Anda di halaman 1dari 37

Bab 8

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN MENTAH


Pada bab sebelumnya telah dibahas tentang jumlah rencana produksi barang/jasa
yang harus dihasilkan perusahaan. Jika kuantitas setiap produk yang dihasilkan telah
ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan Kebutuhan bahan mentah untuk
memenuhi Kebutuhan produksi baik dalam bentuk unit atau biaya untuk jangka pendek dan
jangka panjang.
Bab ini diawali dengan pembahasan tentang jenis-jenis bahan mentah, perencanaan
bahan mentah dan tujuan penyusunan rencana bahan mentah. Materi dilanjutkan dengan
mempelajari penjabaran rencana bahan mentah dalam empat sub anggaran antara lain (1)
Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah, (2) Anggaran Pembelian Bahan Mentah, (3) Anggaran
Persediaan Bahan Mentah dan (4) Anggaran Biaya Bahan Mentah yang digunakan untuk
produksi.
Dalam rangka pengelolaan dan pengawasan bahan mentah perlu ditentukan berapa
banyak bahan mentah yang seharusnya tersedia dan kapan seharusnya dilakukan pemesanan.
Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi tingkat persediaan yang terlalu besar karena ingin
menghindari kekurangan persediaan, namun biaya simpan menjadi sangat tinggi. Oleh karena
itu pembahasan kemudian dilanjutkan dengan mempelajari teknik yang dapat menjamin
jumlah bahan mentah yang paling ekonomis (economic order quantity) dan penentuan saat
pemesanan kembali bahan mentah (reorder point).
Pada akhir materi, pembahasan difokuskan pada aspek pengendalian bahan mentah
yang mencakup laporan atas pemakaian dan pembelian bahan mentah dan dilengkapi analisis
varians sebagai pendukung aspek evaluasi,
BAHAN MENTAH
Bahan mentah merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari produk
jadi. Bahan yang digunakan dalam proses produksi ini, secara tradisional diklasifikasikan
menjadi (1) bahan mentah langsung (raw material/ direct material), dan (2) bahan mentah
tidak langsung (bahan pembantu/indirect material).
Bahan mentah langsung dapat diartikan sebagai seluruh bahan mentah dan suku
cadang yang merupakan satu kesatuan bagian dari produk jadi dan dapat langsung
diidentifikasikan (ditelusuri) dengan biaya unit produk jadi. Biaya ini umumnya merupakan

biaya variabel yaitu suatu biaya yang berubah sesuai dengan perubahan keluaran produktif
atau volume.
Bahan mentah tidak langsung secara umum didefinisikan sebagai bahan mentah
yang digunakan dalam proses produksi, namun biayanya tidak dapat ditelusuri secara
langsung pada setiap produk. Sebagai suatu biaya tidak langsung yang berkaitan, seringkali
biaya merujuk pada perbekalan pabrik, termasuk barang yang dipakai secara umum, seperti
cat, paku, minyak pelumas, dan pedekatan pemeliharaan lainnya. Sebagai ilustrasi perusahaan
yang memproduksi benang, kapas merupakan bahan mentah yang bersifat langsung,
sedangkan zat-zat kimia yang dicampurkan dalam proses produksi merupakan bahan mentah
tidak langsung (bahan pembantu).
Untuk pembahasan dalam anggaran bahan mentah, maka yang dimaksud adalah
bahan mentah langsung (raw material/direct material), sedangkan bahan mentah tidak
langsung (bahan pembantu/indirect material) dibahas dalam Anggaran Biaya Overhead
Pabrik.
Rencana Bahan Mentah
Perencanaan bahan mentah meliputi semua anggaran yang berhubungan dan
merencanakan secara lebih terperinci mengenai penggunaan bahan mentah ataupun suku
cadang untuk proses produksi selama periode yang akan datang.
Tujuan Penyusunan Rencana Bahan Mentah
1
2
3
4

Memperkirakan jumlah Kebutuhan bahan mentah


Memperkirakan jumlah pembelian mahari mentah
Memperkirakan Kebutuhan dana untuk pembelian bahan mentah
Memperkirakan komponen Harga Pokok Produksi dengan adanya pemakaian bahan

mentah untuk proses produksi (Product Costing)


Pengendalian bahan mentah

ANGGARAN BAHAN MENTAH


Perencanaan bahan mentah ataupun suku cadang secara umum membutuhkan
keempat sub anggaran berikut ini:
1.

Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah

2.

Anggaran Pembelian Bahan Mentah

3.

Anggaran Persediaan Bahan Mentah

4.

Anggaran Biaya Bahan Mentah yang digunakan untuk produksi

Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah


Anggaran ini merencanakan secara terperinci tentang jumlah unit bahan mentah dan
suku cadang yang dibutuhkan untuk berproduksi selama periode yang akan datang. Anggaran
ini harus menentukan jumlah tiap bahan mentah dan suku cadang menurut waktu, produk dan
pusat tanggung jawab.
Anggaran Kebutuhan bahan mentah hariya mencakup jumlah (bukan biaya) atas
bahan mentah langsung, sedang perbekalan pabrik dan bahan mentah tak langsung tercakup
dalam anggaran overhead produksi atau pabrik. Jumlah yang dianggarkan dari setiap bahan
mentah yang diperlukan untuk tiap produk jadi harus ditentukan dalam anggaran Kebutuhan
bahan mentah menurut periode sementara (bulanan atau triwulan) dan menurut pusat
tanggung jawab.
Tujuan Penyusunan Anggaran Kebutuhan Bahan Mcntah
Tujuan utama dari pembuatan anggaran Kebutuhan bahan mentah ini adalah untuk
menyediakan data untuk menyusun anggaran bahan mentah yang lain, yang secara terperinci
bertujuan untuk:
1

Memberi data kepada bagian pembelian, sehingga bagian pembelian dapat


melaksanakan fungsi perencanaan dan pengendalian pembelian bahan mentah

2
3
4

dengan balk
Memberi data untuk penyusunan anggaran biaya bahan mentah setiap jenis produk
Menentukan tingkat persediaan yang optimal
Sebagai dasar perencanaan dan pengendalian pemakaian bahan mentah

Dalam auggaran Kebutuhan bahan mentah tercantum materi berikut:


1
2
3
4
5

Jenis Barang jadi yang dihasilkan


Jenis Bahan Mentah yang dipergunakan
Departemen (bagian) yang dilalui dalam proses produksi
Standar penggunaan bahan mentah (SUR)
Waktu pemakaian bahan mentah (satuan waktu: minggu, bulan, triwulan, semester)

Untuk menyusun Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah digunakan formula berikut:


Kebutuhan
Bahan Mentah

Unit
Produksi

SUR (Standar Pemakaian)


Bahan Mentah per unit)

Standar Usage Rate/SUR (Standar Pemakaian Bahan Mentah per unit)

Contoh:
Untuk 1 unit barang A diperlukan SUR 2 kg bahan mentah X, bcrarti untuk membuat 1 unit
barang A diperlukan 2 kg bahan mentah X
Contoh Kasus Penyusunan Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah
Berikut ini adalah data perusahaan MITRA GARMENT pada tahun 200X.
Perusahaan selama 2 tahun terakhir memproduksi 2 macam produk, yakni jas dan kemeja,
dan selama tahun tersebut perusahaan merencanakan akan memproduksi 600 unit jas dan 900
kemeja.

Secara rinci produksi setiap triwulan adalah sebagai berikut:


Triwulan
TW 1 (20%)
TW 2 (3G%)
TW 3 (25%)
TW 4 (25%)

Jas
120 unit
180 unit
150 unit
150 unit

Kemeja
160 unit
270 unit
225 unit
225 unit

Standar pemakaian bahan mentah (SUR):


SUR

Jenis Produk

Kain Motif
2m
1m

Jas
Kemeja

Kain Polos
3m
2m

Berdasar data tersebut diminta menyusun Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah pada tahun
200X secara terinci.
Penyelesaian Kasus:
Perusahaan MITRA GARMENT
Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah
Tahun 200X

Keterangan

Kain Motif
Kebutuha
Produksi SUR
n

Produks
i

Kain Polos
Kebutuha
SUR
n

Jas
Triwulan 1
Triwulan 2
Triwulan 3
Triwulan 4
Total
Kemeja
Triwulan 1
Triwulan 2

Triwulan 3
Triwulan 4
Total
Jumlah

120 unit
180 unit
150 unit
150 unit
600 unit

2 m/u
2m/u
2 m/u
2 m/u
2 m/u

240 m
360 m
300 m
300 m
1.200 m

120 unit
l80 unit
150 unit
150 unit
600 unit

3 m/u
3 m/u
3 m/u
3 m/u

360 m
540 m
450 m
450 m
1.800 m

160 unit
270 unit

1 m/u
1 m/u

160 m
270 m

160 unit
270 unit

2 m/u
2 m/u

360 m
540 m

225 unit 1 m/u


225 unit 1 m/u
900 unit

225 m
225 m
900 m
2.100 m

225 unit
225 unit
900 unit

2 m/u
2 m/u

450 m
450 m
1.800 m
3.600 m

Anggaran Pembelian Bahan Mentah


Anggaran pembelian bahan mentah ini menentukan jumlah yang direncanakan untuk
bahan mentah dan suku cadang yang dibeli biaya yang diperkirakan dan tanggal waktu
pengiriman. Anggaran ini dapat diartikan sebagai rencana tentang kuantitas (jumlah) bahan
mentah yang harus dibeli oleh perusahaan dalam periode mendatang.
Anggaran pernbelian menspesifikasi (1) jumlah setiap bahan mentah dan suku
cadang yang akan dibeli, (2) penentuan waktu pembelian, dan (3) perkiraan besarnya biaya
bahan mentah dan suku cadang yang dibeli (tiap pembelian dalam unit dan nilainya). Dengan
demikian perbedaan antara anggaran pembelian ini dengan anggaran Kebutuhan bahan
mentah adalah (1) anggaran pembelian ini menspesifikasi kuantitas (jumlah) yang berbeda
dari tiap jenis bahan dan suku cadang. Perbedaan dalam jumlah dihasilkan dari perubahan
tingkat persediaan bahan dan suku cadang yang direncanakan. (2) Anggaran Kebutuhan
bahan mentah hariya menspesifikasi kuantitas bahan mentah, sedangkan anggaran pembelian
mencakup kuantitas maupun nilainya.
Untuk membuat anggaran pembelian, manajer pembelian harus bertanggung jawab
atas hal-hal berikut:
1
2

Mematuhi kebijakan manajemen tentang tingkat persediaan bahan mentah


Menentukan jumlah unit dan waktu pembelian untuk setiap jenis bahan dan suku

cadang
Memperkirakan biaya per unit dan setiap bahan dan suku cadang yang akan dibeli.

Formula:
Kebutuhan Bahan Mentah

xxx

Persediaan Akhir Bahan Mentah

xxx +

Jumlah Kebutuhan Sementara

xxx

Persediaan Awal Bahan Mentah

xxx -

Unit Bahan Mentah Yang dibeli

xxx

Pembelian
Bahan Mentah

= Unit Beli

Bahan Mentah

Harga beli
per unit

Contoh Kasus Penyusunan Anggaran Pembelian Bahan Mentah:


PT MITRA GARMENT adalah sebuah perusahaan yang memproduksi dan menjual jaket
kulit yang menggunakan dua macam bahan mentah yakni kain satin dan kulit. Pada saat ini
pimpinan perusahaan mulai menyusun rencana pembelian bahan mentah untuk tahun 200X.
sebagian dari rencana yang telah disusun adalah:
1

Rencana Produksi
Periode
Triwulan 1
Triwulan 2
Triwulan 3
Triwulan 4

Produksi (unit)
5.000
6.500
5.000
6.000

Standar pemakaian bahan mentah per unit. Harga bahan mentah dan persediaan awal
masing-masing bahan mentah.
Jenis Bahan
Kain Satin
Kulit

SUR (m)
3
2

Harga/unit (Rp/m)
20.000
50.000

Persediaan Awal (m)


1.000
2.000

Rencana persediaan akhir bahan mentah perusahaan untuk setiap triwulan tahun 200X.
Periode
Triwulan 3
Triwulan 4
Total
Jumlah

Kain Satin (m)


2.000
1.500
3.000
4.000

Kulit (m)
1.500
3.000
5.000
4.000

Berdasarkan data tersebut diminta menyusun Anggaran Pembelian untuk kedua bahan mentah
tersebut selama tahun 200X secara terperinci.
Penyelesaian Kasus:
PT. MITRA GARMENT

Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah


Periode 200X
Periode
Triwulan 1
Triwulan 2
Triwulan 3
Triwulan 4
Total

Unit
Produksi
5.000 unit
6.500 unit
5.000 unit
6.000 unit
22.500 unit

Kain Satin
SUR
Kebutuhan
3 m/unit
15.000 m
3 m/unit
19.500 m
3 m/unit
15.000 m
3 m/unit
18.000 m
67.500 m

SUR
2 m/unit
2 m/unit
2 m/unit
2 m/unit

Kulit
Kebutuhan
10.000 m
13.000 m
10.000 m
12.000 m
45.000 m

PT. MITRA GARMENT


Anggaran Pembelian Bahan Mentah Kain Satin
Periode 200X

Periode
Triwulan 1
Triwulan 2
Triwulan 3
Triwulan 4
Total

Kebutuhan
Bahan
Mentah
(m)
15.000
19.500
15.000
18.000
67.500

Persed.
Akhir
(m)

Kebutuhan
Sementara
(m)

Persed.
Awal
(m)

2.000
1.500
3.000
4.000

17.000
21.000
18.000
22.000
78.000

1.000
2.000
1.500
3.000

Pembelian
Unit
(m)

Harga
(Rp/m)

Jml
Rp

16.000
19.000
16.500
19.000
70.500

20.000
20.000
20.000
20.000

320 jt
380 jt
330 jt
380 jt
1.410 jt

PT. MITRA GARMENT


Anggaran Pembelian Bahan Mentah Kulit
Periode 200X

Periode
Triwulan 1
Triwulan 2
Triwulan 3
Triwulan 4

Kebutuhan
Bahan
Mentah
(m)
10.000
13.000
10.000
12.000

Pembelian

Persed.
Akhir
(m)

Kebutuhan
Sementara
(m)

Persed.
Awal
(m)

Unit
(m)

Harga
(Rp/m)

Jml
Rp

2.000
1.500
3.000
4.000

11.500
16.000
15.000
16.000

2.000
1.500
3.000
5.000

9.500
14.500
12.000
11.000

50.000
50.000
50.000
50.000

475 jt
725 jt
600 jt
550 jt

Total

45.000

58.500

47.000

2.350 jt

Pembelian Bahan Mentah


a.

Model Jumlah Pembelian Yang Ekonomis (Economic Order

Quantity/EOQ)

Persediaan merupakan sumber daya yang mennggur namun memiliki niiai


ekonomis. Persediaan mencerminkan investasi yang dirancang untuk memperlancar kegiatan
produksi melayani pelanggan. Oleh karena menyimpan persediaan memerlukan dana yang
berhenti (tidak memberi hasil apa-apa dibanding jika digunakan untuk tujuan lain), maka
pengelolaan persediaan yang tepat sangat diperlukan, yakni persediaan yang cukup, tidak
berlebihari maupun kekurangan.
Pengelolaan besarnya pcrsediaan memiliki banyak manfaat karena selain dapat
mengurangi biaya juga untuk memenuhi Kebutuhan pelanan. Pada dasarnya pengelolaan
besarnya bahan mentah ini berfungsi untuk:
1
2

Penyangga proses produksi sehingga proscs tersebut dapat berjalan secara kontinyu.
Menetapkan besarnya bahan mentah yang tepat untuk disimpan sebagai sumber daya

3.

yang harus tetap ada.


Menangkal inflasi (fungsi hedging), yakni jika harga mengalami penurunan maka
pembelian bahan mentah dapat ditetapkan dalam jumlah besar, sedangkan jika harga
naik maka perusahaan telah memiliki persediaan yang memadai untuk kegiatan

perusahaan.
Menghindari kekurangan dan kelebihari bahan
Pengendalian dan pengelolaan bahan mentah ini bermaksud untuk menentukan

berapa banyak dan kapan sebaiknya pemesanan dilakukan, sehingga tidak terjaadi tingkat
persiapan yang terlalu besar karena menghindari kekurangan persediaan namun berdampak
pada tingginya biaya simpan. Oleh karena itu perlu dipelajari teknik yang dapat menjamin
jumlah bahan mentah yang paling ekonomis.
Salah satu teknik yang dapat dipilih adalah menggunakan model jumlah pesanan
ekonomis.
Asumsi dalam model jumlah pesanan ekonomis ini adalah:
1
2

Permintaan diketahui dan konstan


Waktu antara menempatkan pesanan dan menerima pesanan, atau waktu tenggang

diketahui dan konstan


Persediaan dari suatu pesanan yang datang sebagai satu kesatuan dan pada suatu

waktu tertentu
Potongan jumlah tak dimungkinkan

Satu-satunya biaya variabel adalah biaya menempatkan satu pesanan dan disebut
biaya pesan dan biaya menahari atau menyimpan satu satuan persedian selama

waktu tertentu, disebut biaya menahari atau menyimpan atau membawa persediaan
Bila pesanan ditempatkan pada waktu yang tepat maka kejadian kekurangan
persediaan dapat dihindari
Apabila asumsi ini diberlakukan maka dimungkinkan membuat kebijaksanaan bahan

mentah yang dapat meminimumkan biaya total. Dengan kebijakan bahan dapat ditentukan
jumlah pesanan ekonomis yang berhubungan dengan penentuan seberapa banyak bahan
mentah yang seharusnya dipesan dan titik pemesanan kembali yang tepat kapan pesanan
sebaiknya dilakukan.
b. Jumlah Pembelian Yang Paling Ekonomis (EOQ)
Jumlah pembelian yang paling ekonomis (Economic Order Quantity/EOQ) adalah
jumlah bahan mentah yang setiap kali dilakukan pembelian menimbulkan biaya yang paling
rendah, tetapi tidak mengakibatkan kekurangan bahan.
Untuk menghitung EOQ dipertimbangkan 2 jenis biaya yang bersifat variabel:
1
2
1.

Biaya Pemesanan (Set Up Cost/Ordering Cost)


Biaya Penyimpanan (Carrying Cost/Holding Cost)

Biaya Pemesanan (Set Up Cost/Ordering Cost)


Adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan

bahan mentah.
Biaya ini berubah sesuai dengan frekuensi pemesanan. Semakin sering
melakukanpemesanan, maka biaya ini akan semakin besar dan sebaliknya semakin jarang
pemesanan dilakukan, biaya ini semakin kecil.

Contoh:

2.

Biaya Persiapan Pemesanan


Biaya Pengiriman pesanan
Biaya Adminnistrasi, dll

Biaya Penyimpanan (Holding Cost/Carrying Cost)

Adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan penyimpanan bahan


mentah yang dibeli. Besarnya biaya penyimpanan ini tergantung pada jumlah bahan mentah
yang dibeli setiap kali pembelian.
Contoh:

Biaya pemeliharaan
Biaya asuransi
Biaya perbaikan kerusakan

Pendekatan yang dikenai untuk menghitung EOQ menggunakan formula:

Dimana :
R

= Jumlah permintaan (bahan mentah yang akan dibeli)

= Biaya pemesanan

= Harga per satuan bahan mentah

= Biaya Penyimpanan yang dinyatakan dalam % dan persediaan rata-

rata

C/u = Biaya penyimpanan/satuan bahan mentah


c.

Waktu Pembelian Bahan Mentah (Reorder Point)


Untuk menjaga kelancaran proses produksi, perusahaan tidak cukup hariya

menentukan jumlah hahari mentah yang dibeli. Harus ditentukan pula kapan (saat yang tepat)
pemesanan bahan mentah yang dilakukan agar bahan mentah tersebut dapat datang pada saat
dihutuhkan.
Contoh Kasus EOQ
Suatu perusahaan menjual barang A dan ingin meminimumkan biaya bahan mentah.
Permintaan tahunan barang tersebut 10.000 satuan. Biaya pesan Rp200,00 setiap kali
pesan dan harga setiap satuan Rp50.00 Biaya simpan Rp4,00 tiap unit barang setiap
tahun atau sebesar 8% dari persediaan rata-rata Banyaknya hari dalam setahun untuk
melakukan analisis adalah 250.
Untuk mengilustrasikan aplikasi model EOQ, maka diketahui:
- R = Jumlah permintaan (bahan mentah yang akan dibeli)

: 10.000 unit

- S = Biaya pemesanan

: Rp.200,-

- C/u = Biaya simpan tahunan per unit

; Rp.4

Penyelesaian:

Maka:
- EOQ, besarnya satuan ekonomis setiap kali pesan
- Frekuensi (banyaknya) pesanan tiap tahun
Biaya pemesanan 1

= 1.000 unit
= 10.000/1.000
= 10 kali

= Frekuensi 1 periode x biaya pemesanan/kali pesan


= 10 x Rp200 = Rp2.000,-

Biaya Penyimpanan 1 = Rata-rata jumlah x Biaya peyimpanan


Yang disimpan

per unit per periode

Rp1.000 x Rp4. = Rp4.000


Bahan mentah yang datang terlambat akan mengakibatkan terganggunya kelancaran
proses produksi, sebaliknya bahan mentah yang datangnya terlalu awal (terlalu cepat) juga
dapat menimbulkan masalah. Perusahaan harus menyediakan tempat penyimpanan ekstra dan
menanggung biaya pemeliharaan ekstra.
Oleh karena itu perlu dipelajari beberapa faktor berikut:
1
2
3
1.

Stock Out Cost (Biaya kekurangan bahan mentah)


Extra Carrying Cost (Biaya penyimpanan tambahan)
Lead Time (Waktu tunggu)

Biaya Kekurangan Bahan Mentah (Stock Out Cost)


Adalah biaya yang terpaksa harus dikeluarkan perusahaan karena bahan yang dipesan
datangnya lebih lambat dari waktu yang telah ditentukan.
Contoh:

Bila perusahaan membeli dengan cara biasa, harga per unit bahan mentah adalah Rp50,
tetapi bila membeli dengan cara mendadak harganya Rp53,- maka selisih biaya Rp3,dapat dimasukkan sebagai biaya kekurangan bahan mentah
2.

Biaya Penyimpanan Tambahan (Extra Carrying Cost)


Biaya yang dikeluarkan perusahaan karena bahan yang dipesan datang lebih cepat dari
waktu yang telah ditentukan. Oleh karena bahan mentah datangnya lebih awal (lebih
cepat), maka perusahaan harus menyediakan tempat penyimpanan ekstra, biaya
pemeliharaan ekstra, dan kemungkinan lain yang berhubungan dengan adanya
penyimpanan ekstra tersebut.

3.

Waktu Tunggu (Lead Time)


Selain dua faktor di atas, untuk menentukan waktu pcmesanan bahan mentah perlu
diperhatikan lamanya menunggu (lead time) bahan mentah yang dipesan datang sejak
pesanan dikirim sampai bahan mentah datang ke perusahaan. Lead time adalah jangka
waktu sejak dilakukannya pemesanan sampai datangnya bahan mentah yang dipesan dan
siap untuk digunakan dalam proses produksi.
Setelah ketiga faktor tersebut diperhitungkan, maka dapat ditentukan Reorder
Point atau waktu yang tepat dimana perusahaan harus melakukan pemesanan kembali
bahan mentah yang diperlukan.
Contoh Kasus Reorder Point (ROP)
Berdasar pada pengamatan data historis, dapat ditentukan probabilitas tentang waktu
tunggu yakni:
Waktu Tunggu
2 hari
3 hari
4 hari
5 hari
6 hari
Total

Frekuensi
5 kali
10 kali
15 kali
10 kali
5 kali
45 kali

Probabilitas
11,11 %
22,22 %
33,33 %
22,22 %
11,11 %
100

Bila diketahui R = 10.000 unit, Biaya Pesan Rp200,-/kali pesan, Biaya simpan
Rp4/unit/periode.

Harga beli biasa Rp50/unit dan bila membeli secana mendadak harga yang harus
dibayarkan adalah Rp53/unit dan 1 tahun = 250 hari, maka:
Penyelesaian Kasus Reorder Point (ROP):
Diketahui:

EOQ, Besarnya satuan ekonomis seliap kali pesan = 1.000 unit


Frekuensi pembelian selama 1 tahun = 10.000 unit/1.000 unit = 10 kali
Kebutuhan (R) selama setahun
= 10.000 unit
Carrying Cost
= Rp4/unit/tahun
Procurrement Cost
= Rp200/kali pesan
Stock Out Cost
= Rp53/unit-Rp50/unit = Rp3/unit
Biaya Penyimpanan Tambahan (Extra Carrying Cost)
Extra Carrying Cost (ECC) per order per hari =
= (1.000 unit x Rp.4/unit/tahun) / 250 hari = Rp.16,Lead Time
2 hari
3 hari

Extra Carrying Cost (ECC)


0 x Rp16,= Rp.0
1 x 11,11% x Rp16,- = Rp1,7776
2 x 11,11% x Rpl6,- = Rp3.5552
1 x 22,22% x Rp16,- = Rp3.5552

5 hari

= Rp7,1104
3 x 11,11% x Rp16,- = Rp5,3328
2 x 22,22% x Rp16,- = Rp7,1 104
1 x 33,3% x Rp16,-

6 hari

= Rp5.3328

= Rp17,7760
4 x 11,11% x Rp16,- = Rp7,1104
3 x 22,22% x Rp16,- = Rp10,6656
2 x 33,33% x Rp16,- = Rp10,6656
1 x 22,22% x Rp16,- = Rp3,5552
= Rp31,9968

Keterangan:
Lead Time = 2 hari
ECC = 0 (karena 2 hari adalah waktu yang paling cepat, atau tidak mungkin lebih cepat lagi)
Lead Time = 3 hari
Ada kemungkinan bahwa bahan mentah datang dalam 2 hari (1 hari lebih cepat) dengan
probabilitas 11,11% dan ECC = Pp.1,7776,-

Lead Time = 4 hari


Ada kemungkinan bahwa bahan mentah datang dalam 2 hari (2 hari lebih cepat) dengan
probabilitas 11,11% atau dalam 3 hari (1 hari lebih cepat) dengan probabilitas 22,22%
dan ECC = Pp.7,1104,Lead Time = 5 hari
Ada kemungkinan bahwa bahan mentah datang dalam 2 hari (3 hari lebih cepat) dengan
probabilitas 11,11% atau dalam 3 hari (2 hari lebih cepat) dengan probabilitas 22,22%
atau dalam 4 hari (1 hari lebih cepat) dengan probabilitas 33,33% dan ECC =
Rp17,7760,Lead Time = 6 hari
Ada kemungkinan bahwa bahan mentah datang dalam 2 hari (4 hari lebih cepat) dengan
probabilitas 11,11%, atau dalam 3 hari (3 hari lebih cepat) dengan probabilitas 22,22%
atau dalam 4 hari (2 hari lebih cepat) dengan probabilitas 33,33% atau dalam 5 hari (1
hari lebih cepat) dengan probabilitas 22,22% dan ECC = Rp31.9968.
2.

Biaya Kekurangan Bahan Mentah (Stock Out Cost)


Kebutuhan Bahan Mentah/hari = 10000 unit/250 hari = 40 unit per hari
Stock Out Cost per unit = Rp53. - Rp50 = Rp.3/unit
Stock Out Cost per hari = Rp3/unit x 40 unit/hari = Rp.20/unit
Lead Time
6 hari
5 hari
4 hari

3 hari

2 hari

Ext, Carrying Cost (ECC)


0 x Rp.120,= Rp.0,
5
1 x 11,11% x Rp.120,2 x 11,11% x Rp.120,-

= Rp.13,332
= Rp.26,664

1 x 22,22% x Rp.120,-

= R26.664

3 x 11,11% x Rp.120,-

= Rp.53,328
= Rp.39,996

2 x 22,22% x Rp.120,-

= Rp.53,328

1 x 33,33% x Rp.120,-

= Rp.39,996

4 x 11,1l%xRp.120.-

= Rp.133,32
= Rp.53,328

3 x 22,22% x Rp.120,-

= Rp.79,992

2 x 33,33% x Rp.120

= Rp.79.992

1 x 22,22% x Rp.120,-

= Rp.26.664
= Rp.239,976

Keterangan:
Lead Time = 6 hari
SOC = 0 (karena 6 hari adalah waktu yang paling lama. atau tidak mungkin lebih lambat lagi)
Lead Time = 5 hari
Ada kemungkinan bahwa bahan mentah datang dalam 6 hari (1 hari lebih lambat) dengan
probabiitas 11,11% dan SOC = Rp13,332
Lead Time = 4 hari
Ada kemungkinan bahwa bahan mentah datang dalam 6 hari (2 hari lebih lambat) dengan
probabilitas 11,11% atau dalam 5 hari (1 hari lebih lambat) dengan probabilitas 22,22%
dan SOC = Rp53,328
Lead Time = 3 hari
Ada kemungkinan bahwa bahan mentah datang dalam 6 hari (3 hari lebih lambat) dengan
probabilitas 11,11% atau dalam 5 hari (2 hari lebih lambat) dengan probabilitas 22,22%.
atau dalam 4 hari (1 hari lebih lambat) dengan probabilitas 33,33% dan SOC = Rp133.32
Lead Time = 2 hari
Ada kemungkinan bahwa bahan mentah datang dalam 6 hari (4 hari lebih lambat) dengan
probbditas 11,11%, atau dalam 5 hari (3 hari lebih lambat) dengan probabilitas 22,22%,
atau dalam 4 hari (2 hari lebih lambat) dengan probabititas 33,33%, atau dalam 5 hari (1
hari lebih lambat) dengan probabilitas 22,22% dan SOC = Rp31.9968.
Dari perhitungan ECC dan SOC di atas dapat dibuat perbandingan sebagai berikut:
Lead
Time
6
5
4
3

ECC
Per Order
319,97
17,78
7,11
1,78

Per Tahun
319,97
17,78
7,11
1,78

SOC
Per Order
13,33
53,33
133,32

Per Tahun
133,33
533,33
1,333,32

Total
Per Tahun
319,97
311,06
604,38
1,350,98

239,32

2,339,32

2,399,76

Kesimpulan:
Lead time 5 hari akan mendatangkan biaya total yang minimum Rp311,08
Setelah lead time diketahui, kemudian ditentukan saat pemesanan kembali (reorder
point) pada saat tingkat persediaan bahan mentah sarna dengan tingkat persediaan besi
ditambah penggunaan selama lead time. Sebagai contoh persediaan ditetapkan untuk
kebutuhan selama 10 hari, maka:
Persediaan Besi (10 hari x 40 unit/hari)

= 400 unit

Kebutuhan selama lead time (5 hari x 40 unit/hari) = 200 unit


Saat pemesanan kembali (reorder point)
Keterangan:

= 600 unit

artinya pemesanan bahan mentah kembali dilakukan apabila tingkat

persediaan bahan menunjukkan 600 unit.


d. Persediaan Besi
Persediaan Besi adalah persediaan minimal bahan mentah yang harus dipertahankan
untuk menjamin kelangsungan proses produksi. Besarnya persediaan besi ditentukan oleh
berbagai faktor, antara lain:
1) Kebiasaan supplier menyerahkan bahan mentah yang dipesan. Jika supplier selalu
tepat waktu menyerahkan pesanan, maka risiko kehabisan bahan mentah relatif kecil
dengan demikian persediaan besi tidak perlu terlalu besar. Sebaliknya jika kerap
terlambat, maka risiko kehabisan bahan relatif besar, sehingga perluada persediaan
besi yang cukup besar pula.
2) Jumlah bahan mentah yang dibeli setiap kali pesan. Apabila jumlah bahan mentah
yang dibeli besar berarti persediaan rata-rata di atas persediaan besi besar pula, yang
artinya risiko kehabisan bahan mentah relatif kecil. Sebaliknya bila jumlah bahan
mentah setiap kali pesan kecil, maka persediaan rata-rata di atas persediaan besi
kecil pula, sehingga resiko kehabisan mentah relatif besar. Dalam hal ini perlu
persediaan besi yang besar.
3) Dapat diperkirakan atau tidaknya kebutuhan bahan mentah secara tepat Bagi
perusahaan yang memperkirakan jumlah Kebutuhan bahan mentah secana tepat,
maka resiko kehabisan bahan mentah relatif kecil. Sebaliknya bila jumlah kebutuhan
bahan mentah tidak dapat diduga secara tepat, maka resiko kehabisan bahan mentah
menjadi besar sehingga perlu persediaan yang besar pula.

4.

Perbandingan antara biaya penyimpanan bahan mentah dan biaya ekstra karena
kehabisan bahan mentah. Apabila biaya penyimpanan tampak lebih daripada biaya
ekstra akibat kehabisan bahan mentah, maka tidak perlu adanya persediaan yang
terlalu besar, dan begitu pula sebaliknya bila kehabisan bahan mentah akan
menimbulkan biaya ekstra yang lebih besar daripada biaya penyimpanan, maka
perlu persediaan besi yang cukup besar.

Anggaran Persediaan Bahan Mentah


Anggaran ini menentukan tingkat persediaan bahan mentah dan suku cadang yang
direncanakan dalam bentuk biaya dan jumlahnya. Selisih jumlah unit antara kebutuhan bahan
mentah dengan pembelian bahan mentah ditunjukkan sebagai peningkatan atau penurunan
dalam anggaran persediaan bahan dan suku cadang.
Anggaran persediaan bahan mentah ini merupakan rencana tentang jumlah dan nilai
bahan mentah yang menjadi persediaan dari waktu ke waktu.
Dalam anggaran ini perlu dirinci hal-hal sebagai berikut:
1
2
3
4

Jenis bahan mentah yang digunakan


Jumlah masing-masing jenis bahan mentah yang tersisa sebagai persediaan
Harga per unit masing-masing jenis bahan mentah
Nilai bahan mentah yang disimpan sebagai persediaan

Formula:
Nilai

Bahan Mentah

Unit Persediaan
Bahan Mentah

Harga Bahan
Mentah/Unit

Contoh Kasus Penyusunan Anggaran Porsediaan Bahan Mentah:


PT. MITRA GARMENT pada awal tahun 200X memiliki persediaan 1.000 m dan harga
bahan mentah stabil selama tahun tersebut sebesar Rp60.000-/m. Diketahui Persediaan
akhir sebagai berikut:
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni

C
1.500
2.000
2.000
1.800
2.000
2.000

Bulan
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember

Jumlah (m)
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
1.000

Berdasar data tersebut diminta untuk menyusun Anggaran Persediaan Bahan Mentah Kulit
Super Tahun 200X
Penyelesaian Kasus Penyusunan Anggaran Persediaan Bahan Mentah
PT MITRA GARMENT
Anggaran Persadiaan Bahan Mentah Kulit Super Tahun 200X
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mel
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Persediaan Akhir

Jumlah (m)
1.500
2.000
2.000
1.800
2.000
2.000
2000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
1.000

Harga (Rp/m)
Rp60.000,
Rp60.000,
Rp60.000,
Rp60000,
Rp60.000,
Rp60.000,
Rp60.000,
Rp60.000,
Rp60.000
Rp60.000,
Rp60.000,
Rp60.000,
Rp60.000,

Jumlah (Rp/m)
Rp 60 jt.
Rp 90 jt.
Rp 120 jt.
Rp120 jt.
Rp 108 jt.
Rp 120 jt.
Rp 120 jt.
Rp 120 jt.
Rp 120 jt.
Rp 120 jt.
Rp 120 jt.
Rp 120 jt.
Rp 60 jt.

Anggaran Biaya Bahan Mentah Yang Habis Untuk Produksi


Anggaran ini menentukan biaya yang diincanakan untuk bahan mentah dan suku
cadang yang akan dipakai dalam proses produksi. Jika dalam anggaran Kebutuhan bahan
mentah merencanakan jumlah bahan mentah yang dibutuhkan untuk produksi, maka dalam
anggaran biaya bahan mentah merencanakan jumlah biaya bahan mentah yang diperlukan
untuk produksi. Anggaran ini dapat diartikan sebagai rencana tentang bcsamya biaya bahan
mentah yang diperlukan untuk proses produksi di masa yang akan datang.

Formula:
Nilai
Bahan Mentah

Unit Persediaan
Bahan Mentah

Harga Bahan
Mentah/Unit

Contoh Kasus Penyusunan Anggaran Biaya Bahan Mentah:

PT. MITRA GARMENT memproduksi Kemeja Sutra, untuk keperluan pengolahan


produk diperlukan bahan mentah berupa kain sutra dengan SUR 2 m, dengan harga
beli bahan mentah (kain sutra) seharga Rpl00.000,-/m.
Diketahui Rencana produksi tahun 200X sebagai berikut:
Periode
Januari
Februari
Maret
Triwulan II
Triwulan III
Triwulan IV

Jumlah (m)
250
250
400
900
1.100
1.000

Berdasar data tersebut, diminta menyusun anggaran biaya bahan mentah yang habis
dipakai pada Tahun 200X.
Penyelesaian Kasus:
1.

Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah

2.

Anggaran Biaya Bahan Mentah Yang Habis Dipakai

PT. MITRA GARMENT


Anggaran Biaya Bahan Mentah Yang Habis Dipakai
Tahun 200X

Periode
Januari
Februari
Maret
Triwulan II
Triwulan III
Triwulan IV
Total

Kebutuhan
Bahan Mentah
(m)
500 m
500 m
800 m
1.800 m
2.200 m
2.000 m
7.800 m

Harga Bahan
Mentah/Unit
(Rp/m)
Rp 100.000
Rp 100.000
Rp 100.000
Rp 100.000
Rp 100.000
Rp 100.000

Biaya Bahan
Mentah (m)
Rp 50 jt
Rp 50 jt
Rp 80 jt
Rp 180 jt
Rp 220 jt
Rp 200 jt
Rp 780 jt

Penentuan Harga Pokok Bahan Mentah Yang Dipakai Dalam Produksi


Oleh karena dalam satu periode akuntansi seringkali terjadi fluktuasi harga, maka
harga beli bahan baku juga berbeda dan pembelian yang satu dengan pembelian yang lain.
Oleh karena itu persediaan bahan mentah yang ada di gudang mempunyai harga pokok per
satuan yang berbeda-beda, meskipun jenisnya sama. Hal ini menimbulkan masalah dalam
penentuan harga pokok bahan mentah yang dipakai dalam produksi, antara lain:
a
b
c
d
e
f
a.

Metode identifikasi khusus


Metode masuk pertama keluar pertama
Metode masuk terakhir keluar pertama
Metode rata-rata bergerak
Metode biaya standar
Metode rata-rata harga pokok bahan baku akhir bulan

Metode identifikasi khusus


Dalam metode ini, setiap jenis bahan mentah yang ada di gudang harus diberi tanda

pada harga pokok per satuan berapa bahan baku tersebut dibeli. Setiap pembelian bahan baku
yang harga satuannya berbeda dengan harga per satuan bahan baku yang sudah ada di
gudang, harus dipisahkan penyimpanannya dan diberi tanda pada harga berapa bahan tersebut
dibeli. Dalam metode ini, tiap-tiap jenis bahan mentah yang ada di gudang jelas identitas
harga pokoknya, sehingga setiap pemakaian bahan baku dapat diketahui harga pokok
persatuannya secara tepat.
b. Metode masuk pertama keluar pertama (First-In, Fisrt-Out metbod/PIFO)
Metode masuk pertama keluar pertama, cara menentukan biaya bahan baku adalah
dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan mentah yang pertama masuk dalam
gudang, digunakan untuk menentukan harga bahan mentah yang pertarna kali dipakai. Perlu
ditekankan di sini bahwa untuk menentukan biaya bahan baku, anggapan aliran biaya tidak
harus sesuai dengan aliran fisik bahan baku dalam produksi.
c.

Metode masuk terakhir keluar pertama (Last-in, First-Out method/LIFO)


Dalam metode ini, penentuan harga pokok bahan mentah yang dipakai dalam

produksi dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan mentah yang terakhir masuk
dalam persediaan gudang, dipakai untuk menentukan harga pokok bahan mentah yang
pertama kali dipakai dalam produksi.

d. Metode rata-rata bergerak (Moving Average Method)


Dalam metode ini, persediaan bahan mentah yang ada di gudang dihitung harga
pokok rata-ratanya, dengan cara membagi total harga pokok dengan jumlah satuannya. Setiap
kali tesdi pembelian yang harga pokok per satuannya berbeda dengan harga pokok rata-rata
persediaan yang ada di gudang, harus dilakukan perhitungan harga pokok rata-rata persatuan
yang baru. Bahan mentah yang dipakai dalam proses produksi dihitung harga pokok rata-rata
per satuan bahan mentah yang dipakai dengan harga pokok rata-rata per satuan bahan mentah
yang ada di gudang. Metode ini juga dikenal sebagai metode rata-rata tertimbang, karena
dalam menghitung rata-rata harga pokok persediaan bahan mentah, metode ini menggunakan
kuantitas bahan mentah sebagai angka penimbangnya.
e.

Metode biaya standar (standard price method)


Dalam metode ini, bahan mentah yang dibeli dalam kartu persediaan adalah sebesar

harga standar (standard price) yaitu harga taksiran yang mencerminkan harga yang
diperkirakan untuk tahun anggaran tertentu. Pada saat dipakai, bahan mentah dibebankan
kepada produk pada harga standar tersebut.
f.

Metode rata-rata harga pokok bahan baku akhir bulan


Dalam metode ini, pada tiap akhir bulan dilakukan penghitungan harga pokok rata-

rata per satuan tiap jenis persediaan bahan mentah yang ada di gudang. Harga pokok rata-rata
per satu ini kemudian digunakan untuk menghitung harga bahan mentah yang dipakai dalam
produksi pada bulan berikutnya.
PENGENDALIAN BAHAN MENTAH
Anggaran bahan mentah dalam arti luas dapat berfungsi sebagai alat pengendali
(controlling), Untuk itu diperlukan Performance Report (laporan pelaksanaan) yang terdiri
dari :
1.

Laporan Pelaksanaan Pembelian Bahan Mentah


Dengan Analisis Varians sebagai berikut :

Varians Karena Jumlah Pembelian


(Jumlah Rencana Jumlah Riil) x Harga Rencana

Varians Karena Harga Bahan Mentah


= (Harga Rencana Harga Riil) x Jumlah Riil

Total Varians
= Varians karena jumlah + Varians Karena Harga

2.

Laporan Pelaksanaan Pemakaian Bahan Mentah


Dengan Analisis Varians sebagai berikut:

Varians Efisiensi
= (Jumlah Rencana Jumlah Riil) x Harga Rencana

Varians Harga
(Harga Rencana Harga Riil) x Jumlah Riil

Total Varians
= Varians Efisiensi + Varians Harga

Contoh Kasus Pengendalian Bahan Mentah


PT MITRA GARMENT memiliki data pembelian dan pemakaian bahan mentah kain katun
bulan Juli tahun 200X sebagai berikut:
a.

Pembelian Bahan Mentah

Direncanakan membeli bahan mentah kain katun sebanyak 10.000 m dengan


taksiran harga Rp20.000,-/m

Realisasi pembelian selama bulan Juli tersebut adalah sebanyak 10.400 m dengan
harga beli Rp22.500,-/m

b.

Pemakaian Bahan Mentah untuk keperluan produksi:

Pada bulan Juli direncanakan berproduksi sebanyak 2.000 unit barang jadi dengan
SUR 3 M dan harga standar Rp20.000,-/m

Ternyata realisasi produksi sebanyak 2.050 unit dan setiap unit barang jadi
memerlukan 2,90 M bahan mentah dan harga beli senyatanya Rp22.500,-/m

Buatlah Laporan Pelaksanaan pembelian dan pemakaian bahan mentah dan analisa varians
untuk setiap laporan.

Penyelesaian Kasus Pengendalian Bahan Mentah:


a

Laporan Pelaksanaan Pembelian Bahan Mentah Juli 200X


Keterangan

Rencana

Realisasi

Jumlah yang dibeli


Harga/unit
Jumlah (Rp)

10.000
Rp20.000,Rp200 juta

10.400
Rp22.500,Rp234 juta

Penyimpanan
Jumlah
%
400
4
Rp2.500,12,5
Rp34 juta
17

Analisis varians
1.

Varians Karena Jumlah Pembelian


= (Jumlah Rencana Jumlah Riil) x Harga Rencana
= (10.000 m 10.400 m) x Rp20.000,-/m = Rp8 juta (merugikan)

2.

Varians Karena Harga Bahan Mentah


= (Harga Rencana Harga Riil) x Jumlah RiiI
= (Rp20.000/m Rp22.500/m) x 10.400 Rp26 juta (merugikan)

3.

Total Varians
= Varians karena jumlah + Varians Karena Harga
= Rp8 juta + Rp26 juta = Rp34 juta (merugikan)

b Laporan Pelaksanaan Pemakaian Bahan Mentah Juli 200X

Produksi (unit)
SUR (m/unit)
Bhn Mentah yang

2.000
3
6.000

Rencana
yang
disesuaika
n
2.000
3
6.000

dipakai (m)
Harga/unit (Rp/m)
Jumlah (Rp)

Rp20.000
Rp120 juta

Rp20.000
Rp123 juta

Keterangan

Rencana

Penyimpanan
Realisasi

Total

2.050
3
6.150

0
0,10
205

0
3,33
3,33

Rp22.500
Rp133,7625 juta

Rp2.500
Rp10,7625 juta

12,50
8,75

Analisis Varians
1.

Varians Efisiensi=
= (Jumlah Rencana Jumlah Riil) x Harga Rencana
= (6.150m 5.945 m) x Rp20.000/m = Rp4.1 juta (menguntungkan)

2.

Varians Harga
= (Harga Rencana Harga Riil) x Jumlah Riil
= (Rp20.000,-/m Rp22.500/m) x 5.945 = Rp14,8625 juta (merugikan)

3.

Total Varians
= Varians Efisiensi + Varians Harga
= Rp4,1 juta + Rp14,8625 juta = Rp10,7625 juta (merugikan)

Contoh Kasus Perencanaan dan Pengendalian Bahan Mentah


Dalam rangka penyusunan Anggaran Bahan Mentah tahun 200X perusahaan
ANGGAJAYA mengumpulkan data-data sebagai berikut:
1

Rencana Produksi tahun 200X

Periode
Triwulan 1
Triwulan 2
2.

Produksi (unit)
3.400
3.400

Periode
Triwulan 3
Triwulan 4

Produksi (unit)
3.500
3.700

Standar pemakaian bahan mentah per unit, Harga bahan mentah dan persediaan awal
tahun 200X masing-masing bahan mentah
Jenis Bahan

Mentah
Bahan mentah A
Bahan mentah B
3

SUR (kg)

Harga/Unit

Persediaan Awal

(Rp/kg)
400
300

(kg)
100
200

0,35
0,50

Rencana persediaan akhir bahan mentah perusahaan untuk setiap triwulan tahun
200X
Periode

Triwulan 1
Triwulan 2
Triwulan 3
Triwulan 4
4.

Bahan Mentah

Bahan Mentah

A (kg)
110
120
125
135

B (kg)
150
300
200
250

Realisasi Pembelian dan Pemakaian Bahan Mentah


a.

Pada triwulan 1 terjadi pembelian banan mentah A sejumlah 1.000 unit dengan
harga beli per kg Rp500,-, sedangkan unit pembelian untuk bahan mentah B
adalah 1.750 unit dengan harga per kg Rp350,-

b.

Pemakaian bahan mentah untuk triwulan 2 khusus bahan mentah B adalah:

Jumlah unit produk yang dihasilkan adalah 3.600 unit

Jumlah kebutuhan bahan mentah yang sesungguhnya terjadi adalah 1.620


kg

Biaya bahan mentah langsung Rp461.700,-

Berdasarkan data tersebut diminta:


1
2
3
4

Menyusun Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah secara terperinci tahun 200X.


Menyusun Anggaran Pembelian Bahan Mentah A secara terperinci tahun 200X.
Menyusun Anggaran Biaya Bahan Mentah secara terperinci tahun 200X.
Menyusun Laporan Pelaksanaan Pembelian Bahan Mentah A khusus Triwulan 1

Tahun 200X disertai analisis varians.


Menyusun Laporan Pelaksanaan Pemakaian Bahan Mentah A khusus Triwulan 2
Tahun 200X disertai analisis Varians.

Penyelesaian Kasus Perencanaan dan Pengendalian Bahan Mentah:


PT. ANGGAJAYA
Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah
Tahun 200X

Keterangan
Triwulan 1
Triwulan 2
Triwulan 3
Triwulan 4
Total

Bahan A
SUR

Produksi
(unit)
3.400
3.400
3.500
3.700
14.000

(kg/u)
0,35
0,35
0,35
0,35

Kebutuhan
(kg)
1.190
1.190
1.225
1.225
4.900

Bahan B
SUR

Produksi
(unit)
3.400
3.400
3.500
3.700
14.000

(kg/u)
0,5
0,5
0,5
0,5

Kebutuhan
(kg)
1.700
1.700
1.750
1.850
7.000

PT. ANGGAJAYA
Anggaran Pembelian Bahan Mentah A
Tahun 200X

Periode
Triwulan 1
Triwulan 2
Triwulan 3
Triwulan 4
Total

Kebutuhan
Bahan
Mentah
(kg)
1.190
1.190
1.225
1.295
4.900

Persed.
Akhir
(kg)

Kebutuhan
Sementara
(kg)

Persed.
Awal
(kg)

110
120
125
135

1.300
1.310
1.350
1.430
5.390

100
110
120
125

Unit
(kg)
1.200
1.200
1.230
1.305
4.935

Pembelian
Harga
Jumlah
(Unit/
(Rp)
Rp)
400
480.000
400
480.000
400
492.000
400
522.000
1.974.000

PT. ANGGAJAYA
Anggaran Biaya Bahan Mentah Yang Habis Dipakai
Tahun 200X

Keterangan
Triwulan 1
Triwulan 2
Triwulan 3
Triwulan 4
Total

Produksi
(unit)
1.190
1.190
1.225
1.295
4.900

Bahan A
SUR

Kebutuhan

(kg/u)
400
400
400
400

Produksi

(kg)
476.000
476.000
490.000
518.000
1.960.000

Bahan B
SUR

(unit)
1.700
1.700
1.750
1.850
7.000

Kebutuhan

(kg/u)
300
300
300
300

(kg)
510.000
510.000
525.000
555.000
2.100.000

PT. ANGGAJAYA
Laporan Pelaksanaan Pembelian Triwulan I 200X Bahan Mentah A
Tahun 200X
Keterangan
Jumlah yang dibeli (kg)
Harga/unit (Rp/kg)
Jumlah (Rp)

Rencana

Realisasi

1.200
400
480.000

1.000
500
500.000

Penyimpanan
Jumlah
%
200
16,67
100
25
20.000 (Rugi)
4,17

Analisis varians
1.

Varians Karena Jumlah Pembelian


= (Jumlah Rencana Jumlah Riil) x Harga Rencana
= (1.200kg 1.000kg) x Rp400/kg = Rp80.000 (menguntungkan)

2.

Varians Karena Flaiga Bahan Mentah


= (Harga Rencana Harga Riil) x Jumlah Riil
= (Rp400/kg Rp500/kg) x 1.000 kg Rp100.000 (merugikan)

3.

Total Varians
= Varians karena jumlah + Varians Karena Harga

= Rp80.000,- + Rp100.000,- = Rp20.000 (merugikan)


PT. ANGGAJAYA
Laporan Pelaksanaan Pemakaian Triwulan II 200X Bahan Mentah B
Tahun 200X

Keterangan

3.400
0,5
1.700

Rencana
yang
disesuaika
n
3.600
0,5
1.800

300
510.000

300
540.000

Rencana

Produksi (unit)
SUR (kg/unit)
Bhn Mentah yang
dipakai (kg)
Harga/unit (Rp/kg)
Jumlah (Rp)

Penyimpanan
Realisasi

Total

3.600
0,45
1.620

0
0,05
180

0
10
10

285
461.700

15
78.300

5
14,5

Analisis Varians
1.

Varians Efisien
= (Jumlah Rencana Jumlah Riil) x Harga Rencana
= (1.800/kg 1.620/kg) x Rp300/kg = Rp54.000,- (menguntungkan)

2.

Varians Harga
= (Harga Rencana Harga Riil) x Jumlah Riil
= (Rp300/kg Rp285/kg) x Rp1.620/kg = Rp24.300 (menguntungkan)

3.

Total Varians
= Varians Efisiensi + Varians Harga
= Rp54,000/kg + Rp 24.300/kg = Rp78.300 (menguntungkan)

KASUS PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN MENTAH


Dalam rangka penyusunan anggaran bahan mentah, perusahaan MITRA LESTARI
mengumpulkan data-data pada tahun 20X7 sebagai berikut:
a

Secara rinci produksi setiap triwulan adalah sebagai berikut:


Periode
Triwulan 1
Triwulan 2
Triwulan 3
Triwulan 4

Produksi (unit)
20.000 unit
24.000 unit
25.000 unit
26 unit

Standar pemakaian bahan mentah per unit, Harga bahan mentah dan persediaan awal
tahun 20X7 masing-masing bahan mentah.

Jenis Bahan

SUR (kg)

Bahan mentah A
Bahan mentah B
c

Harga/Unit

Persediaan Awal

(Rp/kg)
2.500
3.500

(kg)
5.000
2.000

5
4

Rencana persediaan akhir bahan mentah perusahaan untuk setiap triwulan tahun
200X
Periode

Bahan Mentah

Bahan Mentah

A (kg)
2.000
3.000
4.000
5.000

B (kg)
5.000
6.000
7.000
4.000

Triwulan 1
Triwulan 2
Triwulan 3
Triwulan 4
d.

Data pembelian dan pemakaian bahan mentah sebagai berikut:


i.

Pembelian Bahan Mentah:

Realisasi pembelian pada triwulan I adalah sebanyak 100.000 kg dengan


harga beli Rp2. 250-/kg

ii. Pemakaian Bahan Mentah untuk keperluan produksi:

Pada triwulan II direncanakan berproduksi sebanyak 22.500 unit barang


jadi dengan SUR 3 kg dan harga standar Rp20,-/kg

Ternyata realisasi produksi sebanyak 2.050 unit dan setiap unit dengan
standar pemakaian bahan mentah A sebesar 5,5 kg per unit, dan untuk
bahan mentah B sebesar 4,5 kg per unit. Harga beli bahan mentah A per kg
adalah Rp2.250,-/kg, sedangkan harga beli bahan mentah B per kg adalah
Rp3.000,-/kg.

Berdasar data tersebut diminta:

Menyusun Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah pada tahun 20X7 secara terinci.

Menyusun Anggaran Pembelian untuk kedua bahan mentah tersebut selama tahun
20X7 secara terperinci.

Menyusun Anggaran Persediaan Bahan Mentah selama tahun 20X7 secara


terperinci.

Menyusun Anggaran Biaya Bahan Mentah untuk Produksi selama tahun 20X7
secara terperinci.

Membuat Laporan Pelaksanaan pembelian dan pemakaian bahan mentah dan analisa
varians untuk setiap laporan.

Penyelesaian Kasus Perencanaan dan Pengendalian Bahan Mentah


1

Menyusun Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah pada tahun 20X7 secara terinci.

Periode

Unit
Produksi
(unit)

Triwulan 1
Triwulan 2
Triwulan 3
Triwulan 4
Total
2

20.000
24.000
25.000
26.000
95.000

Bahan A
Kebutuha
SUR
n
(kg/u)
BM (kg)
5
100.000
5
120.000
5
125.000
5
130.000
475.000

Bahan B
Kebutuha
SUR
n
(kg/u)
BM (kg)
4
80.000
4
96.000
4
100.000
4
104.000
380.000

Menyusun Anggaran Pembelian untuk kedua bahan mentah tersebut selama tahun
20X7 secara terperinci.
Anggaran Pembelian Bahan Mentah A

Periode
Triwulan 1
Triwulan 2
Triwulan 3
Triwulan 4
Jumlah

Kebutuhan
Bahan
Mentah
(kg)
100.000
120.000
125.000
130.000
475.000

Persed.
Akhir
(kg)

Sementara
(kg)

Persed.
Awal
(kg)

2.000
3.000
4.000
5.000

102.000
123.000
129.000
135.000

5.000
2.000
3.000
4.000

Kebutuhan

Pembelian
Unit
Beli
(kg)
97.000
121.000
126.000
131.000
475.000

Harga
(Rp/kg)
2.500
2.500
2.500
2.500

Jumlah
(Rp)
242.500.000
302.500.000
315.000.000
327.500.000
1.187.500.000

Anggaran Pembelian Bahan Mentah B

Periode
Triwulan 1
Triwulan 2
Triwulan 3
Triwulan 4
Jumlah

3.

Kebutuhan
Bahan
Mentah
(kg)
80.000
96.000
100.000
104.000
380.000

Persed.
Akhir
(kg)
5.000
6.000
7.000
4.000

Kebutuha
n
Sementara
(kg)
85.000
102.000
107.000
108.000

Persed.
Awal
(kg)
2.000
5.000
6.000
7.000

Pembelian
Unit
Beli
(kg)
83.000
97.000
101.000
101.000
382.000

Harga
(Rp/kg)
3.500
3.500
3.500
3.500

Jumlah
(Rp)
290.500.000
339.500.000
353.500.000
353.500.000
1.337.000.000

Menyusun Anggaran Persediaan Bahan Mentah selama tahun 20X7 secara


terperinci.

Periode
Triwulan 1
Triwulan 2
Triwulan 3
Triwulan 4
Total

Bahan Mentah A
Kebutuha
Harga
Jml Biaya
n
(Rp/kg)
(Rp)
(kg)
2.500
12.500.000
5.000
2.500
5.000.000
2.000
2.500
7.500.000
3.000
2.500
10.000.000
4.000
2.500
12.500.000
5.000

Bahan Mentah B
Kebutuha
Harga
Jml Biaya
n
(Rp/kg)
(Rp)
(kg)
2.000
3.500
7.000.000
5.000
3.500
17.500.000
6.000
3.500
21.000.000
7.000
3.500
24.500.000
4.000
3.500
14.000.000

Menyusun Anggaran Biaya Bahan Mentah untuk Produksi selama tahun 20X7
secara terperinci

Periode
Triwulan 1
Triwulan 2
Triwulan 3
Triwulan 4
Total

Bahan Mentah A
Kebutuha
Harga
Jml Biaya
n
(Rp/kg)
(Rp)
(kg)
2.500
100.000
250.000.000
2.500
120.000
300.000.000
2.500
125.000
312.500.000
2.500
130.000
325.000.000
475.000
1.187.500.00

Bahan Mentah B
Kebutuha
Harga
Jml Biaya
n
(Rp/kg)
(Rp)
(kg)
3.500
80.000
280.000.000
3.500
96.000
336.000.000
3.500
100.000
350.000.000
3.500
104.000
364.000.000
380.000
1.330.000.00

PT. MITRA LESTARI


Laporan Pelaksanaan Pembelian Triwulan I 200X Tahun 20X7
Bahan Mentah A
Keterangan
Unit Beli (Rp)
Harga/unit (Rp/kg)
Biaya Pembelian (Rp)

Rencana

Realisasi

97.000
2.500
242.500.000

100.000
2.250
225.000.000

Penyimpanan
Jumlah
%
3.000
3,09
-250
-10,00
-17.500.000
-7,22

Analisis varians:
1.

Varians Karena Jumlah Pembelian


= (Jumlah Rencana Jumlah Rill) x Harga Rencana
= (97.000 kg 100.000 kg) x Rp2.500/kg = Rp7.500.000 (merugikan)

2.

Varians Karena Harga Bahan Mentah


= (Harga Rencana Harga Riil) x Jumlah Riil

= (Rp2.500/kg Rp2.250/kg) x 100.000 kg


= Rp25.000.000 (menguntungkan)
3.

Total Varians
= Varians karena jumlah + Varians Karena Harga
= Rp7.500.000,- + Rp25.000.000,- = Rp17.500.000 (menguntungkan)
PT. MITRA LESTARI
Laporan Pelaksanaan Pemakaian Triwulan II Bahan Mentah B
Tahun 20X7

Keterangan
Unit Produksi (unit)
SUR (kg/unit)
Kebutuhan Bahan (kg)
Harga Bahan (Rp/kg/unit)
Jumlah (Rp/kg/unit)

Rencana
24.000
4
96.000
3.500
336.000.000

Rencana yang
disesuaikan

22.500
4
90.000
3.500
315.000.000

Realisasi
22.500
5
101.250
3.000
303.750.000

Penyimpangan
Total
1
11.250
-500
-11.250.000

%
0
12,50
12,50
-14,29
-3,57

Analisa Varians
1.

Varians Efisiensi =
= (Jumlah Rencana Jumlah Riil) x Harga Rencana
= (90.000 kg 101.250 kg) x Rp3.500/kg
= Rp39.375.000,- (merugikan)

2.

Varians Harga
= (Harga Rencana Harga Riil) x Jumlah Riil
= (Rp3.500kg Rp3.000kg) x 101.250kg
= Rp50.625.000 (menguntungkan)

3.

Total Varians
= Varians Efisiensi + Varians Harga
= Rp39.375.000,- + Rp50.625.000,= Rp11.250.000,- (menguntungkan)

RINGKASAN
Bahan mentah merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari produk
jadi. Bahan ini dapat diklasifikasikan menjadi dua (1) bahan mentah langsung, dan (2) bahan
mentah tidak langsung. Bahan mentah langsung dapat diartikan sebagai seluruh bahan
mentah dan suku cadang yang merupakan satu kesatuan bagian dari produk jadi dan dapat
langsung diidentifikasikan (ditelusuri) dengan biaya unit produk jadi. Biaya ini umumnya

merupakan biaya variabel yaitu suatu biaya yang berubah sesuai dengan perubahan keluaran
produktif atau volume.
Perencanaan bahan mentah meliputi semua anggaran yang berhubungan dan
merencanakan secara lebih terperinci mengenai penggunaan bahan mentah ataupun suku
cadang untuk poses produksi selama periode yang akan datang, antara lain (1) Anggaran
Kebutuhan Bahan Mentah, (2) Anggaran Pembelian Bahan Mentah, (3) Anggaran Persediaan
Bahan Mentah, dan (4) Anggaran Biaya Bahan Mentah Yang digunakan Untuk Produksi.
Pengelolaan besarnya bahan mentah sebagai persecliaan memiliki banyak manfaat,
antara lain dapat mengurangi biaya juga untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Pengelolaan
bahan mentah ini bermaksud untuk menentukan berapa banyak dan kapan scbaiknya
pemesanan dilakukan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi tingkat persiapan yang terlalu besar
yang dimaksudkan untuk menghindari kekurangan persediaan namun berdampak pada
tingginya biaya simpan. Oleh karena itu perlu dipelajari teknik yang dapat menjamin jumlah
bahan mentah yang paling ekonomis, yakni jumlah pcrnbelian paling Ekonomis (Economic
Order Qutvitity/EOQ) dan waktu pembelian yang paling tepat (Reorder Point /ROP).
Jumlah pembelian yang paling ekonomis adalah jumlah bahan mentah yang setiap
kali dilakukan pembelian menimbulkan biaya yang paling rendah, tetapi tidak mengakibatkan
kekurangan bahan. Untuk menghitung EOQ dipertimbanglcan 2 jenis biaya yang bersifat
variabel, yakni biaya pemesanan, dan biaya penyimpanan.
Untuk menjaga kelancaran proses produksi, perusahaan tidak cukup hanya
menentukan jumlah bahan mentah yang dibeli, Harus ditentukan pula kapan (saat yang tepat)
pemesanan bahan mentah yang dilakukan agar bahan mentah tersebut dapat datang pada saat
dibutuhkan (Reorder Point/ROP).
Anggaran bahan mentah dalam arti luas dapat berfungsi sebagai alat pengendali
(controlling), untuk itu diperlukan Performance Report (laporan pelaksanaan) yang terdiri
dari laporan Pelaksanaan Pembelian Bahan Mentah dan Laporan Pelaksanaan Pemakaian
Bahan Mentah, disertai dengan Analisis Varians.
PERTANYAAN DAN KASUS
Pertanyaan untuk diskusi
1

Jelaskan yang dimaksud dengan bahan mentah, bahan mentah langsung dan bahan

mentah tidak langsung. Berikan penjelasan secara ringkas disertai contoh!


Jelaskan secara ringkas yang dimaksud dengan Economic Order Quantity (EOQ)?

Untuk menghitung EOQ terdapat 2 jenis biaya yang bersifat variabel sebagai dasar

pertimbangan. Sebutkan kedua biaya tersebut dan jelaskan definisinya secara singkat!
Sebutkan empat jenis anggaran bahan mentah dan berikan pengertian masing-masing

anggaran tersebut!
Untuk menjaga kelancaran proses produksi, perusahaan tidak cukup hanya menentukan
jumlah bahan mentah yang dibeli, namun juga harus ditentukan pula Reorder Point yang
dimaksud dengan ROP dan biaya-biaya apa saja yang perlu dipertimbangl menghitung

ROP?
Selain biaya-biaya tertentu untuk menentukan ROP, juga perlu diperhatikan faktor lead
time.Sebutkan definisi lead time dan mengapa lead time menjadi salah saw faktor

7
8
9

penting dalam menentukan besarnya ROP.


Jelaskan mengapa harga beli bahan mentah harus dipertimbangkan secara hati-hati!
Jelaskan perbedaan antara metode first-in first-out dengan metode last-in, first-on-ut!
Jelaskan bagaimana penentuan harga pokok bahan mentah yang digunakan untuk

produksi jika metode yang dipilih adalah metode identifikasi khusus?


10 Mengapa manajemen perlu melakukan perencanaan dan pengendalian bahan mentah?

Kasus-kasus
Contoh Kasus 8.1: Penyusunan Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah
Berikut ini adalah data perusahaan MITRA ABADI pada tahun 200X. Perusahaan selama 2
tahun terakhir memproduksi 2 macam produk, yakni produk A dan B, dan selama tahun
tersebut perusahaan merencanakan akan memproduksi 600 unit produk A dan 900 produk B.
Secara rinci produksi setiap triwulan adalah sebagai berikut:
Triwulan
TW 1 (20%)
EN 2 (30%)
EN 3 (25%)
TW 4 (25%)

Produk A
120 unit
180 unit
150 unit
150 unit

Produk B
160 unit
270 unit
225 unit
225 unit

Standar pamakaian bahan mentah (SUR):


Jenis Produk
Produk A
Produk B

SUR
Bahan X
2 kg
1 kg

Bahan Y
3 kg
2 kg

Berdasar data tersebut diminta menyusun Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah pada tahun
200X secara terinci.
Contoh Kasus 8.2: Penyusunan Anggaran Pembelian Bahan Mentah
PT MITRA BAKTI adalah sebuah perusahaan yang memproduksi dan menjual produk Y
yang menggunakan dua macam bahan mentah yakni bahan mentah A dan B. Pada saat ini
perusahaan mulai menyusun rencana pembelian bahan mentah untuk tahun 200X. Sebagian
dari rencana yang telah disusun adalah:
1.

Rencana Produksi

Periode
Triwulan 1
Triwulan 2
Triwulan 3
Triwulan 4
2.

Produksi (unit)
5.000
6.500
5.000
6.000

Standar pemakaian bahan mentah masing bahan mentah dan persediaan awal
masing-masing bahanmentah.
Jenis Bahan

SUR (m)

Harga/unit (Rp/m)

Persediaan Awal (m)

Bahan mentah A
Bahan mentah B

3
2

2.000
5.000

1.000
2.000

Rencana persediaan akhir bahan mentah perusahaan untuk setiap triwulan tahun
200X
Periode

Triwulan 1
Triwulan 2
Triwulan 3
Triwulan 4

Bahan Mentah A

Bahan Mentah B

(m)
2.000
1.500
3.000
4.000

(m)
1.500
3.000
5.000
4.000

Berdasar data tersebuut diminta menyusun Anggaran Pembelian untuk kedua bahan mentah
tersebut selama tahun 200X secara terperinci.
Conoh Kasus 8,3: Economic Order Quantity (EOQ)
Suatu perusahaan menjual produk A dan ingin meminimumkan biaya bahan mentah.
Permintaan tahunan produk tersebut 10.000 satuan. Biaya pesan Rp200,00 setiap kali pesan

dan harga setiap satuan Rp50,00. Biaya simpan Rp4,00 tiap unit produk setiap tahun atau
sebesar 8% dari persediaan rata-rata. Banyaknya hari dalam setahun untuk melakukan
analisis adalah 250.
Berdasar data tersebut diminta menghitung jumlah pembelian bahan mentah yang paling
ekonomis (EOQ).
Contoh Kasus 8.4: Reorder Point (ROP)
Berdasar pada pengamatan data historis, dapat ditentukan probabilitas tentang waktu tunggu
yakni:
Waktu Tunggu
2 hari
3 hari
4 hari
5 hari
6 hari
Total

Frekuensi
5 kali
10 kali
15 kali
10 kali
5 kali
45 kali

Probabilitas
11,11 %
22,22 %
33,33 %
22,22 %
11,11 %
100

Bila diketahui R = 10.000 unit, Biaya Pesan Rp200,-/kaii pesan, Biaya simpan
Rp4/unit/periode. Harga beli biasa Rp50/unit dan bila membeli secara mendadak harga yang
harus dibayarkan adalah Rp53/unit dan 1 tahun = 250 hari.
Berdasar data tersebut diminta menghitung besarnya Reorder Point (ROP.
Contoh Kasus 8.5: Penyusunan Anggaran Persediaan Bahan Mentah
PT. MITRA INDAH pada awal tahun 200X memiliki persediaan 3.000 unit dan harga bahan
mentah stabil selama tahun tersebut sebesar Rp500,-

Diketahui Persediaan akhir sebagai berikut:


Bulan
Januari
Februari

Jumlah (unit)
2.500
3.000

Bulan
Juli
Agustus

Jumlah (unit)
5.000
5.000

Maret
April
Mei
Juni

2.000
3.800
4.000
4.000

September
Oktober
Nopember
Desember

5.000
5.000
5.000
3.000

Berdasar data tersebut diminta untuk menyusun Anggaran Persediaan Bahan Mentah
Contoh Kasus 8.6: Penyusunan Anggaran Biaya Bahan Mentah
PT. MITRA BAHAGIA memproduksi barang jadi X, untuk keperluan pengolahan produk
diperlukan bahan mentah A dengan SUR 2 kg, dengan harga beli bahan mentah Rp200,-/kg
Diketahui Rencana produksi tahun 200X sebagai berikut:
Periode
Januari
Februari
Maret
Triwulan II
Triwulan III
Triwulan IV

Produksi (unit)
300
300
500
1.100
1.300
1.500

Berdasar data tersebut, diminta menyusun anggaran biaya bahan mentah yang habis dipakai.

Contoh Kasus 8.7: Pengendalian Bahan Mentah


PT. MITRA SEjAHTERAmemiIiki data pembelian dan pemakaian bahan mentah bulan Juli
tahun 200X sebagai berikut:
a.

Pembelian Bahan Mentah:

Direncanakan membeli bahan mentah sebanyak 5.000 kg dengan taksiran harga


Rp300,-/kg

Realisas pembelian selama bulan Juli tcrsebut adalah sebanyak 5.100 kg dengan
harga beli Rp275/kg

b.

Pemakaian Bahan Mentah untuk keperluan produksi:

Pada bulan Juli direncanakan berproduksi sebanyak 1.000 unit barang jadi dengan
SUR 3 kg dan harga standar Rp300-/kg.

Ternyata realisasi produksi sebanyak 2.050 unit dan setiap unit barang jadi
memerlukan 2,90 kg bahan mentah dan harga beli senyatanya Rp275/kg.

Buatlah Laporan Pelaksanaan pembelian dan pemakaian bahan mentah dan analisa
varians untuk setlap laporan.

Anda mungkin juga menyukai