Anda di halaman 1dari 27

BAB 2

SISTEM PERHITUNGAN
BIAYA DAN AKUMULASI
BIAYA
SARAH BERLIANA GULTOM (2204101123)
GRACE SINAGA (220410174)
WASDITA SURMANA BANGUN (220410107)
SAMUEL OSCAR REHMANA SEMBIRING (220410188)
KELAS: 4ME
.
SISTEM PENENTUAN BIAYA
Di dalam sistem penentuan biaya, proses akumulasi biaya untuk setiap unit produk dipengaruhi oelh waktu
pembebanan biaya-biaya tersebut,. Pembebanan biaya untuk masing-masing unit produksi dapat dikelompokkan
menjadi dua sistem, yaitu :

1. Sistem Biaya yang Sesungguhnya (Biaya Historis)


Sistem biaya yang sesungguhnya (historical cost system) adalah sistem perhitungan biaya yang mana biaya dibebankan
pada produk saat biaya tersebut telah terjadi atau biaya yang sesungguhnya telah dimanfaatkan. Penyajian laporan
biaya historis dilakukan setelah seluruh aktivitas operasional selesai atau dilakukan pada akhir periode akuntansi.
Tujuan dari sistem biaya ini adalah menentukan biaya atas produk atau jasa secara tepat dan akurat.

2. Sistem Biaya yang Ditentukan di Muka (Biaya Standar)


Sistem biaya yang ditentukan di muka adalah sistem perhitungan biaya yang mana biaya dibebankan kepada produk
sebelum proses produksi atau aktivitas jasa mulai dikerjakan. Sistem perhitungan biaya yang ditentukan di muka
(predetermined cost system) tersebut dapat dijadikan sebagai standar biaya melalui penentuan besarnya tarif (standar
harga dan standar kuantitas). Di sisi lain , biaya sesungguhnya juga dilakukan pencatatan, sehingga apabila ada selisih
antara biaya sesungguhnya dengan biaya yang ditentukan di muka (biaya standar) dapat dilakukan analisis untuk
mengetahui penyebab terjadinya selisih tersebut. Penentuan sistem biaya ini dipergunakan manajemen sebagai alat
perencanaan dan pengendalian biaya.
PEMBEBANAN BIAYA
Pembebanan biaya adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada objek biaya (produk) untuk tujuan tertentu.
Perhitungan biaya atas produk dapat dilakukan dengan cara menyertakan seluruh unsur biaya produksi atau hanya unsur
biaya yang bersifat variabel saja. Terdapat dua cara pembebanan biaya produksi pada masing-masing produk, antara
lain sebagai berikut:

1. Metode Perhitungan Biaya dengan Penyerapan Penuh (Absorption Costing)


Metode perhitungan biaya dengan penyerapan penuh atau sering disebut dengan full costing adalah metode penentuan
biaya produksi atas produk dengan memperhitungkan seluruh unsur biaya. Unsur-unsur biaya tersebut antara lain biaya
bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap yang
akan tetap melekat sebagai biaya kepada persediaan produk yang belum terjual dan tetap dianggap sebagai beban
(beban pokok penjualan) manakala produk tersebut telah terjual. Metode perhitungan biaya dengan penyerapan penuh
umumnya digunakan bagi kepentingan pihak eksternal.

Biaya bahan langsung Rp300.000


Biaya tenaga kerja langsung Rp500.000
Biaya overhead pabrik-variabel Rp100.000
Biaya overhead pabrik-tetap Rp200.000
Total Rp1.100.000
2. Metode Perhitungan Biaya Variabel (Variable Costing)
Metode perhitungan biaya variabel adalah metode penentuan biaya produksi atas produk hanya dengan
memperhitungkan unsur biaya yang hanya bersifat variabel saja. Unsur-unsur biaya tersebut, antara lain biaya bahan
langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Dalam metode ini, biaya overhead pabrik
tetap diperlakukan sebagai biaya periodik. Metode perhitungan biaya variabel ini umumnya digunakan untuk keperluan
pihak internal atau manajemen.

Biaya bahan langsung Rp300.000


Biaya tenaga kerja langsung Rp500.000
Biaya overhead pabrik-variabel Rp.100.000
Total Rp900.000
AKUMULASI BIAYA
Setiap perusahaan memiliki perbedaan karakteristik terkait penggunaan teknologi, proses produksi, dan bauran produk,
sehingga sistem perhitungan biaya yang digunakan juga berbeda karena sistem ini perlu disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing perusahaan. Tujuan perhitungan biaya adalah untuk menentukan biaya dari produk-produk yang
dihasilkan perusahaan. Akumulasi biaya sangatg dipengaruhi oleh cara perusahaan melakukan aktivitas produksi.

Berikut merupakan bebeerapa sistem yang dapat digunakan dalam akumulasi biaya, antara lain sebagai berikut :

1. Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan (Job Order Costing)


Sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan merupakan metode akumulasi biaya yang didasarkan kepada setiap
pesanan pelanggan, batch, dan lot sehingga fokus penelusuran biaya ada pada pesanan pelanggan, batch, atau lot
tersebut. Sistem perhitungan biaya ini dapat diterapkan pada pekerjaan berdasarkan pesanan, produk bersifat khusus
(sesuai pesanan pelanggan), dan proses produksi yang sifatnya terputus-putus, seperti pabrik, bengkel, tempat reparasi,
pekerjaan konstruksi, percetakan, arsitek, akuntan, konsultan, dan sebagianya. Kartu atau buku pesanan adalah catatan
terperinci terkait dengan elemen-elemen biaya yang dikeluarkan, yang pada gilirannya dapat digunakan sebagai buku
pembantu untuk setiap pesanan dan catatan pendukung akun barang dalam proses. Sistem perhitungan biaya ini
memungkinkan melakukan perhitungan biaya per unit, pengendalian biaya, dan perhitungan laba atas setiap pesanan.
2. Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses ( Proses Costing)
Sistem perhitungan biaya berdasarkan proses merupakan metode akumulasi biaya yang didasarkan kepoda satuan
waktu untuk setiap departemen, sehingga fokus penelusuran biaya ada di setiap masing-masing departemen. Sistem
perhitungan biaya ini dapat diterapkan kepada perusahaan dengan memiliki proses produksi yang bersifat masssal,
kontinu, homogen, dan standar, contohnya seperti perusahaan tekstil, perusahaan bahan kimia, perusahaan semen,
perusahaan obat-obatan, dan lain sebagianya. Laporan biaya produksi di setiap departemen (sebagai pusat biaya) pada
akhir periode dilakukan untuk mengetahui jumlah unit produk yang dihasilkan, total biaya yang dikeluarkan, dan
pertanggungjawaban atas biaay-biaya tersebut.

3. Sistem Perhitungan Backflush Costing


Sistem perhitungsn biaya backflush costing merupakan metode akumulasi biaya dengan memperhitungkan biaya-biaya
dari akhir proses, menggunakan informasi akuntansi yang tersedia di akhir proses (setelah proses produksi dinyatakan
selesai) atau di akhir periode. Proses produksi dengan pemanfaatan teknologi memiliki dampak yang cukup signifikan
terhadap waktu pengerjaan dan kualitas produk yang dihasilkan, sehingga sistem akuntansi yang dijadikan dasar untuk
melaksanakan pencatatan juga harus mengikuti perubahan teknologi tersebut. Contoh penerapan metode seperti ini ada
di pabrik atau bagian pabrik yang mana proses produksinya berlangsung cukup cepat seolah menggunakan sistem Just
in Time (JIT) yang sangat sempurna. Tujuan perhitungan biaya dengan metode backflush costing adalah mengurangi
atau menyederhanakan jumlah kejadian yang perlu diukur dan dicatat dalam sistem akuntansi, sehingga mengurangi
waktu pemrosesan data akuntansi secara signifikan
PROSES PRODUKSI
Siklus produksi di perusahaan manufaktur dapat dimulai dari pengolahan bahan menjadi produk jadi, kemudian
menyimpan produk jadi tersebut di gudang untuk selanjutnya didistribusikan pada pelanggan. Proses produksi ini
melibatkan departemen yang dapat diklasiifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu departemen produksi dan departemen
jasa.

Proses produksi dapat dilakukan dengan melalui dua cara, antara lain sebagai berikut :

1. Satu tahapan proses produksi


Merupakan proses produksi yang mengolah bahan menjadi produk jadi melalui satu departemen produksi atau satu
tahapan proses produksi, yang dimana departemen produksi tersebut dibantu oleh beberapa departemen jasa.

2. Beberapa tahapan proses produksi


Merupakan proses produksi yang mengolah bahan mentah menjadi produk jadi melalui beberapa departemen produksi
atau beberapa tahapan proses produksi, yang mana beberapa departemen produksi tersebut dibantu oleh beberapa
departemen jasa.
ALIRAN BIAYA PADA PERUSAHAAN MANUFUKATUR
Terdapat sedikit perbedaan diantara siklus produksi dengan siklus akuntansi keuangan karena siklus akuntansi biaya
berkaitan dengan proses produksi yang diawali dengan pengolahan bahan baku sampai dengan penyimpanan produk
jadi di gudang. Akuntansi biaya sebagai sistem informasi mencatat dan mengukur secara tepat unsur-unsur biaya, mulai
dari biaya yang timbul saat proses produksi sampai kepada biaya pemyimpanan produk jadi di gudang.
Berdasarkan gambar di slide sebelumnya, aliran biaya di perusahaan dimulai dari pembelian bahan menjadi persediaan
bahan (penyimpanan di guddang). Proses produksi dimulai dengan pengolahan bahan langsung, serta pembebanan
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sebagai biaya produksi. Produk yang telah selesai diproses
dipindahkan ke gudang produk jadi sebagai persediaan produk jadi untuk selanjutnya dijual pada pelanggan. Tujuan
dari akuntansi biaya di perusahaan manufaktur adalah menyajikan informasi biaya produk, baik secara keseluruhan
maupun untuk per unit produk.

Siklus akuntansi biaya yang ada di perusahaan manufaktur dapat digambarkan melalui akun-akun biaya di buku besar
seperti Persediaan Bahan, Biaya Upah dan Gaji, Biaya Overhead Pabrik (BOP), Produk dalam Proses, Persediaan
Produk Jadi, dan Beban Pokok Penjualan (BPP). Akun-akun tersebut adalah buku besar pengendali (general ledger)
yang dipergunakan untuk mengukur dan mencatat biaya mulai dari perolehan bahan, pengolahan bahan dalam proses
produksi, sampai saat menghitung besarnya beban pokok penjualan. Untuk mencatat informasi biaya secara lebih rinci
digunakan buku besar pembantu (subsidiary ledger).
SIKLUS AKUNTANSI BIAYA DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR
.
Berdasarkan gambar di slide sebelumnya, aliran biaya menunjukkan juga proses pencatatan di dalam jurnal. Berikut
uraian penjelasan untuk gambar tersebut, yaitu :

1. Pembelian bahan secara kredit.


2. Pemakaian bahan langsung dalam proses produksi.
3. Pemakaian bahan tidak langsung dalam proses produksi.
4. Pencatatan biaya upah dan gaji.
5. Pembebanan biaya tenaga kerja langsung dalam proses produksi.
6. Pembebanan biaya tenaga kerja tidak langsung dalam proses produksi.
7. Pengeluaran biaya tidak langsung (biaya overhead pabrik) secara kredit.
8. Biaya tidak langsung (biaya overhead pabrik) daru biaya dibayar di muka yang telah jatuh tempo.
9. Biaya tidak langsung ((biaya overhead pabrik) dari penyusutan aset tetap pabrik.
10. Pengeluaran biaya tidak langsung (biaya overhead pabrik) secara tunai.
11. Pembebanan biaya overhead pabrik dari berbagia akun lain di kredit.
12. Pembebanan biaya overhead pabrik dalam proses produksi.
13. Pembebanan biaya produksi dalam produk yang telah selesai diproses.
14. Pembebanan biaya produk dalam beban pokok penjualan.
15. Pembayaran utang usaha pada pemasok.
16. Pembayaran biaya yang ditangguhkan penggunaannya (biaya dibayar di muka).
17. Pembayaran untuk berbagai sumber daya.
18. Pembayaran upah dan gaji kepada karyawan.
Untuk memberikan ilustrasi yang berkaitan dengan aliran biaya dalam perusahaan manufaktur ke dalam jurnal dan
buku besar, dapat di mulai dari penggunaan bahan dari pemasok (suppliers) sampai dengan penjualan atau penyerahan
produk jadi ke pelanggan (customers), berikut merupakan salah satu contoh dari PT. PERDANA MANDIRI sebagai
perusahaan manfuktur yang bergerak di dalam bidang pembuatan produk lantai dari bahan kayu yang telah melakukan
sejumlah transaksi selama Desember 2010 dan Januari 2011.

1. Persediaan Bahan

a. Pembelian bahan (langsung dan tidak langsung) dari pemasok.


Pada tanggal 3 Desember 2010, perusahaan membeli bahan untuk keperluan produksi dari pemasok sebesar
Rp3.000.000 secara kredit. Berikut merupakan ayat jurnal yang dibuat Departemen Akuntansi untuk mencatat
pembelian bahan tersebut.

Tanggal Nama Akun dan Keterangan Ref Debit Kredit


Des 3 Persediaan Bahan Rp3.000.000
Utang Usaha Rp3.000.000

(Pembelian bahan secara kredit)


b. Biaya bahan langsung dan bahan tidak langsung
Pada tanggal 7 Desember 20XX, Bagian Produksi menggunakan bahan untuk proses produksi dengan rincian: (1)
bahan langsung sebesar Rp2.500.000, dan (2) bahan tidak langsung sebesar Rp300.000. berikut merupakan ayat jurnal
yang dibuat oleh Departemen Akuntansi untuk mencatat pemakaian bahan langsung dan bahan tidak langsung.

Tanggal Nama Akun dan Keterangan Ref Debit Kredit


Des 7 Produk dalam Proses (PDP) Rp2.500.000
Biaya overhead Pabrik- Aktual Rp300.000
Persediaan Bahan Rp2.800.000
(Pemakaian Bahan langsung dan bahan tidak langsung dalam produksi)
c. Pelunasan utang usaha ke pemasok
Pada tanggal 17 Desember 20XX, perusahaan melakukan pembayaran utang usaha atas pembelian bahan ke pemasok
sebesar Rp3.000.000. berikut merupakan ayat jurnal yang dibuat oleh Departemen Akuntansi untuk mencatat pelunasan
utang usaha tersebut.

Tanggal Nama Akun dan Keterangan Ref Debit Kredit


Des 17 Utang usaha Rp3.000.000
Kas Rp3.000.000

(Pelunasan utang usaha ke pemasok)


2. Biaya Upah dan Gaji

a. Perhitungan upah dan gaji karyawan perusahaan.


Pada tanggal 20 Desember 20XX, perhitungan upah dan gaji secara keseluruhan sebesar Rp.4.000.000 dengan rincian
sebagai berikut: (1) upah dan gaji sebesar Rp3.800.000, dan (2) pajak penghasilan karyawan sebesar Rp200.000.
Berikut adalah ayat jurnal yang dibuat oleh Departemen Akuntansi untuk mencatat perhitungan upah dan gaji tersebut.

Tanggal Nama Akun dan Keterangan Ref Debit Kredit


Des 20 Biaya Upah dan Gaji Rp4.000.000
Utang upah dan Gaji Rp3.800.000
Utang PPh karyawan (Pasal
21) Rp200.000

(Perhitungan upah dan gaji seluruh karyawan)


b. Distribusi upah dan gaji ke masing-masing departemen.
Pada tanggal 20 Desember 20XX, perusahaan melakukan pendistribusian upah dan gaji dengan rincian untuk
Departemen Produksi sebesar Rp2.000.000 (Rp1.800.000 untuk tenaga kerja langsung dan Rp200.000 untuk tenaga
kerja tidak langsung). Departemen Pemasaran Rp1.100.000, serta Departemen Administrasi dan Umum sebesar
Rp900.000. berikut merupakan ayat jurnal yang dibuat Departemen Akuntansi untuk mencatat pendistribusian upah dan
gaji tersebut.

Tanggal Nama Akun dan Ket Ref Debit Kredit


Des 20 Produk dalam Proses (PDP) Rp1.800.000
Biaya Overhead Pabrik-Aktual Rp200.000
Beban Pemasaran Rp1.100.000
Beban Administrasi dan
Umum Rp900.000
Biaya Upah dan Gaji Rp4.000.000
(Pendistribusian upah dan gaji ke masing-masing departemen)
c. Pembayaran upah dan gaji ke karyawan perusahaan.
Pada tanggal 25 Desember 20XX, perusahaan membayar upah dan gaji ke seluruh karyawan sebesar Rp3.800.000.
Berikut merupakan ayat jurnal yang dibuat oleh Departemen Akuntansi untuk mencatat pembayaran upah dan gaji ke
karyawan tersebut.

Tanggal Nama Akun dan Ket Ref Debit Kredit


Des 25 Utang Upah dan Gaji Rp3.800.000
Kas Rp3.800.000
(Pembayaran upah dan gaji ke seluruh karyawan)
c. Pembayaran pajak penghasilan karyawan (PPh Pasal 21) ke Kas Negara
Pada tanggal 31 Desember 20XX, perusahaan membayar pajak penghasilan karyawan (PPh Pasal 21) ke Bank Persepsi
sebesar Rp200.000. Berikut merupakan ayat jurnal yang dibuat oleh Departemen Akuntansi untuk mencatat
pembayaran pajak penghasilan karyawan tersebut

Tanggal Nama Akun dan Ket Ref Debit Kredit


Utang PPh Karyawan (Pasa
Des 31 21) Rp200.000
Kas Rp200.000
(Pembayaran pajak penghasilan karyawan ke Bank)
3. Biaya Overhead Pabrik (BOP)-Aktual

a. Perhitungan BOP-Aktual proses produksi


Pada tanggal 26 Desember 2010, perhitungan biaya overhead pabrik aktual selama bulan Januari 2011 (selain bahan
tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung) sebesar Rp2.170, dengan rincian : pengeluaran tunai untuk barang
habis pakai (ATK) sebesar Rp400.000, pemakaian suku cadang sebesar Rp270.000, pemakaian bahan bakar dan
pelumas sebesar Rp120.000, biaya asuransi pabrik yang telah jatuh tempo (biaya dibayar di muka) sebesar Rp650.000,
penyusutan mesin pabrik sebesar Rp740.000, dan penyusutan bangunan pabrik sebesar Rp440.000. Berikut merupakan
ayat jurnal yang dibuat oleh Departemen Akuntansi untuk mencatat pemakaian biaya overhead pabrik aktual selama
bulan Desember 20XX tersebut.
Tanggal Tanggal Ref Debit Kredit
Des 26 Biaya Overhead Pabrik-Aktual Rp2.170.000

Persediaan suku cadang Rp400.000


Persediaan Bahan Bakar dan
Pelumas Rp270.000

Asuransi Dibayar di Muka Rp120.000


Akumulasi Penyusutan Mesin
Pabrik Rp650.000
Akumulasi Penyusutan Bangunan
Pabrik Rp440.000
(Pencatatan biaya overhead pabrik aktual selama satu periode akuntansi)
b. Pembebanan BOP Aktual
Pada tanggal 27 Desember 2010, perusahaan membebankan biaya overhead pabrik aktual ke dalam proses produksi
sebesar Rp.2.670.000, dengan rincian: biaya bahan tidak langsung sebesar Rp300.000, biaya tenaga kerja tidak
langsung sebesar Rp.200.000, dan biaya overhead pabrik lainnya sebesar Rp2.170.000. Berikut merupakan ayat jurnal
yang dibuat oleh Departemen Akuntansi untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik aktual tersebut.

Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal

Des 27 Produk Dalam Proses (PDP) Rp2.670.000

Biaya Overhead Pabrik-Aktual Rp.2.670.000

Pembebanan BOP ke dalam proses Produksi


LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR

.
Laporan keuangan merupakan informasi akuntansi yang di hasilkan dari proses akuntansi selama satu periode
akuntansi. Laporan tersebut terdiri dari laporan posisi keungan, laporan laba rugi perubahan ekuitas, dan laporan arus
kas, serta catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan periodik digunakan oleh berbagai pihak dalam aktivitas
pengambilan keputusan. Laporan keuangan perusahaan manufaktur memerlukan tambahan informasi untuk
kepentingan internal.

Beban pokok penjualan di Laporan Laba Rugi dicantumkan nilai totalnya bagi kepentingan eksternal, dan memerlukan
tambahan informasi lebih irnci untuk kepentingan internal.

Di bawah ini adalah contoh laporan keuangan di perusahaan manufaktur yang ditujukan bagi pihak eksternal :
LAPORAN LABA RUGI DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR

.
.
LAPORAN BEBAN PEMASARAN

.
LAPORAN BEBAN ADMINISTRASI DAN UMUM

.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai