Anda di halaman 1dari 25

SISTEM BIAYA TAKSIRAN

Oleh :
Kelompok IV
1. Oktovianus N Tahun
2. Sonny R. Ly Ratu
3. Adeli S. Feo
4. Sofie M. Lay
5. Essu Maubanu
I. Definisi Biaya Taksiran

Sistem biaya taksiran merupakan merupakan bagian dari pembelajaran cabang


akuntansi yaitu akuntansi biaya. Penerapan dan perhitungan akuntansi dalam sistem
biaya taksiran akan dipakai sebagai dasar untuk mencatat harga pokok produk atau jasa
ke dalam rekening buku besar, selain itu sistem biaya taksiran juga digunakan untuk
membandingkan biaya taksiran dengan biaya yang sesungguhnya terjadi, serta
menentukan besarnya selisih yang timbul diantara biaya taksiran dengan biaya yang
sesungguhnya. Karenanya, biaya taksiran dapat dijadikan sebagai acuan dalam
pengambilan keputusan oleh manajemen.
Biaya taksiran (estimated cost) merupakan salah satu bentuk biaya yang
ditentukan di muka sebelum produksi dilakukan atau penyerahan jasa dilaksanakan.
Sistem biaya taksiran adalah sistem akuntansi biaya produksi yang menggunakan suatu
bentuk biaya yang ditentukan di muka dalam menghitung harga pokok produk yang
diproduksi.
Biaya taksiran berbeda dengan biaya standar yang juga merupakan biaya yang
ditentukan di muka dalam hal metode yang dipakai dalam penentuan norma fisik atau
kuantitas. Dalam sistem biaya standar norma fisik ditentukan berdasar suatu
penyelidikan teknik dan gerak dan waktu (time and motion studies), yang biasanya
didahului dengan analisis rinci tata letak pabrik dan jadwal produksi. Jika jumlah fisik
yang sesungguhnya dipakai melebihi norma yang ditentukan, maka hal ini dipandang
sebagai pemborosan dan dibebankan ke dalam periode terjadinya.

II. Tujuan Penggunaan Sistem Biaya Taksiran

Menurut Mulyadi dalam buku Akuntansi Biaya, menyatakan bahwa, “Tujuan


penggunaan sistem biaya taksiran adalah :
1. Untuk jembatan menuju sistem biaya standar
2. Untuk menghindari biaya yang relatif besar dalam pemakaian sistem biaya standar
3. Untuk pengendalian biaya dan analisis kegiatan
4. Untuk mengurangi biaya akuntansi “ (2002 : 382)
Dari keterangan di atas mengenai tujuan penggunaan sistem biaya taksiran, maka dapat
diuraikan sebagai berikut :
Untuk jembatan menuju sistem biaya standar
Akuntansi biaya menitikberatkan pada penentuan harga pokok produk, yang
hanya terbatas pada pengumpulan dan penggolongan biaya yang sesungguhnya terjadi di
masa yang lalu (biaya historis atau historical cost). Dalam sistem pengendalian biaya ini
pihak manajemen harus menentukan suatu norma untuk mengukur pelaksanaan tindakan
tersebut. Sehingga dapat menafsirkan biaya sesungguhnya yang dikumpulkan, apakah
terjadi penghematan atau pemborosan dalam pelaksanaan produksi. Maka seringkali biaya
taksiran ini digunakan sebelum biaya standar dapat ditentukan, dan penggunaan sistem
biaya taksiran dengan sendirinya akan mendorong penggunaan sistem biaya standar.
Untuk menghindari biaya yang relatif besar dalam pemakaian sistem biaya standar
Dalam perusahaan tertentu, pemakaian sistem biaya taksiran lebih ekonomis
dibanding dengan sistem biaya standar. Dalam perusahaan kecil, sering mengalami
perubahan produk atau produksi, waktu dan biaya yang diperlukan untuk penentuan biaya
standar sangat besar, sehingga pemakaian sistem biaya standar tidak ekonomis.
Untuk pengendalian biaya dan analisis kegiatan
Banyak perusahaan yang menggunakan sistem biaya taksiran ini sebagai alat
pengendalian biaya dan sebagai dasar untuk menganalisis kegiatannya. Karena
perbandingan antara biaya sesungguhnya dengan biaya taksiran dapat memberikan
petunjuk mengenai terjadinya pemborosan sehingga dapat dipakai sebagai dasar perbaikan
kegiatan
Untuk mengurangi biaya akuntansi
Penghematan biaya akuntansi ini sangat terasa jika menggunakan sistem biaya
taksiran ini, apabila perusahaan menghasilkan banyak macam produk atau jika produk
diolah melalui banyak departemen.
III. Penentuan Sistem Biaya Taksiran

Cara menentukan biaya taksiran adalah dengan memecahnya menjadi beberapa


unsur biaya :
1. Biaya bahan baku
2. Biaya tenaga kerja langsung
3. Biaya overhead pabrik
Biaya taksiran bisa ditentukan atas dasar data masa lalu, dari perhitungan, dari
rumus kimia atau matematis atau secara sederhana dengan taksiran. Biaya taksiran
ditentukan untuk setiap jenis produk yang diproduksi, pada awal masa produksi atau pada
awal tahun anggaran.
Dalam penentuan biaya taksiran, biaya bahan baku yang dipakai untuk
menghasilkan sejumlah produk tertentu perlu dilakukan penaksiran kuantitas tiap-tiap
bahan baku yang dibutuhkan dan taksiran harga masing-masing.
Penaksiran kuantitas bahan baku yang akan dikonsumsi dalam setiap satuan
produk didasarkan pada spesifikasi teknis, percobaan, atau data masa lalu. Penaksiran
bahan baku yang dapat didasarkan kepada harga kontrak pembelian dalam jangka waktu
tertentu atau jika bahan baku harus dibeli dari waktu ke waktu dan harganya tergantung
kepada harga pasar maka penaksiran harga dapat didasarkan kepada daftar harga yang
dipublikasikan.
Dalam penentuan taksiran biaya tenaga kerja, harus lebih dahulu diketahui semua
jenis kegiatan untuk mengolah produk, karena jam tenaga kerja dipengaruhi oleh
kecakapan tiap-tiap karyawan dan jenis pekerjaannya. Dalam menentukan jumlah jam
tenaga kerja harus diperhitungkan juga waktu persiapan produksi, material handling,
perbaikan mesin, dan lain-lain. Taksiran biaya tenaga kerja merupakan hasil kali taksiran
jumlah jam kerja untuk menghasilkan setiap satuan produk dengan tarif biaya tenaga kerja.
Taksiran biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk didasarkan
kepada tarif yang ditentukan di muka. Dalam menentukan tarif biaya overhead pabrik
diperlukan pemisahan ke dalam unsur tetap dan variabel. Biaya overhead variabel ditaksir
dengan melihat hubungan biaya tersebut dengan produksi, dengan anggapan bahwa
terdapat hubungan yang konstan diantara jumlah produksi dengan biaya yang dikeluarkan.
Biaya overhead pabrik ditaksir dengan cara memperhatikan masing-masing unsur biaya
overhead pabrik tetap yang bersangkutan seperti biaya depresiasi mesin, ditaksir dengan
memperhitungkan jumlah mesin yang dimiliki sekarang dengan memperhitungkan rencana
investasi serta rencana pemberhentian pemakaian mesin yang akan terjadi di masa yang
akan datang. Penaksiran jumlah asuransi tergantung kepada kemungkinan perubahan polis
asuransi yang diperkirakan akan terjadi dalam periode pemakaian biaya taksiran. Gaji
pengawas pabrik dapat ditaksir dengan melihat rencana gaji yang akan dibayarkan kepada
pengawas tersebut. Dengan demikian taksiran biaya overhead pabrik tetap merupakan
jumlah taksiran masing-masing unsur biaya overhead pabrik tersebut.

IV. Prosedur Akuntansi dalam Sistem Biaya Taksiran

Dalam sistem biaya taksiran rekening barang dalam proses didebit dengan biaya
produksi yang sesungguhnya terjadi dan dikredit sebesar hasil kali jumlah produk selesai
dan produk dalam proses dengan biaya taksiran per satuan. Karena harga pokok produk
jadi yang masuk gudang dihargai dengan biaya taksiran, maka pada saat dijual, harga
pokok penjualannya adalah sebesar hasil kali jumlah produk yang dijual dengan biaya
taksiran persatuan. Selisih diantara biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya dihitung
dengan cara mencari saldo rekening barang dalam proses dan dipindahkan ke rekening
selisih.
1. Prosedur Pencatatan Biaya Bahan Baku
Untuk pencatatan biaya bahan baku semua peristiwa dicatat dengan menggunakan
biaya sesungguhnya yang terjadi dalam satu periode.
2. Prosedur Pencatatan Biaya Tenaga Kerja
Untuk pencatatan biaya tenaga kerja semua peristiwa meliputi upah, biaya
kesejahteraan karyawan, dan biaya lain-lain untuk karyawan) dicatat dengan
menggunakan biaya sesungguhnya yang terjadi dalam satu periode.
3. Prosedur Pencatatan Biaya Overhead Pabrik
1. Pencatatan biaya overhead pabrik sesungguhnya ( dicatat dengan biaya
sesungguhnya terjadi)
2. Pembebanan biaya overhead pabrik ke produk ( dicatat dengan tarif yang telah
ditentukan di muka.Penutupan biaya overhead pabrik sesungguhnya.
4. Prosedur Pencatatan Persediaan Produk Jadi dan Persediaan Barang Dalam
Proses
1. Pencatatan persediaan produk jadi (harga pokok produk jadi dihitung dengan
mengalikan kuantitas produk jadi dengan biaya taksiran per satuan produk ).
2. Persediaan barang dalam proses ( harga pokok produk dalam proses dihitung
dengan mengalikan unit ekuivalen kuantitasnya dengan biaya taksiran per satuan
produk.
5. Prosedur Pencatatan Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan dihitung dengan cara mengalikan jumlah produk yang terjual
dengan taksiran persatuan produk.
6. Prosedur Pencatatan Selisih Biaya Taksiran dengan Biaya Sesungguhnya
Penentuan selisih biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya tergantung pada metode
pencatatan biaya overhead pabrik. Jika pencatatatn biaya overhead menggunakan
metode 1, maka selisih antara biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya dihitung
dengan cara mencari saldo rekening barang dalam proses. Jika pencatatan biaya
overhead pabrik menggunakan metode 2, maka selisih antara biaya taksiran dengan
biaya sesungguhnya dihitung dengan cara :
a. Menghitung saldo rekening barang dalam proses
b. Menghitung biaya overhead pabrik sesungguhnya

V. Prosedur Akuntansi dalam Sistem Biaya Taksiran Jika Produk diolah


Melalui Lebih dari Satu Departemen Produksi.

Untuk proses produksi melalui lebih dari satu departemen produksi, maka perlu
digunakan rekening transfer untuk mencatat harga pokok taksiran produk selesai dari
departemen pertama atau departemen lain sebelum departemen produksi terakhir
Jika produk diolah melalui lebih dari satu departemen produksi, prosedur
akuntansi dalam system biaya taksiran secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Untuk tiap-tiap departemen produksi harsu ditentukan biaya taksiran persatuan produk
b. Untuk tiap-tiap departemen produksi dibentuk satu rekening barang dalam proses.
Rekening tersebut dapat dipecah lagi sesuai dengan unsure harga pokok produk.
c. Rekening barang dalam proses masing-masing departemen produksi di debit dengan
biaya produksi sesungguhnya selama periode tertentu dan dikredit dengan harga
pokok taksiran produk jadi dan harga pokok taksiran produk dalam proses akhir
periode (unut ekuivalensi x biaya taksiran per satuan produk)
d. Saldo rekening barang dalamproses tiap produksi merupakan selisih biaya
sesungguhnya dengan biaya taksiran. Jumlah selisih ini di transfer ke dalam rekening
selisih.

VI. Perlakuan Terhadap Selisih

Selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya taksiran dalam suatu periode akuntansi
dapat diperlakukan sebagai berikut:
a. Ditutup ke rekening Harga Pokok Penjualan atau rekening Laba Rugi.
b. Dibagikan secara adil kepada produk selesai dalam periode yang bersangkutan, yaitu
dibagikan ke rekening Barang Jadi dan Harga Pokok penjualan.
c. Dibagikan secara adil ke rekening persediaan BDP, persediaan Barang Jadi dan Harga
Pokok Penjualan.
d. Membiarkan selisih tersebut tetap dalam rekening selisih, karena ada kemungkinan
selisih-selisih yang terjadi akan saling menutup (mengkompensasi).

VII. Sistematika Penjelasan Prosedur Akuntansi Dalam Sistem Biaya


Taksiran

1. Harga pokok taksiran disusun untuk dimasukkan kedalam sistem akuntansi


perusahaan
2. Rekening persediaan bahan baku, biaya gaji dan upah, serta rekening BOP didebit dan
dikredit sebesar harga pokok atau biaya yang sesungguhnya.
3. Rekening barang dalam proses untuk biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung
dan biaya overhead pabrik dibebani (didebit) dengan biaya yang sesungguhnya
dinikmati. Rekening ini dikredit atas produk yang selesai atau produk dalam proses
pada akhir periode sebesar harga pokok taksiran.
4. Rekening persediaan produk selesai didebit sebesar harga pokok taksiran atas produk
selesai dan dikredit sebesar sebesar harga pokok taksiran atas produk selesai yang
dijual.
5. Rekening harga pokok penjualan didebit sebesar harga pokok taksiran atas produk
selesai yang dijual
6. Pada akhir periode harga pokok produk dalam proses dipindahkan dari setiap
rekening barang dalam proses ke dalam rekening persedian produk dalam proses
sebesar harga pokok taksirannya.
7. Pada akhir periode dihitung selisih biaya yang timbul, dengan jalan membandingkan
jumlah debit setiap rekening barang dalam proses (menunjukkan biaya sesungguhnya)
dengan sebelah kredit rekening barang dalam proses yang sama (menunjukkan harga
pokok taksiran), serta memindahkan selisih biaya ke dalam rekening selisih biaya.
8. Setelah rekening selisih biaya dihitung, selanjutnya selisih tersebut dialokasikan
kembali ke dalam rekening harga pokok penjualan, persediaan produk selesai, dan
rekening persediaan produk dalam proses.
VIII. Contoh Penerapan Sistem Biaya Taksiran

PT.ICHIBAN adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalm produksi tas yang diolah
melalui satu departemen produksi. Dalam menentukan anggaran biaya produksinya
(budget of production costs), PT.ICHIBAN menggunakan sistem biaya taksiran.
BBB (raw material cost) Rp. 4000
BTKL (direct labor cost) Rp. 3200
BOP (FOH) Rp. 1800
Jumlah biaya taksiran Rp. 9000
Data produksi selama bulan Oktober 1999 adalah sebagai berikut :
Produk jadi (finished goods) ditransfer ke gudang 1000 unit
Produk dalam proses akhir (goods in process) 200 unit
Data lain yang berkaitan dengan produksi selama bulan Oktober 1999 adalah:
 Persediaan awal bahan baku (beginning raw material inventory) Rp.300.000
 Pembelian bahan baku (raw material purchase) selama bulan Oktober yang
dilakukan secara kredit adalah Rp.4.000.000
 Persediaan akhir bahan baku (ending raw material inventory) Rp.200.000
 Produk yang terjual selama bulan Oktober adalah sebanyak 90 % dari produk
jadi.
 Harga jual per unit Rp.11.000
 BTKL (direct labor cost) sesungguhnya Rp.3.250.000
 BOP (factory overhead) sesungguhnya Rp.1.810.000
Diminta :
Buatlah jurnal yang diperlukan untuk mencatat semua transaksi yang terjadi selama
bulan oktober 1999 beserta perhitungannya.
Penyelesaian :
1. Mencatat pembelian bahan baku.
Pembelian Rp.4.000.000
Utang dagang Rp4.000.000
2. Mencatat biaya bahan baku yang sesungguhnya dipakai (raw material used).
Barang Dalam Proses –Biaya Bahan Baku Rp. 4.100.000
Persediaan Bahan Baku Rp. 200.000
Persediaan Bahan Baku Rp. 300.000
Pembelian Rp. 4.000.000
Perhitungan:
Harga Pokok Persediaan Bahan Baku awal bulan Rp. 300.000
Pembelian Rp. 4.000.000 +
Rp 4.300.000
Harga Pokok Persediaan Bahan Baku Akhir Bulan Rp. 200.000 –
BBB selama bulan Oktober 2000 Rp 4.100.000
3. Mencatat BTKL yang sesungguhnya.
BDP-BTKL Rp.3.250.000
Gaji dan upah Rp.3.250.000
4. Mencatat BOP yang sesungguhnya terjadi.
BDP-BOP Rp.1.810.000
BOP Rp.1.810.000
5. Mencatat HP produk jadi.
Persed.produk jadi Rp.9.000.000
BDP-BBB Rp.4.000.000
BDP-BTKL Rp.3.200.000
BDP-BOP Rp.1.800.000
Perhitungan :
Kuantitas produk yang dihasilkan x bi. Taksiran per satuan.
BBB = 1000 x 4000 = 4.000.000
BTKL = 1000 x 3200 = 3.200.000
BOP = 1000 x 1800 = 1.800.000 +
HP.Taks.produk jadi 9.000.000
6. Mencatat HP.Persed.produk dalam prosesakhir bulan.
Persed.produk dalam proses Rp.1.300.000
BDP-BBB Rp.800.000
BDP-BTKL Rp.320.000
BDP-BOP Rp.180.000
Perhitungan :
Unit ekuiv. BDP akhir x bi.taks.per satuan
BBB = 200 x 100% x Rp.4000 = 800.000
BTKL = 200 x 50 % x Rp. 3200 = 320.000
BOP = 200 x 50 % x Rp. 1800 = 180.000 +
HP.persed.produk dlm proses akhir 1.300.000
7. Mencatat penjualan bulan Oktober 2000.
Piutang dagang Rp.9.900.000
Hasil penjualan Rp.9.900.000
Perhitugan: (90% x 1000 unit) x Rp.11.000 = 9.900.000
8. Mencatat HP produk yang terjual.
HPP Rp.8.100.000
Persed.produk jadi Rp.8.100.000
Perhitungan : (90% x 1000 unit) x Rp.9000 = 8.100.000
9. Mencatat selisih antara biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya.
BDP-BBB Rp.700.000
BDP-BTKL Rp.270.000
BDP-BOP Rp.170.000
Selisih Rp.1.140.000
Perhitungan:
Selisih BBB =4.100.000 – 4.000.000 – 800.000 =700.000
Selisih BTKL =3.250.000 – 3.200.000 – 320.000 =270.000
Selisih BOP =1.810.000 – 1.800.000 – 180.000 =170.000
IX. Kesimpulan

Dari semua penjelasan yang telah dipaparkan pada halaman sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa sistem biaya taksiran merupakan salah satu sistem harga pokok
yang ditentukan di muka untuk mengolah produk atau jasa tertentu dengan jalan
menentukan besarnya biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik yang diperlukan untuk mengolah produk atau jasa tersebut di waktu
yang akan datang. Adapun tujuan penggunaan sistem biaya taksiran, yaitu untuk
menjembatani menuju sistem biaya standar, untuk menghindari biaya yang relative
besar dalam pemakaian biaya standar, untuk pengendalian dan analisis kegiatan dan
untuk mengurangi biaya akuntansi. Cara menentukan biaya taksiran adalah dengan
memecahnya menjadi beberapa unsur biaya, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
CONTOH DALAM BUKU

Untuk membenkan gambaran rinci sistem biaya taksiran, berikut ini diberikan dua
contoh. Contoh pertama menyajikan gambaran sistem biaya taksiran yang digunakan
oleh perusahaan yang produknya diolah melalui satu departemen produksi. Contoh
kedua menyajikan gambaran sistem biaya taksiran yang digunakan oleh perusahaan
yang produknya diolah melalui lebih dari satu departemen produksi.
Contoh 1
PT Eliona memproduksi satu macarn produk melalui satu tahap pengolahan.
Perusahaan menggunakan sistem biaya taksiran, dan biaya taksiran per kilogram
produk adalah sebagai berikut:
Biaya bahan baku 2 kg @ Rp 9 Rp18
Biaya tenaga kerja 1 jam @ Rp27 27
Biaya overhead pabrik 1 jam @ Rp37 37 +
Biaya taksiran per kilogram produk Rp82

Data kegiatan perusahaan dalam bulan November 20X7 adalah sebagai berikut:
1. Persediaan pada awal bulan November 20X7
a. Harga pokok persediaan bahan baku sebesar Rp20.000.
b. Jumlah persediaan produk dalam proses sebanyak 3.000 kg dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut:
biaya bahan baku 100%;
biaya konversi 2/3
Harga pokok taksiran persediaan produk dalam proses ini dihitung sebagai
berikut:
Biaya bahan baku 100% x 3.000 x Rp18 Rp 54.000
Biaya tenaga kerja 2/3 x 3.000x Rp27 54.000
Biaya overhead pabrik 2/3 x 3.000 x Rp37 74.000+
jurnlah Rp182.000
c. Persediaan produk jadi berjumlah 500 kg.

2. Kegiatan selama bulan November 20X7


a. Pembelian bahan baku sebesar Rp660.000.
b. Jurnlah jam tenaga kerja sesungguhnya sebesar 34.500 jam dengan biaya
tenaga kerja sebesar Rp925.000.
c. Biaya overhead pabrif( dibebankan kepada produk atas dasar tarif per jam
kerja langsung sebesar Rp37. Biaya overhead pabrik sesungguhnya yang
terjadi dalam bulan November berjumlah Rp1.261.000.
d. Produk jadi yang ditransfer ke gudang selama bulan November berjumlah
35.500 kg.
e. Produk jadi dijual dengan harga jual Rp110 per kQ.

3. Persediaan pada akhir bulan November 20X7


a. Harga pokok persediaan bahan baku yang ditentukan dengan metode masuk
pertama keluar pertama (MPKP) sebesar Rp. 40.000.
b. Jumlah persediaan produk dalarn proses sebanyak 2.500 kg dcngan tingkat
penyelesaian sebagai berikut: Biaya bahan baku 100%; biaya konversi 20%.
c. Persediaan produk jadi berjumlah 1.000 kg.
Atas dasar data tersebut di atas, jurnal-jurnal pencatatan yang dibuat dalam
system biaya taksiran adalah sebagai berikut:
1. Jurnal pembelian bahan baku:
Pembelian Rp660.000
Utang Dagang Rp660.000.

2. Jurnal pencatatan biaya bahan baku yang sesungguhnya dipakai:


Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp640.000
Persediaan Bahan Baku Persediaan 40.000
Persediaan Bahan Baku Persediaan Rp. 20.000
Pembelian 660.000
Perhitungan biaya bahan baku sesungguhnya adalah sebagai berikut:
Harga pokok persediaan bahan baku pada awal bulan Rp 20.000
Pembelian 660.000+
Rp.680.000
Harga pokok persediaan bahan baku pada akhir bulan 40.000-
Biaya bahan baku selama bulan November Rp 640.000

3. Jurnal pencatatan biaya tenaga kerja sesungguhnya


Barang Dlm Proses-Biaya Tenaga Kerja Rp925.000
Gaji dan Upah Rp925.000

4. Jurnal pencatatan biaya overbead pabrik yang dibebankan kepada produk.


Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik Rp1.276.500
Biaya Ov. Pabrik yang Dibebankan Rp1.276_500
Perhitungan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk atas dasar tadi
adalah sebagai berikut: 34.500 jam x Rp37 = Rp1.276.500

5. Jurnal pencatatan biaya overbead pabrik yang sesungguhnya terjadi selama


November.
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp1.261.000
Berbagai Macam Rekening yang Dikredit Rp1.261.000

6. Jurnal penutupan rekening Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan ke Rekening


Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp1.276.500
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp1.276.503
7. Jurnal pencatatan harga pokok produk jadi yang di transfer ke gudang.
Persediaan Produk Jadi Rp.2.911.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp.639.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja 985.000
Barang Dalam Proses-Biaya Ov. Pabrik 1.313.500

Harga pokokproduk jadi ditentukan dengan cara mengalikan kuantitas produk jadi
yang sesungguhnya dihasilkan dengan biaya taksiran per satuan. Perhitungan harga
pokok produk jadi adalah sebagai berikut:

Biaya bahan baku : 35.500 x Rp18 Rp. 639.000


Biaya tenaga kerja : 35.500 x Rp27 958.500
Biaya overhead pabrik : 35.500 x Rp37 1.313.500
Harga poko taksiran produk jadi Rp.2.911.000

8. Jurnal pencatatan harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir bulan
November 20X7.
Persediaan produk dalam proses Rp77.000
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp.45.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja 13.500
Barang Dalam Proses –Biaya Overhead Pabrik 18.500
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ditentukan dengan cara
mengalihkan unit ekuivalen persediaan produk dalam proses akhir dengan biaya
taksiran per satuan. Perhitungan harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
bulan adalah sebagai berikut:

Biaya bahan baku 100% x 2.500 x Rp18 Rp45.000


Biaya tenaga kerja 20% x 2.500 x Rp27 13.500
Biaya Overhead pabrik 20% x 2.500 x Rp37 18.500
Harga pokok taksiran persediaan produk dalam proses akhir bulan Rp77.000
9. Jurnal pencatatan harga pokok produk yng terjual dalam bulan November 20X7
Harga Pokok Penjualan Rp.2.870.000
Persediaaan Produk Jadi Rp.2.870.000
Perhitungan harga pokok produk yang dijual adalah sebagai berikut:

Persediaan produk jadi akhir bulan 500 Kg


Produk selesai bulan November 35.500
36.000 Kg
Persediaan produk jadi akhir bulan
Jumlah produk yang terjual dalam bulan November 1.000 -
Biaya taksiran per kg produk 35.000 Kg
Biaya taksiran per Kg Produk 82 x
Harga Pokok Penjualan Rp2.870.000

10. Jurnal pencatatan hasil penjualan bulan November 20X7


Piutang Dagang (35.000 Kg x Rp 110) Rp.3.850.000
Hasil Penjualan Rp3.850.000

11. Jurnal pencatatan selisih biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya yang terdapat
dalam rekening barang dalam proses
Selisih Rp.35.500
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp.10.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja 7.000
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik 18.500
Selisih yang terdapat dalam rekening barang dalam proses dihitung dengan cara
mencari saldo tiap-tiap rekening barang dalam proses.

12. Jurnal pencatatan selisih antara biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan yang
dibebankan atas dasar tarif.
Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya Rp15.500
Selisih Rp15.500

X. Contoh Penerapan Sistem Biaya Taksiran

PT.ICHIBAN adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalm produksi tas yang diolah
melalui satu departemen produksi. Dalam menentukan anggaran biaya produksinya
(budget of production costs), PT.ICHIBAN menggunakan sistem biaya taksiran.
BBB (raw material cost) Rp. 4000
BTKL (direct labor cost) Rp. 3200
BOP (FOH) Rp. 1800
Jumlah biaya taksiran Rp. 9000
Data produksi selama bulan Oktober 1999 adalah sebagai berikut :
Produk jadi (finished goods) ditransfer ke gudang 1000 unit
Produk dalam proses akhir (goods in process) 200 unit
Data lain yang berkaitan dengan produksi selama bulan Oktober 1999 adalah:
 Persediaan awal bahan baku (beginning raw material inventory) Rp.300.000
 Pembelian bahan baku (raw material purchase) selama bulan Oktober yang
dilakukan secara kredit adalah Rp.4.000.000
 Persediaan akhir bahan baku (ending raw material inventory) Rp.200.000
 Produk yang terjual selama bulan Oktober adalah sebanyak 90 % dari produk
jadi.
 Harga jual per unit Rp.11.000
 BTKL (direct labor cost) sesungguhnya Rp.3.250.000
 BOP (factory overhead) sesungguhnya Rp.1.810.000
Diminta :
Buatlah jurnal yang diperlukan untuk mencatat semua transaksi yang terjadi selama
bulan oktober 1999 beserta perhitungannya.
Penyelesaian :
10. Mencatat pembelian bahan baku.
Pembelian Rp.4.000.000
Utang dagang Rp4.000.000
11. Mencatat biaya bahan baku yang sesungguhnya dipakai (raw material used).
Barang Dalam Proses –Biaya Bahan Baku Rp. 4.100.000
Persediaan Bahan Baku Rp. 200.000
Persediaan Bahan Baku Rp. 300.000
Pembelian Rp. 4.000.000
Perhitungan:
Harga Pokok Persediaan Bahan Baku awal bulan Rp. 300.000
Pembelian Rp. 4.000.000 +
Rp 4.300.000
Harga Pokok Persediaan Bahan Baku Akhir Bulan Rp. 200.000 –
BBB selama bulan Oktober 2000 Rp 4.100.000
12. Mencatat BTKL yang sesungguhnya.
BDP-BTKL Rp.3.250.000
Gaji dan upah Rp.3.250.000
13. Mencatat BOP yang sesungguhnya terjadi.
BDP-BOP Rp.1.810.000
BOP Rp.1.810.000
14. Mencatat HP produk jadi.
Persed.produk jadi Rp.9.000.000
BDP-BBB Rp.4.000.000
BDP-BTKL Rp.3.200.000
BDP-BOP Rp.1.800.000
Perhitungan :
Kuantitas produk yang dihasilkan x bi. Taksiran per satuan.
BBB = 1000 x 4000 = 4.000.000
BTKL = 1000 x 3200 = 3.200.000
BOP = 1000 x 1800 = 1.800.000 +
HP.Taks.produk jadi 9.000.000
15. Mencatat HP.Persed.produk dalam prosesakhir bulan.
Persed.produk dalam proses Rp.1.300.000
BDP-BBB Rp.800.000
BDP-BTKL Rp.320.000
BDP-BOP Rp.180.000
Perhitungan :
Unit ekuiv. BDP akhir x bi.taks.per satuan
BBB = 200 x 100% x Rp.4000 = 800.000
BTKL = 200 x 50 % x Rp. 3200 = 320.000
BOP = 200 x 50 % x Rp. 1800 = 180.000 +
HP.persed.produk dlm proses akhir 1.300.000
16. Mencatat penjualan bulan Oktober 2000.
Piutang dagang Rp.9.900.000
Hasil penjualan Rp.9.900.000
Perhitugan: (90% x 1000 unit) x Rp.11.000 = 9.900.000
17. Mencatat HP produk yang terjual.
HPP Rp.8.100.000
Persed.produk jadi Rp.8.100.000
Perhitungan : (90% x 1000 unit) x Rp.9000 = 8.100.000
18. Mencatat selisih antara biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya.
BDP-BBB Rp.700.000
BDP-BTKL Rp.270.000
BDP-BOP Rp.170.000
Selisih Rp.1.140.000
Perhitungan:
Selisih BBB = 4.100.000 – 4.000.000 – 800.000 = 700.000
Selisih BTKL = 3.250.000 – 3.200.000 – 320.000 = 270.000
Selisih BOP = 1.810.000 – 1.800.000 – 180.000 = 170.000 +
1.140.000

MENGERJAKAN SOAL
HITUNGAN NOMOR
PT. Oki menerapkan system biaya taksiran mulai tahun anggaran 2016. Biaya taksiran per
unit produk yang ditentukan berdasarkan pengalaman produksi 4 tahun yang lalu adalah
sebagai berikut :
Biaya Bahan Baku 10 kg @Rp. 50,- Rp. 500,-
Biaya Tenaga Kerja 2 jam @Rp. 500,- Rp. 1.000,-
Biaya Overhead Pabrik 2 jam @Rp. 1.500,- Rp. 3.000,-
Biaya Taksiran perunit produk Rp. 4.500,-

Data produksi bulan April 2016 disajikan sebagai berikut :


Data Produksi Bulan April 2016
Persediaan Produk Jadi Awal 100 unit
Persediaan produk dalam proses awal 200 unit
(100% biaya bahan baku; 60% biaya konversi) 3.000 unit
Dimasukkan dalam proses produksi bulan April 3.200 unit
Persediaan produk dalam proses akhir
(100% biaya bahan baku;40% biaya konversi) 500 unit
Produk selesai yang di transfer ke gedung 2.700 unit
Produk yang tersedia untuk di jual 2.800 unit
Produk yang tersedia untuk di jual 2.500 unit
Dijual
Persediaan produk jadi akhir 300 unit
Biaya produksi sesungguhnya yang terjadi di bulan April 2016 adalah sebagai berikut :
a. Biaya bahan baku : Rp. 1.700.000,-
b. Biaya tenaga kerja 5.300 jam : Rp. 2.782.500,-
c. Biaya overhead pabrik dibebankan kepada atas dasar jam tenaga kerja. Biaya overhead
pabrik yang sesungguhnya terjadi adalah sebesar Rp. 8.000.000,-
Diminta :
a. Buatlah jurnal untuk mencatat biaya produksi sesungguhnya yang terjadi dalam bulan April
2016!
b. Buatlah jurnal untuk mencatat biaya produksi menurut taksiran bulan April 2016!
c. Hitunglah selisih antara biaya produksi sesungguhnya dengan biaya produksi menurut
taksiran!
d. Jika manajemen puncak PT. Oki memutuskan membagi selisih yang timbul ke dalam
rekening persediaan poduk jadi, persediaan produk dalam proses, dan harga pokok penjualan
berdasarkan perbandingan kuantitasnya, buatlah perhitungan pembagian selisih yang terjadi
dalam bulan April 2016 tersebut!

Jawaban !
a). - Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku sesungguhnya
1) Biaya Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp 1.700.000
Persediaan Bahan Baku Rp 1.700.000
2) Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya
BDP – BTKL Rp 2.782.500
Gaji dan Upah Rp 2.782.500
3) Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik sesungguhnya
BDP – BOP Rp 8.000.000
BOP Sesungguhnya Rp 8.000.000
b). - Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi dalam akhir bulan April
Persediaan Produk Dalam Proses Rp 630.000
BDP – BBB Rp 150.000
BDP – BTKL Rp 120.000
BDP – BOP Rp 360.000
-Perhitungan :
BBB : 300 x 100% x Rp 500 = Rp 150.000
BTKL : 300 x 40% x Rp 1000 = Rp 120.000
BOP : 300 x 40% x Rp 3000 = Rp 360.000
Rp 630.000

- Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi


Persediaan Produk Jadi Rp 11.250.000
BDP – BBB Rp 1.250.000
BDP – BTKL Rp 2.500.000
BDP – BOP Rp 7.500.000
-Perhitungan :
BBB : 2500 x Rp 500 = Rp 1.250.000
BTKL : 2500 x Rp 1000 = Rp 2.500.000
BOP : 2500 x Rp 3000 = Rp 7.500.000
Rp 11.250.000

c. - Mencatat selisih antara biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya


Perhitungan :
Selisih BBB : Rp 1.700.000 – Rp 1.250.000 – Rp 150.000 = Rp 300.000
Selisih BTKL : Rp 2.782.500 – Rp 2.500.000 – Rp 120.000 = Rp 162.500
Selisih BOP : Rp 8.000.000 – Rp 7.500.000 – Rp 360.000 = Rp 140.000
Rp 602.500

d. - Jurnal Pencatatan Selisih biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya


Membagi Selisih BBB :
Selisih Rp 300.000
Persediaan Produk Jadi Rp 27.272,73
Persediaan BDP Rp 45.454,55
HPP Rp 227.272,73
Perhitungan :
Barang yang terjual = 2500 unit
Persediaan produk jadi (2800 – 2500) = 300 unit
Persediaan BDP akhir (100% x Rp 500) = Rp 500

Pembagian Selisih :
Persediaan BBB : 300 x Rp 300.000 – 3300 = Rp 27.272,73
Persediaan BDP : 500 x Rp 300.000 – 3300 = Rp 45.454,55
HPP : 2500 x Rp 300.000 – 3300 = Rp 227.272,73

2) Membagi Selisih BTKL :


Selisih Rp 162.500
Persediaan Produk Jadi Rp 12.828,95
Persediaan BDP Rp 42.763,16
HPP Rp 106.907,90
Perhitungan :
Barang yang terjual = 2500
Persediaan produk jadi (2800 – 2500) = 300
Persediaan BDP = 1000
3800
Pembagian Selisih :
Persediaan BTKL : 300 x Rp 162.500 – 3800 = Rp 12.828,95
Persediaan BDP : 1000 x Rp 162.500 – 3800 = Rp 42.763,16
HPP : 2500 x Rp 162.500 – 3800 = Rp 106.907,90

3) -Membagi Selisih BOP :


Selisih Rp 140.000
Persediaan Produk Jadi Rp 7.241,38
Persediaan BDP Rp 72.413,80
HPP Rp 60.344,83
Perhitungan :
Barang yang terjual = 2500
Persediaan produk jadi (2800 – 2500) = 300
Persediaan BDP = 3000
5800
Pembagian Selisih :
Persediaan BOP : 300 x Rp 140.000 – 5800 = Rp 7.241,38
Persediaan BDP : 3000 x Rp 140.000 – 5800 = Rp 72.413,80
HPP : 2500 x Rp 140.000 – 5800 = Rp 60.344,83

Anda mungkin juga menyukai