DISUSUN OLEH :
AULIA THALITA
NURUL MAGHFIRA
TASYA RAMAETA
ANNISA VANIA
DHEA ZAKIYYAH
FAJRUL WARDIHAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
A. PENGERTIAN BIAYA BAHAN BAKU
Dalam perusahaan manufaktur, bahan (material) dibedakan menjadi bahan baku dan bahan
baku penolong. Bahan baku langsung (direct material) merupakan bahan yang membentuk
bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku ini dapat diidentifikasikan dengan produk
atau pesanan tertentu dengan nilainya yang relatif besar. Misalnya dalam perusahaan
mebel, bahan baku adalah kayu atau rotan. Biaya yang timbul akibat pemakaian bahan baku
disebut biaya bahan baku.
Bahan baku penolong/tidak langsung (indirect material) merupakan bahan yang dipakai
dalam proses produksi yang tidak dapat diidentifikasikan dengan produk jadi dan nilainya
relatif kecil. Misalnya dalam perusahaan mebel, bahan baku penolong adalah minyak
pelitur. Biaya yang ditimbulkan karena pemakaian bahan baku penolong disebut biaya
bahan baku penolong. Biaya bahan baku penolong merupakan bagian dari unsur biaya
overhead pabrik.
B. PEROLEHAN DAN PENGGUNAAN BAHAN BAKU
Meskipun proses produksi dan kebutuhan bahan baku bervariasi sesuai dengan ukuran dan
jenis kegiatan/operasi normal dari perusahaan, pembelian dan penggunaan bahan baku
biasanya meliputi langkah-langkah berikut:
a) Untuk setiap produk atau variasi produk, bagian produksi menentukan rute
(routing) untuk setiap produk, yang merupakan urutan operasi yang akan dilakukan,
dan sekaligus menentukan daftar bahan baku yang diperlukan (bill of material),
yang merupakan daftar kebutuhan bahan baku untuk setiap langkah dalam urutan
operasi tersebut.
b) Anggaran produksi (production budget) menyediakan rencana utama darimana
rincian mengenai kebutuhan bahan baku dikembangkan.
c) Surat permintaan pembelian (purchase requisition) menginformasikan agen
pembelian mengenai jumlah dan jenis bahan baku yang dibutuhkan.
d) Surat pesanan pembelian (purchase order) merupakan kontrak atas jumlah yang
harus dikirimkan.
e) Laporan penerimaan barang (receiving report) mengesahkan jumlah yang diterima
dan mungkin juga melaporkan hasil pemeriksaan dan pengujian mutu.
f) Bukti permintaan bahan (material requisition form) memberikan wewenang bagi
gudang untuk mengirimkan jenis dan jumlah tertentu dari bahan baku ke
departemen tertentu pada waktu tertentu.
g) Kartu catatan bahan baku (material record cards) mencatat setiap penerimaan dan
pengeluaran setiap jenis bahan baku dan berguna sebagai catatan persediaan
perpetual.
C. PEMBELIAN BAHAN BAKU
Biasanya perusahaan atau organisasi besar memiliki departemen pembelian yang berfungsi
melakukan pembelian bahan baku yang diperlukan untuk produksi. Manajemen bagian
produksi bertanggung jawab atas kualitas bahan baku yang dibeli yaitu telah sesuai dengan
standar yang ditetapkan oleh perusahaan dengan harga yang murah dan diterima tepat
waktu. Ada tiga dokumen yang digunakan dalam pembelian bahan baku yaitu:
a. Surat permintaan pembelian (purchase requisition) yaitu permintaan tertulis kepada
bagian pembelian untuk membeli bahan yang diperlukan.
b. Surat pesanan pembelian (purchase order) yaitu permintaan tertulis kepada
pemasok untuk mengirimkan bahan yang dipesan pada tanggal tertentu.
c. Laporan penerimaan barang (receiving report) yaitu laporan tertulis yang dibuat
pada saat bahan diterima.
Surat permintaan pembelian diajukan oleh bagian gudang kepada bagian pembelian apabila
persediaan bahan baku yang ada di gudang sudah mencapai jumlah pada tingkat minimum
pemesanan kembali (Reorder Point). Rumus Reorder Point (ROP):
- Jika tanpa safety stock (SS)/persediaan pengaman/persediaan penyanggah:
ROP = AU x LT
- Jika dengan adanya safety stock:
ROP = (AU x LT) + SS
Keterangan:
AU = average used (pemakaian normal bahan baku)
LT = lead time (selang/ tenggang waktu antara pemesanan bahan baku dan tersedianya
bahan di pabrik yang siap digunakan dalam produksi)
SS = persediaan minimum yang diinginkan
= (pemakaian maksimum - pemakaian normal) x lead time
Bila lead time lebih cepat dari yang diperkirakan maka biaya pemeliharaan akan
bertambah. Bila lead time lebih lambat dari yang diperkirakan maka perusahaan akan
kekurangan persediaan.
Bagian penerimaan barang akan membuat laporan penerimaan barang apabila barang yang
dipesan telah datang. Bagian penerimaan akan melakukan pencocokan antara barang yang
diterima dengan barang yang dipesan. Pencocokan ini berguna untuk meningkatkan
pengendalian atas standar barang yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
2 × 𝑅𝑈 × 𝐶𝑂
𝐸𝑂𝑄 = √
𝐶𝑈 × 𝐶𝐶
Keterangan:
RU : Required unit (kebutuhan bahan baku setahun)
CO : Cost per order (biaya pemesanan per pesanan)
CU : Cost per unit (harga beli bahan baku per unit)
CC : Carrying cost (biaya penyimpanan dan biasanya dinyatakan dalam persentase)
Frekuensi pemesanan pembelian dalam satu tahun = RU / EOQ
Biaya pemesanan setahun = CO x RU / EOQ
Biaya penyimpanan/pemilikan setahun = EOQ / 2 x CU x CC
Persediaan rata-rata (average inventory) = EOQ / 2
Persediaan maksimum normal = EOQ + SS
Persediaan maksimum absolut = (EOQ + SS) + {(pemakaian maksimum – pemakaian
normal) x lead time}
Contoh perhitungan EOQ:
Selama tahun 2011 PT ABC menganggarkan penjualan sebanyak 8.500 unit.
Persediaan barang jadi awal tahun sebesar 1.000 unit dan persediaan barang jadi
akhir tahun sebesar 500 unit. Unit produk jadi membutuhkan 3 unit bahan baku.
Harga beli bahan baku per unit adalah Rp 10.000. Biaya pemesanan per pesanan Rp
750.000. Biaya penyimpanan sebesar 10% dari persediaan rata-rata per unit.
Berapakah EOQ-nya?
Jawab:
Unit penjualan 8.500 unit
Persediaan barang jadi akhir 500 unit
9.000 unit
Persediaan barang jadi awal (1.000) unit
Unit produksi 8.000 unit
Kebutuhan bahan adalah 24.000 unit (3 unit bahan baku x 8.000 unit produksi)
2 × 24.000 × 𝑅𝑝 750.000
𝐸𝑂𝑄 = √ = 6.000 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑅𝑝 10.000 × 10%
Berikut ini disajikan tabel perbandingan total biaya yang dikeluarkan untuk
jumlah unit pesanan tertentu (dalam ribuan Rupiah):
Tabel 4.1. Perbandingan total biaya yang dikeluarkan untuk jumlah unit
pesanan tertentu
unit 1.000 3.000 4.000 6.000 8.000 12.000 24.000
Pesanan 24x 8x 6x 4x 3x 2x 1x
Investasi 10.000 30.000 40.000 60.000 80.000 120.000 240.000
Investasi 5.000 15.000 20.000 30.000 40.000 60.000 120.000
rata-rata
Ordering 18.000 6.000 4.500 3.000 2.250 1.500 750
cost (750 x 4)
Carrying 500 1.500 2.000 3.000 4.000 6.000 12.000
cost
Total cost 18.500 7.500 6.500 6.000 6.250 7.500 12.750
Berdasarkan table di atas, dapat dilihat bahwa pemesanan dalam jumlah 6.000 unit
(sesuai dengan hasil perhitungan EOQ dalam contoh di atas) dengan 4 kali frekuensi
pemesanan, mengeluarkan total biaya yang paling minimum.
A. PENGERTIAN DAN PENGGOLONGAN BIAYA TENAGA KERJA
Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan sebagai akibat pemanfaatan tenaga kerja
dalam melakukan produksi. Dalam perusahaan manufaktur, penggolongan kegiatan kerja
dapat dikelompokkan menjadi empat golongan yaitu:
a) Penggolongan menurut fungsi pokok organisasi.
Dalam perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok yaitu produksi, pemasaran dan
administrasi. Dengan demikian biaya tenaga kerja digolongkan menjadi biaya tenaga
kerja produksi, biaya tenaga kerja pemasaran dan biaya tenaga kerja administrasi.
b) Penggolongan menurut kegiatan departemen.
Misalnya, departemen produksi atau perusahaan terdiri dari tiga departemen yaitu
departemen pulp, departemen kertas dan departemen penyempurnaan. Biaya
tenaga kerja departemen produksi digolongkan sesuai dengan bagianbagian
tersebut.
c) Penggolongan menurut jenis pekerjaannya.
Misalnya, dalam departemen produksi digolongkan sebagai berikut: operator,
mandor dan penyelia, maka biaya tenaga kerja juga digolongkan sesuai dengan
pekerjaan yang dilakukan tersebut.
d) Penggolongan menurut hubungannya dengan produk.
Tenaga kerja dapat digolongkan menjadi tenaga kerja langsung dan tidak langsung.
Biaya tenaga kerja langsung merupakan unsur biaya produksi sedangkan biaya
tenaga kerja tidak langsung merupakan unsur biaya overhead pabrik.
Menghitung total beban gaji yang masih harus dibayar merupakan akumulasi dari biaya gaji
tenaga kerja langsung, biaya gaji tenaga kerja tidak langsung, biaya gaji untuk bagian umum dan
administrasi serta biaya gaji untuk bagian penjualan dan pemasaran. Biaya-biaya tersebut
dicatat dengan mendebet perkiraan ‘Payroll’ (beban gaji) dan mengkredit perkiraan ‘Accrued
Payroll’ (gaji yang masih harus dibayar). Jika terdapat Pajak Penghasilan (PPh) terutang, maka
dicatat dengan mengkredit perkiraan ‘Tax Payable’ (hutang Pajak Penghasilan).
Jurnalnya:
Dr. Payroll xx
Cr. Accrued payroll xx
Cr. Tax payable xx
Pembayaran gaji dicatat dengan mendebet perkiraan ‘Accrued Payroll’ dan mengkredit
perkiraan ‘Cash’.
Jurnalnya:
Dr. Accrued payroll xx
Cr. Cash xx
Beban gaji untuk tenaga kerja langsung didebet ke perkiraan ‘Work In Process’. Beban gaji
untuk tenaga kerja tidak langsung didebet ke perkiraan ‘Factory Overhead Control’. Beban gaji
untuk bagian umum dan administrasi didebet ke perkiraan ‘General and Administration
Expense’. Beban gaji untuk bagian penjualan dan pemasaran didebet ke perkiraan ‘Selling and
Marketing Expense’ dan perkiraan untuk bagian kredit adalah ‘Payroll’.
Jurnalnya:
Dr. Work in process xx
Dr. Factory overhead control xx
Dr. Selling and marketing expense xx
Dr. General and administration expense xx
Cr. Payroll xx
Contoh soal:
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan per tanggal 25 Mei 2011, diketahui total beban
gaji yang harus dibayar pada tanggal 1 Juni 2011 adalah sebesar Rp 9.000.000 dengan tarif PPh
21 sebesar 5%. Perincian gaji adalah sebagai berikut: