Anda di halaman 1dari 11

ACTIVITY BASED COSTING

A. Pengertian Activity Based Costing


Pengertian Activity Based Costing menurut Mulyadi adalah : Metode penentuan
HPP (Product Costing) yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok secara
cermat bagi kepentingan manajemen, dengan mengukur secara cermat konsumsi
sumber daya alam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ABC merupakan suatu metode yang menerapkan
konsep-konsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok
produk yang lebih akurat
Dalam penerapannya, penentuan harga pokok dengan sistem ABC mensyaratkan 3
hal:
1. Perusahaan mempunyai tingkat diservitas yang tinggi
Artinya bahwa sistem ABC mensyaratkan perusahaan memproduksi beberapa
macam produk atau lini produk yang diproses dengan menggunakan fasilitas yang
sama. Kondisi ini tentunya akan menimbulkan persoalan dalam membebankan
biaya ke masing-masing produk.
2. Tingkat persaingan industri yang tinggi
Terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama dan
sejenis. Semakin besar tingkat persaingan diantara perusahaan tersebut maka akan
semakin penting peran informasi penetapan harga pokok yang akurat dalam
mendukung pengambilan keputusan oleh manajemen.
3. Biaya pengukuran yang rendah
Bahwa biaya yang digunakan sistem ABC dalam menghasilkan informasi biaya
yang akurat harus lebih rendah dibandingkan dngan manfaat yang diperoleh.
ABC menggunakan lebih banyak Cost Driver (suatu kejadian yang menimbulkan
biaya) dibandingkan dengan sistem pembebanan biaya pada akuntansi biaya
tradisional.
Landasan penting dalam menghitung baiya berdasarkan aktivitas adalah dengan
mengidentifikasi pemicu biaya (cost driver) untuk setiap aktvitas. Bila pemahaman

tidak tepat mengenai pemicu ini, maka akan mengakibatkan ketidaktepatan pada
pengklasifikasian biaya (dampak dalam pengambilan keputusan).
Ada 2 jenis Cost Driver, yaitu :
1. Cost Driver berdasarkan unit : Membebankan biaya overhead pada produk melalui
penggunaan tarif overhead tunggal oleh seluruh department.
2. Cost Driver berdasarkan non unit : Merupakan faktor-faktor penyebab selain unit
yang menjelaskan konsumsi overhead.
Penentuan Cost Driver yang tepat terdiri atas:
1. Penentuan jumlah cost driver yang dibutuhkan. Dengan kata lain semakin tinggi
tingkat kakuratan yang diinginkan, semakin banyak cost driver yang dibutuhkan.
2. Pemilihan cost driver yang tepat tergantung pada 3 faktor :
a. Biaya pengukuran (Cost of Measurement): Dalam system ABC, terdapat
sejumlah Cost Driver yang dapat digunakan. Ada baiknya untuk memilih
Cost Driver yang menggunakan informasi yang telah tersedia. Informasi
yang tidak tersedia pada system yang ada sebelumnya berarti harus
dihasilkan, dan akibatnya akan meningkatkan biaya system informasi suatu
perusahaan. Pengelompokan biaya (Cost Pool) yang homogen dapat
menghasilkan sejumlah Cost Driver. Untuk itu Cost Driver yang dapat
digunakan pada system informasi yang ada sebelumnya hendaknya dipilih.
Pemilihan ini akan meminimumkan biaya pengukuran
b. Derajat Korelasi (degree of correlation) antara konsumsi aktivitas yang
diidentifikasi oleh cost driver terpilih dengan konsumsi aktivitas
sesngguhnya. Cost driver yang memiliki korelasi tinggi akan dipilih.
c. Perilaku yang disebabkan oleh cost driver terpilih (behavior effec). Sistem
informasi yang ada dari penetapan Cost driver tidak hanya berdampak pada
penetapan keputusan, tetapi juga berpengaruh pada perilaku dari pembuat
keputusan. Hasilnya bisa saja baik atau buruk, tergantung pada efek
perilakunya.

B. Distorsi Biaya
Penentuan biaya produksi dengan metode tradisional costing dapat menimbulkan
distorsi biaya produksi. Distorsi Biaya Produksi merupakan kesalahan pembebanan
biaya terhadap suatu produk. Distorsi ini dapat dibagi menjadi 2 :
1. Distorsi Undercosting : Terjadi apabila metode tradisional costing terlalu rendah
mengkalkulasikan biaya produksi tak langsung untuk suatu produk
2. Distorsi Overcosting : Terjadi apabila metode tradisional costing terlalu tinggi
mengkalkukasikan biaya produksi tak langsung untuk suatu produk.
Distorsi biaya terjadi pada metode tradisional costing dikarenakan metode ini hanya
menggunakan satu jenis pembebanan biaya yang sama untuk setiap produk yang
dihasilkan.
Namun demikian dengan adanya Metode ABC, aktivitas apa saja yang dikonsumsi
suatu produk dapat ditelusuri sehingga dapat diketahui jumlah biaya yang akurat (yang
sebenarnya).
C. Pembebanan 2 (Dua) Tahap dalam Activity Based Costing
Pembebanan biaya dalam system ABC terbagi atas 2 tahap :
Tahap Pertama : Mengelompokkan biaya overhead ke dalam kelompok biaya yang
homogen/sejenis (Cost Pool), dengan cara :
1. Identifikasi dan menggolongkan biaya kedalam berbagai aktivitas
2. Mengklasifikasikan aktivitas kedalam berbagai biaya aktivitas. Dimana biaya
aktivitas digolongkan kedalam 4 kategori, yaitu :
-

Biaya Aktivitas Berlevel Unit (Unit Level Activity Cost) : Biaya aktivitas
yang berkaitan dengan besar kecilnya jumlah unit produk yang dihasilkan.
Misalnya : Biaya Bahan Baku dan Biaya Tenaga Kerja)

Biaya Aktivitas Batch (Batch Activity Cost) : Biaya yang berkaitan dengan
jumlah batch produk yang diproduksi. Misalnya : Biaya setup mesin

Biaya Aktivitas yang Pendukung Produk (Produk Sustaining Activity Cost) :


Biaya yang berkaitan dengan aktivitas pendukung dalam penelitian dan
pengembangan produk dan biaya untuk mempertahankan produk untuk

tetap dapat dipasarkan. Misalnya : Biaya pengujian produk, dan Biaya


desain produk, Biaya pengembangan (pengiklanan produk)
-

Biaya Aktivitas yang Pendukung Fasilitas (Facility Sustaining Activity


Cost) : Biaya yang berkaitan dengan aktivitas mempertahankan kapasitas
yang dimiliki perusahaan. Misalnya : Biaya depresiasi, Biaya asuransi,
Biaya gaji pegawai kunci, Biaya kebersihan kantor, dll.

3. Mengidentifikasikan

Cost

Driver

(Pemicu

Biaya).

Dimaksudkan

untuk

memudahkan dalam penentuan tarif/unit cost driver.


4. Menentukan Tarif/unit Cost Driver. Ini dapat dihitung dengan cara sbb:
Tarif/unit Cost Driver = Jumlah Aktivitas (Cost Pool)
Cost Driver
Tahap Kedua : Mengalokasikan Biaya Overhead dari setiap aktivitas, caranya :
Alokasi Biaya Overhead = Tarif Pool X Jumlah Cost Driver yang dikonsumsi oleh
produk
D. Activity Based Costing Dalam Perusahaan Jasa
Secara umum prosedur penerapan sistem ABC dalam perusahaan jasa sama dengan
perusahaan manufaktur. Caranya :
1. Biaya-biaya yang ada dikelompokkan dalam pool biaya(cost pool) yang
homogen
2. Biaya yang ada kemudian dialokasikan pada Unit Level Activity Cost, Batch
Activity Cost, Service Sustaining Activity Cost, dan Facility Sustaining Activity
Cost.
3. Biaya dialokasikan atau dibebankan ke harga pokok masing-masing jasa atau
kepada konsumen berdasarkan Activity Drivernya (Pemicu Aktivitas)
Hal-hal yang mesti diperhatikan dalam penerapan ABC ini dalam perusahaan jasa
adalah :
-

Identifying and Costing Activity (Identifkasi dan Aktivitas Biaya)

Special Challenger

Output Diversity

E. Pembahasan Kasus

Diketahui :
-

Medison Electric memproduksi 3 model pompa (Reguler Model, Advenced Model,


dan Deluxe Model)
Penjualan tahunan Medison Electric dapat dilihat pada tabel
Reguler Model
Penjualan Tahunan (Unit)

Advanced Model

Deluxe model

20.000

1.000

10.000

$20

$50

$84

Biaya Produk :
Bahan Baku Langsung
Tenaga Kerja Langsung

20 (1 Jam, $20)

40 (2 Jam, $20)

40 (2 Jam, $20)

Overhead Pabrik

170 (1 Jam, $170)

340 (2 Jam, $170)

340 (2 Jam, $170)

$210

$430

$464

Total Biaya Produk

Biaya Overhead Pabrik :


Depresiasi mesin
$ 2. 960.000
Perawatan mesin
240.000
Depresiasi, pajak dan asuransi perusahaan
600.000
Engeneering (Pekerja)
700.000
Pembelian, penerimaan, pengapalan
500.000
Pengawasan dan perbaikan kerusakan
750.000
Pengolahan bahan baku
800.000
Biaya overhead pabrik miscellaneous
590.000
Total------------------------------------------------------------------------------$ 7.140.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung :
Reguler model
: 20.000 Jam
Advanced model
: 2.000 Jam
Deluxe model
: 20.000 Jam
Total--------------------------------- 42.000 Jam
Tarif Overhead yang ditetapkan

Biaya Overhead
Biaya Jam Tenaga Kerja Langsung

= $ 7.140.000
42.000 Jam
= $ 170 per jam

Target harga 110% dari tingkat biaya total produk


Pesaing perusahaan Medison Electric hanya menjual produl Reguler Model seharga
$ 212, sedangkan Medison Electric sendiri terpaksa harus menjual dengan harga $
220

Data terbaru yang dikumpulkan oleh pengawas terhadap situasi tersebut ditemukan
bahwa :
Pengelompokan Aktivitas Biaya
1. Depresiasi Mesin
Perawatan mesin
2. Engeneering (Pekerja)
Pengawasan dan perbaikan kerusakan
3 Belanja, penerimaan dan pengapalan
Pengolahan bahan baku
4 Depresiasi, pajak, asuransi perusahaan
Overhead pabrik miscellaneous

Lini Produk

Pemicu Biaya (Cost


Driver)

Reguler Model

Advanced Model

Deluxe Model

Jam Mesin

39%

13%

48%

Jam Engeneering

47%

6%

47%

Jumlah Permintaan
Pesanan

47%

8%

45%

Penggunaan gudang
perusahaan

42%

15%

43%

Ditanyakan :
1. Hitung Target Harga untuk ketiga model tersebut didasarkan pada sistem
tradisional, volume-based product costing sistem?
2. Hitung Biaya Produk baru untuk ketiga produk, berdasarkan data baru yang
dikumpulkan oleh pengawas. Mendekati sen terkecil?
3. Hitung Target Harga baru untuk ketiga produk, berdasarkan meode ABC?
Hitung Target Harga baru yang aktual (sebenarnya) yang dapat dijual untuk
produk Reguler Model?
4. Tuliskan catatan kepada pemimpin perusahaan yang menjelaskan apa yang
sebenarnya terjadi dari hasil penerapan volume-based product-costing sistem
yang tradisional?
5. Apa strategi pilihan yang manajemen miliki? Apa yang ada sarankan, dan
mengapa?

Penyelesaian :
1.

Target harga untuk tetiga model tersebut didasarkan pada volume-based product
costing system tradisional :
Reguler Model

$ 210 x 110% = $ 231

Advanced Model

$ 430 x 110% = $ 473

Deluxe Model

$ 464 x 100% = $ 510.4

2.

Biaya Produk baru untuk ketiga produk, berdasarkan data baru yang dikumpulkan
oleh pengawas :
Reguler Model :
Biaya Bahan Baku Langsung :
$ 20 x 20.000 Unit = $ 400.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung :
$ 20 x 20.000 Unit = $ 400.000
BOP : 39% x $ 3.200.000 = $ 1.248.000
47% x $ 1.450.000 = $ 681.500
47% x $ 1.300.000 = $ 611.000
42% x $ 1.190.000 = $ 499.800
Total Biaya Overhad
= $ 3.040.300
Total Biaya Produk yang Baru Reguler Model
$ 3.840.300
Biaya Produk Reguler Model = $ 3.840.300 = $ 192,015/unit
20.000 unit
Advanced Model :
Biaya Bahan Baku Langsung :
$ 50 x 1.000 Unit = $ 50.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung :
$ 40 x 1.000 Unit = $ 40.000
BOP : 13% x $ 3.200.000 = $ 416.000
6% x $ 1.450.000 = $
87.000
8% x $ 1.300.000 = $ 104.000
15% x $ 1.190.000 = $ 178.500
Total Biaya Overhad
= $ 785.500
Total Biaya Produk yang Baru Reguler Model
$ 875.500
Biaya Produk Reguler Model = $ 875.500 = $ 875,5/unit
1.000 unit
Deluxe Model :
Biaya Bahan Baku Langsung :
$ 84 x 10.000 Unit = $ 840.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung :
$ 40 x 10.000 Unit = $ 400.000
BOP : 48% x $ 3.200.000 = $ 1.536.000
47% x $ 1.450.000 = $ 681.500
45% x $ 1.300.000 = $ 585.000
43% x $ 1.190.000 = $ 511.700
Total Biaya Overhad
= $ 3.314.200
Total Biaya Produk yang Baru Reguler Model
$ 4.554.200
Biaya Produk Reguler Model = $ 4.554.200 = $ 455,42/unit
10.000 unit

3.

Target Harga yang baru untuk ketiga produk tersebut :


Reguler Model
:
$ 192,015 x 110% = $ 211,2165/unit
Advanced Model

$ 875,5

x 110% = $ 963,05/unit

Deluxe Model

$ 455,42 x 100% = $ 500,962/unit

4.

Catatan terhadap hasil penerapan volume-based product-costing sistem yang


tradisional bahwa:

Sistem tersebut tidak mengalokasikan Biaya overhead secara proporsional


sesuai dengan aktivitas produknya, sehingga penetapan total biaya produk
tidak akurat (Untuk ke tiga produk)

Akibat dari penetapan biaya produk yang tidak akurat manajemen


mengeluarkan keputusan yang salah dalam hal penetapan Target harga
yang baru (Untuk ke tiga produk)

Bahwa dugaan manajemen mengenai ketidak efisienan perusahaan


(utamanya untuk produk Reguler Model) adalah tidak benar, sebab
penyebab dari tingginya biaya produksi untuk Reguler Model bukan dari
ketidakefisienan nya melainkan dari kesalahan pengalokasian biaya
overheadnya.

Total Biaya Produk untuk Reguler Model ternyata masih berada dibawah
harga jual produk pesaing, bahkan Target harga yang ditetapkan
manajemen untuk di jual yang sebesar 110% juga masih berada dibawah
harga jual pesaingnya.

Bahwa selama kurang lebih 25 tahun, manajemen benar-benar keliru


dalam penetapan harga untuk Advanced Model, sebab total biaya produk
yang selama ini ditetapkan oleh manajemen dengan sistem tradisional
berbeda jauh dengan total biaya produk yang sebenarnya setelah
menggunakan sistem ABC.

5.

Strategi yang dapat manajemen jalankan adalah :

Manajemen lebih baik mengggunakan sistem ABC dalam


pengalokasian biaya overhead nya, sehingga harga pokok yang diperolah
manajemen benar-benar akurat.

Manajemen dapat saja menjual produk Reguler nya dengan harga


yang tidak kalah bersaing dengan pesaingnya. Bahkan manajemen dapat
mengambil market yang lebih banyak lagi dari pesaingnya jika Target
harga nya diturunkan.

Ada baiknya bila manajemen tidak memproduksi Advanced Model


untuk tahun berikutnya (asumsi Medison Electric menerapkan sistem
ABC) sebab biaya total produk yang dihasilkan terlampau jauh dengan
Target harga yang selama ini dikeluarkan. Terjadi kekhawatiran apabila
produk tersebut tetap dilempar kepasaran dengan harga yang akhirnya
berbeda jauh dengan tahun sebelumnya, pelanggan tidak akan membeli
Advanced Model dengan alasan harga yang terlalu tinggi (bahkan lebih
mahal dari Deluxe Model). Dan bila ini sampai terjadi dipastikan Madison
Electric akan mengalami kerugian yang besar sebagai akibat besarnya
biaya total produk yang keluar dari Advanced Model sementara disatu sisi
Advanced Model tak akan mampu bersaing untuk terjual.

Manajemen dapat saja memproduksi Regular Model lebih banyak,


sebab Target harga yang ada masih berada dibawah harga pesaing (asumsi
user/ pelanggan Reguler Model konstan dengan tahun sebelumnya),
bahkan Manajemen bisa mengarahkan pelanggan yang sebelumnya
menggunakan/memilih Advanced Produk untuk menggunakan Reguler
Model yang harga nya lebih dibawah atau Deluxe Model yang harga nya
lebih diatas daripada Reguler Model namun dibawah harga untuk
Advanced Model tetapi dengan kualitas yang lebih bagus.

Untuk lebih mudah mengamati perbedaan harga dari hasil penerapan sistem
Tradisiondal dengan sistem ABC, berikut ini disajikan Tabel Total Biaya Produk maupun
Target Harga yang dapat dicapai oleh manajemen Madison Electric :

Reguler Model
Advanced Model
Deluxe Model

Tradisional
Total Biaya Produk
Target Harga
210/unit
231/unit
430/unit
473/unit
464/unit
510/unit

ABC
Total Biaya Produk
Target Harga
192,015 / unit
211,2165 / unit
875,5 / unit
963,05
/ unit
455,42 / unit
500,962 / unit

Berdasarkan Tabel diatas dapat pula disimpulkan mengenai Distorsi yang terjadi pada
sistem Tradisional yang ada :
Reguler Model
: Terjadi Distorsi Overcosting
Advanced Model
: Terjadi Distorsi Undercosting
Deluxe Model
: Terjadi Distorsi Overcosting

KESIMPULAN
Dari hasil ringkasan dan pembahasan kasus pada materi Activity Based Costing ini,
maka dapat kami simpulkan bahwa pada intinya Sistem Acitvity Based Costing lebih
akurat dalam penentuan biaya produksi suatu produk dan mengakui bahwa aktivitaslah
yang menyebabkan biaya (activity cause cost) bukanlah produk, dan produklah yang
mengkonsumsi aktivitas.
Selain itu sistem Activity Based Costing dewasa ini lebih mampu meyakinkan pihak
manajemen bahwa mereka dapat mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih
kompetitif. Sebab mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara
simultan fokus pada pengurangan biaya yang memungkinkan. Sehingga lebih dapat
membantu manajemen dalam pengambilan keputusan (management decision making) yang
lebih baik dan tepat.

Tugas

ACTIVITY BASED COSTING

Kelompok
1. Andi Pratiwi Indasari
2. Irmayanty Odding
3. Adeline Thernin
4. Meyrita Paramitra
5. Vera Tasrif

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI ANGKATAN X


FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009

Anda mungkin juga menyukai