Dalam perusahaan manufaktur, bahan (material) dibedakan menjadi bahan baku dan
bahan penolong. Bahan baku (direct material) merupakan bahan yang membentuk
bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku ini dapat diidentifikasikan dengan
produk atau pesanan tertentu dengan nilainya yang relatif besar. Misalnya dalam
perusahaan mebel, bahan baku adalah kayu atau rotan. Biaya yang timbul akibat
pemakaian bahan baku disebut biaya bahan baku.
Bahan penolong (indirect material) merupakan bahan yang dipakai dalam proses
produksi yang tidak dapat diidentifikasikan dengan produk jadi dan nilainya relatif
kecil. Misalnya dalam perusahaan mebel, bahan penolong adalah minyak pelitur.
Biaya yang ditimbulkan karena pemakaian bahan penolong disebut biaya bahan
penolong. Biaya bahan penolong merupakan bagian dari unsur biaya overhead pabrik
(biaya produksi tidak langsung).
Ada tiga dokumen yang digunakan dalam pembelian bahan baku yaitu:
a) Surat permintaan pembelian (purchase requisition) yaitu permintaan tertulis
kepada bagian pembelian untuk membeli bahan yang diperlukan.
b) Surat pesanan pembelian (purchase order) yaitu permintaan tertulis kepada
pemasok untuk mengirimkan bahan yang dipesan pada tanggal tertentu.
c) Laporan penerimaan barang (receiving report) yaitu laporan tertulis yang
dibuat pada saat bahan diterima.
Surat permintaan pembelian diajukan oleh bagian gudang kepada bagian pembelian
apabila persediaan bahan baku yang ada di gudang sudah mencapai jumlah pada
tingkat minimum pemesanan kembali (reorder point). Titik pemesanan ulang
(reorder point) merupakan tingkat kuantitas persediaan yang ada yang memicu
sebuah pemesanan pembelian baru atau dengan kata lain titik dalam proses produksi
dimana jumlah bahan baku yang tersedia sama dengan kebutuhan yang diperkirakan.
Rumus Reorder Point (ROP).
Keterangan:
AU = Average used (pemakaian normal bahan baku)
LT = Lead time
LTQ = Lead time quantity
SSQ = Safety stock quantity
Persediaan pengaman adalah persediaan yang disimpan setiap saat, terlepas dari
kuantitas persediaan yang dipesan dengan menggunakan model Economic Order
Quantity.
Jika jumlah persediaan pengaman lebih besar daripada yang dibutuhkan maka biaya
penyimpanan akan menjadi tinggi. Jika jumlah persediaan pengaman terlalu kecil
maka kehabisan persediaan akan seringkali terjadi dan mengakibatkan
ketidaknyamanan, gangguan dan tambahan biaya. Tingkat persediaan pengaman
yang optimal adalah kuantitas persediaan pengaman yang meminimasi jumlah biaya
kehabisan persediaan tahunan dan biaya penyimpanan yang relevan.
Persediaan pengaman digunakan sebagai perlindungan menghadapi peningkatan
permintaan yang tidak terduga, tidak tersedianya persediaan dari pemasok dan
ketidakpastian akan lead time.
Lead time adalah tenggang waktu antara pemesanan bahan baku dan
tersedianya bahan di pabrik yang siap digunakan dalam produksi. Bila lead
time lebih cepat dari yang diperkirakan maka biaya penyimpanan akan bertambah.
Bila lead time lebih lambat dari yang diperkirakan maka perusahaan akan
kekurangan persediaan. Jika lead time mengantisipasi delay maka dinyatakan
dalam rentang waktu misalkan lead time normal 4 minggu dapat delay 5 minggu
jadi lead time 4 sampai dengan 9 minggu.
Contoh 1:
▪ Pemakaian bahan per minggu 175 unit (tidak ada variasi pemakaian karena tidak
ada data pemakaian maksimum dan pemakaian minimum).
▪ Lead time normal 4 minggu namun dapat delay sampai 9 minggu.
▪ Saldo persediaan bahan di gudang saat ini 2.800 unit (tidak ada pemakaian
selama perhitungan).
▪ Economic Order Quantity 2.090 unit.
Diminta:
a. Hitunglah reorder point dalam unit dan dalam waktu!
b. Hitunglah persediaan maksimum sesaat setelah pesanan EOQ datang tepat
waktu!
Jawab:
a. ROP = LTQ + SSQ
=(175 unit × 4 minggu) + (175 unit × 5 minggu)
=1.575 unit , ini berarti saat persediaan di gudang tinggal 1.575 unit,
perusahaan harus melakukan pesanan kembali Jika persediaan saat ini 2.800
unit dan reorder point sebanyak 1.575 unit, maka masih ada selisih 1.225 unit
dapat digunakan untuk (1.225 175 unit) = 7 minggu lagi, ini berarti reorder
point dalam waktu menjadi 7 minggu kemudian baru dipesan kembali.
Contoh 2 :
▪ Pemakaian bahan normal per minggu 175 unit
▪ Pemakaian bahan maksimum per minggu 210 unit
▪ Pemakaian bahan minimum per minggu 150 unit
▪ Lead time normal 4 minggu namum dapat delay sampai 9 minggu
▪ Saldo persediaan bahan di gudang saat ini 2.800 unit (tidak ada pemakaian
selama perhitungan).
▪ Economic Order Quantity 2.090 unit
Diminta:
a. Hitunglah reorder point dalam unit dan dalam waktu!
b. Hitunglah persediaan maksimum sesaat setelah pesanan EOQ datang tepat
waktu dengan asumsi selama pemesanan pemakaian bahan yang terjadi secara
normal!
Jawab:
a. LTQ = (175 unit × 4 minggu)
= 700 unit
SSQ = Normal usage for 5 weeks delay + Usage variation
= (175 unit × 5 minggu) + {(210 unit - 150 unit) × 9 minggu}
= 875 unit + 540 unit
= 1.415 unit
ROP = 700 unit + 1.415 unit
= 2.115 unit
b. Persediaan maksimum sesaat setelah pesanan EOQ datang tepat waktu
= SSQ + EOQ = 1.415 unit + 2.090 unit = 3.505 unit
Meskipun proses produksi dan kebutuhan bahan baku bervariasi sesuai dengan
ukuran dan jenis kegiatan atau operasi normal dari perusahaan, pembelian dan
penggunaan bahan baku umumnya meliputi langkah-langkah berikut:
a) Bagian produksi menentukan rute (routing) untuk setiap produk atau variasi
produk, yang merupakan urutan operasi yang akan dilakukan, dan
sekaligus menentukan daftar bahan baku yang diperlukan (bill of material),
yang merupakan daftar kebutuhan bahan baku untuk setiap langkah dalam
urutan operasi tersebut.
b) Anggaran produksi (production budget) menyediakan rencana utama darimana
rincian mengenai kebutuhan bahan baku dikembangkan.
c) Surat permintaan pembelian (purchase requisition) menginformasikan agen
pembelian mengenai jumlah dan jenis bahan baku yang dibutuhkan.
d) Surat pesanan pembelian (purchase order) merupakan kontrak atas jumlah
yang harus dikirimkan.
e) Laporan penerimaan barang (receiving report) mengesahkan jumlah yang
diterima dan mungkin juga melaporkan hasil pemeriksaan dan pengujian mutu.
Berdasarkan standar akuntansi, harga pokok barang yang dibeli meliputi harga
faktur ditambah biaya lainnya yang terjadi dalam rangka memperoleh bahan sampai
dengan bahan siap dipakai untuk kegiatan produksi, misalnya harga faktur ditambah
biaya angkut pembelian.
Dalam perhitungan pemakaian bahan baku at cost, ada berbagai metode penilaian
harga pokok bahan yang dipakai. Metode-metode tersebut yaitu:
a) Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out = FIFO)
Metode ini beranggapan bahwa bahan yang dibeli (masuk) lebih awal dipakai
(keluar) lebih awal pula. Metode ini lebih menekankan pada arus biayanya dan
bukan pada arus bahan secara fisik. Penekanan ini berarti bahwa secara fisik
dapat terjadi bahan yang dibeli lebih awal tidak dipakai lebih awal, tetapi
dalam penentuan harga pokoknya bahan yang dipakai berpedoman pada
bahan yang masuk pertama keluar pertama.
b) Metode Rata-Rata (Average)
Dalam sistem pencatatan periodik, metode rata-rata yang digunakan disebut
dengan metode rata-rata tertimbang (weighted average).
Dalam sistem pencatatan perpetual, metode rata-rata yang digunakan
disebut dengan metode rata-rata bergerak (moving average).
Dalam metode weighted average harga pokok per satuan bahan yang ada
dalam persediaan di gudang ditentukan dengan membagi jumlah harga pokok
semua bahan yang dibeli dengan jumlah kuantitasnya.
Dalam metode moving average harga pokok persediaan bahan yang ada di
gudang hanya ada satu harga pokok yang dihitung rata-ratanya setiap saat
dilakukan pembelian, yang dapat berubah jika ada:
• Perubahan harga beli saat pembelian,
• Ada diskon pembelian, dan atau
• Terdapat ongkos angkut yang dibebankan ke persediaan.
Tujuan dari perencanaan bahan baku adalah untuk menekan (meminimumkan) biaya
dan memaksimumkan laba dalam waktu tertentu dengan dana tertentu.
• Jika persediaan bahan < bahan yang dibutuhkan = proses produksi terhambat.
• Jika persediaan bahan > bahan yang dibutuhkan = biaya penyimpanan
meningkat.
Jika pembelian dilakukan dalam jumlah yang kecil dan dengan pesanan yang cukup
sering maka akibatnya biaya pemesanan yang tinggi dapat terjadi. Oleh karena itu
jumlah optimum dari pesanan pada suatu waktu tertentu ditentukan dengan cara
menyeimbangkan dua faktor yaitu biaya penyimpanan (pemilikan) bahan baku dan
biaya pemesanan (perolehan) bahan baku.
Pada saat EOQ, biaya pemesanan selama setahun akan sama dengan biaya
penyimpanan selama setahun.
Jika jumlah pesanan besar maka harga pembelian dapat didiskon. Pengiriman dalam
jumlah besar juga dapat menghemat beban angkut. Perubahan-perubahan ini
menghasilkan biaya per unit yang lebih rendah, dan dengan demikian dapat mengubah
perhitungan EOQ. Pembelian dalam jumlah besar juga mengubah frekuensi pemesanan
dan dengan demikian mengubah total biaya pemesanan serta melibatkan investasi yang
lebih besar dalam persediaan, yang semuanya mempengaruhi perhitungan EOQ