Anda di halaman 1dari 7

AKUNTANSI BIAYA BAHAN BAKU

BAB I
PENDAHULUAN

Bahan baku adalah merupakan bahan yang secara menyeluruh membentuk produk selesai dan
dapat diidentifikasikan secara langsung pada produk yang bersangkutan.

Pengertian bahan baku dapat meluas meliputi juga bahan-bahan yang digunakan untuk
memperlancar proses produksi. Bahan baku yang demikian termasuk dalam pengertian bahan
baku penolong atau bahan baku pembantu. Bahan baku dibedakan atas bahan baku langsung
dan bahan baku tidak langsung. Bila biaya bahan baku tersebut langsung dibebankan kepada
kelompok biaya bahan baku dinamakan bahan baku langsung, sedangkan bila biaya bahan baku
dimaksud dibebankan melalui rekening biaya overhead pabrik dinamakan biaya bahan baku
tidak langsung.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Prosedur Perolehan dan Penggunaan Bahan Baku


Meskipun proses produksi dan kebutuhan bahan baku bervariasi sesuai dengan ukuran dan
jenis industri dari perusahaan, pembelian dan penggunaan bahan baku biasanya meliputi
langkah-langkah berikut :
1. Untuk setiap produk atau variasi produk, insinyur menentukan rute (routing) untuk setiap
produk, yang merupakan urutan operasi yang akan dilakukan, dan sekaligus menentukan daftar
bahan baku yang diperlukan (bill of materiala), yang merupakan daftar kebutuhan bahan baku
untuk setiap langkah dalam urutan operasi tersebut.
2. Anggaran produksi menyediakan rencana utama, dari mana rincian mengenai kebutuhan
bahan baku dikembangkan.
3. Bukti permintaan pembelian menginformasikan agen pembelian mengenai jumlah dan jenis
bahan baku yang dibutuhkan.
4. Pesanan pembelian merupakan kontrak atas jumlah yang harus dikirimkan.
5. Laporan penerimaan mengesahkan jumlah yang diterima, dan mungkin juga melaporkan
hasil pemeriksaan dan pengujian mutu.
6. Bukti permintaan bahan baku memberikan wewenang bagi gudang untuk mengirimkan jenis
dan jumlah tertentu dari bahan baku ke departemen tertentu pada waktu tertentu.
7. Kartu catatan bahan baku mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran setiap jenis bahan
baku dan berguna sebagai catatan persediaan perpetual.
Pembelian dan pengguanaan bahan baku melibatkan catatan elektronik atau dalam bentuk
kertas yang diperlukan untuk akuntansi keuangan umum; yaitu untuk menghitung biaya suatu
pesanan, atau departemen, dan untuk memelihara persediaan perpetual. Beberapa dari catatan
ini diidentifikasikan di gambar 9-1, yang merupakan diagram dari tahap pembelian yang
meliputi pembelian, penerimaan, pencatatan, dan pembayaran atas bahan baku.

B. Metode Perhitungan Biaya Bahan Baku yang digunakan


Ada beberapa metode perhitungan biaya bahan baku yang digunakan, antara lain:
• Metode Identifikasi Khusus
Metode ini adalah metode yang paling tepat dalam penghitungan nilai persediaan akhir, namun
metode ini paling banyak memakan waktu karena sesuai namanya diidentifikasi khusus maka
setiap unit bahan baku harus diidentifikasi berapa harga pokok pembeliannya.
• Metode Rata-rata
Metode ini terbagi dua yaitu:
a. Rata-rata Sederhana: dalam rata-rata sederhana harga dihitung sebagai berikut
Harga-harga pembelian per unit = Rp xxxx
Frekuensi pembelian
Persediaan akhir = kuantitas persd.akhir x =Rp xxx
Dengan demikian harga pokok bahan baku yang digunakan adalah :
Bahan baku yang siap digunakan = Rp xxx
Persediaan akhir = _
Harga pokok bahan baku yang digunakan = Rp xxx

b. Rata-rata Tertimbang: dalam rata-rata tertimbang harga dihitung sebagai berikut :


Total harga pembelian = Rp xxx
Total unit pembelian
Persediaan akhir = kuantitas persd.akhir x = Rp xxx
Dengan demikian harga pokok bahan baku yang digunakan adalah :
Bahan baku yang siap digunakan = Rp xxx
Persediaan akhir = _
Harga pokok bahan baku yang digunakan = Rp xxx
• Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)
Pada metode ini, bahan baku yang lebih dulu masuk (dibeli) dianggap yang lebih dulu dipakai
sehingga yang menjadi persediaan akhir adalah pembelian-pembelian yang terakhir.
• Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP)
Menurut metode ini, bahan baku yang terakhir masuk (dibeli) dianggap lebih dulu terpakai.
Sehingga yang menjadi persediaan akhir adalah persediaan awal dan pembelian-pembelian
selanjutnya.

C. Akuntansi Biaya Bahan Baku


Akuntansi terhadap bahan baku dibedakan menjadi akuntansi pembelian bahan baku dan
akuntansi pemakaian bahan baku. Prosedur pembelian bahan terdiri atas (1) permintaan
pembelian, (2) pesanan pembelian, dan (3) penerimaan bahan. Oleh karena itu, terdapat 3
dokumen pembelian bahan, yaitu (1) Surat Permintaan Pembelian, (2) Surat Pesanan
Pembelian, dan (3) Laporan Penerimaan Barang. Atas dasar 3 dokumen inilah pembelian bahan
dicatat. Pencatatan persediaan bahan dapat menggunakan metode fisik maupun metode
perpetual. Metode perpetual lebih baik untuk tujuan pengendalian dan lebih informatif dari
pada metode phisik. Oleh karena itu, perusahaan menengah dan besar umumnya menggunakan
metode perpetual.
Pembelian Bahan Baku
Akuntansi biaya untuk pembelian bahan baku adalah sama dengan akuntansi untuk bahan baku
menggunakan sistem persediaan perpetual. Saat bahan baku diterima, akun bahan baku didebit
(sedangkan pada sistem persediaan periodik, yang didebit adalah akun pembellian).
Kuantitas dan harga per unit dari setiap pembelian dicatat dalam kartu catatan bahan baku.
Satu kartu digunakan untuk setiap jenis bahan baku. Kartu-kartu tersebut berfungsi sebagai
catatan persediaan perpetual dan merupakan buku besar pembantu yang mendukung akun
bahan baku. Kartu-kartu ini dan dokumen-dokumen lain dapat berbentuk kertas atau
elektronik.
Penggunaan Bahan Baku
Bahan baku langsung untuk setiap pesanan dikeluarkan ke pabrik berdasarkan bukti
permintaan bahan baku (materials requsitions), yang merupakan dokumen yang disiapkan oleh
pembuat jadwal produksi atau personel lain, yang memberikan spesifikasi nomor pesanan dan
tipe serta jumlah bahan baku yang diperlukan. Satu kopi dari setipa bukti permintaan
dikirimkan ke bagian gudang, yang mengumpulkan item yang dimaksud. Kuantitas dan biaya
dari setiap item dicatat dalam bukti permintaan dan diposting ke kartu catatan bahan baku.
Bukti permintaan bahan baku juga digunakan untuk mengeluarkan bahan baku tidak langsung
maupun perlengkapan. Jika tidak digunakan di pabrik, perlengkapan yang dipakai dibebankan
ke beban pemasaran atau administrasi. Jika digunakan di pabrik, maka dibebankan ke akun
pengendali overhead pabrik.

D. Metode Penilaian atas Bahan Baku


Dalam keadaan harga-harga tidak stabil, alokasi atau pembebanan harga pokok bahan baku
yang digunakan untuk produksi dan penentuan nilai persediaan akhir bahan baku dapat
dihitung dengan beberapa cara. Ada dua sistem yang mencakup beberapa teknik penilaian atas
biaya bahan baku yakni sistem periodik (sistem fisik) dan sistem perpetual (sistem permanen).
1. Sistem Fisik
Dalam sistem ini pembelian bahan baku dicatat di rekening “pembelian bahan baku”. Jika
terdapat persediaan awal bahan baku maka persediaan awal tersebut dicatat di rekening
terpisah yakni rekening “persediaan bahan baku awal”. Pembelian ditambah dengan persediaan
awal menghasilkan bahan baku yang siap digunakan. Untuk dapat menentukan nilai persediaan
akhir maka harus diperhitungan fisik terhadap persediaan bahan baku yang masih ada pada
akhir periode. Harga pokok bahan baku yang digunakan dihitung dengan mengurangkan bahan
baku yang siap digunakan dengan nilai persediaan akhir bahan baku.
Secara matematis perhitungannya dilakukan sebagai berikut:
Persediaan awal bahan baku = Rp xxx
Pembelian = Rp xxx +
Bahan baku yang siap digunakan = Rp xxx
Persediaan akhir bahan baku
(berdasar perhitungan fisik) = Rp xxx _
Harga pokok bahan baku yang digunakan = Rp xxx
Dari perhitungan di atas terlihat bahwa dalam sistem ini harga pokok bahan baku yang
digunakan tidak dapat langsung ditentukan sebelum persediaan akhir ditentukan nilainya.
Persoalan selanjutnya adalah berapa nilai persediaan akhir bahan baku yang digunakan sebagai
pengurang dari nilai bahan baku yang siap digunakan. Untuk itu dikenal beberapa cara atau
metode dalam menentukan nilai persediaan akhir bahan baku, yaitu metode identifikasi khusus,
metode MPKP, metode rata-rata, dan metode MTKP.
Pemilihan metode penilaian bahan baku ini adalah sangat penting, karena akan berhubungan
langsung dengan harga pokok barang yang diproduksi, harga pokok penjualan dan otomatis
juga pada rugi laba. Bila suatu metode telah dipilih, hendaknya digunakan secara konsisten dan
tidak diubah dari tahun ke tahun agar dapat menghasilkan perhitungan rugi laba yang baik
setiap tahunnya. Oleh sebab itu metode yang dipilih harus dapat memperhitungkan
kemungkinan pengaruhnya terhadap perhitungan rugi laba untuk suatu periode jangka
panjang.

2. Sistem Perpetual (Sistem Permanen)


Pada sistem ini pembelian bahan baku dicatat dalam rekening “Persediaan bahan baku”. Bila
terdapat persediaan awal maka persediaan awal tersebut termasuk pula pada rekening
“persediaan bahan baku tersebut”. Pada saat pemakaian bahan baku rekening persediaan bahan
baku di kredit dan rekening yang di debet adalah rekening “barang dalam proses”. Pada sistem
ini harga pokok bahan yang digunakan untuk berproduksi ditentukan pada saat pemakaian
bahan baku tersebut. Saldo dari rekening persediaan bahan baku menunjukkan harga pokok
bahan baku yang siap digunakan. Jadi dalam sistem ini baik harga pokok bahan yang digunakan
maupun nilai persediaan langsung ditentukan pada saat pemakaian ataupun juga saat
pembelian. Selain itu pada sistem ini dikelola apa yang disebut dengan “kartu persediaan bahan
baku”. Pada kartu ini akan dicatat harga pokok pembelian dan harga pokok pemakaian serta
saldo persediaan bahan baku yang dimiliki.
Metode yang digunakan dalam sistem ini adalah metode MPKP, metode rata-rata bergerak, dan
metode MTKP. Berikut contoh kartu persediaan :
KARTU PERSEDIAAN BAHAN

PT. Alam raya


Satuan : Nama Bahan : Minimum :
EOQ : Kode : Maksimum :
Nomor : Pesan :
Tanggal Masuk / Beli Keluar / Pakai Sisa
Kuanti
tas biaya
satuan Jumlah (Rp) Kuan
titas Biaya
Satuan Jumlah (Rp) Kuantitas Biaya
satuan Jumlah (Rp)
1 jan 99 200 100 20.000
12 jan 99 400 120 48.000 200
400 100
120 20.000
48.000
16 jan 99 400
100 120
100 48.000
10.000
100
100
10.000
26 Jan 99 500 90 45.000 100
500 100
90 10.000
45.000
28 jan 99 300 90 27.000 100
200 100
90 10.000
18.000
29 jan 99 (100 90 9.000) 100
100 100
90 10.000
9.000
30 Jam 99 (50 90 4.500) 100
150 100
90 10.000
13.500
31 Jan 99 100 110 11.000 100
150
100 100
90
110 10.000
13.500
11.000

E. Perencanaan dan Pengendalian Bahan Baku


Perencanaan bahan baku berhubungan dengan dua faktor fundamental, yaitu jumlah dan waktu
pembelian. Penentuan berapa banyak yang akan dibeli dan kapan melibatkan dua jenis biaya
yang saling berlawanan, yaitu biaya penyimpanan persediaan (cost of carrying inventory) dan
biaya karena tidak menyimpan cukup persediaan. Karakteristik dari biaya yang saling
berlawanan ini diilustrasikan di perbandingan berikut ini :
Biaya penyimpanan persediaan Estimasi Biaya karena tidak cukupnya persediaan
Bunga atas investasi dalam modal kerja
Pajak dan asuransi properti

Pergudangan atau penyimpanan

Penanganan

Deteriorasi dan penyusutan persediaan


Usangnya persediaan

Total 10,00%

1,25%

1,80%

4,25%

2,60%

5,20%

25,10%
Tambahan biaya pembelian, penanganan, & transportasi
Harga yang lebih tinggi karena jumlah pesanan yang lebih sedikit
Kehabisan persediaan sering kali terjadi sehingga mengganggu jadwal produksi, jadwal
lembur,dan waktu persiapan ekstra
Tambahan biaya klerikal karena memelihara catatan pesanan pelanggan yang belum dapat
dipenuhi (customer back order)
Peningkatan harga berkaitan dengan inflasi ketika pesanan pembelian ditunda
Penjualan yang hilang dan hilangnya kepercayaan pelanggan

Pengendalian bahan baku dicapai melalui pengaturan fungsional, pembebanan tanggung jawab,
dan bukti-bukti dokumenter. Hal tersebut dimulai dari persetujuan anggaran penjualan dan
produksi dan dengan penyelesaian produk yang siap untuk dijual dan dikirimkan ke gudang
atau pelanggan. Ada 2 tingkat pengendalian persediaan: pengendalian unit dan pengendalian
uang. Manajer pembelian dan manajer produksi paling berkepentingan pada pengendalian unit;
mereka berpikir, pesanan, dan permintaan dalam jumlah unit dan bukannya dalam nilai uang.
Manajemen eksekutif paling berkepentingan pada pengendalian finansial dari persediaan.
Eksekutif berpikir mengenai pembelian yang mencukupi atas modal yang digunakan, yaitu nilai
uang dan diinvestasikan dalam persediaan harus digunakan secara efisien dan efektif.
Pengendalian persediaan akan beroperasi dengan berhasi apabila peningkatan atau penurunan
dalam persediaan mengikuti pola yang telah ditentukan atau diperkirakan sebelumnya, di mana
pola tersebut berkaitan erat dengan jadwal penjualan dan produksi.
Pengendalian bahan baku harus memenuhi dua kebutuhan yang saling berlawanan yaitu: (1)
menjaga persediaan dalam jumlah dan variasi yang mencukupi untuk operasi secara efisien dan
(2) menjaga tingkat persediaan yang menguntungkan secara finansial. Tujuan dasar dari
pengendalian bahan baku adalah kemampuan untuk melakukan pemesanan pada waktu yang
sesuai dengan sumber terbaik untuk memperoleh jumlah yang tepat pada harga dan kualitas
yang tepat. Pengendalian persediaan yang efektif sebaiknya:
1. menyediakan pasokan bahan baku yang diperlukakan untuk operasi yang efisien dan tidak
terganggu
2. menyediakan cukup persediaan dalam periode di mana pasokan kecil (musiman, siklus, atau
pemogokan kerja) dan mengantisipasi perubahan harga.
3. menyimpan bahan baku dengan waktu penanganan dan biaya minimum dan melindungi
bahan baku tersebut dari kehilangan akibat kebakaran, pencurian, cuaca dan kerusakan karena
penanganan
4. meminimalkan item-item yang tidak aktif, kelebihan, atau usang dengan melaporkan
perubahan produk yang mempengaruhi bahan baku
5. memastikan persediaan yang cukup untuk pengiriman segera ke pelanggan
6. menjaga agar jumlah modal yang diinvestasikan dalam persediaan berada di tingkat yang
konsisten dengan kebutuhan operasi dan rencana manajemen
Metode Pengendalian Bahan Baku
Metode pengendalian bahan baku berbeda dalam hal pemeliharaan dan biaya yang dikeluarkan.
Item-item yang kritis dan memiliki nilai tinggi memerlukan perhatian yang lebih besar
dibandingkan dengan item-item yang nilainya rendah. Misalnya, untuk item-item dengan nilai
rendah, persediaan pengaman dan pesanan dalam jumlah besar sehingga mencukupi untuk 3-6
bulan adalah umum, karena biaya penyimpanan biasanya rendah dan risiko keusangan dapat
diabaikan. Beberapa metode pengendalian bahan baku:
Metode siklus pesanan (order cycling method) atau metode peninjauan siklus (cycle review
method) memeriksa secara periodik status jumlah bahan baku yang tersedia untuk setiap item
atau kelas. Perusahaan-perusahaan yang berbeda menggunakan periode waktu yang berbeda
(misalnya 30, 60, atau 90 hari) antar peninjauan dan dapat menggunakan siklus yang berbeda
untuk jenis bahan baku yang berbeda. Item kritis dengan nilai tinggi biasanya memerlukan
siklus peninjauan yang pendek. Untuk item nonkritis dengan nilai rendah, siklus peninjauan
yang lebih lama umum digunakan, karena jumlah pesanan besar dan kehabisan persediaan atas
item tersebut tidak terlalu mahal biayanya. Peda setiap periode peninjauan dalam sistem siklus
pesanan, pesanan dilakukan agar jumlah persediaan mencapai tingkat yang diinginkan, yang
dinyatakan sebagai besarnya pasokan untuk sekian hari atau minggu.
Metode minimum-maksumum (min-max method) didasarkan pada pernyataan bahwa jumlah
dari sebagian besar item persediaan berada pada kisaran batas tertantu. Maksimum jumlah
untuk setiap item ditetapka. Tingkat minimum sudah memasukkan margin pengaman yang
diperlukan untuk mencegah terjadinya kehabisan persediaan selama siklus pemesanan kembali
tingkat minimum menjadi titik pemesanan, dan jumlah pesanan adalah selisih antara tingkat
maksimum dengan tingkat minimum. Metode ini dapat didasarkan pada obsevasi fisik, atau
dapat dimasukkan ke dalam sistem akuntansi.
Observasi fisik bahwa titik pemesanan telah dicapai diilustrasikan oleh metode dua tempat
(two-bin method). Dalam metode ini, setiap item persediaan disimpan dalam dua tempat,
tumpukan, atau kumpulan. Tempat pertama berisi persediaan yang mencukupi untuk
memenuhi penggunaan yang terjadi selama periode waktu antara penerimaan suatu pesanan
dengan penempatan pesanan berikutnya; tempat yang kedua berisi jumlah normal yang
digunakan dari tanggal pemesanan sampai dengan tanggal pengantaran plus persediaan
pengaman. Apabila persediaan di tempat kedua mulai digunakan, maka bukti permintaan
pembelian untuk pasokan baru dibuat. Metode minimum-maksimum juga dapat diterapkan
melalui sistem akuntansi. Ketika catatan bahan baku menunjukkan bahwa saldo persediaan
yang tersedia sudah turun sampai mencapai titik pemesanan, catatan tersebut memulai proses
pembelian. Hal ini bekerja dengan baik dalam sistem pemrosesan data elektronik.
Metode pemesanan otomatis (the automatic order system) adalah metode pengendalian bahan
baku yang secara otomatis akan melakukan pemesanan bahan baku jika persediaan mencapai
jumlah tingkat pemesanan kembali. Metode ini akan optimal jika digunakan komputer untuk
mengadministrasikan persediaan bahan baku
Metode ABC (the ABC plan) digunakan jika perusahaan mempunyai persediaan bahan baku
dalam jumlah besar dengan nilai yang berbeda-beda. Pengendalian bahan baku yang nilainya
tinggi berbeda dengan persediaan yang nilainya rendah. Dalam metode ABC, persediaan bahan
baku digolongkan menjadi tiga kelompok atas dasar nilainya, yaitu (1) kelompok A yang nilainya
tertinggi, (2) kelompok B yang nilainya sedang, dan (3) kelompok C yang nilainya terendah.
Kelompok A mempunyai karakteristik pengendalian sebagai berikut: (1) jumlah persediaan
minimal kecil, (2) tingkat review tinggi, (3) tingkat pemesanan tinggi, (4) membutuhkan
pencatatan rinci, dan (5) tingkat pengawasan tinggi. Kelompok C mempunyai karakteristik
pengendalian sebagai berikut: (1) jumlah persediaan minimal besar, (2) tingkat review rendah,
(3) tingkat pemesanan rendah, (4) tidak membutuhkan pencatatan perpetual, dan (5) tingkat
pengawasan rendah.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesalahan dalam perhitungan HPP dapat mengakibatkan penentuan harga jual pada suatu
perusahaan menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah. Oleh karena perhitungan HPP pun
menjadi satu hal penting untuk dilakukan bagi setiap perusahaan.
Pembelian dan penggunaan bahan baku biasanya meliputi langkah-langkah berikut: daftar
bahan baku yang diperlukan, Anggaran produksi, Bukti permintaan pembelian, Pesanan
pembelian, Laporan penerimaan, Bukti permintaan bahan baku, dan Kartu catatan bahan baku.
Metode perhitungan biaya bahan baku yang digunakan yakni metode identifikasi khusus,
metode MPKP, metode rata-rata, dan metode MTKP. Adapun metode penilaian atas biaya
bahan baku yaitu metode fisik dan metode perpetual.
Perencanaan bahan baku berhubungan dengan dua faktor fundamental, yaitu jumlah dan waktu
pembelian. Penentuan berapa banyak yang akan dibeli dan kapan melibatkan dua jenis biaya
yang saling berlawanan, yaitu biaya penyimpanan persediaan (cost of carrying inventory) dan
biaya karena tidak menyimpan cukup persediaan. Ada beberapa metode pengendalian bahan
baku, yaitu Metode siklus pesanan (order cycling method), Metode minimum-maksumum (min-
max method), Metode dua tempat (two-bin method), Metode pemesanan otomatis (the
automatic order system), Metode ABC (the ABC plan).

Anda mungkin juga menyukai