Anda di halaman 1dari 19

AKUNTANSI BIAYA

“SISTEM BIAYA TAKSIRAN”

OLEH :
IDA AYU KINTAN PRADNYA SWARI (12)
IDA AYU PURNAMI DEWI (13)
NI KOMANG NOVA DESI ANTARI (19)
NI MADE MANDAYANTI (23)
NI NYOMAN TRISKA WAHYUNI (24)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
2019
PEMBAHASAN
1.1 PENGERTIAN DAN TUJUAN SISTEM BIAYA TAKSIRAN
A. Pengertian Sistem Biaya Taksiran
Biaya Taksiran (estimaled cost) merupakan salah satu bentuk biaya yang
ditentukan dimuka sebelum produksi dilakukan atau penyerahan jasa
dilaksanakan. Sistem Biaya Taksiran adalah system akuntansi biaya produksi yang
menggunakan suatu bentuk biaya-biaya yang ditentukan dimuka dalam
menghitung harga pokok produk yang diproduksi.
Dalam system biaya taksiran, dasar yang dipakai dalam penentuan norma fisik
yang terbatas pada pengalaman produksi masa lalu. Jika terjadi penyimpangan
dari norma fisik tersebut, masih perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut untuk
menetukan sebab-sebabnya, apakah karena terjadi pemborosan, penghematan,
atau karena kesalahan dalam penaksiran norma fisiknya yang dilakukan
sebelumnya.
B. Tujuan Penggunaan Sistem Biaya Taksiran.
Menurut Mulyadi dalam buku akuntansi biaya tujuan penggunaa system biaya
taksiran adalah:
a. Untuk jembatan menuju system biaya standar.
Akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan: penentuan harga pokok produk,
pengendalian biaya, dan analisis biaya untuk pengambilan keputusan.
Seringkali system biaya taksiran digunakan sebelum biaya standar dapat
digunakan. Penggunaan system biaya taksiran sebagai jembatan menuju
system biaya standar mempunyai keuntungan sebagai berikut:
 Melatih karyawan dalam menggunakan system biaya standar karena
adanya beberapa kesamaan diantara kedua system tersebut.
 Menyesuaikan karyawan secara bertahap terhadap system yang baru, agar
terpelihara hubungan yang baik dengan karyawan.
b. Untuk menghindari biaya yang relatif besar dalam pemakaian system biaya
standar.
Dalam perusahaan-perusahaan tertentu, pemakaian system biaya
taksiran lebih ekonomis dibandingkan dengan system biaya standar. Dalam
perusahaan kecil, biaya penentuan biaya standar merupakan beban berat dan
pada umumnya manajemen belum membutuhkan system pengendalian biaya

1
yang sangat seksama. Dalam perusahaan yang seringkali menglami perubahan
produk atau produksi, waktu dan biaya yang diperlukan untuk penentuan biaya
stamdar sangat besar, sehingga pemakaiaan system biaya standar tidak
ekonomis.
c. Untuk pengendalian biaya dan analisis kegiatan.
Banyak perusahaan menggunakan system biaya taksiran sebagai alat
pengendalian biaya dan sebagai dasar untuk menganalisis kegiatan-
kegiatannya. Meskipun biaya taksiran bukan merupakan biaya yang
seharusnya (mengingat cara penentuannya), namun perbandingan antara biaya
sesungguhnya dengan biaya taksiran dapat memberikan petunjuk mengenai
terjadinya pemborosan sehingga dapat dipakai sebagai dasar perbaikan
kegiatan.
d. Untuk mengurangi biaya akuntansi.
Penghematan biaya akuntansi dengan pemggumaan system biaya
taksiran sangat terasa jika perusahaan menghasilkan banyak macam produk
atau jika produk (keluarga produk) diolah melalui banyak departemen atau
pusat biaya. Biaya akuntansi dapat dikurangi sebagai akibat dari tidak
diperlukannya kartu persediaan bahan baku, bahan penolong, produk dalam
proses, dan produk jadi untuk mencatat mutasi persediaan dengan
menggunakan metode mutase persediaan (perpectual inventory methode).
Tetapi jika perusahaan menghendaki digunakannya metode mutasi persediaan,
semua kartu persediaan produk dalam proses dan produk jadi hanya digunakan
untuk mencatat kwantitas fisik saja.

1.2 PROSEDUR PENGGUNAAN SISTEM BIAYA TAKSIRAN


Biaya taksiran bisa ditentukan atas dasar data masa lalu, dari perhitungan, dari
rumus matematis, atau secara sederhana dengan taksiran. Biaya taksiran untuk setiap
produk yang diproduksi pada masa produksi.
Cara menetukan biaya taksiran biasanya adalah dengan memecahnya menjadi tiga
unsur biaya, yaitu sebagai berikut:
1. Biaya bahan baku
Dalam penentuan biaya taksiran, biaya bahan baku yang digunakan untuk
menghasilkan produk-produk khusus perlu dilakukan penaksiran jumlah masing-
masing bahan baku yang dibutuhkan dan taksiran harga masing-masing.
2
Penaksiran bahan baku akan digunakan dalam setiap satuan produk sesuai
spesifikasi, percobaan, atau data masa lalu. Penaksiran bahan baku yang dapat
digunakan untuk membeli barang dalam jangka waktu tertentu atau jika barang-
barang harus dikirim dari waktu ke waktu dan harga yang sesuai untuk harga yang
sama.
2. Biaya tenaga kerja langsung
Dalam penentuan taksiran biaya tenaga kerja, harus lebih dahulu untuk
kegiatan-kegiatan, karena jam tenaga kerja oleh karyawan setiap orang dan jenis
pekerjaannya. Dalam menentukan jumlah jam tenaga kerja yang harus
diperhitungkan juga waktu persiapan produksi, penanganan material, perbaikan
mesin, dll. Taksiran biaya tenaga kerja untuk hasil kali taksiran jumlah jam kerja
untuk menghasilkan setiap satuan produk dengan tarif biaya tenaga kerja.
3. Biaya overhead pabrik
Taksiran biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk berdasarkan
tarif yang ditentukan dimuka. Dalam menentukan tarif biaya overhead pabrik
diperlukan pemisahan ke dalam unsur tetap dan variable. Biaya overhead variable
ditaksir dengan melihat hubungan biaya tersebut dengan produksi, dengan
anggapan bahwa terdapat hubungan yang konstan diantara jumlah produksi
dengan biaya yang dikeluarkan. Biaya overhead pabrik ditaksir dengan cara
memperhatikan masing-masing unsur biaya overhead pabrik tetap yang
bersangkutan seperti biaya depresiasi mesin, ditaksir dengan memperhitungkan
jumlah mesin yang dimiliki sekarang dengan memperhitungkan rencana investasi
serta rencana pemberhentian pemakaian mesin yang akan terjadi dimasa datang.
Penaksiran jumlah asuransi tergantung kepada kemungkinan perubahan polis
asuransi yang diperkirakan akan terjadi dalam periode pemakaian biaya taksiran.
Gaji pengawas pabrik dapat ditaksir dengan melihat rencana gaji yang akan
dibayarkan kepada pengawas tersebut. Dengan demikian taksiran biaya overhead
pabrik tetap merupakan jumlah taksiran masing-masing unsur biaya overhead
pabrik tersebut.

1.3 PROSEDUR PENCATATAN BIAYA PRODUKSI DALAM SISTEM BIAYA


TAKSIRAN BILA PRODUK DIOLAH OLEH SATU DEPARTEMEN
Dalam system biaya taksiran rekening barang dalam proses didebit dengan
biaya produksi yang sesungguhnya terjadi dan dikredit sebesar hasil kali jumlah
3
produk selesai dan produk dalam proses dengan biaya taksiran per satuan. Karena
harga pokok produk jadi yang masuk ke gudang dihargai dengan biaya taksiran, maka
pada saat dijual harga pokok penjualannya adalah sebesar hasil kali jumlah produk
yang dijual dengan biaya taksiran persatuan. Selisih diantara biaya taksiran dengan
biaya sesungguhnya dihitung dengan cara mencari saldo rekening barang dalam
proses dan dipindahkan ke rekening selisih.
A. Prosedur Pencatatan Biaya Bahan Baku
Jika metode mutasi persediaan dipakai, pembelian bahan baku dicatat dengan
jurnal:
Persediaan bahan baku                                      Rp xxx
Utang dagang                                                              Rp xxxx
Atas dasar bukti permintaan barang, dicatat pemakaian bahan baku dalam kartu
persediaan. Jurnal pemakaian bahan baku adalah sebagai berikut:
Barang dalam  proses-Biaya bahan baku          Rp xxxx
Persediaan bahan baku                                               Rp xxxx
B. Prosedur Pencatatan Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja yang meliputi upah, biaya kesejahteraan karyawan, dan biaya
lain-lain untuk karyawan yang sesungguhnya terjadi dalam suatu periode dijurnal
sebagai berikut:
Barang dalam proses-Biaya tenaga kerja          Rp xxxx
Biaya administrasi dan umum                           Rp xxxx
Biaya Pemasaran                                               Rp xxxx
Gaji dan upah                                                              Rp xxxx
C. Prosedur pencatatan biaya overhead pabrik
Dalam system biaya taksiran, biaya overhead pabrik dapat dicatat dengan
menggunakan beberapa metode yang salah satunya adalah sebagai berikut:
Contoh:
Rekening barang dalam proses didebit dengan biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya terjadi dalam periode tertentu. Jurnal pencatatan biaya overhead
pabrik sesungguhnya terjadi adalah sebagai berikut:
Biaya overhead pabrik sesungguhnya               Rp xxxx
Persediaan suku cadang                                              Rp xxxx
Akumulasi depresiasi aktiva tetap                              Rp xxxx
Kas                                                                              Rp xxxx
4
Pada akhir periode, biaya overhead pabrik sesungguhnya yang terjadi selama
periode tertentu dibebankan kepada produk dengan jurnal sebagai berikut:
Barang dalam proses-Biaya overhead pabrik    Rp xxxx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya                        Rp xxxx
D. Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi dan BDP
Harga pokok produk jadi dihitung dengan cara mengalikan kuantitas produk jadi
yang dihasilkan selama satu periode dengan biaya taksiran per satuan produk.
Harga pokok produk yang masih dalam proses pada akhir periode dihitung dengan
cara mengalikan unit ekuivalensinya dengan biaya taksiran per satuan produk.
Jurnal pencatatan harga pokok produk jadi dan produk yang masih dalam proses
akhir periode adalah sebagai berikut:
Persediaan produk jadi                                      Rp xxxx
Persediaan produk dalam proses                       Rp xxxx
BDP-BBB                                                                   Rp xxxx
BDP-BTK                                                                   Rp xxxx
BDP-BOP                                                                   Rp xxxx
E. Prosedur Pencatatan Harga Pokok Produk yang Dijual
Harga pokok penjualan dihitung dengan cara mengalikan jumlah produk yang
terjual dengan biaya taksiran per satuan produk. Jurnal pencatatan harga pokok
produk yang dijual adalah sebagai berikut:
Harga pokok penjualan                                      Rp xxxx
Persediaan produk jadi                        Rp xxxx
F. Prosedur Pencatatan Selisih Biaya Taksiran dengan Biaya Sesungguhnya
Penentuan selisih biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya tergantung pada
metode pencatatan biaya overhead pabrik. Mengambil metode pencatatan biaya
overhead pabrik yang dibahas sebelumnya maka selisih antara biaya taksiran
dengan biaya sesungguhnya dihitung dengan mencari saldo rekening BDP. Selisih
tersebut ditransfer ke rekening selisih dengan jurnal sebagai berikut:
Selisih                                                                Rp xxx
BDP-BBB                                                                   Rp xxxx
BDP-BTK                                                                   Rp xxx
BDP-BOP                                                                   Rp xxxx

5
 Penyelesaian Study Kasus Mengenai System Biaya Taksiran melalui Satu
Departemen.
PT Elions memproduksi satu macam produk melalui satu tahap pengolahan.
Perusahaan menggunakan system biaya taksiran, dan biaya taksiran per kilogram
produk adalah sebagai berikut:

Biaya bahan baku  2kg      @Rp.9  Rp.18


Biaya tenaga kerja 1 jam    @Rp 27 Rp 27
Biaya overhead pabrik 1 jam    @Rp 37 Rp 37
Baya taksiran per Rp 82
kilogram

Data kegiatan perusahaan dalam bulan November 2007 adalah sebagai berikut:
1.    Persediaan pada awal bulan November 2007
a) Harga pokok persediaan bahan baku sebesar Rp 20.000
b) Jumlah persediaan produk dalam proses sebanyak 3000 dengan tingkat penyelesaian
sebagai berikut: biaya bahan baku 100%; biaya konversi 2/3. Harga pokok taksiran
persediaan produk dalam proses ini dihitung sebagai berikut:
BBB    100% x 3.000 x Rp 18 Rp 54.000
BTK     2/3 x 3.000 x Rp 27 Rp 54.000
BOP   2/3   x 3.000 x Rp 37 Rp 74.000
JUMLAH Rp 182.000

c) Persediaan produk jadi 500 kg


2.    Kegiatan selama bulan November 2007
a. Pembelian bahan baku sebesar Rp 660.000.
b. Jumlah jam tenaga kerja sesungguhnya sebesar 34.500 jam dengan biaya tenaga kerja
sebesar Rp 925.000
c. Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif per jam kerja
langsung sebesar Rp 37. biaya overhead pabrik sesungguhnya yang terjadi dalam
bulan november berjumlah Rp 1.261.000
d. Produk jadi yang ditransfer ke gudang selama bulan november berjumalh 35.500 kg.
e. Produk jadi dijual dengan harga jual Rp 110 per kg.  
3.    Persediaan pada akhir bulan November 2007

6
a. Harga pokok persediaan bahan baku yang ditentukan dengan metode MPKP sebesar
Rp 40.000
b. Jumlah persediaan produk dalam proses sebanyak 2.500 kg dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut: BBB 100%; biaya konversi 20%;
c. Persediaan produk jadi berjumlah 1000 kg
Atas dasar data diatas, jurnal-jurnal pencatatan yang dibuat dalam system biaya taksiran
adalah sebagai berikut:
1. Jurnal pembelian bahan baku:
        Pembelian                               Rp 660.000  
        Utang dagang             Rp 660.000                             

2. Jurnal pencatatan biaya bahan baku yang sesungguhnya dipakai:


BDP-BBB                                     Rp 640.000
Persediaan bahan baku akhir         Rp  40.000
Persediaan bahan baku awal Rp  20.000
Pembelian Rp 660.000

Perhitungan biaya bahan baku seseungguhnya sebagai berikut :


Harga pokok persedian bahan baku pada awal Rp   20.000
bulan                        
Pembelian Rp 660.000
Rp 680.000
Harga pokok persedian bahan baku pada akhir Rp   40.000
bulan                        
Biaya bahan baku selama bulan Rp 640.000
november                                        

3. Jurnal Pencatatan biaya tenaga kerja sesungguhnya:


BDP – BTL Rp 925.000
       Gaji dan upah Rp 925.000

4. Jurnal pencatatan BOP yang dibebankan pada produk


BDP-BOP                                     Rp 1.276.500
BOP yang dibebankan   Rp 1.276.500
       
Pehitungan BOP yang dibebankan pada produk:
Jumlah jm tenaga kerja x BOP yang dibeankan pada produk atas dasar tariff

7
34.500 x 37 = 1.276.500
5. Jurnal pencatatan BOP sesungguhnya
BOP sesungguhnya                                    Rp 1.261.000
Berbagai macam rekening yang Rp 1.261.000
dikredit        

6. Jurnal penutupan rekening BOP Pabrik yang dibebankan ke rekening BOP pabrik
sesungguhnya.
BOP yang dibebankan                  Rp 1.276.500
BOP pabrik Rp 1.276.500
sesungguhnya                              

7. Jurnal pencatatan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang.


Persediaan produk jadi Rp2.911.000
BDP-BBB                            Rp  639.000
BDP-BTK                   Rp 958.500
BDP-BOP                   Rp1.313.500

Perhitungan Harga Pokok Produk jadi yang ditransfer ke gudang


 35.500 x 18 = 639.000
 35.500 x 27 = 958.500
 35.500 x 37 = 1.313.500
8. Jurnal pencatatan harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir bulan
November 2007.
Persediaan produk dalam proses Rp 77.000
BDP-BBB                            Rp 45.000
BDP-BTK                   Rp 13.500
BDP-BOP                   Rp 18.500

Perhitungan Harga Pokok Persediaan produk dalam proses pada akhir bulan
 100 % x 2.500 x 18 = Rp 45.000
 20% x 2.500 x 27 = Rp 13.500
 20% x 2.500 x 37 = Rp 18.500

9. Jurnal pencatatan harga pokok produk yang terjual dalam bulan November 2007.
Harga pokok penjualan Rp.2.870.000
Persediaan produk jadi  Rp.2.870.000

8
Perhitungan harga pokok produk yang di jual adalah sebagai berikut:
Persediaan produk jadi akhir bulan  500 kg
Produk selesai bulan november  35.500 kg
36.000 kg
Persedian produk jadi akhir bulan 1.000
Jumlah produk yang terjual dalam bulan november 35.000 kg
Biaya taksiran per kg produk  Rp 82
Harga pokok penjualan Rp.2.870.000
  
10. Jurnal pencatatan hasil penjualan bulan November 2007
Piutang dagang Rp.3.850.000
Hasil penjualan Rp.3.850.000

11. Jurnal pencatatan selisih biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya yang terdapat
dalam rekening barang dalam proses.
Selisish Rp 35.500
BDP-BBB                            Rp 10.000
BDP-BTK                   Rp  7.000
BDP-BOP                   Rp 18.500

12. Jurnal pencatatan selisih antara biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan yang
dibebankan atas dasar tarif
Biaya overhead pabrik                                    Rp 15.500
Selisih                                                   Rp 15.500

1.4 PROSEDUR PENCATATAN BIAYA PRODUKSI DALAM SISTEM BIAYA


TAKSIRAN BILA PRODUK DIOLAH MELALUI LEBIH DARI SATU
DEPARTEMEN
Langkah-langkah sistem biaya taksiran yang diterapkan pada metode biaya
proses yang mengolah satu macam produk melalui beberapa tahap adalah sebagai
berikut:
1. Pada awal proses ditentukan besar biaya per unit yang dirinci untuk setiap tahap
pengolahan produk dan setiap elemen biaya pada tahap-tahapan tersebut.

9
2. Biaya produksi yang sesungguhnya terjadi pada periode yang bersangkutan
digolongkan dan dicatat dalam rekening barang dalam proses yang dirinci untuk
setiap tahap pengolahan dan untuk setiap elemen biaya.
3. Produk selesai dari tahap pengolahan pertama dipindahkan ke tahap pengolahan
berikutnya dengan cara mendebit rekening barang dalam proses biaya tahap
sebelumnya atau rekening barang dalam proses rekening pemindahan dan dikredit
setiap rekening barang dalam proses tahap pertama sebesar biaya taksirannya.
Demikian pula produk selesai pada tahapan pengolahan berikutnya dipindahkan
dengan cara yang sama.
1. Produk selesai dari tahapan pengolahan yang terakhir dipindahkan dengan cara
mendebit rekening persediaan produk selesai dan mengkredit setiap rekening
barang dalam proses tahapan terakhir pengolahan produk sebesar biaya
taksirannya.
2. Memindahkan harga pokok produk yang menjual dengan cara mendebit rekening
harga pokok penjualan dan mengkredit rekening persediaan produk selesai sebesar
biaya taksirannya.
3. Memindahkan harga pokok produk dalam proses dari setiap elemen rekening
barang dalam proses tahap pengolahan ke rekening persediaan produk dalam
proses sebesar biaya taksirannya.
4. Menghitung dan mengalokasikan selisih biaya yang terjadi. Jika proses
pengolahan produk melalui dua tahap, maka selisih biaya yang timbul dari tahap
pertama dialokasikan ke persediaan produk dalam proses dari proses pertama,
persediaan produk dalam proses dari tahap kedua, persediaan produk selesai, dan
harag pokok penjualan. Sedangkan selisih yang timbul dari tahapan kedua
dialokasikan ke persediaan produk dalam proses dari tahapan kedua, persediaan
produk selesai dan harga pokok penjualan.
Contoh Soal:
PT Yuli mengolah produk melalui dua departemen, yaitu departemen A dan
departemen B. Semua produk yang selesai dari departemen A langsung dipindahkan
ke departemen B dan ditampung didalam rekening barang dalam proses – harga
pokok departemen A- departemen B. Rekening barang dalam proses diselenggarakan
untuk setiap elemen biaya pada setiap departemen demikian pula rekening biaya
overhead pabrik diselenggarakan untuk setiap departemen. Besarnya harga pokok
taksiran untuk setiap buah produk adalah sebagai berikut:
10
PT. YULI
Harga Pokok per Buah Produk
Tahun 2019

Elemen Departemen A Departemen B Jumlah


Biaya Bahan Baku Rp. 5 Rp. - Rp. 5
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 2 Rp. 6 Rp. 8
Biaya Overhead Pabrik Rp. 3 Rp. 2 Rp. 5
Jumlah Rp. 10 Rp. 8 Rp. 18

 Data biaya produksi dan penjualan yang terjadi bulan Januari 2019 adalah sebagai
berikut:

Elemen Biaya Produksi Departemen A Departemen B Jumlah


Biaya Bahan Baku Rp. 39.200 Rp. - Rp. 39.200
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 17.720 Rp. 44.355 Rp. 62.075
Biaya Overhead Pabrik Rp. 25.290 Rp. 19.780 Rp. 45.070
Jumlah Rp. 82.210 Rp. 64.135 Rp. 146.345

Biaya pemasaran Rp 10.000,00 dan biaya administrasi dan umum Rp 20.000,00

 Data produksi dalam bulan Januari 2019 adalah :


Produk dalam proses per 1 Januari 2019 di departemen A sebanyak 500 buah dengan
tingkat penyelesaian 80% biaya bahan baku dan 40% biaya konversi, di departemen B
sebanyak 400 buah dengan penyelesaian 25% biaya konversi produksi selesai dari
departemen A sebanyak 8.000 buah langsung dipindahkan ke Departemen B. Produk
selesai dari departemen B sebanyak 8.100 buah dimasukkan ke gudang produk selasai.
Produk dalam proses per 31 Januari 2019 di departemen A sebanyak 800 buah dengan
tingkat penyelesaiaan bahan baku 75% dan biaya konversi 25%, di Departemen B 300
buah dengan tingkat penyelesaian 75% biaya konversi.
 Produk selesai yang dijual dalam bulan januari sebanyak 6.000 buah dengan harga jual
Rp.40,00 per buah.
Diminta:

11
a) Membuat jurnal transaksi yang diperlukan
b) Menyusun Laporan Rugi-Laba

Penyelesaian:
a) Jurnal Transaksi

PT YULI
Jurnal Transaksi
Januari 2019
NO. Nama Rekening Debit Kredit
Biaya Bahan Baku Departemen A
1 a)  (500 x 80% x 5) = 2.000 Rp 2.000  
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung Departemen A
   (500 x 80%) = 400 RP 400  
Barang Dalam Proses-Departemen A
   (800 x 75%) = 600 RP 600  
Persediaan Produk Dalam Proses
   (2.000 + 400 + 600) = 3.000   Rp 3.000
Barang Dalam Proses-Harga Pokok Departemen A-Departemen B
b)  (500 x 80% x 10) = 4.000 Rp 4.000  
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung -Departemen B
   (800 x 25 % xRp 3) = 600 RP 600  
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik-Departemen B
   (400 x 25% x 2) = 200 RP 200  
Persediaan Produk Dalam Proses
   (4.000 + 600 + 200) = 4.800   Rp 4.800
Mencatat Pemakaian Bahan Baku
 (39.200 + 0) = 39.200
2 Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku-Departemen A Rp 39.200  
  Persediaan Produk Dalam Proses   Rp 39.200
     
Mencatat Pembebanan Biaya Upah langsung kepada Produk
 (17.720 + 44.355) = 62.075
3 a) Biaya Gaji dan Upah Rp 62.075  
  Hutang Gaji dan Upah   Rp 62.075
b) Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung-Departemen A Rp 17.720  
  Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung-Departemen B Rp 44.355  
Biaya Gaji dan Upah
   (17.720 + 44.355) = 62.075   Rp 62.075
     
Mencatat Pembebanan Biaya overhead pabrik kepada Produk

4 a) Biaya Overhead Pabrik-Departemen A Rp 25.290  


  Biaya Overhead Pabrik-Departemen B Rp 19.780  

12
Berbagai Rekening di Kredit
   ( 25.290 + 19.780) = 45.070   Rp 45.070
b) Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik-Departemen A Rp 25.290  
  Biaya Overhead Pabrik-Departemen A   Rp 25.290
  Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik-Departemen B  Rp 19.780
  Biaya Overhead Pabrik-Departemen B   Rp 19.780
     
Mencatat terjadinya biaya komersia

5 Biaya Pemasaran Rp 10.000  


  Biaya Administrasi dan Umum Rp 20.000  
Berbagai rekening di kredit
   (10.000 + 20.000) = 30.000   Rp 30.000
     

Mencatat pemindahan produk dari departemen A ke Departemen B


Barang Dalam proses-harga pokok Departemen A-Departemen B
6 = ( 8000xRp 5)+(8000x Rp 2)+(8000xRp 3)= 80.000 Rp 80.000  
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku-Departemen A
   ( 8.000xRp 5) = 40.000   Rp 40.000
Barang dalam Proses-Biaya Biaya Tenaga Kerja Langsung-
Departemen A
   (8.000x Rp 2) = 16.000   Rp 16.000
Barang dalam Proses-Biaya Biaya Overhead Pabrik-Departemen A
   (8.000xRp 3) = 24. 000   Rp 24.000

     
     
Mencatat pemindahan produk selesai dari departemen B
ke gudang Produk Selesai

Persediaan Produk Selesai


7 = ( 8.100xRp 10)+(8.100x Rp 6)+(8.100xRp 2)= 145.800 Rp 145.800  
Barang dalam Proses-Harga Pokok Departemen A-Departemen B
   ( 8.100xRp 10) = 81.000   Rp 81.000
Barang dalam Proses-Biaya Biaya Tenaga Kerja Langsung-Departemen B
   (8.100x Rp 6) = 48.600   Rp 48.600
Barang dalam Proses-Biaya Biaya Overhead Pabrik-Departemen B
   (8.100xRp 2) = 16.200   Rp 16.200
     
     
Mencatat penjualan produk
 6.000 x Rp 40 = Rp 240.000
8 a) Piutang Dagang Rp 240.000  

13
Penjualan
    Rp 240.000
Mencatat harga pokok Penjualan
   6.000 x Rp 18 = Rp 108.000    
b) Harga Pokok Penjualan Rp 108.000  
  Persediaan Produk selesai   Rp 108.000
     
Memindahkan produk dalam proses dalam proses
departemen A ke rekening persediaan produk dalam proses

Persediaan Produk Dalam Proses


9 a) (800 x 75 % x Rp 5) + (800x25%x Rp 2) + (800 x 25 % xRp 3)= 4.000 Rp 4.000  
Barang dalam proses - biaya bahan baku departemen A
   (800 x 75 % x Rp 5) = 3.000   Rp 3.000
Barang dalam proses - biaya tenaga kerja langsung departemen A
   (800x25%x Rp 2) = 400   RP 400
Barang dalam proses - biaya overhead pabrik departemen A
 (800 x 25 % xRp 3) = 600

    RP 600
     
Memindahkan produk dalam proses dalam proses departemen B ke
rekening persediaan produk dalam proses
     
Persediaan Produk Dalam Proses
  b) (300 x 75 %xRp10) + (300x75%x Rp 6) + (300 x 75 % xRp 2) = 4.800  Rp 4.800  
Barang dalam proses - harga pokok departemen A - departemen B
 (300 x 75 %xRp10) = 3.000 Rp 3.000
Barang dalam proses - biaya tenaga kerja langsung departemen B
   (300x75%x Rp 6) = 1.350   Rp 1.350
Barang dalam proses - biaya overhead pabrik departemen B
   (300 x 75 % xRp 2) = 450   RP 450
   
     
     
     
10 a) Selisih Biaya Rp 1.210  
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku-Departemen A
   Rp 1.800  
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung-Departemen A
     Rp 1.720
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik-Departemen A
     Rp 1.290
b) Rp 4.995  
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung-Departemen B

14

Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik-Departemen B
     Rp 3.330
Selisih Biaya
   (3.330 + 1.665) = 4.995   Rp 1.665
Selisih Biaya
11 a)  (1.200 + 420 + 60 + 120) = 1.800 Rp 1.800  
Persedian Produk Dalam Proses (Departemen A)
     RP 120
Persedian Produk Dalam Proses (Departemen B)
     RP 60
Persedian Produk Selesai
     RP 420
Harga Pokok Penjualan
     Rp 1.200
Persedian Produk Dalam Proses (Departemen A)
b)  RP 40  
Persedian Produk Dalam Proses (Departemen B)
   RP 60  
Persedian Produk Selesai
   RP 420  
Harga Pokok Penjualan
   Rp 1.200  
Selisih Biaya
   (40 + 60 + 420 + 1.200) = 1.720   Rp 1.720
Persediaan Produk Dalam proses Departemen A
c)  RP 30  
Persediaan Produk Dalam proses Departemen B
   RP 45  
Persediaan Produk selesai
   RP 351  
Harga pokok penjulan
   RP 900  
  Selisih Biaya   Rp 1.290

Selisih Biaya
d)  (135 + 1.260 + 3600) = 4.995 Rp 4.995  
Persediaan Produk Dalam Proses - Departemen B
     RP 135
Persediaan produk selesai
     Rp 1.260
Harga pokok penjualan
     Rp 3.600
Persediaan produk dalam proses Departemen B
e)  RP 90  

15
Persediaan Produk selesai
   RP 840  
Harga pokok penjualan
   Rp 2.400  
Selisih Biaya
   (90 + 840 + 2.400) = 3.330   Rp 3.330

b) Laporan Rugi-Laba

PT YULI
Laporan Laba – Rugi
Januari 2019
Keterangan Produk A Produk B Jumlah
Penjualan Rp 130.000 Rp 150.000 Rp 280.000
Harga Pokok Penjualan Rp 58.500 Rp 67.500 Rp 126.000
Laba Kotor Atas Penjualan Rp 71.500 Rp 82.500 Rp 154.000
Biaya Komersial:
Biaya Pemasaran Rp 10.000
Biaya Administrasi dan Umum Rp 20.000 Rp 30.000
Laba Bersih Rp 124.000
 

1.5 PERLAKUAN TERHADAP SELISIH BIAYA PRODUKSI DALAM SISTEM


BIAYA TAKSIRAN
Biaya taksiran merupakan salah satu bentuk biaya yang ditentukan dimuka
sebelum produksi dilakukan atau penyerahan jasa dilakukan. Biaya yang ditaksir
meliputi seluruh biaya-biaya yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk.
Taksiran yang berarti prediktif tentu saja mengandung potensi ketidaktepatan antara
apa yang dianggarkan dengan apa yang rill. Ini yang disebut dengan selisih. Selisih
ini tentu harus dilakukan perlakuan secara khusus sesuai dengan kaidah-kaidah
akuntansi. Selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya taksiran dalam suatu
periode akuntansi dapat diperlakukan sebagai berikut :
 Ditutup kerekening harga pokok penjualan atau rekening rugi laba
 Dibagikan secara adil kepada produk selesai dalam periode yang bersangkutan yaitu
dibagikan kerekening produk jadi dan harga pokok penjualan
 Dibagikan secara adil ke rekening-rekening persediaan barang dalam proses,
persediaan produk jadi, dan harga pokok penjualan

16
 Memberikan selisih-selisih tersebut tetap dalam rekening selisih sehiingga rekening
ini berfungsi sebagai deffered account. Hal ini dilakukan karena ada kemungkinan
selisih-selisih yang terjadi di antara periode akuntansi akan saling menutup
( mengkompensasi ).

17
KESIMPULAN

Sistem biaya taksiran adalah system akuntansi biaya produksi yang menggunakan
bentuk biaya yang ditentukan dimuka dalam menghitung biaya produksi. Tujuan penggunaan
system biaya taksiran ini adalah sebagai jembatan antara system biaya sesungguhnya system
biaya standart, untuk menghindari biaya yang relative besar dalam pemakaian system biaya
standart, untuk pengendalian biaya dan analisis kegiatan, dan untuk mengurangi biaya
akuntansi.
Sistem akuntansi biaya taksiran dilaksanakan dengan mendebit rekening barang
dalam proses dengan biaya produksi yang sesungguhnya terjadi dan mengkredit rekening
tersebut dengan biaya taksiran yang melekat pada produk jadi yang ditransfer ke gudang dan
persediaan produk dalam proses. Selisih antara biaya produksi sesungguhnya dengan biaya
produksi taksiran dihitung dengan mencari selisih pendebitan dengan pengkreditan rekening
barang dalam proses. Selisish tersebut dapat diperlakukan sebagai berikut: ditutup kerekening
harga pokok penjualan atau rekening rugi laba, dibagikan secara adil kepada produk selesai
dalam periode yang bersangkutan, dibagikan secara adil ke rekening-rekening (persediaan
produk dalam proses, persediaan produk jadi, dan harga pokok penjualan, atau membiarkan
selisih-selisih tersebut tetap dalam rekening selisih, sehingga rekening ini berfungsi sebagai
deffered account).

18

Anda mungkin juga menyukai