OLEH :
IDA AYU KINTAN PRADNYA SWARI (12)
IDA AYU PURNAMI DEWI (13)
NI KOMANG NOVA DESI ANTARI (19)
NI MADE MANDAYANTI (23)
NI NYOMAN TRISKA WAHYUNI (24)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
2019
PEMBAHASAN
1.1 PENGERTIAN DAN TUJUAN SISTEM BIAYA TAKSIRAN
A. Pengertian Sistem Biaya Taksiran
Biaya Taksiran (estimaled cost) merupakan salah satu bentuk biaya yang
ditentukan dimuka sebelum produksi dilakukan atau penyerahan jasa
dilaksanakan. Sistem Biaya Taksiran adalah system akuntansi biaya produksi yang
menggunakan suatu bentuk biaya-biaya yang ditentukan dimuka dalam
menghitung harga pokok produk yang diproduksi.
Dalam system biaya taksiran, dasar yang dipakai dalam penentuan norma fisik
yang terbatas pada pengalaman produksi masa lalu. Jika terjadi penyimpangan
dari norma fisik tersebut, masih perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut untuk
menetukan sebab-sebabnya, apakah karena terjadi pemborosan, penghematan,
atau karena kesalahan dalam penaksiran norma fisiknya yang dilakukan
sebelumnya.
B. Tujuan Penggunaan Sistem Biaya Taksiran.
Menurut Mulyadi dalam buku akuntansi biaya tujuan penggunaa system biaya
taksiran adalah:
a. Untuk jembatan menuju system biaya standar.
Akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan: penentuan harga pokok produk,
pengendalian biaya, dan analisis biaya untuk pengambilan keputusan.
Seringkali system biaya taksiran digunakan sebelum biaya standar dapat
digunakan. Penggunaan system biaya taksiran sebagai jembatan menuju
system biaya standar mempunyai keuntungan sebagai berikut:
Melatih karyawan dalam menggunakan system biaya standar karena
adanya beberapa kesamaan diantara kedua system tersebut.
Menyesuaikan karyawan secara bertahap terhadap system yang baru, agar
terpelihara hubungan yang baik dengan karyawan.
b. Untuk menghindari biaya yang relatif besar dalam pemakaian system biaya
standar.
Dalam perusahaan-perusahaan tertentu, pemakaian system biaya
taksiran lebih ekonomis dibandingkan dengan system biaya standar. Dalam
perusahaan kecil, biaya penentuan biaya standar merupakan beban berat dan
pada umumnya manajemen belum membutuhkan system pengendalian biaya
1
yang sangat seksama. Dalam perusahaan yang seringkali menglami perubahan
produk atau produksi, waktu dan biaya yang diperlukan untuk penentuan biaya
stamdar sangat besar, sehingga pemakaiaan system biaya standar tidak
ekonomis.
c. Untuk pengendalian biaya dan analisis kegiatan.
Banyak perusahaan menggunakan system biaya taksiran sebagai alat
pengendalian biaya dan sebagai dasar untuk menganalisis kegiatan-
kegiatannya. Meskipun biaya taksiran bukan merupakan biaya yang
seharusnya (mengingat cara penentuannya), namun perbandingan antara biaya
sesungguhnya dengan biaya taksiran dapat memberikan petunjuk mengenai
terjadinya pemborosan sehingga dapat dipakai sebagai dasar perbaikan
kegiatan.
d. Untuk mengurangi biaya akuntansi.
Penghematan biaya akuntansi dengan pemggumaan system biaya
taksiran sangat terasa jika perusahaan menghasilkan banyak macam produk
atau jika produk (keluarga produk) diolah melalui banyak departemen atau
pusat biaya. Biaya akuntansi dapat dikurangi sebagai akibat dari tidak
diperlukannya kartu persediaan bahan baku, bahan penolong, produk dalam
proses, dan produk jadi untuk mencatat mutasi persediaan dengan
menggunakan metode mutase persediaan (perpectual inventory methode).
Tetapi jika perusahaan menghendaki digunakannya metode mutasi persediaan,
semua kartu persediaan produk dalam proses dan produk jadi hanya digunakan
untuk mencatat kwantitas fisik saja.
5
Penyelesaian Study Kasus Mengenai System Biaya Taksiran melalui Satu
Departemen.
PT Elions memproduksi satu macam produk melalui satu tahap pengolahan.
Perusahaan menggunakan system biaya taksiran, dan biaya taksiran per kilogram
produk adalah sebagai berikut:
Data kegiatan perusahaan dalam bulan November 2007 adalah sebagai berikut:
1. Persediaan pada awal bulan November 2007
a) Harga pokok persediaan bahan baku sebesar Rp 20.000
b) Jumlah persediaan produk dalam proses sebanyak 3000 dengan tingkat penyelesaian
sebagai berikut: biaya bahan baku 100%; biaya konversi 2/3. Harga pokok taksiran
persediaan produk dalam proses ini dihitung sebagai berikut:
BBB 100% x 3.000 x Rp 18 Rp 54.000
BTK 2/3 x 3.000 x Rp 27 Rp 54.000
BOP 2/3 x 3.000 x Rp 37 Rp 74.000
JUMLAH Rp 182.000
6
a. Harga pokok persediaan bahan baku yang ditentukan dengan metode MPKP sebesar
Rp 40.000
b. Jumlah persediaan produk dalam proses sebanyak 2.500 kg dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut: BBB 100%; biaya konversi 20%;
c. Persediaan produk jadi berjumlah 1000 kg
Atas dasar data diatas, jurnal-jurnal pencatatan yang dibuat dalam system biaya taksiran
adalah sebagai berikut:
1. Jurnal pembelian bahan baku:
Pembelian Rp 660.000
Utang dagang Rp 660.000
7
34.500 x 37 = 1.276.500
5. Jurnal pencatatan BOP sesungguhnya
BOP sesungguhnya Rp 1.261.000
Berbagai macam rekening yang Rp 1.261.000
dikredit
6. Jurnal penutupan rekening BOP Pabrik yang dibebankan ke rekening BOP pabrik
sesungguhnya.
BOP yang dibebankan Rp 1.276.500
BOP pabrik Rp 1.276.500
sesungguhnya
Perhitungan Harga Pokok Persediaan produk dalam proses pada akhir bulan
100 % x 2.500 x 18 = Rp 45.000
20% x 2.500 x 27 = Rp 13.500
20% x 2.500 x 37 = Rp 18.500
9. Jurnal pencatatan harga pokok produk yang terjual dalam bulan November 2007.
Harga pokok penjualan Rp.2.870.000
Persediaan produk jadi Rp.2.870.000
8
Perhitungan harga pokok produk yang di jual adalah sebagai berikut:
Persediaan produk jadi akhir bulan 500 kg
Produk selesai bulan november 35.500 kg
36.000 kg
Persedian produk jadi akhir bulan 1.000
Jumlah produk yang terjual dalam bulan november 35.000 kg
Biaya taksiran per kg produk Rp 82
Harga pokok penjualan Rp.2.870.000
10. Jurnal pencatatan hasil penjualan bulan November 2007
Piutang dagang Rp.3.850.000
Hasil penjualan Rp.3.850.000
11. Jurnal pencatatan selisih biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya yang terdapat
dalam rekening barang dalam proses.
Selisish Rp 35.500
BDP-BBB Rp 10.000
BDP-BTK Rp 7.000
BDP-BOP Rp 18.500
12. Jurnal pencatatan selisih antara biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan yang
dibebankan atas dasar tarif
Biaya overhead pabrik Rp 15.500
Selisih Rp 15.500
9
2. Biaya produksi yang sesungguhnya terjadi pada periode yang bersangkutan
digolongkan dan dicatat dalam rekening barang dalam proses yang dirinci untuk
setiap tahap pengolahan dan untuk setiap elemen biaya.
3. Produk selesai dari tahap pengolahan pertama dipindahkan ke tahap pengolahan
berikutnya dengan cara mendebit rekening barang dalam proses biaya tahap
sebelumnya atau rekening barang dalam proses rekening pemindahan dan dikredit
setiap rekening barang dalam proses tahap pertama sebesar biaya taksirannya.
Demikian pula produk selesai pada tahapan pengolahan berikutnya dipindahkan
dengan cara yang sama.
1. Produk selesai dari tahapan pengolahan yang terakhir dipindahkan dengan cara
mendebit rekening persediaan produk selesai dan mengkredit setiap rekening
barang dalam proses tahapan terakhir pengolahan produk sebesar biaya
taksirannya.
2. Memindahkan harga pokok produk yang menjual dengan cara mendebit rekening
harga pokok penjualan dan mengkredit rekening persediaan produk selesai sebesar
biaya taksirannya.
3. Memindahkan harga pokok produk dalam proses dari setiap elemen rekening
barang dalam proses tahap pengolahan ke rekening persediaan produk dalam
proses sebesar biaya taksirannya.
4. Menghitung dan mengalokasikan selisih biaya yang terjadi. Jika proses
pengolahan produk melalui dua tahap, maka selisih biaya yang timbul dari tahap
pertama dialokasikan ke persediaan produk dalam proses dari proses pertama,
persediaan produk dalam proses dari tahap kedua, persediaan produk selesai, dan
harag pokok penjualan. Sedangkan selisih yang timbul dari tahapan kedua
dialokasikan ke persediaan produk dalam proses dari tahapan kedua, persediaan
produk selesai dan harga pokok penjualan.
Contoh Soal:
PT Yuli mengolah produk melalui dua departemen, yaitu departemen A dan
departemen B. Semua produk yang selesai dari departemen A langsung dipindahkan
ke departemen B dan ditampung didalam rekening barang dalam proses – harga
pokok departemen A- departemen B. Rekening barang dalam proses diselenggarakan
untuk setiap elemen biaya pada setiap departemen demikian pula rekening biaya
overhead pabrik diselenggarakan untuk setiap departemen. Besarnya harga pokok
taksiran untuk setiap buah produk adalah sebagai berikut:
10
PT. YULI
Harga Pokok per Buah Produk
Tahun 2019
Data biaya produksi dan penjualan yang terjadi bulan Januari 2019 adalah sebagai
berikut:
11
a) Membuat jurnal transaksi yang diperlukan
b) Menyusun Laporan Rugi-Laba
Penyelesaian:
a) Jurnal Transaksi
PT YULI
Jurnal Transaksi
Januari 2019
NO. Nama Rekening Debit Kredit
Biaya Bahan Baku Departemen A
1 a) (500 x 80% x 5) = 2.000 Rp 2.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung Departemen A
(500 x 80%) = 400 RP 400
Barang Dalam Proses-Departemen A
(800 x 75%) = 600 RP 600
Persediaan Produk Dalam Proses
(2.000 + 400 + 600) = 3.000 Rp 3.000
Barang Dalam Proses-Harga Pokok Departemen A-Departemen B
b) (500 x 80% x 10) = 4.000 Rp 4.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung -Departemen B
(800 x 25 % xRp 3) = 600 RP 600
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik-Departemen B
(400 x 25% x 2) = 200 RP 200
Persediaan Produk Dalam Proses
(4.000 + 600 + 200) = 4.800 Rp 4.800
Mencatat Pemakaian Bahan Baku
(39.200 + 0) = 39.200
2 Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku-Departemen A Rp 39.200
Persediaan Produk Dalam Proses Rp 39.200
Mencatat Pembebanan Biaya Upah langsung kepada Produk
(17.720 + 44.355) = 62.075
3 a) Biaya Gaji dan Upah Rp 62.075
Hutang Gaji dan Upah Rp 62.075
b) Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung-Departemen A Rp 17.720
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung-Departemen B Rp 44.355
Biaya Gaji dan Upah
(17.720 + 44.355) = 62.075 Rp 62.075
Mencatat Pembebanan Biaya overhead pabrik kepada Produk
12
Berbagai Rekening di Kredit
( 25.290 + 19.780) = 45.070 Rp 45.070
b) Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik-Departemen A Rp 25.290
Biaya Overhead Pabrik-Departemen A Rp 25.290
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik-Departemen B Rp 19.780
Biaya Overhead Pabrik-Departemen B Rp 19.780
Mencatat terjadinya biaya komersia
Mencatat pemindahan produk selesai dari departemen B
ke gudang Produk Selesai
13
Penjualan
Rp 240.000
Mencatat harga pokok Penjualan
6.000 x Rp 18 = Rp 108.000
b) Harga Pokok Penjualan Rp 108.000
Persediaan Produk selesai Rp 108.000
Memindahkan produk dalam proses dalam proses
departemen A ke rekening persediaan produk dalam proses
RP 600
Memindahkan produk dalam proses dalam proses departemen B ke
rekening persediaan produk dalam proses
Persediaan Produk Dalam Proses
b) (300 x 75 %xRp10) + (300x75%x Rp 6) + (300 x 75 % xRp 2) = 4.800 Rp 4.800
Barang dalam proses - harga pokok departemen A - departemen B
(300 x 75 %xRp10) = 3.000 Rp 3.000
Barang dalam proses - biaya tenaga kerja langsung departemen B
(300x75%x Rp 6) = 1.350 Rp 1.350
Barang dalam proses - biaya overhead pabrik departemen B
(300 x 75 % xRp 2) = 450 RP 450
10 a) Selisih Biaya Rp 1.210
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku-Departemen A
Rp 1.800
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung-Departemen A
Rp 1.720
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik-Departemen A
Rp 1.290
b) Rp 4.995
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung-Departemen B
14
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik-Departemen B
Rp 3.330
Selisih Biaya
(3.330 + 1.665) = 4.995 Rp 1.665
Selisih Biaya
11 a) (1.200 + 420 + 60 + 120) = 1.800 Rp 1.800
Persedian Produk Dalam Proses (Departemen A)
RP 120
Persedian Produk Dalam Proses (Departemen B)
RP 60
Persedian Produk Selesai
RP 420
Harga Pokok Penjualan
Rp 1.200
Persedian Produk Dalam Proses (Departemen A)
b) RP 40
Persedian Produk Dalam Proses (Departemen B)
RP 60
Persedian Produk Selesai
RP 420
Harga Pokok Penjualan
Rp 1.200
Selisih Biaya
(40 + 60 + 420 + 1.200) = 1.720 Rp 1.720
Persediaan Produk Dalam proses Departemen A
c) RP 30
Persediaan Produk Dalam proses Departemen B
RP 45
Persediaan Produk selesai
RP 351
Harga pokok penjulan
RP 900
Selisih Biaya Rp 1.290
Selisih Biaya
d) (135 + 1.260 + 3600) = 4.995 Rp 4.995
Persediaan Produk Dalam Proses - Departemen B
RP 135
Persediaan produk selesai
Rp 1.260
Harga pokok penjualan
Rp 3.600
Persediaan produk dalam proses Departemen B
e) RP 90
15
Persediaan Produk selesai
RP 840
Harga pokok penjualan
Rp 2.400
Selisih Biaya
(90 + 840 + 2.400) = 3.330 Rp 3.330
b) Laporan Rugi-Laba
PT YULI
Laporan Laba – Rugi
Januari 2019
Keterangan Produk A Produk B Jumlah
Penjualan Rp 130.000 Rp 150.000 Rp 280.000
Harga Pokok Penjualan Rp 58.500 Rp 67.500 Rp 126.000
Laba Kotor Atas Penjualan Rp 71.500 Rp 82.500 Rp 154.000
Biaya Komersial:
Biaya Pemasaran Rp 10.000
Biaya Administrasi dan Umum Rp 20.000 Rp 30.000
Laba Bersih Rp 124.000
16
Memberikan selisih-selisih tersebut tetap dalam rekening selisih sehiingga rekening
ini berfungsi sebagai deffered account. Hal ini dilakukan karena ada kemungkinan
selisih-selisih yang terjadi di antara periode akuntansi akan saling menutup
( mengkompensasi ).
17
KESIMPULAN
Sistem biaya taksiran adalah system akuntansi biaya produksi yang menggunakan
bentuk biaya yang ditentukan dimuka dalam menghitung biaya produksi. Tujuan penggunaan
system biaya taksiran ini adalah sebagai jembatan antara system biaya sesungguhnya system
biaya standart, untuk menghindari biaya yang relative besar dalam pemakaian system biaya
standart, untuk pengendalian biaya dan analisis kegiatan, dan untuk mengurangi biaya
akuntansi.
Sistem akuntansi biaya taksiran dilaksanakan dengan mendebit rekening barang
dalam proses dengan biaya produksi yang sesungguhnya terjadi dan mengkredit rekening
tersebut dengan biaya taksiran yang melekat pada produk jadi yang ditransfer ke gudang dan
persediaan produk dalam proses. Selisih antara biaya produksi sesungguhnya dengan biaya
produksi taksiran dihitung dengan mencari selisih pendebitan dengan pengkreditan rekening
barang dalam proses. Selisish tersebut dapat diperlakukan sebagai berikut: ditutup kerekening
harga pokok penjualan atau rekening rugi laba, dibagikan secara adil kepada produk selesai
dalam periode yang bersangkutan, dibagikan secara adil ke rekening-rekening (persediaan
produk dalam proses, persediaan produk jadi, dan harga pokok penjualan, atau membiarkan
selisih-selisih tersebut tetap dalam rekening selisih, sehingga rekening ini berfungsi sebagai
deffered account).
18