Prosedur pembelian harus tertulis untuk memastikan tanggung jawab dan untuk
menyediakan informasi berkenaan dengan penggunaan akhir bahan baku yang diminta
dalam produksi.
Harga yang terdapat pada faktur yang dikirim oleh vendor dan kos transportasi
adalah dua kos yang dapat dilihat secara nyata atas pembelian bahan. Kos yang kurang
nyata adalah apa yang disebut dengan kos akuisisi atau kos pemerolehan, mencakup: kos
untuk pelaksanaan fungsi-fungsi pembelian, penerimaan, pembongkaran, inspeksi,
asuransi, penyimpanan, dan akuntansi.
Kos Akuisisi
Kos ini termasuk sulit ditelusuri secara langsung ke bahan baku yang
dibeli. Oleh karena itu, jika kos akuisisi dimasukkan sebagai penambah kos setiap
item bahan baku, maka harus dibebankan dengan menggunakan tarif, baik tarif
tunggal maupun tarif berdasarkan aktivitas (ABC).
Penghitungan tarif dapat dilakukan sebagai berikut :
Pencatatan dalam buku jurnal untuk pembebanan kos akuisisi ini adalah:
Ada dua metode yang dapat dipergunakan untuk mencacat bahan baku pada saat
pembelian, yaitu metode fisik dan metode perpetual. Jika dipergunakan metode fisik,
maka pada saat pembelian tidak dilakukan pencatatan dalam buku jurnal. Pencatatan
dilakukan pada akhir periode berdasarkan hasil pengecekan fisik.
Untuk menentukan nilai sediaan akhir bahan baku dapat menggunakan berbagai
metode penilaian, yang secara garis besar dikelompokkan menjadi dua yaitu metode yang
menggunakan asumsi aliran fisik, dan metode yang menggunakan asumsi aliran kos.
Metode Penilaian
sediaan
Metode Masuk Pertama Keluar Pertama
Dengan menggunakan metode masuk pertama keluar pertama, maka nilai sediaan berasal dari kon
bahan yang dibeli terakhir, sedangkan kos bahan yang dipakai dalam proses produksi berasal dari
kos bahan yang dibeli paling awal termasuk sediaan awal.
Jika metode penilaian yang dipergunakan untuk menentukan nilai sediaan akhir bahan baku, maka
nilainya akan terdiri dari nilai bahan baku yang diperoleh pertama kali dan berikutnya, sedangkan
nilai bahan baku yang dipakai dalam proses produksi menggunakan nilai bahan baku yang
diperoleh terakhir. Metode ini membawa konsekuensi bahwa nilai sediaan yang tercantum di
neraca tidak mencerminkan nilai pasar, karena terdiri atas nilai bahan yang diperoleh di masa lalu.
Sementara nilai bahan baku yang dipergunakan—dalam kasus terjadi inflasi seperti pada ilustrasi
ini—akan sangat tinggi sehingga kos produksi juga akan tinggi.
Metode Rata-rata Tertimbang
Jika dipergunakan metode rata-rata tertimbang, maka pertama-tama harus dihitung harga per
unit tertimbang.
Dalam metode ini, harga per unit dihitung secara terus-menerus ketika terjadi transaksi baik
pembelian maupun pemakaian..
Masalah Penyajian Sediaan di Neraca
Berapa jumlah kuantitas bahan baku yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan produksi
dalam satu periode, merupakan langkah awal dalam perencanaan dan pengendalian bahan baku.
Pada awalnya, bagian produksi akan menyusun anggaran produksi. Dari anggaran produksi ini
dapat disusun anggaran kebutuhan bahan baku
Setelah kebutuhan bahan untuk produksi dan jumlah kuantitas bahan yang harus dibeli dapat
ditentukan
Penggunaan Rumus KPE
Menjamin ketersediaan bahan baku untuk Menyediakan jumlah sediaan bahan yang cukup
mendukung operasi yang efisien, menghindari dalam mengantisipasi terjadinya lonjakan permintaan
terganggunya proses produksi; (1) musiman, siklus, dan insidental, dan mengantisipasi
perubahan harga; (2)
Menyimpan bahan dengan waktu dan kos Menjaga agar jumlah sediaan yang tidak aktif,
penanganan yang minimum dan melindungi kelebihan yang tidak terpakai, dan bahan usang pada
sediaan dari kebakaran, pencurian, cuaca aras yang paling minimal, dengan melaporkan
buruk, dan kerusakan akibat penanganan yang perubahan produk yang berdampak pada bahan
keliru; (3) baku; (4)
Ada tiga metode pengendalian bahan, yaitu: (1) metode siklus pemesanan (the order
cycling methods), (2) metode minimal-maksimal (the min-max methods), (3) metode
just-in time (the just-in time methods).
Metode Siklus Pemesanan
Metode ini menguji atau mereview secara periodik status
kuantitas bahan yang ada di tangan untuk setiap item
sediaan. Perusahaan yang berbeda mungkin memiliki
periode waktu yang berbeda—misal 30, 60, 90 hari—dalam
melakukan telaah atau pengujian dan dapat menggunakan
siklus yang berbeda untuk tipe bahan yang berbeda.
Metode Min-max
Metode minimum-maksimum didasarkan pada premis
bahwa kuantitas sebagian besar item sediaan dapat
ditentukan batas-batasnya secara tegas. Kuantitas
maksimum untuk setiap item seharusnya ditetapkan. Aras
minimum memberikan signal mengenai batas keamanan
yang diperlukan untuk mencegah kekurangan sediaan
selama siklus pesanan.
Pendekatan Selektif dalam Pengendalian Bahan Baku
Just in time (JIT) sesungguhnya adalah suatu filosofi yang berfokus pada
usaha-usaha untuk mengurangi inefficiency atau pemborosan (waste) (Lee dan
Larry, 1993:696). Beberapa pokok pikiran dalam pilosofi JIT adalah sebagai
berikut:
Bahan baku hanya dipesan pada saat akan berproduksi sehingga barang dari
pemasok tidak masuk gudang melainkan langsung masuk pabrik. Demikian pula dari
sisi barang jadi. Perusahaan hanya akan berproduksi jika dan hanya jika ada
permintaan. Oleh karena itu, ketika barang selesai diproduksi langsung dikirim ke
konsumen, tidak masuk gudang barang jadi.
Dari Gambar tersebut tampak bahwa bahan baku dari pemasok langsung di
debit ke akun RIP (Raw and In Process) dan ketika produk tersebut selesai langsung
diserahkan ke pelanggan dengan mendebit akun kos produk terjual (Cost of Goods
Sold). Tetapi, faktanya masih ada waktu tunggu sebelum barang diserahkan ke
pelanggan sehingga harus dicatat terlebih dahulu dengan mendebit akun barang jadi
dan mengkredit akun RIP.
KB 17
Kos Tenaga Kerja dan Permasalahan
Akuntansi Tenaga Kerja
Komponen-komponen Kos Tenaga Kerja
Komponen gaji dan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja terdiri atas
gaji pokok (basic pay) dan tunjangan-tunjangan (fringe benefits), misalnya tunjangan
hari raya, vakasi, premi lembur, asuransi, tunjangan pajak, tunjangan pensiun, dan lain
sebagainya. Tarif dasar seharusnya ditetapkan untuk setiapoperasi dalam suatu
perusahaan dan dikelompokkan berdasarkan tipe-tipe operasi. Gaji pokok (basic pay)
untuk tenaga kerja pabrik dimasukkan dalam kelompok kos tenaga kerja langsung,
sementara semua tunjangan (fringe benefits) dimasukkan dalam kelompok kos
overhead pabrik.
Komponen-komponen kos tenaga kerja yang mencakup:
1. Premi Lembur
2. Premi Shift
3. Bonus
Setelah jangka waktu yang panjang bagi karyawan memberikan jasa kepada
perusahaan, umumnya mereka menerima vakasi dan holiday (misalnya
tunjangan untuk liburan dan hari raya).
5. Pensiun
Pensiun merupakan bagian dari kos tenaga kerja secara keseluruhan. Tetapi
sifat dan permasalahan pensiun sangat kompleks, terdapat berbagai jenis biaya
dalam program pensiun sehingga akuntansi pensiun dipelajari secara terpisah.
Produktivitas dan Kos Tenaga Kerja
Produktivitas secara umum merupakan rasio antara output dan input. Jika
output meningkat sementara input tetap, maka rasio produktivitas meningkat. Atau jika
jumlah output tetap sementara jumlah input yang digunakan lebih sedikit, maka rasio
produktivitas juga meningkat.
Tujuan utama program gaji adalah memberikan insentif atau rangsangan agar
tenaga kerja memproduksi lebih banyak, sehingga mereka memperoleh lebih banyak
upah, tetapi pada saat yang bersamaan terjadi peningkatan output sehingga kos per unit
turun. Program gaji yang diterapkan harus diyakini akan mampu meningkatkan
produktivitas.
Tipe-tipe Program Gaji