Anda di halaman 1dari 26

Presentasi Kelompok 2 Akuntansi Biaya

SISTEM BIAYA TAKSIRAN


Nama-Nama Anggota Kelompok:
• Bayumi Ticoalu
• Epdiansyah Modeong
• Ester Leppa
• Jelvia Pundoko
• Meri Komalig
• Virginia Kowaas
DEFINISI BIAYA TAKSIRAN
(Estimated Cost)
Merupakan salah satu bentuk biaya yang ditentukan dimuka sebelum produksi
dilakukan atau penyerahan jasa dilaksanakan. Sistem biaya taksiran adalah sistem
akuntansi biaya produksi yang menggunakan suatu bentuk biaya-biaya yang ditentukan
di muka dalam menghitung harga pokok produk produk yang diproduksi. Dalam
beberapa hal biaya taksiran mirip dengan biaya standar, keduanya merupakan biaya
yang ditentukan di muka, namun di antara keduanya terdapat perbedaan dalam metode
penentuan, pengumpulan, penafsiran, dan penggunaannya. Perbedaan utama di antara
keduanya terletak pada metode yang dipakai dalam penentuan norma fisik atau
kuantitas. Dalam sistem biaya standar, norma fisik ditentukan berdasarkan suatu
penyelidikan teknik dan penyelidikan gerak dan waktu (time and motion studies), yang
biasanya didahului dengan analisis rinci tata letak pabrik dan jadwal produksi. Jika
Jumlah fisik yang sesungguhnya dipakai melebihi norma yang ditentukan, maka hal ini
dipandang sebagai pemborosan dan dibebankan ke dalam periode terjadinya. Dalam
sistem taksiran, dasar yang dipakai dalam penentuan norma fisik terbatas pada
pengalaman produksi masa yang lalu. Jika terjadi penyimpangan dan norma fisik
tersebut, masih perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut untuk menentukan sebab-
sebabnya, apakah karena terjadi pemborosan, penghematan, atau karena kesalahan
dalam penaksiran norma fisiknya yang dilakukan sebelumnya.
TUJUAN PENGGUNAAN SISTEM BIAYA TAKSIRAN
Tujuan penggunaan sistem biaya taksiran adalah:
1. Untuk jembatan menuju sistem biaya standar.
2. Untuk menghindari biaya yang relatif besar dalam pemakaian sistem biaya standar.
3. Untuk pengendalian biaya dan analisis kegiatan.
4. Untuk mengurangi biaya akuntansi.

Untuk jembatan menuju sistem biaya standar. Akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan: Penentuan harga pokok
produk, pengendalian biaya, dan analisis biaya untuk pengambilan keputusan.

Seringkali sistem biaya taksiran digunakan sebelum biaya standar dapat ditentukan. Penggunaan sistem biaya
taksiran sebagai jembatan menuju sistem biaya standar mempunyai keuntungan sebagai berikut:
a. Melatih karyawan dalam menggunakan sistem biaya standar karena adanya beberapa kesamaan di antara kedua
sistem tersebut.
b. Menyesuaikan karyawan secara bertahap terhadap sistem yang baru, agar terpelihara hubungan yang baik
dengan karyawan

Kadang-kadang penggunaan system biaya taksiran dengan sendirinya akan mendorong penggunaan system
biaya standar.
Untuk menghindari biaya yang relatif besar dalam pemakaian sistem biaya standar. Dalam
perusahaan-perusahaan tertentu, pemakaian sistem biaya taksiran lebih ekonomis bila dibandingkan
dengan sistem biaya standar.

Untuk pengendalian biaya dan analisis kegiatan. Banyak perusahaan menggunakan sistem biaya
taksiran sebagai alat pengendalian biaya dan sebagai dasar untuk menganalisis kegiatan- kegiatannya.
Meskipun biaya taksiran bukan merupakan biaya yang seharusnya ( mengingat cara penentuannya),
namun perbandingan antara biaya sesungguhnya dengan biaya taksiran dapat memberikan petunjuk
mengenai terjadinya pemborosan sehingga dapat dipakai sebagai dasar perbaikan kegiatan.

Untuk mengurangi biaya akuntansi. Penghematan biaya akuntansi dengan penggunaan sistem biaya
taksiran sangat terasa jika perusahaan menghasilkan banyak macam produk. Atau jika produk (keluarga
produk) diolah melalui banyak departemen atau pusat biaya. Biaya akuntansi dapat dikurangi sebagai
akibat dari tidak diperlukannya kartu persediaan bahan baku, bahan penolong, produk dalam proses,
dan produk jadi untuk mencatat mutasi persediaan dengan menggunakan metode mutasi persediaan
( perpetual inventory method).
PENENTUAN BIAYA TAKSIRAN
Biaya taksiran biasanya dipecah menjadi tiga unsur: Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
Biaya taksiran dapat ditentukan atas dasar data masa lalu, dari perhitungan, dari rumus kimia atau matematis, atau
secara sederhana dengan taksiran. Biaya taksiran ditentukan untuk setiap jenis produk yang diproduksi, pada awal masa
produksi atau pada awal tahun anggaran.

Dalam penentuan taksiran biaya bahan baku yang dipakai untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu, perlu
dilakukan penaksiran kuantitas tiap-tiap bahan baku yang dibutuhkan dan taksiran harganya masing-masing. Penaksiran
kuantitas bahan baku yang akan dikonsumsi dalam setiap satu produk didasarkan pada spesifikasi teknis, percobaan, atau
data masa lalu. Penaksiran harga bahan baku yang dapat didasarkan pada harga kontrak pembelian dalam jangka waktu
tertentu. Atau jika bahan baku harus dibeli dari waktu ke waktu, dan harganya tergantung pada keadaan harga pasar,
penaksiran harga dapat didasarkan pada daftar harga yang dipublikasikan.

Dalam penentuan taksiran biaya tenaga kerja, harus lebih dahulu diketahui semua jenis kegiatan untuk mengolah
produk, karena jam tenaga kerja dipengaruhi oleh kecakapan tiap-tiap karyawan dan jenis pekerjaannya. Dalam
menentukan jumlah jam tenaga kerja yang ditaksir akan dikonsumsi untuk menghasilkan setiap satuan produk, harus
diperhitungkan juga waktu-waktu Persiapan produksi, materials bandling, perbaikan mesin, dan hal-hal yang
memerlukan jam tenaga kerja. Taksiran biaya tenaga kerja merupakan hasil kali taksiran jumlah jam kerja untuk
menghasilkan setiap satuan produk dengan tarif biaya tenaga kerja.
Taksiran biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk didasarkan pada tarif yang ditentukan di muka.
Didalam menentukan tarif biaya overhead pabrik ini perlu diadakan pemisahan biaya overhead pabrik ke dalam
unsur biaya tetap dan biaya variabel. Biaya overhead pabrik variabel ditaksir dengan melihat hubungan biaya
tersebut dengan produksi, dengan anggapan bahwa terdapat hubungan yang konstan antara jumlah produksi
dengan biaya yang dikeluarkan. Biaya overhead pabrik ditaksir dengan cara memperhatikan masing-masing unsur
biaya overhead pabrik tetap yang bersangkutan. Pada umumnya biaya overhead pabrik tetap lebih mudah cara
penaksirannya. Misalnya biaya depresiasi mesin, ditaksir dengan memperhitungkan jumlah mesin yang dimiliki
sekarang dengan memperhitungkan rencana investasi serta rencana pemberhentian pemakaian mesin yang akan
terjadi dimasa yang akan datang. Penaksiran jumlah asuransi tergantung pada kemungkinan Perubahan polis
asuransi yang diperkirakan akan terjadi dalam periode pemakaian biaya taksiran. Gaji pengawas pabrik dapat
ditaksir dengan melihat rencana gaji yang akan dibayarkan kepada pengawas tersebut. Dengan demikian taksiran
biaya overhead pabrik tetap merupakan jumlah taksiran masing-masing unsur biaya overhead pabrik tersebut.
PROSEDUR AKUNTANSI DALAM SISTEM BIAYA
Dalam sistem biaya taksiran, rekening barang dalam proses didebit dengan biaya produksi yang
sesungguhnya terjadi dan dikredit sebesar hasil kali jumlah produk selesai dan produk dalam proses
dengan biaya taksiran per satuan. Karena harga pokok produk jadi yang masuk gudang dihargai dengan
biaya taksiran, maka pada saat dijual, hargy pokok penjualannya adalah sebesar hasil kali jumlah produk
yang dijual dengan biaya taksiran per satuan. Selisih antara biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya
dihitung dengan cara mencari saldo rekening barang dalam proses, dan dipindahkan ke rekening selisih.

Prosedur Pencatatan Biaya Bahan Baku


Jika metode mutasi persediaan dipakai, pembelian bahan baku dicatat dengan jurnal:
Persediaan Bahan Baku xx
Utang Dagang xx

Atas dasar bukti permintaan barang, dicatat pemakaian bahan baku dalam kartu persediaan.Jurnal
pemakaian bahan baku adalah sebagai berikut:
Barang dalam proses-Biaya Bahan Baku xx
Persediaan Bahan Baku xx

Dalam hal ini rekening barang dalam proses didebit sebesar biaya bahan baku sesungguhnya
Jika metode persediaan fisik (physical inventory method) digunakan, pembelian bahan baku dicatat
dengan jurnal sebagai berikut:
Pembelian xx
Utang Dagang xx

Pemakaian bahan baku tidak dicatat dalam kartu persediaan. Pada akhir periode tertentu, diadakan
penghitungan fisik persediaan yang masih ada dalam Gudang.

Biaya bahan baku selama periode tertentu dihitung sebagai berikut:


Harga pokok persediaan bahan baku pada awal periode Rpxx
Pembelian xx +
Harga pokok bahan baku yang tersedia untuk produksi Rpxx
Harga pokok persediaan bahan baku pada akhir periode xx +
Biaya bahan baku yang selama periode Rpxx
Dalam metode persediaan fisik, jurnal untuk mencatat biaya bahan baku selama periode
tertentu adalah:
a. Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku xx
Persediaan Bahan Baku xx
(Untuk menutup harga pokok persediaan bahan baku awal periode)
b. Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku xx
Pembelian xx
(Untuk menutup rekening pembelian)
c. Persediaan Bahan Baku xx
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku xx
(Untuk mencarat harga pokok persediaan bahan baku akhir periode)
Prosedur Pencatatan Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja (yang meliputi upah, biaya kesejahteraan karyawan, dan biaya lain-lain untuk karyawan) yang sesungguhnya
terjadi dalam suatu periode dijurnal sebagai berikut:
Barang DalamProses-Biaya Tenaga Kerja xx
Biaya Administrasi dan Umum xx
Biaya Pemasaran xx
Gaji dan Upah xx

Prosedur Pencatatan Biaya Overhead Pabrik


Dalam sistern biaya taksiran, biaya overbead pabrik dicatat dengan menggunakan salah satu metode berikut ini.
Metode 1
Rekening barang dalam proses didebit dengan biaya overbead pabrik yang sesungguhnya terjadi dalam periode tertentu. Jurnal
pencatatan biaya overbead pabrik yang sesungguhnya terjadi adalah sebagai berikut:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
Persediaan Suku Cadang xx
Akumulasi Depresiasi Aktiva Tetap xx
Kas xx

Pada akhir periode, biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi selama periode tertentudibebankan kepada produk dengan
jurnal sebagai berikut:
Barang Dalam Proses-Biaya Overbead Pabrik xx
Biaya Overbead Pabrik Sesungguhnya xx
Metode 2
Rekening barang dalam proses didebit dengan biaya overhead pabrik atas dasar tarif yang ditentukan di
muka. Jurnal pencatatan biaya overbead pabrik yang sesungguhnya terjadi adalah sebagai berikut:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
Persediaan Suku Cadang xx
Akumulasi Depresiasi Aktiva Tetap xx
Kas xx

Jurnal pencatatan pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk atas dasar tarifyang ditentukan di muka
adalah sebagai berikut:
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik xx
Biaya Overhead yang Dibebankan xx

Pada akhir periode, biaya overbead pabrik yang dibebankan kepada produk atas das tarif dipertemukan
dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dengan cara menutup rekening biaya overhead pabrik
yang dibebankan ke dalam rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya. Jurnal penutupannya adalah sebagai
berikut:
Biaya overhead pabrik yang dibebankan xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya xx
Prosedur Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi dan Produk yang Masih
Dalam Proses pada Akhir Periode
Harga pokok produk jadi dilutung dengan cara mengalikan kuantitas produk jadi yang dihasilkan selama satu periode dengan biaya
taksiran per satuan produk. Harga pokok produk yang masih dalam proses pada akhir periode dihitung dengan cara mengalikan unit
ekuivalensinya dengan biaya taksiran per satuan produk Jurnal pencatatan hargapokok produk jadi dan produk yang masih dalam
proses pada akhir periode adalahsebagai berikut:
Persediaan Produk Jadi xx
Persediaan Produk Dalam proses xx
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku xx
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja xx
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik xx

Prosedur Pencatatan Harga Pokok Produk yang Dijual


Harga pokok penjualan dihitung dengan cara mengalikan jumlah produk yang terjual dengan biaya taksiran per satuan produk Jurnal
pencatatan harga pokok produk yang dijual adalah sebagai berikut
Harga Pokok Penjualan xx
Persediaan Produk Jadi xx

Prosedur Pencatatan Selisih Biaya Taksiran dengan Biaya Sesungguhnya


Penentuan selisih biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya tergantung pada metode pen catatan biaya overhead pabrik. Jika
pencatatan biaya ererfead pabrik memakai metode 1, maka selisih antara biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya dihitung
dengan cara mencan saldo rekening barang dalam proses. Selisih tersebut ditransfer ke rekerung selisih dengan jurnal sebagai
berikut:
Selisih xx
Barang Dalam Proses-Braya Bahan Baku xx
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja xx
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik xx
(Untuk mencatat selisih rugi, yaitu biaya sesungguhnya lebih tinggi dari biaya taksiran)
Jika pencatatan biaya overhead pabrik memakai metode 2, maka selisih antarabiaya taksiran
dengan biaya sesungguhnya dihitung dengan cara: (a) menghitung saldo rekening barang dalam
proses dan (b) menghitung saldo rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya Selisih tersebut
ditransfer ke rekening selisih dengan dua jurnal sebagai berikut
a. Selisih
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik
(Untuk mencatat selisih rugi, yaitu jumlah pendebitan rekening barang dalam proses lebih tinggi dan jumlah
pengkreditannya)

b. Selisih
Biaya Overbead Pabrik Sesungguhnya
(Untuk mencatat selisih rug, yamu biaya verbaad pabrik sesungguhnya lebih tinggi dan yang dibebankan atas dasar tarif)

Dari uraian tersebut di atas, prosedur pencatatan biaya dalam sistem biaya taksiran dapat
dilukiskan dalam Gambar 12.2. Dalam gambar tersebut digunakan metode 2 dalam pencatatan
biaya overhead pabrik.
Untuk memberikan gambaran rinci sistem biaya taksiran, berikut ini diberikan dua
contoh. Contoh pertama menyajikan gambaran sistem biaya taksiran yang digunakan
oleh perusahaan yang produknya diolah melalui satu departemen produksi. Contoh
kedua menyajikan gambaran sistem biaya taksiran yang digunakan oleh perusahaan yang
produknya diolah melalui lebih dari satu departemen produksi.

Contoh 1

PT Eliona memproduksi satu macam produk melalui satu tahap pengolahan. Perusahaan
menggunakan sistem biaya taksiran, dan biaya taksiran per kilogram produk adalah
sebagai berikut:
Biaya bahan baku 2 kg @ Rp 9 Rp18
Biaya tenaga kerja 1 jam @Rp27 27
Biaya overhead pabrik 1 jam @Rp37 37
Biaya taksiran per kilogram produk Rp82
Data kegiatan perusahaan dalam bulan November 20X7 adalah sebagai berikut:

1. Persediaan pada awal bulan November 20X7


a. Harga pokok persediaan bahan baku sebesar Rp20.000.
b. Jumlah persediaan produk dalam proses sebanyak 3.000 kg dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut: biaya bahan baku 100%; biaya konversi 2/3. Harga
pokok taksiran persediaan produk dalam proses ini dihitung sebagai berikut:
Biaya bahan baku 100% x 3.000 x Rp18 Rp 54.000
Biaya Tenaga kerja 2/3 x 3.000 x Rp27 54.000
Biaya overhead pabrik 2/3 x 3.000 x Rp37 74.000
Jumlah Rp182.000
c. Persediaan produk jadi berjumlah 500 kg.

2. Kegiatan selama bulan November 20X7


a. Pembelian bahan baku sebesar Rp660.000.
b. Jumlah jam tenaga kerja sesungguhnya sebesar 34.500 jam dengan biaya tenaga kerja
sebesar Rp925.000
c. Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif per jam kerja
langsung sebesar Rp37. Biaya overbead pabrik sesungguhnya yang terjadi dalam
bulan November berjumlah Rp1.261.000.
d. Produk jadi yang ditransfer ke gudang selama bulan November berjumlah 35.500 kg e.
Produk jadi dijual dengan harga jual Rp110 per kg
e. 3. Persediaan pada akhir bulan November 20X7 a. Harga pokok persediaan bahan
baku yang ditentukan dengan metode masuk pertama keluar pertama (MPKP) sebesar
Rp40.000.
3. Persediaan pada akhir bulan November 20X7
a. Harga pokok persediaan bahan baku yang ditentukan dengan metode masuk pertama keluar
pertama (MPKP) sebesar Rp40.000.
b. Jumlah persediaan produk dalam proses sebanyak 2.500 kg dengan tingka penyelesaian sebagai
berikut: Biaya bahan baku 100%; biaya konversi 20%
c. Persediaan produk jadi berjumlah 1.000 kg

Atas dasar data tersebut di atas, jurnal-jurnal pencatatan yang dibuat dalam sistem biaya
taksiran adalah sebagai berikut:
1. Jurnal pembelian bahan baku:
Pembelian Rp660.000
Utang Dagang Rp660.00

2. Jurnal pencatatan biaya bahan baku yang sesungguhnya dipakai:


Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp640.000
Persediaan Bahan Baku 40.000
Persediaan Bahan Baku Rp 20.000
Pembelian 660.000

Perhitungan biaya bahan baku sesungguhnya adalah sebagai berikut:


Harga pokok persediaan bahan baku pada awal bulan Rp 20.000
Pembelian 660.000
Rp680.000
Harga pokok persediaan bahan baku pada akhir bulan 40.000
Biaya bahan baku selama bulan November Rp640.000
3. Jurnal pencatatan biaya tenaga kerja sesungguhnya:
Barang Dim Proses-Biaya Tenaga Kerja Rp925.000
Gaji dan Upah Rp 925.000

4. Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk:


Barang Dlm Proses Biaya Ov. Pabrik Rp1.276.500
Biaya Ox. Pabrik yang Dibebankan Rp1.276.500
Perhitungan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif adalah
sebagai berikut: 34.500 jam x Rp37= Rp1.276.500

5. Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi selama bulan
November
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp1.261.000
Berbagai Macam Rekening yang Dikredit Rp1.261.000

6. Jurnal penutupan rekening Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan ke Reken Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya.
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp1.276.500
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp1.276.500
7. Jurnal pencatatan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
Persediaan Produk Jadi Rp. 2.911.000
Barang Dim Proses-Biaya Bahan Baku Rp639 000
Barang Dlm Proses Biaya Tenaga Kerja 958.500
Barang Dlm Proses –Biaya Ov. Pabrik 1.313.500

Harga pokok produk jadi ditentukan dengan cara mengalikan kuantitas produk jadi yang sesungguhnya
dihasilkan dengan biaya taksiran per satuan. Perhitungan harga pokok produk jadi adalah sebagai berikut:

Biaya bahan baku: 35.500x Rp18 Rp. 639.000


Biaya tenaga kerja: 35.500 x Rp27 Rp. 958.500
Biaya overhead pabrik 35.500 x Rp37 Rp. 1.313.500
Harga pokok taksiran produk jadi Rp. 2.911.000

8. Jurnal pencatatan harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir bulan November 20X7
Persediaan Produk Dalam Proses Rp77.000
Barang Dlm Proses-Biaya Bahan Baku Rp45.000
Barang Dim Proses-Biaya Tenaga Kerja Rp13.500
Barang Dlm Proses-Biaya Overhead Pabrik Rp18.500
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ditentukan dengan cara mengalikan unit
ekuivalensi persediaan produk dalam proses akhir dengan biaya taksiran per satuan. Perhitungan
harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan adalah sebagai berikut:

Biaya bahan baku 100% x 2.500 x Rp.18 Rp. 45.000


Biaya tenaga kerja 20% x 2.500 x Rp27 Rp. 13.500
Biaya Overhead pabrik 20% x 2.500 x Rp37 Rp. 18.500
Harga pokok taksiran persediaan produk dalam proses akhir bulan Rp.77.000

9. Jurnal Pencatatan harga pokok produk yang terjual dalam bulan November 20X7.
Harga Pokok penjualan Rp2.870.000
Persediaan Produk jadi Rp2.870.000
Perhitungan harga pokok produk yang dijual adalah sebagai berikut :

Persediaan produk jadi akhir bulan 500 Kg


Produk selesai bulan November 35.500
36.000 Kg
Persediaan produk jadi akhir bulan. 1.000
Jumlah produk yang terjual dalam bulan November. 35.000 Kg
Biaya taksiran per kg produk. Rp82
Harga pokok penjualan. Rp 2.870.000
10. Jurnal pencatatan hasil penjualan bulan November 20X7.
Piutang Dagang (35,000 kg x Rp110) Rp 3.850.500
Hasil Penjualan. Rp 3.850.500

11. Jurnal pencatatan selisih biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya yang Terdapat dalam rekening barang dalam proses.
Selisih Rp 35.500
Barang Dim Proses-Biaya Bahan Baku Rp 10.000
Barang Dim Proses-Biaya Tenaga Kerja 7.000
Barang Dim Proses-Biaya Overhead Pabrik 18.500
Selisih yang terdapat dalam rekening barang dalam proses dihitung dengan cara mencari saldo tiap-tiap rekening barang
dalam proses.

12. Jurnal pencatatan selisih antara biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan p dibebankan atas dasar tarif.
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Rp 15.500
Selisih Rp 15.500
Karena rekening barang dalam proses di debit dengan biaya Overhead pabrik yang diibebankan atas dasar tarif yang
ditentukan di muka, maka selisih antar Biaya overhead pabrik yang dibebankan dengan yang sesungguhnya terjadi terdapat
dalam dua rekening: barang dalam proses (Rp35.000) dan biaya Overhead pabrik sesungguhnya (Rp15.500)
Mengenai biaya overbead pabrik, selisih antara biaya taksiran dengan bin sesungguhnya dapat dibagi menjadi dua macam:
(a) Selisih karena Perbedaan jam tenaga kerja; (b) Selisih karena perbedaan tarif biaya overhead pabrik Selisih perbedaan jam
tenaga kerja terdapat dalam rekening barang dalam proses averhead pabrik. Rekening ini di debit dengan hasil kali jam tenaga
kerja Dengan biaya Overhead pabrik, sedangkan di sebelah kredit dicatat jumlah taksiran kerja untuk menghasilkan produk kali
biaya overhead pabrik per satuan produk.
Selisih karena perbedaan tarif biaya overhead pabrik terdapat dalam rekening baya overhead pabrik sesungguhnya.
Rekening ini didebit dengan biaya overhead pabrik pabrik sesungguhnya (jam tenaga kerja sesungguhnya x tarif biaya overhead
pabrik yang ditentukan dimuka).
Perhitungan Selisih Biaya Operbead Pabrik Sesungguhnya dengan Biaya Overhead Pabrik menurut
Taksiran

Debit Rekening Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik


Jam tenaga kerja sesungguhnya x Tarif biaya overhead pabrik per jam
34.500 jam x Rp37 =Rp1.276.500

Kredit rekening Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik


Taksiran jam tenaga kerja x Tarif biaya overhead
untuk menghasilkan produk pabrikan per satuan produk
34.000* x Rp 37 =1.258.000
Selisih efisien biaya overhead pabrik Rp 18.500

Jumlah taksiran jam kerja untuk menghasilkan produk dalam November 20X7 dihitung sebagai berikut:

Jumlah produk selesai sebanyak 35.500 kg yang ditransfer ke gudang terdiri dari
3.000 kg produk yang pada awal bulan masih dalam proses dan 32.500 kg sisanya
merupakan produk yang berasal dari produksi bulan November 20X7. Karena
menurut taksiran setiap 1 kg produk memerlukan 1 jam tenaga kerja, maka
perhitungan jumlah taksiran jam tenaga kerja untuk menghasilkan produk dalam
bulan November adalah sebagai berikut:
Jam tenaga kerja yang digunakan untuk menyelesaikan produk yang pada
awal bulan masih dalam proses: (1-2/3) x 3.000 kg x 1 jam 1.000 jam

Jam tenaga kerja yang digunakan untuk menyelesaikan produk jadi yang berasal
dari produksi bulan November: 32.500 x 1 jam 32.500

Jam tenaga kerja yang digunakan untuk mengolah produk yang pada akhir
bulan November masih dalam proses: 20% x 2.500 kg x 1 jam 500
Jumlah jam tenaga kerja. 34.000 jam

Apabila jurnal-jurnal tersebut di atas dibukukan dalam buku besar, maka


rekening yang bersangkutan akan tampak dalam berikut :

Anda mungkin juga menyukai