Anda di halaman 1dari 48

PERENCANAAN, PENGENDALIAN DAN PENENTUAN KOS

BAHAN BAKU SERTA KOS TENAGA KERJA


Inisiasi Tuton Ke – 8
Mata Kuliah : Akuntansi Biaya
Program Studi : Manajemen
Fakultas : Ekonomi
Penulis : Wagini.,S.E.,M.Ak
Email : wagini980@gmail.com
Penelaah : Heriyanni Mashithoh,S.E., M.M
Email : heriyanni@ecampus.ut.ac.id
KB 15
Kos Pengadaan Bahan Baku dan
Permasalahan Akuntansi Bahan Baku
Langkah-langkah pengadaan dan penggunaan bahan baku dapat terlihat pada
gambar dibawah ini:
Secara umum langkah paling awal adalah adanya desain produk baru dan
rencana produksi dari bagian rekayasa produk. Bagian ini membuat ilustrasi atau
contoh produk (prototype), kemudian menentukan routing setiap produk, urutan
operasinya, dan membuat permintaan bahan baku dengan perincian kebutuhan pada
setiap tahapan operasi. Informasi ini akan menjadi masukan bagi bagian produksi
dalam pembuatan anggaran produksi secara terperinci sesuai dengan permintaan
bahan baku dari bagian rekayasa.

Setelah dibuat anggaran produksi, kemudian dibuat permintaan pembelian


yang disampaikan ke bagian pembelian. Bagian pembelian melakukan pemesanan ke
pemasok (suplier), membuat kesepakatan-kesepakatan yang berisi perjanjian
mengenai harga, kuantitas, kualitas, pengiriman, dan termin pembayaran. Bahan baku
yang dikirim oleh suplier akan diterima oleh bagian penerimaan bahan, melakukan
verifikasi, menguji kuantitas dan kualitas, untuk selanjutnya membuat laporan
penerimaan bahan. Selanjutnya bahan baku akan dikirim ke bagian produksi sesuai
permintaan yang diajukan oleh bagian produksi.
Pembelian dan Klasifikasi Bahan

Prosedur pembelian harus tertulis untuk memastikan tanggung jawab dan untuk
menyediakan informasi berkenaan dengan penggunaan akhir bahan baku yang diminta
dalam produksi.

Klasifikasi bahan dapat di lihat pada gambar dibawah ini:


Kos Pengadaan Bahan Baku

Harga yang terdapat pada faktur yang dikirim oleh vendor dan kos transportasi
adalah dua kos yang dapat dilihat secara nyata atas pembelian bahan. Kos yang kurang
nyata adalah apa yang disebut dengan kos akuisisi atau kos pemerolehan, mencakup: kos
untuk pelaksanaan fungsi-fungsi pembelian, penerimaan, pembongkaran, inspeksi,
asuransi, penyimpanan, dan akuntansi.

Kos Bahan Baku


Berdasarkan gambar diatas mengambarkan kos bahan baku terdiri atas
semua kos yang berkaitan dengan seluruh aktivitas pengadaan bahan sampai bahan
siap dipergunakan dalam proses produksi. Diskon (discount) harga dan retur
pembelian bersifat mengurangi kos bahan yang dibeli.

Kos Akuisisi
Kos ini termasuk sulit ditelusuri secara langsung ke bahan baku yang
dibeli. Oleh karena itu, jika kos akuisisi dimasukkan sebagai penambah kos setiap
item bahan baku, maka harus dibebankan dengan menggunakan tarif, baik tarif
tunggal maupun tarif berdasarkan aktivitas (ABC).
Penghitungan tarif dapat dilakukan sebagai berikut :
Pencatatan dalam buku jurnal untuk pembebanan kos akuisisi ini adalah:

Masalah Akuntansi Bahan Baku

Secara umum, masalah akuntansi berkaitan dengan bahan baku mencakup


tiga hal, yaitu masalah pencatatan baik pada saat pembelian maupun pemakaian;
masalah penilaian atau pengukuran; dan masalah penyajian di neraca.
Masalah Pencatatan

Ada dua metode yang dapat dipergunakan untuk mencacat bahan baku pada saat
pembelian, yaitu metode fisik dan metode perpetual. Jika dipergunakan metode fisik,
maka pada saat pembelian tidak dilakukan pencatatan dalam buku jurnal. Pencatatan
dilakukan pada akhir periode berdasarkan hasil pengecekan fisik.

Untuk menentukan besarnya kos material adalah sebagai berikut:


Setelah kos material diketahui selanjutnya kita buat jurnal penyesuaian. Jurnal
nya adalah sebagai berikut:

Perbandingan pencatatan metode fisik dan perpetual adalah sebagai berikut:


Masalah Penilaian

Untuk menentukan nilai sediaan akhir bahan baku dapat menggunakan berbagai
metode penilaian, yang secara garis besar dikelompokkan menjadi dua yaitu metode yang
menggunakan asumsi aliran fisik, dan metode yang menggunakan asumsi aliran kos.

Metode Penilaian
sediaan
Metode Masuk Pertama Keluar Pertama

Dengan menggunakan metode masuk pertama keluar pertama, maka nilai sediaan berasal dari kon
bahan yang dibeli terakhir, sedangkan kos bahan yang dipakai dalam proses produksi berasal dari
kos bahan yang dibeli paling awal termasuk sediaan awal.

Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama

Jika metode penilaian yang dipergunakan untuk menentukan nilai sediaan akhir bahan baku, maka
nilainya akan terdiri dari nilai bahan baku yang diperoleh pertama kali dan berikutnya, sedangkan
nilai bahan baku yang dipakai dalam proses produksi menggunakan nilai bahan baku yang
diperoleh terakhir. Metode ini membawa konsekuensi bahwa nilai sediaan yang tercantum di
neraca tidak mencerminkan nilai pasar, karena terdiri atas nilai bahan yang diperoleh di masa lalu.
Sementara nilai bahan baku yang dipergunakan—dalam kasus terjadi inflasi seperti pada ilustrasi
ini—akan sangat tinggi sehingga kos produksi juga akan tinggi.
Metode Rata-rata Tertimbang

Jika dipergunakan metode rata-rata tertimbang, maka pertama-tama harus dihitung harga per
unit tertimbang.

Metode Rata-rata Bergerak

Dalam metode ini, harga per unit dihitung secara terus-menerus ketika terjadi transaksi baik
pembelian maupun pemakaian..
Masalah Penyajian Sediaan di Neraca

Persediaan dalam laporan keuangan disajikan di neraca di sisi debit bagian


aktiva sub aktiva lancar. Lazimnya disusun dengan urutan yang paling cepat dikonversi
menjadi uang, yaitu yang paling cepat adalah barang jadi, kemudian barang dalam
proses, selanjutnya adalah bahan baku dan bahan penolong. Barang jadi dapat segera
dikonversi melalui penjualan, sedangkan barang dalam proses masih harus diproses
lebih sebelum menjadi barang jadi, dan seterusnya. dan bentuk penyajian sediaan
dalam neraca sebagai berikut:
Perencanaan Bahan Baku

Perencanaan bahan baku dalam sebuah perusahaan manufaktur dipengaruhi


oleh sifat proses produksi, apakah berdasarkan pesanan (job) atau berdasarkan
anggaran secara massa (proses). Masalah utama dalam perencanaan bahan baku
adalah bagaimana menentukan jumlah yang tepat pada waktu yang tepat supaya
proses produksi tidak terganggu. Untuk memecahkan masalah tersebut, ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) berapa jumlah kebutuhan bahan
baku (UD = Unit yang Dibutuhkan) untuk satu periode tertentu? Jika jumlah
kebutuhan sudah dapat ditentukan, (2) berapa jumlah (kuantitas) bahan baku yang
harus dibeli setiap kali melakukan pemesanan.
Jumlah tersebut harus merupakan jumlah yang paling ekonomis (KPE =
Kuantitas Pesanan Ekonomis).

Menentukan Kuantitas Kebutuhan

Berapa jumlah kuantitas bahan baku yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan produksi
dalam satu periode, merupakan langkah awal dalam perencanaan dan pengendalian bahan baku.
Pada awalnya, bagian produksi akan menyusun anggaran produksi. Dari anggaran produksi ini
dapat disusun anggaran kebutuhan bahan baku

Kuantitas Pesanan Ekonomis (KPE)

Setelah kebutuhan bahan untuk produksi dan jumlah kuantitas bahan yang harus dibeli dapat
ditentukan
Penggunaan Rumus KPE

Berikut ini rumus dari KPE yang digunakan:


Titik Pemesanan Kembali (TPK)

Untuk menentukan waktu yang paling tepat untuk melakukan pemesanan


manajemen harus memperhatikan faktor-faktor berikut:

(1) waktu tunggu


(WT)

(2) jumlah pemakaian


rata-rata setiap hari
(PR).

(3) sediaan pengaman


(SP)
Rumus untuk menghitung TPK adalah sebagai berikut:

KPE dan Ukuran Produksi Optimum (Production Runs)

Rumus KPE juga dapat dipergunakan untuk menghitung ukuran produksi


optimum. Artinya berapa besarnya jumlah produk yang harus diproduksi untuk sekali
run supaya kos produksi paling efisien.
Pengendalian Bahan Baku

Pengendalian bahan harus mampu mempertemukan dua kebutuhan yang saling


berlawanan, yaitu

(1) kebutuhan untuk mempertahankan jumlah sediaan


yang cukup dan beragam untuk efisiensi operasi

(2) kebutuhan untuk mempertahankan sediaan yang


menguntungkan secara finansial.
Pengendalian sediaan bahan yang efektif, seharusnya:

Menjamin ketersediaan bahan baku untuk Menyediakan jumlah sediaan bahan yang cukup
mendukung operasi yang efisien, menghindari dalam mengantisipasi terjadinya lonjakan permintaan
terganggunya proses produksi; (1) musiman, siklus, dan insidental, dan mengantisipasi
perubahan harga; (2)

Menyimpan bahan dengan waktu dan kos Menjaga agar jumlah sediaan yang tidak aktif,
penanganan yang minimum dan melindungi kelebihan yang tidak terpakai, dan bahan usang pada
sediaan dari kebakaran, pencurian, cuaca aras yang paling minimal, dengan melaporkan
buruk, dan kerusakan akibat penanganan yang perubahan produk yang berdampak pada bahan
keliru; (3) baku; (4)

Menjamin jumlah sediaan yang Mempertahankan jumlah modal yang diinvestasikan


memadai untuk menepati pengiriman dalam sediaan pada aras yang konsisten dengan
produk ke pelanggan; persyaratan operasi dan rencana manajemen.(6)
((5)
Bagian-Bagian dalam Pengendalian Bahan Baku

Ada beberapa bagian fungsional yang terlibat dalam proses pengendalian


bahan baku, yaitu: (1) bagian teknik, perencanaan dan rute produksi; (2) bagian
pembelian; (3) bagian penerimaan; (4) bagian gudang bahan baku; dan (5) bagian
akuntansi.

Metode Pengendalian Bahan Baku

Ada tiga metode pengendalian bahan, yaitu: (1) metode siklus pemesanan (the order
cycling methods), (2) metode minimal-maksimal (the min-max methods), (3) metode
just-in time (the just-in time methods).
Metode Siklus Pemesanan
Metode ini menguji atau mereview secara periodik status
kuantitas bahan yang ada di tangan untuk setiap item
sediaan. Perusahaan yang berbeda mungkin memiliki
periode waktu yang berbeda—misal 30, 60, 90 hari—dalam
melakukan telaah atau pengujian dan dapat menggunakan
siklus yang berbeda untuk tipe bahan yang berbeda.

Metode Min-max
Metode minimum-maksimum didasarkan pada premis
bahwa kuantitas sebagian besar item sediaan dapat
ditentukan batas-batasnya secara tegas. Kuantitas
maksimum untuk setiap item seharusnya ditetapkan. Aras
minimum memberikan signal mengenai batas keamanan
yang diperlukan untuk mencegah kekurangan sediaan
selama siklus pesanan.
Pendekatan Selektif dalam Pengendalian Bahan Baku

. Pengendalian selektif adalah solusi masalah pengendalian bagi perusahaan


yang memiliki beberapa kategori sediaan yang memiliki gradasi nilai. Pengendalian
selektif disebut juga dengan nama rancangan ABC, yaitu sebuah rancangan
pengendalian sediaan yang mengelompokkan sediaan menjadi tiga kelompok A,
kelompok B, dan kelompok C.

Prosedur dan langkah-langkah untuk menggolongkan bahan dalam


pengendalian selektif atau rancangan ABC adalah sebagai berikut (Carter dan Usry,
2002).
1. Menaksir kuantitas pemakaian bahan untuk
periode yang akan datang;
5. Menghitung persentase setiap jenis bahan
dari jumlah totalnya, baik untuk unsur kos
2. Memproyeksikan harga beli per jenis bahan;
pembeliannya maupun kuantitas bahan;

3. Menghitung total kos


pembelian bahan yang
dibutuhkan (1 × 2)

4. Menyusun urutan bahan 6. Menentukan sediaan mana termasuk


berdasarkan nilai total kos dalam kelompok A, B, atau C.
pembelian bahan (3) dalam  
suatu tabel;
KB 16
Manajemen Sediaan Just In Time Dan
Akuntansi Backflush
Manajemen Sediaan Just In Time

Just in time (JIT) sesungguhnya adalah suatu filosofi yang berfokus pada
usaha-usaha untuk mengurangi inefficiency atau pemborosan (waste) (Lee dan
Larry, 1993:696). Beberapa pokok pikiran dalam pilosofi JIT adalah sebagai
berikut:

1. Semua pemborosan tidak menambah nilai,


baik bagi konsumen maupun perusahaan.
4. Bahwa waktu dan ruang adalah sumber yang
sangat potensial untuk menimbulkan
pemborosan-pemborosan.
2. JIT ibaratnya sebagai suatu perjalanan tanpa
akhir, tetapi memberikan langkah-langkah ke
arah yang lebih baik..

3. Persediaan adalah pemborosan karena dengan


menyimpan persediaan berarti ada risiko barang rusak dan
usang, menanggung beban pergudangan, tenaga kerja,
asuransi, bunga modal dan lain sebagainya.
.
Pemborosan (waste)

Pemborosan adalah segala sesuatu yang melebihi jumlah minimal.


Pemborosan juga berarti setiap aktivitas yang tidak menambah nilai baik bagi
perusahaan maupun konsumen.

Menurut Chase dan Aquilano (1993:15) pemborosan dapat timbul karena


waktu tunggu, transportasi, persediaan, pemrosesan, gerakan, barang cacat atau
barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknis.

Komponen Dasar Just-In-Time


Tiga komponen dasar JIT yang perlu mendapat perhatian dalam
mengurangi pemborosan, yaitu flow, employee involvement, dan quality. Ketiga
komponen tersebut bisa dilihat pada gambar berikut ini:
Aliran : Waktu dan ruang adalah penyebab terjadinya
pemborosan.

Pelibatan Karyawan: JIT sangat dipengaruhi oleh


aspek sumber daya manusia.

Kualitas :Salah satu gangguan terhadap skedul adalah


masalah kualitas sehingga perlu diterapkan
pengendalian kualitas total yang melibatkan setiap
departemen dan seluruh sumber daya manusia dalam
perusahaan.
Karakteristik dan Manfaat Pembeliaan JIT

Sistem pembelian JIT memiliki karakteristik yang sangat logis, dalam


banyak aspek aktivitas dalam organisasi, khususnya dalam hal pembelian, misalnya:
kuantitas, kualitas, pemasok, pengiriman, biaya, desain, efisiensi administratif, dan
produktivitas. Karateristik dari aspek-aspek tersebut terlihat pada tabel dibawah
ini:
Lanjutan
Sistem Pembelian Konvensional versus Sistem Pembelian JIT

Beberapa aspek dalam proses pembelian atau pengadaan barang dapat


diperbandingkan antara sistem konvensional dengan sistem pembelian JIT. Seperti
pada gambar dibawah ini:
Lanjutan
Akuntansi Backflush

Akuntansi backflush (backflush accounting) atau backflushing atau backflush


costing merupakan pendekatan yang disederhanakan atau dipersingkat berkaitan
dengan masalah akuntansi pada aliran kos manufaktur. Jika dalam aliran kos
manufaktur tradisional akuntansi ada akun tambahan berupa akun barang dalam proses,
maka dalam backflush costing tidak ada akun barang dalam proses. Aliran kos produksi
dipersingkat. Intinya tidak ada mutasi pencatatan bahan baku melalui akun barang
dalam proses.

Bahan baku hanya dipesan pada saat akan berproduksi sehingga barang dari
pemasok tidak masuk gudang melainkan langsung masuk pabrik. Demikian pula dari
sisi barang jadi. Perusahaan hanya akan berproduksi jika dan hanya jika ada
permintaan. Oleh karena itu, ketika barang selesai diproduksi langsung dikirim ke
konsumen, tidak masuk gudang barang jadi.
Dari Gambar tersebut tampak bahwa bahan baku dari pemasok langsung di
debit ke akun RIP (Raw and In Process) dan ketika produk tersebut selesai langsung
diserahkan ke pelanggan dengan mendebit akun kos produk terjual (Cost of Goods
Sold). Tetapi, faktanya masih ada waktu tunggu sebelum barang diserahkan ke
pelanggan sehingga harus dicatat terlebih dahulu dengan mendebit akun barang jadi
dan mengkredit akun RIP.
KB 17
Kos Tenaga Kerja dan Permasalahan
Akuntansi Tenaga Kerja
Komponen-komponen Kos Tenaga Kerja

Komponen gaji dan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja terdiri atas
gaji pokok (basic pay) dan tunjangan-tunjangan (fringe benefits), misalnya tunjangan
hari raya, vakasi, premi lembur, asuransi, tunjangan pajak, tunjangan pensiun, dan lain
sebagainya. Tarif dasar seharusnya ditetapkan untuk setiapoperasi dalam suatu
perusahaan dan dikelompokkan berdasarkan tipe-tipe operasi. Gaji pokok (basic pay)
untuk tenaga kerja pabrik dimasukkan dalam kelompok kos tenaga kerja langsung,
sementara semua tunjangan (fringe benefits) dimasukkan dalam kelompok kos
overhead pabrik.
Komponen-komponen kos tenaga kerja yang mencakup:

1. Premi Lembur

Tambahan kompensasi yang dibayarkan atas waktu lembur (overtime) dipisahkan


dari gaji reguler dan dibebankan ke kos overhead.

2. Premi Shift

Perusahaan manufaktur biasanya bekerja secara kontinu. Oleh karena itu,


karyawan bekerja dengan sistemshift

3. Bonus

Bonus adalah tambahan kompensasi yang umumnya diberikan sebagai pengakuan


atas produktivitas yang sangat luar biasa (exceptional productivity). Bonus juga
dibebankan ke kos overhead. Pada umumnya, bonus dibayarkan pada akhir tahun
atau akhir periode sebesar angka tertentu, atau persentase tertentu dari laba, atau
sebesar persentase tertentu dari gaji dan upah.
4. Vakasi dan Holiday

Setelah jangka waktu yang panjang bagi karyawan memberikan jasa kepada
perusahaan, umumnya mereka menerima vakasi dan holiday (misalnya
tunjangan untuk liburan dan hari raya).

5. Pensiun

Pensiun merupakan bagian dari kos tenaga kerja secara keseluruhan. Tetapi
sifat dan permasalahan pensiun sangat kompleks, terdapat berbagai jenis biaya
dalam program pensiun sehingga akuntansi pensiun dipelajari secara terpisah.
Produktivitas dan Kos Tenaga Kerja

Produktivitas secara umum merupakan rasio antara output dan input. Jika
output meningkat sementara input tetap, maka rasio produktivitas meningkat. Atau jika
jumlah output tetap sementara jumlah input yang digunakan lebih sedikit, maka rasio
produktivitas juga meningkat.

Dalam kaitannya dengan tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja dapat


didefinisikan sebagai ukuran kinerja produksi yaitu barang dan jasa yang dihasilkan
oleh tenaga kerja dalam satu periode dibagi dengan kos tenaga kerja yang dikeluarkan
dalam periode yang sama. Produktivitas juga merepresentasikan tingkat efisiensi
produksi karena produktivitas menunjukkan kemampuan memproduksi produk secara
efisien. Efisiensi produksi total merupakan kombinasi yang paling baik antara efisiensi
teknis dan efisiensi harga.
Perencanaan Produktivitas

Pertanyaan-pertanyaan yang secara tipikal muncul dan harus dijawab


dalam kaitannya dengan perencanaan produktivitas, antara lain sebagai berikut.

1. Bagaimana organisasi mendefinisikan produktivitas 5. Seberapa besar keterlibatan karyawan dalam


dan kualitas kerja? perencanaan dan implementasi dianggap tepat?

2. Apa yang menjadi prioritas untuk mencapai peningkatan


produktivitas, dan siapa yang bertanggungjawab?

3. Bagaimana komitmen manajemen eksekutif 6. Bagaimana kemajuan akan diukur?


dikomunikasikan?

4. Seberapa besar keseragaman aplikasi diperlukan?


Mengukur Produktivitas

Tujuan pengukuran produktivitas adalah menyediakan indeks yang ringkas


dan akurat untuk membandingkan antara hasil aktual dengan target atau standar
kinerja. Pengukuran produktivitas harus mengakui adanya kontribusi individual dari
faktor-faktor seperti karyawan (termasuk manajemen), pabrik dan peralatan, barang
dan jasa yang digunakan, modal yang diinvestasikan, dan layanan pemerintah.

Salah satu ukuran produktivitas telah dikembangkan oleh American Standard


for Productivity Measurement. ASPM mempertimbangkan penggunaan modal, bahan
mentah, energi, dan tenaga kerja, dan membandingkannya dengan output.
Program Gaji

Kompensasi total bagi pekerja seharusnya didasarkan pada negosiasi kontrak


kerja, studi produktivitas, evaluasi pekerjaan, pembagian laba, dan program
penggajian, dan upah perjam yang dijamin. Sebaliknya, untuk pembayaran berdasarkan
jam kerja, atau minggu, atau bulan, program gaji memberikan penghargaan bagi tenaga
kerja secara proporsional terhadap peningkatan output yang berkualitas tinggi.

Tujuan utama program gaji adalah memberikan insentif atau rangsangan agar
tenaga kerja memproduksi lebih banyak, sehingga mereka memperoleh lebih banyak
upah, tetapi pada saat yang bersamaan terjadi peningkatan output sehingga kos per unit
turun. Program gaji yang diterapkan harus diyakini akan mampu meningkatkan
produktivitas.
Tipe-tipe Program Gaji

Dalam praktik sesungguhnya, upah yang didasarkan pada waktu (hourly-based


plans) atau upah yang didasarkan pada output (piece-based plans) tidak dapat
dipisahkan dengan tegas. Program gaji yang umum diterapkan oleh kebanyak
peruahaan menggabungkan berbagai fitur dari program-program gaji spesifik yang
mengkombnasikanantara gaji atas dasar waktu dan output.
Berikut ini beberapa program gaji yang umum dipakai saat ini

1. Straight Piecework Plan

Merupakan program gaji yang sangat sederhana, yaitu


membayar upah di atas tarif dasar untuk produksi di atas
standar.

2. One-Hundred-Percent Bonus Plan

Program gaji ini merupakan variasi dari program gaji straight


piecework, perbedaannya terletak pada standar yang tidak dinyatakan
dalam nilai uang melainkan dalam bentuk waktu per unit output.
Masalah Akuntansi Tenaga Kerja

Masalah akuntansi tenaga kerja pada dasarnya mencakup tiga tahapan,

1. Akuntansi pada saat gaji dan upah tersebut terjadi


atau terutang. Gaji dan upah dianggap terjadi dan
terutang pada saat daftar gaji disetujui untuk
dibayar.

2. Akuntansi pada saat distribusi

3. Akuntansi pada saat pembayaran, yaitu pada saat membayarkan


gaji dan upah yang terutang kepada tenaga kerja, menyetorkan
pajak penghasilan karyawan ke kas negara, menyetorkan dana
pensiun, uang asuransi, dan lain sebagainya.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai