaya overad pabrik.


Agar suatu anggaran dapat berfungsi dengan baik, maka taksiran-taksiran yang
termuat didalamnya harus akurat, sehingga tidak jauh berbeda dengan
realisasinya nanti. Untuk dapat melakukan penaksiran secara lebih akurat
diperlukan data, informasi dan pengalaman. Adapun edung-faktor yang harus
dipertimbangkan dalam penyusunan anggaran biaya overhead pabrik ini
adalah :
a) Anggaran (budget) unit yang akan diproduksikan, khususnya
rencana tentang jenis, kualitas, jumlah barang yang akan diproduksi
dari waktu kewaktu, semakin unit yang diproduksi maka akan besar
biaya overhead pabrik yang akan dibebankan.
b) Berbagai standard yang telah ditetapkan oleh perusahaan yang
berkaitan dengan biaya overhead pabrik, seperti biaya bahan
pembantu, standard pemakaian listrik, dan juga biaya lainnya yang
ada dalam perusahaan yang masuk dalam kategori biaya overhead
pabrik.
c) Sistem pembayaran upah yang dipakai perusahaan khususnya upah
yang dibayarkan kepada tenaga kerja tidak langsung.
d) Metode penyusutan (depresiasi) yang dipakai perusahaan khususnya
penyusutan terhadap aktiva tetap yang ada dalam lingkungan
pabrik.
e) Metode alokasi biaya yang dipakai perusahaan untuk membagi
biaya-biaya yang semula merupakan satu kesatuan (biaya edung )
menjadi beberapa kelompok biaya sesuai dengan tempat dimana
biaya tersebut terjadi, seperti biaya listrik didalam lingkungan
kantor administrasi, biaya listrik didalam lingkungan bagian
penjualan, biaya listrik dilingkungan bagian produksi, biaya listrik
dilingkungan bagian pembantu.
Dengan kata lain metode alokasi biaya merupakan metode yang menentukan
caracara bagaimana membagi-bagi suatu biaya yang semula merupakan suatu
kesatuan menjadi beberapa kelompok biaya.

2. Kapasitas dalam anggaran biaya overhead pabrik

Dalam dasar penyusunan anggaran biaya overhead pabrik ada tiga macam
kapasitas yang diperhatikan :
Kapasitas praktis atau teoritis
Yaitu kapasitas pabrik untuk menghasilkan produk pada kecepatan penuh, tanpa
berhenti selama jangka waktu tertentu dikurangi dengan kerugian waktu yang
tidak dapat dihindari dari karena hambatan intern perusahaan.
Kapasitas normal
Yaitu kemampuan perusahaan berproduksi dan menjual produknya dalam
jangka edung .
Kapasitas actual.
Yaitu kapasitas sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat dicapai dalam
periode yang akan edung.Disamping itu ada pembagian biaya yang
berhubungan dengan kapasitas pabrik dikenal dengan istilah yaitu :
a. Distribusi biaya overhead pabrik (BOP)
Adalah pembagian biaya overhead pabrik tak langsung departemen kepada
departemendepartemen yang menikmatinya.
b. Alokasi biaya overhead pabrik.
Adalah pembagian biaya overhead pabrik departemen pembantu ke departemen
produksi, atau dari departemen pembantu ke departemen pembantu yang lain
dan departemen produksi.
c. Pembebanan biaya overhead pabrik
Adalah pembagian biaya overhead pabrik kepada produk.

Contoh.

3. Perusahaan “Makmur Jaya” merencanakan biaya overhead pabrik


(BOP) untuk satu tahun sebagai berikut :
Departemen Kegiatan Jumlah
BOP
Produksi I Pencetakan Rp 10.000
Produksi II Penghalusan Rp 5.000
Jasa I Pembangkit listrik Rp 2.000
Jasa II Bengkel Rp 1.000
Rencana pemakaian jasa dari seksi jasa I dan seksi jasa II
Pemakai jasa Pemberi jasa
Jasa I Jasa
II
Departemen produksi 50 % 40 %
I
Departemen produksi 30 % 50 %
II
Departemen jasa I - 10 %
Departemen jasa II 20 % -

Seksi jasa I adalah pembangkit listrik dengan satuan kegiatannya diukur dengan
jumlah kwh dalam setahun yang direncanakan sebesar 10.000 kwh. Seksi jasa II
adalah bengkel yang dalam setahun bekerja 10.000 jam pemeliharaan langsung
(direct reparation hour atau DRH) Diminta tentukan :
a. Tentukan persamaan yang berlaku untuk kedua seksi jasa
masing-masing.
b. Hitunglah besarnya BOP neto seksi jasa setelah saling memberi
dan menerima jasa masing-masing.
c. Tentukan tarif per kwh untuk seksi jasa I dan per DRH untuk
seksi jasa II.

Jawab :
a. Persamaan yang berlaku untuk masing-masing jasa adalah :
X = a1 + b1 Y
Y = a2 + b2 X
Keterangan :
X = BOP seksi jasa 1 setelah menerima BOP seksi jasa 2
Y = BOP seksi jasa 2 setelah menerima BOP seksi jasa1
a1 = BOP seksi jasa 1 sebelum menerima BOP seksi jasa 2
a2 = BOP seksi jasa 2 sebelum menerima BOP seksi jasa 1
b1 = % penggunaan jasa seksi jasa 2 oleh seksi jasa jasa 1
b2 = % penggunaan jasa seksi jasa 1 oleh seksi jasa jasa 2

Sehingga persamaannya adalah :

X = a1 + b1Y X = 2.000 + 0,1 Y


Y = a2 + b2X Y = 1.000 + 0,2 X

b. BOP neto masing-masing seksi jasa


X = 2.000 + 0,1 Y
= 2.000 + 0,1 ( 1.000 + 0,2 X)
= 2.000 + 100 + 0,02 X
X – 0,02 X = 2.100
0,98 X = 2.100 X =
2.100 / 0,98
X = 2.142,85

Y = 1.000 + 0,2 X

= 1.000 + 0,2 (2.142,85)


= 1.000 + 428,57
Y = 1.428,57
Selanjutnya dapat ditentukan kondisi saling memberi dan menerima masing-
masing seksi jasa, seperti dibawah ini :
Keterangan Seksi Jasa 1 Seksi Jasa 2
Anggaran biaya overhead 2.000 1.000
pabrik
Memberi 428,57 142,85
Menerima 142,85 428,57
Anggaran BOP Neto 1.714,28 1.285,72

c. Tarif BOP masing-masing seksi jasa :


Tarif BOP seksi jasa 1 per satuan kwh adalah
Rp 1.714,28 / 10.000 = Rp 0,17 per kwh
Tarif BOP seksi jasa 2 persatuan DRH adalah
Rp 1.285,72 / 10.000 = Rp 0,13 per DRH

4. PT. Jaya Sakti memberikan data terhadap biaya overhead pabrik


yang berhasil dikumpulkan sebagai berikut :
a. BOP setahun dari departemen.
Departemen Kegiatan Jenis biaya
Produksi 1 Prosesing 16.000
Produksi 2 Finishing 8.000
Jasa 1 Diesel/listrik 2.000
Jasa 2 Bengkel/ edung 3.000
5. Penggunaan jasa dari departemen jasa 1 dan jasa 2
Pemberi jasa Pemakai jasa
Produksi 1 Produksi 2 Jasa 1 Jasa 2
Departemen Jasa 1 45 % 45 % - 10 %
Departemen jasa 2 50 % 40 % 10 % -
c. Waktu kerja ; Departemen produksi 1 = 10.000 DMH
Departemen produksi 2 = 5.000 DLH
d. Rencana produksi 10.000 unit produk jadi setahun, dengan harga
jual perunitnya Rp 10. Semua unit yang terjual diproduksi dapat
terjual habis.
e. Biaya-biaya produksi lain : Bahan baku langsung = 36.000
Tenaga kerja langsung = 18.000
Biaya usaha : penjualan = 5.000
Administrasi = 3.000
f. Pajak 40 %
Diminta ;
a. Tentukan BOP neto masing-masing departemen jasa, sesudah
saling menerima jasa.
b. Tentukan tarif BOP masing-masing departemen produksi perjam
kegiatan, sesuai dasar satuan hitung yang digunakan.
c. Berapa harga pokok perunit
d. Susunlah rugi laba tahunan.

Jawab :
6. BOP neto masing-masing departemen jasa.
X = a1 + b1Y X = 2.000 + 0,1 Y
Y = a2 + b2X Y = 3.000 + 0,1 X
X = 2.000 + 0,1 Y
= 2.000 + 0,1 ( 3.000 + 0,1 X)
= 2.000 + 300 + 0,01 X
X – 0,01 X = 2.300
0,99 X = 2.300
X = 2.300 / 0,99
X = 2.323,23
Y = 3.000 + 0,1 X
= 3.000 + 0,1 (2.323,23)
= 3.000 + 232,323
Y = 3.232,323
Selanjutnya dapat ditentukan kondisi saling memberi dan menerima masing-
masing seksi jasa, seperti dibawah ini :

Keterangan Seksi Jasa 1 Seksi Jasa 2


Anggaran biaya overhead 2.000 3.000
pabrik
Memberi 232,32 323,23
Menerima 323,23 232,32
Anggaran BOP Neto 2.090,91 2.909,09

b. Tarif BOP masing-masing departemen produksi.


Keterangan Dept Produksi 1 Dept Produksi 2
Anggaran biaya overhead 16.000 8.000
pabrik
Departemen Jasa 1
45 / 90 x 2.090,91 1.045,45
45 / 90 x 2.090,91 1.045,45
Departemen Jasa 2
50 / 90 x 2.909,09 1.616,16
40 / 90 x 2.909,09 1.292,93
Jumlah 18.661,61 10.338,38
Total waktu kerja 10.000 DMH 5.000 DLH
Tarif BOP persatuan Rp 1,87 per Rp 2,07 per
DMH DLH
c. Harga pokok produksi persatuan
Bahan baku langsung 36.000 Tenaga kerja
langsung 18.000
Overhead pabrik :
Departemen produksi 1 18.661,61
Departemen produksi 2 10.338,38
83.000
Anggaran produksi 10.000 unit
Harga pokok produksi 83.000 / 10.000 = Rp 8,3 per
unit

d. Anggaran rugi laba tahunan.


Penjualan 10.000 x Rp 10 100.000
Harga pokok produksi 83.000
Laba bruto 17.000
Biaya usaha
Penjualan 5.000
Administrasi 3.000 8.000
Laba usaha sebelum pajak 9.000
Pajak 40 % ( 40 % x 9.000) 3.600
Laba setelah pajak 5.400

7. PT. Cincin Berlian bekerja dengan dua departemen produksi yaitu


departemen produksi P dan Q serta tiga departemen pembantu yaitu
depertemen R,S, dan T. Taksiran BOP departemen selama tahun ini
sebagai berikut :
P Q R S T
BOP langsung departemen
(dalam 000 rupiah) 500 600 200 175 150

Biaya penyusutan edung tahun ini diperkirakan sebesar Rp 300.000,-. Luas


lantai masing-masing departemen yang dipakai dasar mendistribusikan BOP
tidak langsung departemen ke departemen yang memperoleh jasanya sebagai
berikut :
P Q R S T
2
Luas lantai (m ) 7.500 10.000 8.000 6.000
9.000
Data jasa departemen pembantu yang dimanfaatkan oleh departemen produksi
dan departemen pembantu selama tahun ini sebagai berikut :
P Q R S T
R 30 % 25 % - 20 % 10
%
S 25 % 35 % 15 % - 15
%
T 50 % 20 % 10 % 5 % -
Diminta :
Hitunglah BOP departemen produksi yang akan dibebankan ke produksi dalam
rangka penentuan harga pokok produksi.

Jawab :
Distribusi BOP tak langsung departemen dengan penyusutan edung tahun ini
Rp 300.000 didistribusikan ke masing-masing departemen atas dasar luas lantai
sebagai berikut :
P = 7.500 / 40.500 x 300.000 = Rp 55.555

Q = 10.000 / 40.500 x 300.000 = Rp 74.074

R = 8.000 / 40.500 x 300.000 = Rp 59.259

S = 6.000 / 40.500 x 300.000 = Rp 44.444

T = 9.000 / 40.500 x 300.000 = Rp 66.666

Jadi untuk menentukan biaya overhead pabrik (BOP) neto masing-masing jasa :

R = 8.000 / 40.500 x 300.000 = Rp 59.259 + 200.000 =


259.259
S = 6.000 / 40.500 x 300.000 = Rp 44.444 + 175.000 =
219.444
T = 9.000 / 40.500 x 300.000 = Rp 66.666 + 150.000 =
216.666

Kemudian dapat ditentukan persamaan sebagai berikut :


R = 259.259 + 0,20 S + 0,10 T
S = 219.444 + 0,15 R + 0,15 T
T = 216.666 + 0,10 R + 0,05 S

R = 259.259 + 0,20 ( 219.444 + 0,15 R + 0,15 T ) + 0,10 T


R = 259.259 + 43.888 + 0,03 R + 0,03 T + 0,10 T
R - 0,03 R = 303.147 + 0,13 T
0,97 R = 303.147 + 0,13 T
R = 302.147 / 0,97 + 0,13 T/ 0,97
R = 312.522,68 + 0,1340206 T

T = 216.666 + 0,10 R + 0,05 S


T = 216.666 + 0,10 R + 0,05 ( 219.444 + 0,15 R + 0,15 T )
T = 216.666 + 0,10 R 10.972 + 0,0075 R + 0,0075 T
T - 0,0075 T = 227.638 + 0,1075 R
0,9925 T = 227.638 + 0,1075 R
0,9925 T = 227.638 + 0,1075 (312.522,68 + 0,1340206 T)
0,9925 T = 227.638 + 33.596,18 + 0,0144072 T
0,9925 T - 0,0144072 T = 261.234,18
0,9780928 T = 261.234,18
T = 261.234,18 /
0,9780928
T = 267.085,27

R = 312.522,68 + 0,1340206 T
R = 312.522,68 + 0,1340206 ( 267.085,27 )
R = 312.522,68 + 35.794,92
R = 348.317,6

S = 219.444 + 0,15 R + 0,15 T

S = 219.444 + 0,15 (348.317,6) + 0,15 (267.085,27)


S = 219.444 + 52.247,64 + 40.062,79
S = 311.754,43

Jadi BOP neto masing-masing departemen jasa sebagai berikut :

Dept. Anggaran Memberi Menerima BOP Neto


Jasa BOP
R 259.259 104.495,28 89.058,6 243.822,32
S 219.444 93.526,329 92.310,43 218.228,11
T 216.666 40.062,79 50.419,27 227.022,49

Penjelasan dari BOP yang saling memberi dan menerima dari anggaran BOP
menjadi BOP neto sebagai berikut :
Menerima ;
Dept. Nilai yang diperoleh Anggaran BOP Neto yang diterima
R 348.317,6 259.259 89.058,6
S 311.754,43 219.444 92.310,43
T 267.085,27 216.666 50.419,27

Memberi ;
Dept R : pada dept S = 0,20 pada dept T = 0,10 jumlah = 0,30
Maka : 348.317,6 x 0,30 = 104.495,28

Dept S : pada dept R = 0,15 pada dept = 0,15 jumlah = 0,30


T
Maka : 311.754,43 x 0,30 = 93.526,329

Dept T : pada dept R = 0,10 pada dept S = 0,05 jumlah =


0,15 Maka : 267.085,27 x 0,15 = 40.062,79

Setelah diketahui biaya overhead pabrik (BOP) yang saling memberi dan
menerima maka selanjutnya akan dapat ditentukan biaya overhead pabrik
(BOP) departemen produksi sebagai berikut :
Departemen produksi P
Anggaran BOP = Rp 500.000
Distribusi BOP tak langsung = 55.555
Departemen jasa R : 30/55 x 243.822,32 = Rp
132.993,98
Departemen jasa S : 25/60 x 218.228,11 = Rp
90.928,36
Departemen jasa T : 50/70 x 227.022,49 = Rp
162.158,91
Jumlah = Rp
941.636,25

Departemen produksi Q
Anggaran BOP = Rp 600.000
Distribusi BOP tak langsung = 74.074
Departemen jasa R : 25/55 x 243.822,32 = Rp 110.828,31
Departemen jasa S : 35/60 x 218.228,11 = Rp 127.299,72
Departemen jasa T : 20/70 x 227.022,49 = Rp 64.863,55
Jumlah = Rp 977.065,58

8. PT. “Trilili” memproduksi barang yaitu barang A dan barang


B, kedua barang diproses melalui 3 departemen produksi yaitu
departemen produksi X, Y, dan Z serta 3 departemen pembantu
yaitu L, M, N. Dasar penentuan harga pokok produksi adalah
historical cost, kecuali biaya overhead pabrik (BOP) yang
didasarkan atas tarif. Bahan baku hanya digunakan pada departemen
X yang bersatuan DMH dan departemen Y yang bersatuan kegiatan
DLH, dan departemen Z memakai satuan DLH. Penentuan biaya
overhead pabrik setahun maupun sebulan adalah tarif biaya
overhead pabrik dikalikan jumlah jam riil, anggaran produksi
setahun adalah :
Barang A sebesar 2.000 unit
Barang B sebesar 3.000 unit
Setiap unit barang A dianggarkan menggunakan bahan baku Rp 900, sedang
setiap unit barang B dianggarkan menggunakan bahan baku Rp 750,-. Standard
penggunaan waktu persatuan barang adalah :
Dept. X (dmh) Dept. Y (dlh) Dept. Z (dlh)
Barang A 5 8,9 1,75
Barang B 5,5 10 6
Standard tingkat upah per satuan
kegiatan :
Dept. X (dmh) Dept. Y (dlh) Dept. Z (dlh)
Barang A Rp 50 /dmh Rp 75 /dlh Rp 25 /dlh
Barang B Rp 55 /dmh Rp 60 /dlh Rp 25 /dlh
Anggaran biaya overhead pabrik (BOP) setahun beserta cara alokasinya adalah
sebagai berikut :
Alokasi BOP
Departemen Anggaran BOP Dept. L Dept. M
Dept.N
X Rp 125.000 25 % 35 % 25
%
Y Rp 90.000 25 % 30 % 20
%
Z Rp 105.000 20 % 20 % 20
%
L Rp 16.000 - 10 % 20
%
M Rp 29.500 10 % - 15
%
N Rp 42.000 20 % 5% -
Data realisasi khusus bulan Maret 2008 adalah sebagai berikut :
Kuantitas produksi barang A sebanyak 150 unit
Kuantitas produksi barang B sebanyak 250 unit
Dept. X Dept. Y
Bahan baku untuk barang :
Barang A Rp 125.000 Rp 57.790
Barang B Rp 180.000 Rp 36.950
Pamakaian waktu dan upah tenaga kerja :
Barang A Barang B
Satuan Nilai Satuan Nilai
X 1.400 dmh Rp 72.500 1.300 dmh Rp
75.000
Y 1.300 dlh Rp 100.000 2.500 dlh Rp 150.000
Z 260 dlh Rp 6.500 1.500 dlh Rp 35.000
Biaya overhead pabrik pada bulan Maret 2008 sebagai berikut :
Departemen X = Rp
10.000
Departemen Y = Rp
7.000
Departemen Z = Rp
8.000
Departemen L = Rp
1.000
Departemen M = Rp
2.000
Departemen N = Rp
3.500
Diminta :
a. Hitunglah tarif biaya overhead pabrik persatuan masing-masing
departemen.
b. Tentukanlah harga pokok persatuan masing-masing barang pada
bulan Maret 2008.

Jawab :

Tarif BOP masing-masing departemen produksi persatuan kegiatan adalah :


L = 16.000 + 0,10 M + 0,20 N
M = 29.500 + 0,10 L + 0,15 N
N = 42.000 + 0,20 L + 0,05 M
L = 16.000 + 0,10 (29.500 + 0,10 L + 0,15 N ) + 0,20 N
L = 16.000 + 2.950 + 0,01 L + 0,015 N + 0,20 N
L - 0,01 L = 18.950 + 0,215 N
0,99 L = 18.950 + 0,215 N
L = 18.950 / 0,99 + 0,215 N / 0,99
L = 19.141,41 + 0,2172 N

N = 42.000 + 0,20 L + 0,05 M


N = 42.000 + 0,20 L + 0,05 (29.500 + 0,10 L + 0,15 N)
N = 42.000 + 0,20 L + 1.475 + 0,005 L + 0,0075 N
N - 0,0075 N = 43.475 + 0,205 L
0,9925 N = 43.475 + 0,205 L
0,9925 N = 43.475 + 0,205 (19.141,41 + 0,2172 N )
0,9925 N = 43.475 + 3.923, 9899 + 0,0445 N
0,9925 N - 0,0445 N = 47.398,9899
0,9480 N = 47.398,9899
N = 47.398,9899 / 0,9480
N = 50.000

L = 19.141,41 + 0,2172 N
L = 19.141,41 + 0,2172 (50.000)
L = 19.141,41 + 10.858,5859
L = 30.000

M = 29.500 + 0,10 L + 0,15 N

M = 29.500 + 0,10 (30.000) + 0,15 (50.000)


M = 29.500 + 3.000 + 7.500
M = 40.000

Jadi biaya overhead pabrik masing-masing departemen jasa setelah menerima


jada dari departemen jasa lain adalah :
Untuk departemen L sejumlah Rp
30.000
Untuk departemen M sejumlah Rp
40.000
Untuk departemen N sejumlah Rp
50.000

Skedul alokasi biaya overhead pabrik


Depertemen produksi Departemen pembantu
Keterangan
X Y Z L M N
BOP masing- 125.000 90.000 105.000 16.000 29.500 42.000
masing
Alokasi BOP
dept : 7.500 7.500 6.000 (30.000 3.000 6.000
L 14.000 12.000 8.000 ) (40.000) 6.000
M 12.500 10.000 10.000 4.000 2.500 (50.000)
N 10.000
159.000 119.50 129.000
0
Catatan :
Untuk menentukan nilai pada kolom X,Y,Z dan baris L,M,N adalah dengan
menghitung alokasi biaya overhead pabrik departemen X,Y,Z pada depatemen
pembantu L, M, N dan kolom L, M, N pada baris L, M, N perhitungan adalah :
BOP untuk departemen L, M,N didistribusikan ke X,Y,Z dan L,M,N
sendiri Dept Produksi X alokasi pada Dept pembantu L adalah 25 %, maka
:
= 25 % x 30.000 = 7.500
Dept Produksi X alokasi pada Dept pembantu M adalah 35 %, maka :
= 35 % x 40.000 = 14.000
Dept Produksi X alokasi pada Dept pembantu N adalah 25 %, maka :
= 25 % x 50.000 = 12.500

Dept Produksi Y alokasi pada Dept pembantu L adalah 25 %, maka :


= 25 % x 30.000 = 7.500
Dept Produksi Y alokasi pada Dept pembantu M adalah 30 %, maka :
= 30 % x 40.000 = 12.000
Dept Produksi Y alokasi pada Dept pembantu N adalah 20 %, maka :
= 20 % x 50.000 = 10.000

Dept Produksi Z alokasi pada Dept pembantu L adalah 20 %, maka :


= 20 % x 30.000 = 6.000
Dept Produksi Z alokasi pada Dept pembantu M adalah 20 %, maka :
= 20 % x 40.000 = 8.000
Dept Produksi Z alokasi pada Dept pembantu N adalah 20 %, maka :
= 20 % x 50.000 = 10.000

Begitu juga pada departemen pembatu L,M,N yang saling menggunakan jasa
dengan perhitungan :
Departemen pembantu L menggunakan Dept M adalah 10 %,maka :
= 10 % x 30.000 = 3.000
Departemen pembantu L menggunakan Dept N adalah 20 %,maka :
= 20 % x 30.000 = 6.000

Departemen pembantu M menggunakan Dept L adalah 10 %,maka :


= 10 % x 40.000 = 4.000
Departemen pembantu M menggunakan Dept N adalah 15 %,maka :
= 15 % x 40.000 = 6.000

Departemen pembantu N menggunakan Dept L adalah 20 %,maka :


= 20 % x 50.000 = 10.000
Departemen pembantu N menggunakan Dept M adalah 5 %,maka :
= 5 % x 50.000 = 2.500

Skedul Anggaran Jam Tenaga Kerja Langsung


Jmlh Dept X Dept Y Dept Z
Jenis
Produksi SUR Jam SUR Jam SUR Jam
Barang A 2.000 3.000 5 10.000 8.9 17.800 1,75 3.500
Barang B 5,5 16.500 10 30.000 6 18.000
26.500 47.800 21.500
Jadi tarif biaya overhead pabrik masing-masing departemen produksi per satuan
kegiatan adalah :
Departemen produksi X = Rp 159.000 : = Rp 6 per DMH
26.500
Departemen produksi Y = Rp 119.500 : = Rp 2,50 per
47.800 DLH
Departemen produksi Z = Rp 129.000 : = Rp 6 per DLH
21.500

Laporan Harga Pokok Produksi per jenis barang bulan Maret 2008
Keterangan Barang A Barang B
Bahan baku :
Departemen X 125.000 180.000
Departemen Y 80.000 36.950
Tenaga Kerja :
Departemen X 72.500 75.000
Departemen Y 100.000 150.000
Departemen Z 6.500 35.000
Overhead pabrik :
Departemen X 8.400
1.400 x Rp 6 7.800
1.300 x Rp 6
Departemen Y 3.250
1.300 x Rp 2,50 6.250
2.500 x Rp 2,50
1.560
Departemen Z 9.000
260 x Rp 6
1.500 x Rp 6
Harga pokok Rp 375.000 Rp 500.000
produksi
H P produksi per 375.000 : 150 = Rp 500.000 : 250 = Rp
unit 2.500 2.000

Soal edung .

9. Perusahaan “Jaya Furniture” merencanakan biaya overhead


pabrik (BOP) untuk satu tahun sebagai berikut :
Departemen Kegiatan Jumlah
BOP
Produksi I Pemotongan Rp 21.500

Produksi II Perakitan Rp 17.500


Jasa I Pembangkit listrik Rp 7.500
Jasa II Bengkel Rp 3.350
Rencana pemakaian jasa dari seksi jasa I dan seksi jasa II
Pemakai jasa Pemberi jasa
Jasa I Jasa II
Departemen produksi 45 % 45 %
I
Departemen produksi 40 % 50 %
II
Departemen jasa I - 5%
Departemen jasa II 15 % -

Seksi jasa I adalah pembangkit listrik dengan satuan kegiatannya diukur dengan
jumlah kwh dalam setahun yang direncanakan sebesar 10.000 kwh. Seksi jasa II
adalah bengkel yang dalam setahun bekerja 10.000 jam pemeliharaan langsung
(direct reparation hour atau DRH) Diminta tentukan :
a. Tentukan persamaan yang berlaku untuk kedua seksi jasa
masing-masing.
b. Hitunglah besarnya BOP neto seksi jasa setelah saling memberi
dan menerima jasa masing-masing.
c. Tentukan tarif per kwh untuk seksi jasa I dan per DRH untuk
seksi jasa II.

10. PT. Merpati Sakti memberikan data terhadap biaya overhead


pabrik yang berhasil dikumpulkan sebagai berikut :
c. BOP setahun dari departemen.
Departemen Kegiatan Jenis biaya
Produksi 1 Prosesing 28.500
Produksi 2 Finishing 18.700
Jasa 1 Diesel/listrik 9.770
Jasa 2 Bengkel/ edung 5.500
d. Penggunaan jasa dari departemen jasa 1 dan jasa 2
Pemberi jasa Pemakai jasa
Produksi 1 Produksi 2 Jasa 1 Jasa 2
Departemen Jasa 1 55 % 35 % - 10 %
Departemen jasa 2 35 % 50 % 15 % -
e. Waktu kerja ; Departemen produksi 1 = 10.000 DMH
Departemen produksi 2 = 5.000 DLH

f. Rencana produksi 15.000 unit produk jadi setahun, dengan harga


jual perunitnya Rp 15. Semua unit yang terjual diproduksi dapat
terjual habis.
g. Biaya-biaya produksi lain : Bahan baku langsung = 56.000
Tenaga kerja langsung = 38.000
Biaya usaha : penjualan = 15.000
Administrasi = 13.000
h. Pajak 35 %
Diminta ;
a. Tentukan BOP neto masing-masing departemen jasa, sesudah
saling menerima jasa.
b. Tentukan tarif BOP masing-masing departemen produksi perjam
kegiatan, sesuai dasar satuan hitung yang digunakan.
c. Berapa harga pokok perunit
d. Susunlah rugi laba tahunan.

11. PT. “Berlian Perkasa” bekerja dengan dua departemen


produksi yaitu departemen produksi A dan B serta tiga departemen
pembantu yaitu depertemen C,D, dan E.
Taksiran BOP departemen selama tahun ini sebagai berikut :
A B C D E
BOP langsung departemen
(dalam 000 rupiah) 770 890 340 275 190

Biaya penyusutan edung tahun ini diperkirakan sebesar Rp 450.000,-. Luas


lantai masing-masing departemen yang dipakai dasar mendistribusikan BOP
tidak langsung departemen ke departemen yang memperoleh jasanya sebagai
berikut :
A B C D E
2
Luas lantai (m ) 9.500 15.500 8.500 7.500
9.500

Data jasa departemen pembantu yang dimanfaatkan oleh departemen produksi


dan departemen pembantu selama tahun ini sebagai berikut :
A B C D E
C 40 % 25 % - 20 % 15
%
D 40 % 35 % 10 % - 15
%
E 45 % 20 % 20 % 15 % -
Diminta :

Hitunglah BOP departemen produksi yang akan dibebankan ke produksi dalam


rangka penentuan harga pokok produksi
BUKU PEMBANDING

Bab 8
ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIB

1 Pengertian Anggaran B iaya Overhead Pabrik


Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi di dalam pabrik sangat
kompleks jenisnya. Begitu banyaknya jenis biaya-biaya yang terjadi di dalam
pabrik, sehingga memerlukan perhatian khusus. Biaya overhead pabrik
merupakan bagian dari biaya produksi suatu produk yang sama pentingnya
dengan biaya bahan baku langsung maupun biaya tenaga kerja langsung. Biaya
overhead pabrik juga berkaitan dengan bagaimana item-item yang berbeda
dalam overhead berubah terhadap perubahan dalam volume produksi. Yang
dikategorikan sebagai biaya-biaya overhead pabrik (factory overhead ) adalah
biaya-biaya dalam pabrik yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka
proses produksi, kecuali biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.
Atau dengan kata lain biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya yang terjadi di
pabrik, selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Bila ingin
menyusun anggaran rugi-laba metode penentuan harga pokok variabel (variable
costing ) maka biaya overhead pabrik dipisahkan menjadi BOP variabel dan
BOP tetap, tetapi bila ingin menyusun anggaran rugi-laba metode penentuan
harga pokok penuh BOP tidak perlu dipisahkan menjadi dua, terkecuali untuk
kepentingan pembedaan anggaran rugi-laba antara metode penentuan harga
pokok variabel dengan metode penentuan harga pokok penuh.
Pengertian Anggaran BOP adalah suatu rencana yang menggambarkan
besarnya tarif biaya yang terjadi di pabrik (departemen produksi) selain tenaga
kerja langsung dan bahan baku yang terjadi selama satu periode. Atau secara
terperinci anggaran BOP dapat diartikan sebagai suatu perencanaan yang
terperinci mengenai biaya-biaya tak langsung yang dikeluarkan sehubungan
dengan proses produksi selama periode yang akan datang yang meliputi jenis
biaya, waktu dan tempat (departemen) dimana biaya tersebut terjadi. Biayabiaya
yang termasuk ke dalam biaya overhead pabrik antara lain adalah: bahan
pembantu; tenaga kerja tidak langsung; biaya pemeliharaan gedung pabrik;
biaya reparasi dan pemeliharaan peralatan produksi; biaya penyusutan gedung
pabrik; biaya penyusutan mesin; biaya asuransi; biaya listrik; biaya bahan
bakar.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi anggaran biaya overhead
pabrik antara lain adalah:
1) Anggaran unit yang akan diproduksi, yang berkaitan dengan kualitas dan
kwantitas.
2) Kebijakan standard pemakaian bahan dan lain lain.
3) Sistem pembayaran upah yang dipakai. 4) Metode penyusutan.

2 Akuntansi Biaya Overhead Pabrik


Dalam Akuntansi Biaya Overhead Pabrik disini akan dijelaskan beberapa
hal tentang: Penggolongan Akuntansi Biaya Overhead Pabrik; Penentuan Tarif
BOP dan Kapasitas Penaksiran BOP; Pengumpulan BOP Sesungguhnya dan
Perlakuan terhadap BOP; Departementalisasi BOP dan Langkah-Langkah
Penentuan Tarif BOP Per Departemen.

2.1 Penggolongan Akuntansi Biaya Overhead Pabrik


Biaya overhead pabrik dalam uraian akuntansi dapat digolongkan dengan
tiga cara penggolongan sebagai berikut:
1. Penggolongan Biaya Overhead Pabrik Menurut Sifatnya
Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya overhead
pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung. Biaya-biaya produksi yang termasuk dalam biaya overhead
pabrik di kelompokan menjadi beberapa golongan berikut ini: a. Biaya
Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi
atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya
relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut.
b. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan
Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang (spareparts),
biaya bahan habis pakai (factory supplies) dan harga perolehan jasa dari
pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan.
c. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang
upahnya tidak dapat diperhitungakan secara langsung kepada produk
atau pesanan tertentu. Biaya tenaga kerja tidak langsung terdiri dari
upah, tunjangan, dan biaya kesejahteraan.
d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilain terhadap aktiva tetap
Biaya-biaya yang termasuk dlam kelompok ini antara lain adalah
biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik dan aktiva
tetap lain yang digunakan di pabrik.
e. Biaya yang timbul sebagi akibat berlalunya waktu
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah
biaya asuransi gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan ekuipmen
dan biaya amortisasi kerugian trial-run.
f. BOP lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang
tunai
Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain
adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan,
biaya listrik PLN, dan sebagainya.

2. Penggolongan Biaya Overhead Pabrik Menurut Perilakunya Dalam


Hubunganya Dengan Perubahan Volume Kegiatan
Ditinjau dari perilaku unsur-unsur biaya overhead pabrik dalam hubunganya
dengan perubahan volume kegiatan, biaya overhead pabrik dapat dibagi
menjadi tiga golongan: a. Biaya Overhead Pabrik Tetap
Biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead yang tidak berubah
dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu.
b. Biaya Overhead Pabrik Variable
Biaya overhead pabrik variable adalah biaya overhead pabrik yang
berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
c. Biaya Overhead Pabrik Semivariabel
Biaya overhead pabrik semivariabel adalah biaya overhead pabrik
yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Untuk keperluan penentuan tarif biaya overhead pabrik dan untuk
pengendalian biaya, biaya overhead pabrik yang berisifat semivariabel
dipecah menjadi dua unsur yaitu biaya tetap dan biaya variable.
3. Penggolongan Biaya Overhead Pabrik Menurut Hubungannya Dengan
Departemen
Ditinjau dari hubungannya dengan departemen-departemen yang ada dalam
pabrik, biaya overhead pabrik dapat digolongkan menjadi dua kelompok
yaitu:
a. Biaya Overhead Pabrik Langsung Departemen
Biaya overhead pabrik langsung departemen adalah biaya overhead
pabrik yang terjadi dalam departemen tertentu dan manfaatnya hanya
dinikmati oleh departemen tersebut. Contoh: gaji mandor departemen
produksi, biaya depresiasi mesin dan biaya bahan penolong.
b. Biaya Overhead Pabrik Tidak Langsung Departemen
Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen adalah biaya
overhead pabrik yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu
departemen. Contoh: biaya depresiasi, pemeliharaan dan asuransi
gedung pabrik.

2.2 Penentuan Tarif BOP Dan Kapasitas Penaksiran BOP


Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya overhead pabrik
dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka. Berikut ini
diuraikan alasan pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk atas dasar
tarif yang ditentukan di muka dan langkah-langkah penentuan tarif biaya
overhead pabrik. Alasan pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk atas
dasar tarif yang ditentukan di muka sebagai berikut:
1. Pembebanan biaya overhead pabrik atas dasar biaya yang sesungguhnya
terjadi seringkali mengakibatkan berubah-ubahnya harga pokok per satuan
produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan.
2. Dalam perusahaan yang menghitung harga pokok produksinya dengan
menggunakan metode harga pokok pesanan, manajemen memerlukan
informasi harga pokok produksi per satuan pada saat pesanan selesai
dikerjakan.
Tarif biaya overhead pabrik yang telah ditentukan di muka digunakan untuk
membebankan biaya overhead pabrik kepada produk yang diproduksi. Jika
perusahaan menggunakan metode full costing di dalam penentuan harga pokok
produksinya, produk akan dibebani biaya overhead pabrik dengan menggunakan
tarif biaya overhead pabrik variable dan tarif biaya overhead tetap. Jika
perusahaan menggunakan metode variable costing di dalam penentuan harga
pokok produksinya, produk akan dibebani biaya overhead pabrik dengan
menggunakan tarif biaya overhead pabrik variable saja. Dalam menyusun
anggaran biaya overhead pabrik harus diperhatikan tingkat kegiatan (kapasitas)
yang akan dipakai sebagai dasar penaksiran biaya overhead pabrik. Ada tiga
macam kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran biaya
overhead pabrik yaitu:
1. Kapasitas teoritis ; kapasitas teoritis adalah kapasitas pabrik atau suatu
departemen untuk menghasilkan produk pada kecepatan penuh tanpa
berhenti selama jangka waktu tertentu. Kapasitas praktis adalah kapasitas
teoritis dikurangi dengan kerugian-kerugian waktu yang tidak dapat
dihindari karena hambatan-hambatan intern perusahaan.
2. Kapasitas normal ; kapasitas normal adalah kemampuan peerusahaan
untuk memproduksi dan menjual produknya dalam jangka panjang.
3. Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan; kapasitas sesungguhnya yang
diharapkan adalah kapasitas sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat
dicapai dalam tahun yang akan datang.

2.3 Pengumpulan BOP Sesungguhnya Dan Perlakuan Terhadap BOP


Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dikumpulkan untuk
dibandingkan denngan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk
atas dasar tarif yang ditentukan di muka. Selisih yang terjadi antara biaya
overhead pabrik yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang
ditentukan di muka dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi
merupakan biaya overhead pabrik yang lebih atau kurang dibebankan.
Perlakuan terhadap biaya overhead pabrik setiap akhir bulan, biaya
overhead pabrik yang kurang atau lebih dibebankan dipindahkan dari rekening
biaya overhead pabrik sesungguhnya ke rekening selisih biaya overhead pabrik.
Rekening selisih biaya overhead pabrik dicantumkan dalam neraca sebagai
beban yang ditangguhkan. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa selisih biaya
overhead pabrik yang terjadi dalam bulan tertentu akan diimbangi dengan
selisih biaya overhead pabrik pada bulan berikut
2.4 Departementalisasi BOP Dan Langkah-Langkah Penentuan Tarif
BOP Per Departemen
Departementalisasi biaya overhead pabrik adalah pembagian pabrik ke
dalam bagian-bagian yang disebut departemen atau pusat biaya yang dibebani
dengan biaya overhead pabrik. Dalam departementalisasi biaya overhead
pabrik, tarif biaya overhead dihitung untuk setiap departemen produksi dengan
dasar pembebanan yang mungkin berbeda diantara departemendepartemen yang
ada. Oleh karena itu departementalisasi biaya overhead pabrik memerlukan
pembagian perusahaan ke dalam departemen-departemen, untuk memudahkan
pengumpulan biaya overhead pabrik yang terjadi. Departemen-departemen
inilah yang merupakan pusat-pusat biaya yang merupakan tempat
ditandingkannya biaya dengan prestasi yang dihasilakn oleh departemen
tersebut. Departementalisasi biaya overhead pabrik bermanfaat untuk
pengendalian biaya dan ketelitian penentuan harga pokok produk. Pengendalian
biaya overhead pabrik dapat lebih mudah dilakukan dengan cara
menghubungkan biaya dengan pusat terjadinya.
Dalam hubungannya dengan langka-langkah penentuan tarif biaya overhead
pabrik per departemen, dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Penyusunan
anggaran biaya overhead pabrik per departemen.
2. Alokasi biaya overhead pabrik departemen pembantu ke departemen
produksi.
Ada dua macam metode alokasi biaya overhead pabrik departemen
pembantu:
a. Metode Alokasi Langsung ; dalam metode alokasi langsung biaya
overhead pabrik departemen pembantu dialokasikan ke tiap-tiap
departemen produksi yang menikmatinya. Metode alokasi langsung
digunakan apabila jasa yang dihasilkan oleh depatemen pembantu
hanya dinikmati oleh departemen produksi saja dan tidak ada
departemen pembantu yang memakai jasa departemen pembantu yang
lain.
b. Metode Alokasi Bertahap; metode ini digunakan apabila jasa yang
dihasilkan departemen pembantu tidak hanya dipakai oleh departemen
produksi saja, tetapi digunakan pula oleh departemen pembantu yang
lain. Metode alokasi bertahap dibagi menjadi dua kelompok metode:
1) Metode alokasi bertahap yang memperhitungkan transfer
jasa timbal balik antar departemen-departemen pembantu. Yang
termasuk dalam kelompok metode ini adalah: Metode Alokasi
Kontinyu dan Metode Aljabar.
2) Metode alokasi bertahap yang tidak memperhitungakn
transfer jasa timbal balik antar departemen pembantu. Metode
alokasi yang termasuk dalam kelompok ini adalah metode urutan
alokasi yang diatur.
3. Perhitungan tarif pembebanan biaya overhead pabrik per departemen.

3 Tujuan Dan Sifat Biaya Overhead Pabrik


Secara umum tujuan dari disusunnya anggaran biaya overhead pabrik
adalah sebagai alat pedoman kerja, pengkoordinasian kerja dan pengawasan
kerja yang dapat membantu manajemen dalam melaksanakan aktivitas
perusahaan. Sedangkan secara khusus tujuan dari disusunnya anggaran biaya
overhead pabrik (BOP) adalah untuk:
1) Mengetahui penggunaan biaya secara efi sien.
2) Menentukan harga pokok produk secara tepat.
3) Mengetahui pengalokasian biaya sesuai kebutuhan.
4) Mengetahui antara realisasi dengan perencanaan. 5) Mengetahui
bagian yang bertanggung jawab.

Dalam mengadakan perencanaan dan pengawasan anggaran biaya overhead


pabrik perlu diketahui sifat-sifat biayanya. Pada dasarnya dalam perencanaan
dan pengawasan anggaran biaya overhead pabrik (BOP) menurut sifatnya
dikenal 3 (tiga) macam:
1) Biaya Tetap (Fixed Cost) yaitu biaya-biaya yang cenderung untuk
bersifat konstan (constant) secara total, tanpa terpengaruh oleh volume
kegiatan, dengan beberapa asumsi tertentu seperti kebijaksanaan
management, periode waktu dan lain-lain. Biaya-biaya yang termasuk
kategori biaya tetap ini antara lain adalah: gaji; pajak kekayaan; asuransi;
penyusutan (kecuali yang menggunakan performance method).
2) Biaya Variabel (Variable Cost) yaitu biaya-biaya yang secara total selalu
mengalami perubahan, di mana perubahan itu searah dan sebanding dengan
perubahan tingkat kegiatan. Dalam hal ini tingkat kegiatan perusahaan
dinyatakan dalam satuan aktivitas (activity base), seperti jam buruh
langsung (DLH), jam mesin (DMH) dan unit barang (kg, liter
dan lain-lain). Biaya-biaya yang termasuk katagori biaya variabel antara
lain adalah: biaya bahan mentah langsung; biaya tenaga kerja langsung;
tenaga (power).
3) Biaya Semi Variabel (Semi Variable Cost) yaitu biaya-biaya yang tidak
bersifat tetap, tetapi tidak pula bersifat variabel. Biaya ini mengalami
perubahan, tetapi tidak sebanding dengan perubahan tingkat kegiatan.
Biaya-biaya yang termasuk kategori biaya semi variabel antara lain adalah:
biaya tenaga kerja tak langsung; biaya pemeliharaan; biaya peralatan; biaya
bahan mentah tak langsung.

Terhadap ketiga macam kategori biaya overhead pabrik tersebut di atas,


dapat pula dilakukan penggolongan lain atas dasar dapat tidaknya biaya itu
dikendalikan, sehingga diperoleh cara pengelompokan lain: 1) Biaya yang dapat
dikendalikan (controllable ) dan 2) Biaya yang tidak dapat dikendalikan (non
controllable ). Biaya yang controllable, dapat dikatakan sebagai biaya yang
sangat terpengaruh oleh kebijaksanaan-kebijaksanaan pimpinan perusahaan.
Tetapi harus sangat hati-hati dalam mengelompokkan biaya sebagai
controllable atau non controllable, karena hal ini sangat erat hubungannya
dengan tanggung jawab (bagian) dan waktu. Umpamanya gaji mandor dalam
pabrik, merupakan biaya yang non controllable bagi bagian produksi, karena
gaji seorang mandor pada umumnya ditentukan oleh pimpinan perusahaan.
Sehingga apabila dipandang dari segi organisasi perusahaan yang lebih luas,
gaji mandor merupakan biaya yang controllable. Contoh di atas dipandang dari
segi penanggung jawab biaya. Dari segi waktu, dapat diambil contoh biaya
penyusutan (depreciation ). Pada umumnya dikatakan bahwa untuk jangka
pendek biaya penyusutan merupakan biaya yang non controllable, tetapi untuk
jangka panjang merupakan biaya yang controllable.

4 Penyusunan Anggaran B iaya Overhead Pabrik


Dalam menentukan besarnya dana yang harus dianggarkan untuk
penyusunan Anggaran Bi aya Overhead Pabrik, terdapat
permasalahanpermasalahan pokok sebagai berikut:
1) Penanggung jawab dalam perencanaan biaya.
Disini perlu diterapkan prinsip akuntansi pertanggungan jawab (responsibility
accounting ) atau juga sering disebut prinsip biaya departemen langsung
(direct departmental cost ). Atas dasar prinsip ini dikenal adanya
pembagian menjadi departemen produksi dan departemen jasa untuk
kegiatan yang dilakukan dipabrik:
a. Departemen produksi (production department) yaitu departemen
yang menjalankan kegiatan produksi yang mengolah bahan mentah
menjadi barang jadi atau produk akhir. Sehingga bagian ini dikatakan
sebagai bagian yang secara langsung memproses barang jadi.
b. Departemen jasa (service department) yaitu departemen yang tidak
menjalankan kegiatan produksi tetapi membantu kelancaran jalannya
proses produksi.

Berdasarkan pembagian seperti itulah maka dikenal dua macam biaya overhead
pabrik yakni BOP langsung yang terjadi pada departemen produksi dan
BOP tidak langsung yang terjadi pada departemen jasa.

2) Penentuan jumlah biaya (anggaran).


Masing-masing departemen (departemen produksi dan departemen jasa) berhak
merencanakan biaya sesuai dengan jenis biaya yang menjadi tanggung
jawabnya masing-masing. Sedangkan untuk menentukan jumlahnya biaya
masing-masing item maupun biaya keseluruhan bagi departemennya, pertu
memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Berdasarkan sifatnya; biaya dibagi menjadi tiga macam, yakni
jenis biaya fi xed, jenis biaya variable dan jenis biaya semi variable.
Sehingga ada biaya yang jumlahnya sudah jelas, seperti misalnya
penyusutan, jumlahnya dapat dikatakan sama dari waktu ke waktu,
demikian juga gaji pegawai kecuali bila manajemen mengubah
kebijaksanaannya. Lain halnya dengan biaya yang sifatnya variabel,
jumlahnya berbeda dari waktu ke waktu sesuai dengan tingkat aktivitas
yang direncanakan.
b. Berdasarkan wewenang untuk menentukan anggaran; ada biaya
yang wewenang menentukannya terletak di bagian itu sendiri, sudah
barang tentu dengan pengertian dapat disetujui oleh atasan langsung.
Misalnya penganggaran biaya administrasi yang diselenggarakan oleh
bagian itu sendiri, adalah menjadi wewenang bagian itu sendiri untuk
menganggarkannya. Ada pula biaya yang dihitung atas dasar ketentuan
yang wewenangnya terletak di luar atau di atas bagian itu sendiri.
Misalnya gaji untuk pegawai tetap
yang bekerja dibagian itu sendiri, wewenangnya adalah pada direksi
dan bukan dibagian itu sendiri.
Atas dasar pertimbangan wewenang untuk menentukan anggaran di atas,
maka penganggaran jumlah biaya yang perlu disediakan akan
diilustrasikan sebagai berikut:
Sifat Dasar Wewenang
Jenis Biaya
Biaya Pertimbangan Penganggaran
Fixed Satuan waktu ● Penyusutan Pusat*)
aktiva tetap
Tarif tertentu ● Pajak Pusat*)
● Asuransi
Ketentuan ● Gaji pegawai Pusat*)
perusahaan
Kebijaksanaan ● Biaya Bagian
sendiri administrasi
● Suku
cadang
Variable Volume x ● Bahan ● Volume
Harga(Tarif) bakar (wewenang
● Material Bagian)
pembungkus ● Harga
● Biaya (wewenang
perjalanan Pusat)
Semi Kebijaksanaan ● Biaya Bagian
Variable menganggarkan pemeliharaan
Catatan:
*)
Wewenang pusat dalam arti bahwa pelaksanaan penganggarannya tetap
terletak ditangan bagian masing-masing, namun cara menganggarkannya
tunduk pada peraturan pusat (direksi departemen).

3) Pengawasan BOP.
Dalam pengawasan BOP yang perlu diperhatikan adalah pengalokasian
BOP dari departemen jasa ke departemen produksi. Karena biaya yang
timbul pada departemen jasa selain untuk kepentingan jasa itu sendiri, juga
untuk kepentingan departemen produksi.
Pengalokasian BOP dapat dilakukan dengan cara “Clean Cost Concept ”
yaitu pengalokasian berdasarkan proporsi pemakaian jasa oleh masing-
masing bagian produksi. Satuan kegiatan yang umum dipakai bagian
produksi dan bagian jasa adalah sebagai berikut:

a. Bagian Produksi: Material Cost (MC); Direct Labor Cost (DLC);


Direct Machine Cost (DMC); Productive Output (PO).
b. Bagian Jasa (Pembantu): Direct Repair Hours (DRH); Kilowatt
Hours (KH); Direct Labor Hours (DLH); Nilai pembelian bahan
mentah.
Salah satu cara yang mudah untuk mengalokasikan BOP bagian jasa
(pembantu) apabila terjadi tukar menukar jasa dapat menggunakan
metode aljabar. Misalnya: Bagian Jasa/Pembantu terdiri dari bagian
pembangkit tenaga listrik dan bagian reparasi. Bagian pembangkit
tenaga listrik menggunakan sebagian jasa bagian reparasi untuk
perbaikan mesin-mesin diesel. Sebaliknya bagian reparasi
menggunakan pula sebagian jasa bagian pembangkit tenaga listrik
untuk menggerakkan beberapa peralatannya. Di antara kedua bagian ini
terjadi tukar menukar jasa. Ada satu cara yang mudah untuk
mengalokasikan biaya overhead bagian jasa/pembantu apabila terjadi
hal yang demikian adalah metoda aljabar (algebraic method). Dalam
metode ini biaya overhead yang timbul pada masing-masing bagian
Jasa/Pembantu dinyatakan dalam bentuk persamaan Aljabar (persamaan
8.1) sebagai berikut:

X = a 1 + b 1 Y dan Y = a 2 + b 2 X
(8.1)
Dimana:
X = jumlah biaya overhead bagian jasa X setelah menerima alokasi biaya
dari bagian jasa Y
Y = jumlah biaya overhead bagian jasa Y setelah menerima alokasi biaya
dari bagian jasa X a1 = biaya overhead bagian jasa X sebelum alokasi. a2
= biaya overhead bagian jasa Y sebelum alokasi. b1 = prosentase
penggunaan jasa bagian Y oleh bagian X. b2 = prosentase penggunaan
jasa bagian X oleh bagian Y.

5 Aplikasi Teknik Penyusunan Anggaran B iaya Overhead


Pabrik
Disini akan diberikan illustrasi aplikasi teknik penyusunan anggaran biaya
overhead pabrik dalam bentuk contoh kasus dan pemecahannya (penyelesaian)
seperti dibawah ini.
Kasus 1 dan Pemecahan Kasus 1
Kasus 1 dan pemecahan kasus 1; merupakan illustrasi yang terkait dengan
alokasi biaya overhead pabrik ke berbagai bagian produksi, yang kasus dan
pemecahannya sebagai berikut:

Kasus 1:
Selama proses produksi PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011, pada
bagian jasa/pembantu akan timbul biaya overhead sebesar Rp 1.000.000. Jasa
yang disediakan, dipakai oleh berbagai bagian dengan proporsi: Bagian
Produksi I (50%); Bagian Produksi II (30%); Bagian Produksi III (20%).
Berdasarkan data tersebut diatas susunlah alokasi biaya overhead PT
“GATRA & OSA” pada tahun 2011 ke masing-masing bagian.

Pemecahan Kasus 1:
Dengan berdasarkan proporsi pemakaian jasa tersebut di atas maka biaya
overhead (Rp 1.000.000) dapat dialokasikan ke masing-masing bagian dengan
perhitungan sebagai berikut:
Alokasi Biaya
Perhitungan Alokasi
Bagian Overhead
Biaya
Bagian Jasa
Bagian 50% x Rp 1.000.000 Rp 500.000
Produksi I
Bagian 30% x Rp 1.000.000 Rp 300.000
Produksi II
Bagian 20% x Rp 1.000.000 Rp 200.000
Produksi III
Kasus 2 dan Pemecahan Kasus 2
Kasus 2 dan pemecahan kasus 2; merupakan illustrasi yang terkait dengan
alokasi biaya overhead pabrik apabila terjadi tukar menukar jasa, yang kasus
dan pemecahannya sebagai berikut:

Kasus 2:
PT “GATRA & OSA” selama tahun 2011 diperkirakan akan timbul biaya
overhead sebesar sebagai berikut:
Bagian Produksi:
- Bagian Produksi I : Rp 12.000.000 - Bagian Produksi II
: Rp 20.000.000
- Bagian Produksi III : Rp 10.000.000
Bagian Jasa/Pembantu:
- Bagian Jasa/Pembantu I : Rp 2.500.000
- Bagian Jasa/Pembantu II : Rp 5.000.000
Jasa bagian Jasa/Pembantu digunakan oleh ketiga Bagian Produksi dengan
proporsi sebagai berikut :
Bagian Bagian Jasa (Pembantu)
Produksi I II
I 50% 45%
II 30% 30%
III 20% 25%
Berdasarkan data-data tersebut diatas susunlah alokasi biaya overhead bagian
jasa (pembantu) PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 ke masing-masing
bagian.

Pemecahan Kasus 2:
Dengan berdasarkan proporsi pemakaian jasa di atas maka biaya overhead
bagian Jasa/Pembantu dapat di alokasikan sebagai berikut:
Keterang Bagian Produksi Bagian Pembantu
an I II III I II
BOP Rp Rp Rp Rp Rp
12.000.0 20.000.0 10.000.0 2.500.0 5.000.00
00 00 00 00 0
Alokasi
BOP:
Rp Rp Rp (Rp (Rp
Bagian
1.250.00 750.000 500.000 2.500.00 5.000.00
Jasa I
0 0) 0)
Bagian
Jasa II Rp Rp Rp (Rp
2.250.00 1.500.00 1.250.00 5.000.00
0 0 0 0)
Jumlah Rp Rp Rp 0 0
BOP 15.500.0 22.250.0 11.750.0
00 00 00
Kasus 3 dan Pemecahan Kasus 3
Kasus 3 dan pemecahan kasus 3; merupakan illustrasi yang terkait dengan
alokasi biaya overhead pabrik apabila terjadi tukar menukar jasa dengan metoda
aljabar, yang kasus dan pemecahannya sebagai berikut:

Kasus 3:
PT “GATRA & OSA” selama tahun 2011 diperkirakan akan timbul
biaya overhead sebesar sebagai berikut: Bagian masing-masing bagian:
Jumlah Biaya Tingkat
Kegiatan
Bagian Produksi:
- Bagian
Rp 15.000.000 6.000 DMH
Produksi I
- Bagian Rp 12.000.000 3.000 DMH
Produksi II
Bagian Jasa:
- Bagian Jasa I
Rp 4.000.000 900 DMH
- Bagian Jasa
II Rp 3.000.000 700 DMH
Penggunaan jasa dari jasa bagian I dan jasa bagian II:
Pemakai Jasa
Bagian Produksi Bagian Jasa
Pemberi Jasa
I II I (X) II
(Y)
Bagian Jasa I 50% 40% - 10%
(X)
Bagian Jasa II 55% 30% 15% -
(Y)
Berdasarkan data-data PT “GATRA & OSA” pada tahun 2011 tersebut diatas
tentukan:
a. BOP neto masing-masing bagian jasa.
b. Jumlah BOP keseluruhan masing-masing bagian produksi.
c. Tarif BOP masing-masing bagian produksi untuk setiap satuan
kegiatan.

Pemecahan Kasus 3:
Dari kasus 3 tersebut diatas untuk langkah-langkah pemecahannya adalah
sebagai berikut:
a. BOP neto masing-masing bagian jasa:
Dengan menggunakan metode aljabar maka dapat dinyatakan dengan
persamaan sebagai berikut: X = 4.000.000 + 0,15 Y dan Y = 3.000.000 +
0,10 X. Kedua persamaan dikombinasikan menjadi:
X = 4.000.000 + 0,15 (3.000.000 + 0,10 X)
X = 4.000.000 + 450.000 + 0,015 X
X – 0,015 X = 4.450.000
X = 4.517.766,497 = 4.517.767
Jika nilai X sudah diketahui maka nilai Y dapat dicari:
Y = 3.000.000 + 0,10 X → Y = 3.000.000 + 0,10 (4.517.767)
= 3.000.000 + 451.776,7
= 3.451.776,7
= 3.451.777
Arti nilai X dan nilai Y adalah:
Biaya overhead Bagian Jasa I (X) setelah mendapat alokasi biaya overhead
dari bagian Jasa II (Y), adalah sebesar Rp 4.517.767.
Biaya overhead Bagian Jasa II (Y) setelah mendapat alokasi biaya
overhead dari bagian Jasa I (X), adalah sebesar Rp 3.451.777. Sehingga
jumlah BOP neto masing-masing bagian jasa sebagai berikut:
Bagian BOP Asli Menerim Memberi BOP
Jasa a Neto
Bagian I Rp Rp Rp Rp
(X) 4.000.000 517.767 451.777 4.065.990
Bagian Rp Rp Rp Rp
II (Y) 3.000.000 451.777 517.767 2.934.010
b. Jumlah BOP keseluruhan masing-masing bagian produksi:
Bagian Produksi I Bagian Produksi II
BOP 15.000.000 12.000.000
Langsung
BOP Tak
Langsung:
50/90 x 4.065.990 = 40/90 x 4.065.990 =
- Bagia
2.258.883,33 1.807.106,67
n Jasa I (X)
- Bagia 55/85 x 2.934.010 = 30/85 x 2.934.010 =
n Jasa II (Y) 1.898.477,06 1.035.532,94
Jumlah Rp 19.157.360,39 Rp 14.842.639,61
Biaya
c. Tarif BOP masing-masing bagian produksi untuk setiap satuan kegiatan:
1) Tarip BOP Bagian Produksi I = Rp 19.157.360,39 : 6.000 DMH
= Rp 3.192,89 DMH
2) Tarip BOP Bagian Produksi II = Rp 14.842.639,61: 3.000 DMH
= Rp 4.947,55 DMH

Anda mungkin juga menyukai