Anda di halaman 1dari 12

Topik 10 Biaya Bahan

 Dalam perusahaan manufaktur, bahan (material) dibedakan menjadi bahan baku dan
bahan penolong. Bahan baku (direct material) merupakan bahan yang membentuk
bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku ini dapat diidentifikasikan dengan
produk atau pesanan tertentu dengan nilainya yang relatif besar. Misalnya dalam
perusahaan mebel, bahan baku adalah kayu atau rotan. Biaya yang timbul akibat
pemakaian bahan baku disebut biaya bahan baku.

 Bahan penolong (indirect material) merupakan bahan yang dipakai dalam proses
produksi yang tidak dapat diidentifikasikan dengan produk jadi dan nilainya relatif
kecil. Misalnya dalam perusahaan mebel, bahan penolong adalah minyak pelitur.
Biaya yang ditimbulkan karena pemakaian bahan penolong disebut biaya bahan
penolong. Biaya bahan penolong merupakan bagian dari unsur biaya overhead pabrik
(biaya produksi tidak langsung).

 Umumnya perusahaan atau organisasi besar memiliki departemen pembelian yang


berfungsi melakukan pembelian bahan baku yang diperlukan untuk produksi.
Manajemen bagian pembelian bertanggung jawab atas kualitas bahan baku yang
dibeli yaitu telah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan dengan
harga yang murah dan diterima tepat waktu.

 Ada tiga dokumen yang digunakan dalam pembelian bahan baku yaitu:
a) Surat permintaan pembelian (purchase requisition) yaitu permintaan tertulis
kepada bagian pembelian untuk membeli bahan yang diperlukan.
b) Surat pesanan pembelian (purchase order) yaitu permintaan tertulis kepada
pemasok untuk mengirimkan bahan yang dipesan pada tanggal tertentu.
c) Laporan penerimaan barang (receiving report) yaitu laporan tertulis yang
dibuat pada saat bahan diterima.
 Surat permintaan pembelian diajukan oleh bagian gudang kepada bagian pembelian
apabila persediaan bahan baku yang ada di gudang sudah mencapai jumlah pada
tingkat minimum pemesanan kembali (reorder point). Titik pemesanan ulang
(reorder point) merupakan tingkat kuantitas persediaan yang ada yang memicu
sebuah pemesanan pembelian baru atau dengan kata lain titik dalam proses produksi
dimana jumlah bahan baku yang tersedia sama dengan kebutuhan yang diperkirakan.
Rumus Reorder Point (ROP).

 Jika tanpa safety stock (SS)/ persediaan pengaman/ persediaan penyanggah/


persediaan minimum yang diinginkan:
ROP = LTQ
ROP =AU×LT

 Jika dengan adanya safety stock:


ROP = LTQ + SSQ
ROP = (AU × LT) + SSQ

 Keterangan:
AU = Average used (pemakaian normal bahan baku)
LT = Lead time
LTQ = Lead time quantity
SSQ = Safety stock quantity

 Persediaan pengaman adalah persediaan yang disimpan setiap saat, terlepas dari
kuantitas persediaan yang dipesan dengan menggunakan model Economic Order
Quantity.

 Jika jumlah persediaan pengaman lebih besar daripada yang dibutuhkan maka biaya
penyimpanan akan menjadi tinggi. Jika jumlah persediaan pengaman terlalu kecil
maka kehabisan persediaan akan seringkali terjadi dan mengakibatkan
ketidaknyamanan, gangguan dan tambahan biaya. Tingkat persediaan pengaman
yang optimal adalah kuantitas persediaan pengaman yang meminimasi jumlah biaya
kehabisan persediaan tahunan dan biaya penyimpanan yang relevan.
 Persediaan pengaman digunakan sebagai perlindungan menghadapi peningkatan
permintaan yang tidak terduga, tidak tersedianya persediaan dari pemasok dan
ketidakpastian akan lead time.

 Lead time adalah tenggang waktu antara pemesanan bahan baku dan
tersedianya bahan di pabrik yang siap digunakan dalam produksi. Bila lead
time lebih cepat dari yang diperkirakan maka biaya penyimpanan akan bertambah.
Bila lead time lebih lambat dari yang diperkirakan maka perusahaan akan
kekurangan persediaan. Jika lead time mengantisipasi delay maka dinyatakan
dalam rentang waktu misalkan lead time normal 4 minggu dapat delay 5 minggu
jadi lead time 4 sampai dengan 9 minggu.

 Contoh 1:
▪ Pemakaian bahan per minggu 175 unit (tidak ada variasi pemakaian karena tidak
ada data pemakaian maksimum dan pemakaian minimum).
▪ Lead time normal 4 minggu namun dapat delay sampai 9 minggu.
▪ Saldo persediaan bahan di gudang saat ini 2.800 unit (tidak ada pemakaian
selama perhitungan).
▪ Economic Order Quantity 2.090 unit.
Diminta:
a. Hitunglah reorder point dalam unit dan dalam waktu!
b. Hitunglah persediaan maksimum sesaat setelah pesanan EOQ datang tepat
waktu!
 Jawab:
a. ROP = LTQ + SSQ
=(175 unit × 4 minggu) + (175 unit × 5 minggu)
=1.575 unit , ini berarti saat persediaan di gudang tinggal 1.575 unit,
perusahaan harus melakukan pesanan kembali Jika persediaan saat ini 2.800
unit dan reorder point sebanyak 1.575 unit, maka masih ada selisih 1.225 unit
dapat digunakan untuk (1.225 175 unit) = 7 minggu lagi, ini berarti reorder
point dalam waktu menjadi 7 minggu kemudian baru dipesan kembali.

b. Persediaan maksimum sesaat setelah pesanan EOQ datang tepat waktu


= SSQ + EOQ = (175 unit × 5 minggu) + 2.090 unit = 2.965 unit.
Perlu diingat bahwa dalam banyak bisnis seringkali pemakaian normal sulit
ditentukan karena pemakaian bahan sangat tergantung pada skedul produksi dan
strategi pemasaran perusahaan.

 Contoh 2 :
▪ Pemakaian bahan normal per minggu 175 unit
▪ Pemakaian bahan maksimum per minggu 210 unit
▪ Pemakaian bahan minimum per minggu 150 unit
▪ Lead time normal 4 minggu namum dapat delay sampai 9 minggu
▪ Saldo persediaan bahan di gudang saat ini 2.800 unit (tidak ada pemakaian
selama perhitungan).
▪ Economic Order Quantity 2.090 unit
Diminta:
a. Hitunglah reorder point dalam unit dan dalam waktu!
b. Hitunglah persediaan maksimum sesaat setelah pesanan EOQ datang tepat
waktu dengan asumsi selama pemesanan pemakaian bahan yang terjadi secara
normal!
 Jawab:
a. LTQ = (175 unit × 4 minggu)
= 700 unit
SSQ = Normal usage for 5 weeks delay + Usage variation
= (175 unit × 5 minggu) + {(210 unit - 150 unit) × 9 minggu}
= 875 unit + 540 unit
= 1.415 unit
ROP = 700 unit + 1.415 unit
= 2.115 unit
b. Persediaan maksimum sesaat setelah pesanan EOQ datang tepat waktu
= SSQ + EOQ = 1.415 unit + 2.090 unit = 3.505 unit

 Bagian penerimaan barang akan membuat laporan penerimaan barang apabila


barang yang dipesan telah datang. Bagian penerimaan akan melakukan pencocokan
antara barang yang diterima dengan barang yang dipesan. Pencocokkan ini berguna
untuk meningkatkan pengendalian atas standar barang yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.

 Meskipun proses produksi dan kebutuhan bahan baku bervariasi sesuai dengan
ukuran dan jenis kegiatan atau operasi normal dari perusahaan, pembelian dan
penggunaan bahan baku umumnya meliputi langkah-langkah berikut:
a) Bagian produksi menentukan rute (routing) untuk setiap produk atau variasi
produk, yang merupakan urutan operasi yang akan dilakukan, dan
sekaligus menentukan daftar bahan baku yang diperlukan (bill of material),
yang merupakan daftar kebutuhan bahan baku untuk setiap langkah dalam
urutan operasi tersebut.
b) Anggaran produksi (production budget) menyediakan rencana utama darimana
rincian mengenai kebutuhan bahan baku dikembangkan.
c) Surat permintaan pembelian (purchase requisition) menginformasikan agen
pembelian mengenai jumlah dan jenis bahan baku yang dibutuhkan.
d) Surat pesanan pembelian (purchase order) merupakan kontrak atas jumlah
yang harus dikirimkan.
e) Laporan penerimaan barang (receiving report) mengesahkan jumlah yang
diterima dan mungkin juga melaporkan hasil pemeriksaan dan pengujian mutu.

f) Bukti permintaan bahan (material requisition form) memberikan wewenang


bagi gudang untuk mengirimkan jenis dan jumlah tertentu dari bahan baku ke
departemen tertentu pada waktu tertentu.
g) Kartu catatan bahan baku (material record cards) mencatat setiap penerimaan
dan pengeluaran setiap jenis bahan baku dan berguna sebagai catatan persediaan
perpetual.

 Berdasarkan standar akuntansi, harga pokok barang yang dibeli meliputi harga
faktur ditambah biaya lainnya yang terjadi dalam rangka memperoleh bahan sampai
dengan bahan siap dipakai untuk kegiatan produksi, misalnya harga faktur ditambah
biaya angkut pembelian.

 Dalam praktiknya, sering terjadi variasi untuk mengimplementasikan penentuan


harga pokok bahan baku yang dibeli, misalnya perlakuan biaya angkut pembelian
bahan baku untuk berbagai jenis bahan yang dibeli dalam satu paket pembelian. Hal
ini dapat menimbulkan masalah pengalokasian biaya angkut pembelian tersebut
untuk masing-masing jenis bahan baku yang diangkut.
 Biaya angkut ini dapat diperlakukan sebagai:
a) Elemen biaya overhead pabrik.
 Perlakuan ini lebih praktis karena dapat mengurangi kesulitan
pengalokasian sehingga kesulitan dalam perhitungan harga perolehan bahan
bakupun dapat diminimalisasi, namun demikian perlakuan ini tidak sesuai
dengan standar akuntansi keuangan.
b) Elemen harga pokok perolehan bahan baku (material).
 Perlakuan ini memerlukan dasar alokasi biaya angkutan bahan baku.
Misalnya, perbandingan harga faktur yang dibeli atau perbandingan
kuantitas fisik bahan.
 Dalam akuntansi ada dua sistem pencatatan bahan baku yaitu "Sistem
pencatatan fisik (physical) dan sistem pencatatan perpetual. Jika arus
bahan baku relatif kecil masih dapat menggunakan sistem pencatatan fisik
karena jumlah barang relatif tidak banyak dan mutasi persediaan juga tidak
tinggi sehingga pimpinan perusahaan masih mampu melakukan
pengendalian persediaan. Dalam perusahaan dengan arus bahan baku yang
relatif tinggi sistem pencatatan perpetual lebih banyak digunakan dengan
tujuan untuk mempermudah pengendalian persediaan. Pimpinan perusahaan
dapat setiap saat melihat jumlah barang yang ada di gudang lewat catatan
pembukuan. Dalam sistem pencatatan fisik semua pembelian dicatat dalam
rekening pembelian sedangkan dalam sistem pencatatan perpetual semua
pembelian dicatat dalam rekening persediaan. Sistem pencatatan perpetual
lebih baik untuk pengendalian karena setiap saat persediaan dapat
dibandingkan antara fisiknya dengan pencatatan buku besarnya, apabila ada
perbedaan dapat segera dievaluasi penyebabnya"

 Dalam perhitungan pemakaian bahan baku at cost, ada berbagai metode penilaian
harga pokok bahan yang dipakai. Metode-metode tersebut yaitu:
a) Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out = FIFO)
 Metode ini beranggapan bahwa bahan yang dibeli (masuk) lebih awal dipakai
(keluar) lebih awal pula. Metode ini lebih menekankan pada arus biayanya dan
bukan pada arus bahan secara fisik. Penekanan ini berarti bahwa secara fisik
dapat terjadi bahan yang dibeli lebih awal tidak dipakai lebih awal, tetapi
dalam penentuan harga pokoknya bahan yang dipakai berpedoman pada
bahan yang masuk pertama keluar pertama.
b) Metode Rata-Rata (Average)
 Dalam sistem pencatatan periodik, metode rata-rata yang digunakan disebut
dengan metode rata-rata tertimbang (weighted average).
 Dalam sistem pencatatan perpetual, metode rata-rata yang digunakan
disebut dengan metode rata-rata bergerak (moving average).
 Dalam metode weighted average harga pokok per satuan bahan yang ada
dalam persediaan di gudang ditentukan dengan membagi jumlah harga pokok
semua bahan yang dibeli dengan jumlah kuantitasnya.
 Dalam metode moving average harga pokok persediaan bahan yang ada di
gudang hanya ada satu harga pokok yang dihitung rata-ratanya setiap saat
dilakukan pembelian, yang dapat berubah jika ada:
• Perubahan harga beli saat pembelian,
• Ada diskon pembelian, dan atau
• Terdapat ongkos angkut yang dibebankan ke persediaan.

 Disamping metode penilaian persediaan at cost yang dipaparkan di atas, terdapat


metode penilaian persediaan at estimate jika dalam kondisi khusus dimana sebagian
data hilang. Menurut IFRS penilaian persediaan yang disajikan di statement of
financial position harus menggunakan Lower of Cost or Net Realizable Value
(LCNRV), dimana cost-nya dapat menggunakan FIFO atau average sedangkan NRV
dihitung dari harga jual dikurangi dengan biaya pelepasannya.
 Pengelolaan bahan baku/ manajemen bahan baku adalah merencanakan,
mengorganisasikan dan mengontrol aktivitas-aktivitas yang difokuskan pada arus
bahan ke dalam, melalui dan dari organisasi.

 Pengelolaan bahan baku/ manajemen bahan baku memiliki beberapa tujuan,


diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Memberikan pelayanan terbaik kepada para pelanggan.
b) Berproduksi dengan efisiensi semaksimal mungkin.
c) Mengatur jumlah persediaan untuk mengendalikan dana yang tertanam dalam
persediaan dan lain-lain.

 Perencanaan bahan dipengaruhi oleh sifat kegiatan produksi, apakah produksinya


berdasarkan pesanan atau produksinya berdasarkan produksi massal.

 Tujuan dari perencanaan bahan baku adalah untuk menekan (meminimumkan) biaya
dan memaksimumkan laba dalam waktu tertentu dengan dana tertentu.
• Jika persediaan bahan < bahan yang dibutuhkan = proses produksi terhambat.
• Jika persediaan bahan > bahan yang dibutuhkan = biaya penyimpanan
meningkat.

 Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dan


pengendalian bahan yaitu:
a) Tentukan jumlah kebutuhan bahan dalam satu periode. Beberapa faktor yang
harus dipertimbangkan dalam penentuan jumlah kebutuhan bahan, antara lain
jumlah produksi yang akan dihasilkan dan jumlah bahan yang dibutuhkan untuk
satu buah produk. Contoh: Pada tahun 2015, PT MUMU merencanakan untuk
berproduksi sebanyak 120.500 unit produksi, dimana untuk setiap produk
memerlukan 2 kg bahan baku. Kebutuhan bahan selama setahun adalah 241.000
kg yaitu 120.500 dikali 2 kg.
b) Jumlah bahan yang dibeli per pembelian.
c) Kapan bahan harus dibeli.
d) Persediaan minimum yang harus ada di gudang.

 Economic Order Quantity (EOQ) merupakan jumlah persediaan yang harus


dipesan (dibeli) pada suatu saat dengan tujuan untuk mengurangi biaya persediaan
tahunan. Jika suatu perusahaan membeli bahan baku tidak terlalu sering dan dalam
jumlah yang besar, biaya penyimpanan persediaan menjadi tinggi karena investasi
yang cukup besar dalam persediaan.

 Jika pembelian dilakukan dalam jumlah yang kecil dan dengan pesanan yang cukup
sering maka akibatnya biaya pemesanan yang tinggi dapat terjadi. Oleh karena itu
jumlah optimum dari pesanan pada suatu waktu tertentu ditentukan dengan cara
menyeimbangkan dua faktor yaitu biaya penyimpanan (pemilikan) bahan baku dan
biaya pemesanan (perolehan) bahan baku.

 Pada saat EOQ, biaya pemesanan selama setahun akan sama dengan biaya
penyimpanan selama setahun.

 Beberapa elemen yang mempengaruhi EOQ adalah sebagai berikut:


a) Harga beli dan ongkos angkut.
b) Biaya pemesanan (ordering cost), merupakan biaya yang terjadi dalam rangka
melaksanakan kegiatan pemesanan bahan. Biaya pemesanan termasuk biaya
membuat bukti permintaan pembelian, pesanan pembelian, laporan penerimaan,
menangani kiriman, komunikasi dengan pemasok serta akuntansi atas
pengantaran dan pembayaran.
c) Biaya penyimpanan (carrying cost), merupakan biaya yang terjadi dalam rangka
melaksanakan kegiatan penyimpanan bahan, antara lain: biaya sewa gudang,
biaya asuransi bahan, biaya administrasi gudang serta biaya atas rusak dan
usangnya bahan.
d) Kebutuhan bahan baku selama setahun.

 Contoh perhitungan EOQ:


Selama tahun 2015 PT MUMU menganggarkan penjualan sebanyak 8.500 unit.
Persediaan barang jadi awal tahun sebesar 1.000 unit dan persediaan barang jadi
akhir tahun sebesar 500 unit. Unit produk jadi membutuhkan 3 unit bahan baku.
Harga beli bahan baku per unit adalah Rp 10.000. Biaya pemesanan per pesanan Rp
750.000. Biaya penyimpanan sebesar 10% dari persediaan rata-rata per unit.
Berapakah EOQ-nya?
Berikut ini disajikan tabel perbandingan total biaya yang dikeluarkan untuk jumlah
unit pesanan tertentu:
 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pemesanan dalam jumlah 6.000 unit
(sesuai dengan hasil perhitungan EOQ dalam contoh di atas) dengan 4 kali frekuensi
pemesanan, mengeluarkan total biaya yang paling minimum.

 Jika jumlah pesanan besar maka harga pembelian dapat didiskon. Pengiriman dalam
jumlah besar juga dapat menghemat beban angkut. Perubahan-perubahan ini
menghasilkan biaya per unit yang lebih rendah, dan dengan demikian dapat mengubah
perhitungan EOQ. Pembelian dalam jumlah besar juga mengubah frekuensi pemesanan
dan dengan demikian mengubah total biaya pemesanan serta melibatkan investasi yang
lebih besar dalam persediaan, yang semuanya mempengaruhi perhitungan EOQ

Anda mungkin juga menyukai