Anda di halaman 1dari 17

PENGHITUNGAN HARGA POKOK BERDASARKAN PROSES

Oleh Kelompok 8 :

1. Tri Ambar Sari (7101422127)

2. Ajeng Niken Hapsari (7101422325)

3. Muhammad Wahyu Prayogo (7101422367)

4. Rendra Adi Nugraha (7101422380)

1. PENDAHULUAN

Akuntansi biaya merupakan cabang dari akuntansi yang berfokus pada


pengumpulan, pengklasifikasian, dan analisis biaya yang terkait dengan aktivitas
produksi dan penjualan. Salah satu aspek penting dalam akuntansi biaya adalah
penghitungan harga pokok. Penghitungan harga pokok berperan penting dalam
pengambilan keputusan manajerial, perencanaan produksi, dan dalam menentukan
harga jual yang kompetitif. Dalam laporan ini, akan dibahas penghitungan harga pokok
berdasarkan proses, salah satu metode yang umum digunakan dalam akuntansi biaya.
Dalam dunia bisnis yang sangat kompetitif, pemahaman yang akurat tentang
biaya produksi sangat penting bagi perusahaan untuk mencapai efisiensi operasional
dan keberlanjutan jangka panjang. Perhitungan harga pokok berdasarkan proses
memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengalokasikan biaya secara
tepat pada setiap tahap produksi, hal ini memungkinkan perusahaan untuk
mendapatkan gambaran yang lebih lengkap terkait biaya yang terlibat dalam
menghasilkan produk. Dalam laporan ini, kami akan menjelaskan konsep dasar
perhitungan harga pokok berdasarkan proses, termasuk terminologi yang digunakan
dan langkah-langkah yang terlibat dalam menghitungnya. Kami juga akan membahas
karakteristik utama dari metode ini, seperti kemampuan untuk melacak biaya pada
setiap tahapan produksi, penentuan harga pokok yang lebih akurat, dan
pengelompokan biaya berdasarkan proses yang berbeda. Selain itu, laporan ini juga
akan membahas sistem yang digunakan dalam menghitung harga pokok berdasarkan
proses, mengalokasikan biaya, dan menghitung unit biaya pokok per proses, termasuk
juga kartu biaya, kartu pemesanan dalam melakukan pembelian, serta kartu
inventarisasi.
Melalui laporan ini, diharapkan pembaca akan memperoleh pemahaman yang
mendalam tentang perhitungan harga pokok berdasarkan proses, serta kemampuan
untuk menerapkan metode ini dalam lingkungan bisnis. Laporan ini juga akan
dilengkapi dengan studi kasus nyata yang mengilustrasikan penerapan metode
perhitungan harga pokok berdasarkan proses dalam situasi nyata, sehingga pembaca
dapat melihat bagaimana metode ini dapat diterapkan dalam praktik.

2. Pengertian Perhitungan Harga Pokok Berdasarkan Proses


Perhitungan harga pokok berdasarkan proses adalah metode dalam akuntansi
biaya yang digunakan untuk menghitung biaya produksi dengan membagi proses
produksi menjadi beberapa tahap atau departemen. Metode ini memungkinkan
perusahaan untuk mengidentifikasi biaya yang terkait dengan setiap tahap produksi
dan mengalokasikannya secara akurat ke produk yang dihasilkan.
Dalam perhitungan harga pokok berdasarkan proses, biaya produksi
diakumulasi dan dialokasikan ke setiap tahap atau departemen produksi berdasarkan
penggunaan sumber daya seperti bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik.
Metode ini memungkinkan perusahaan untuk melacak biaya produksi secara lebih
terperinci, sehingga memungkinkan manajemen untuk melakukan analisis biaya yang
lebih mendalam, mengidentifikasi efisiensi, dan mengambil keputusan yang lebih baik
dalam pengendalian biaya dan perencanaan produksi. Selain itu, perhitungan harga
pokok berdasarkan proses juga membantu perusahaan dalam menentukan harga jual
yang kompetitif dan mengukur kinerja departemen atau tahap produksi secara
terpisah.
Penerapan metode perhitungan harga pokok berdasarkan proses dapat
bervariasi tergantung pada karakteristik dan kebutuhan perusahaan. Namun, tujuan
utama dari metode ini adalah untuk menghasilkan informasi yang akurat dan relevan
tentang biaya produksi pada setiap tahap atau departemen produksi, sehingga
perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat dan strategis dalam mengelola
operasional dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya.
3. Karakteristik Perhitungan Harga Pokok Berdasarkan Proses
Karakteristik perhitungan pada sebuah perusahaan yang menggunakan harga
pokok berdasarkan proses :
a. Biaya produksi ditentukan tiap departemen dan tiap periode akuntansi. Setiap
departemen atau proses memiliki tugas tertentu dalam proses produksi, dan biaya
yang terkait dengan departemen tersebut diidentifikasi secara terpisah.
b. Perhitungan harga pokok berdasarkan proses membutuhkan penerapan sistem
akuntansi yang memadai, terutama dalam hal akumulasi dan pencatatan biaya
produksi pada setiap tahap produksi. Sistem akuntansi yang baik akan memastikan
data yang akurat dan relevan dalam menghitung harga pokok.
c. Penggolongan biaya produksi menjadi biaya produksi langsung dan biaya produksi
tak langsung umumnya tidak dilakukan.
d. Jenis biaya produksi terdiri atas: Biaya bahan baku (BBB), baja bahan penolong (jika
ada), Biaya tenaga kerja (BTK), dan Biaya overhead pabrik (BOP). Pembedaan biaya
tenaga kerja menjadi biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tak
langsung tidak dilakukan. Biaya-biaya ini diakumulasikan dan dialokasikan ke
setiap departemen atau proses sesuai dengan metode alokasi yang ditentukan,
seperti alokasi berdasarkan jam kerja atau alokasi berdasarkan persentase
kapasitas produksi.
e. Identifikasi WIP (Work In Process) atau persediaan dalam proses merupakan
karakteristik penting dalam perhitungan harga pokok berdasarkan proses. Metode
ini memungkinkan perusahaan untuk melacak biaya produksi yang belum selesai
pada setiap tahap produksi dan memperhitungkannya sebagai persediaan dalam
proses.

4. Sistem Perhitungan Harga Pokok Berdasarkan Proses


Sistem perhitungan harga pokok berdasarkan proses adalah metode akuntansi
yang digunakan oleh perusahaan manufaktur untuk menghitung biaya produksi suatu
produk berdasarkan langkah-langkah atau proses yang terjadi dalam siklus produksi.
Metode ini memungkinkan perusahaan untuk memperoleh informasi yang lebih detail
tentang biaya produksi di setiap tahap produksi, sehingga dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan yang lebih baik terkait dengan harga jual produk, strategi
produksi, dan analisis kinerja departemen atau proses produksi.
Berikut adalah tahapan dalam sistem perhitungan harga pokok berdasarkan proses:
1) Identifikasi departemen atau proses produksi
Pertama-tama, perusahaan mengidentifikasi dan memisahkan departemen
atau proses produksi yang terlibat dalam siklus produksi. Departemen dapat
mencakup bagian-bagian seperti produksi, perakitan, pengepakan, pengendalian
kualitas, dan sebagainya. Setiap departemen atau proses memiliki tugas tertentu
dalam proses produksi.
2) Pengumpulan biaya
Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan semua biaya terkait produksi di
setiap departemen atau proses. Biaya-biaya ini mencakup bahan baku yang
digunakan, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang terkait dengan
departemen atau proses tersebut. Bahan baku yang digunakan diidentifikasi dan
dicatat sesuai dengan setiap departemen atau proses yang membutuhkannya.
Tenaga kerja langsung dicatat berdasarkan waktu kerja yang dikeluarkan oleh
karyawan di setiap departemen atau proses. Biaya overhead pabrik yang terkait
dengan setiap departemen atau proses juga dikumpulkan.
3) Alokasi biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik yang terkait dengan produksi harus dialokasikan ke
setiap departemen atau proses secara adil. Metode alokasi biaya overhead pabrik
dapat bervariasi tergantung pada karakteristik perusahaan. Beberapa metode yang
umum digunakan adalah alokasi berdasarkan jam kerja, alokasi berdasarkan
persentase kapasitas produksi, atau alokasi berdasarkan jumlah tenaga kerja.
Metode alokasi yang dipilih harus sesuai dengan sifat biaya overhead pabrik dan
karakteristik produksi perusahaan.

4) Penghitungan biaya per departemen atau proses


Setelah biaya overhead pabrik dialokasikan, biaya total di setiap departemen
atau proses dihitung dengan menjumlahkan biaya bahan baku, tenaga kerja, dan
biaya overhead pabrik yang terkait. Biaya-biaya ini dihitung secara terpisah untuk
setiap departemen atau proses. Dalam hal biaya overhead pabrik, biaya tersebut
mungkin perlu disesuaikan dengan faktor-faktor seperti penyusutan atau biaya tak
langsung lainnya yang relevan.
5) Pengukuran produksi
Produksi diukur dalam unit fisik, seperti unit barang jadi atau setengah jadi,
untuk setiap departemen atau proses produksi. Pengukuran ini diperlukan untuk
mengalokasikan biaya produksi ke setiap departemen atau proses secara
proporsional. Setiap unit produksi diberi label atau nomor identifikasi yang
memungkinkan pelacakan biaya produksi yang terkait.
6) Perhitungan harga pokok per departemen atau proses
Harga pokok per departemen atau proses dihitung dengan membagi total
biaya departemen atau proses dengan jumlah produksi yang dihasilkan oleh
departemen tersebut. Hal ini menghasilkan harga pokok per unit produksi di setiap
departemen atau proses. Harga pokok ini mencakup biaya bahan baku, tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang terkait.
7) Pengalihan biaya antar departemen atau proses
Dalam beberapa kasus, produk yang diproduksi di satu departemen atau
proses dapat dipindahkan ke departemen atau proses lain untuk melanjutkan
proses produksi. Biaya produksi yang terkait dengan produk yang dipindahkan ini
harus dialokasikan secara tepat antara departemen atau proses yang terlibat. Hal
ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode alokasi yang adil, seperti alokasi
berdasarkan nilai pasar atau alokasi berdasarkan biaya yang terkait dengan setiap
departemen atau proses.
8) Penggabungan harga pokok
Setelah semua harga pokok per departemen atau proses dihitung, harga pokok
total dihitung dengan menjumlahkan harga pokok dari setiap departemen atau
proses. Harga pokok total ini mewakili biaya produksi keseluruhan yang terjadi
dalam siklus produksi.

5. Dokumen Sistem Perhitungan Harga Pokok Berdasarkan Proses


1. Pembelian Bahan Baku
Dokumen sumber dan dokumen pendukung terkait dengan transaksi
pembelian bahan baku mulai dari permintaan, pembelian, sampai pengadaan
barang dan pencatatannya yaitu dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Permintaan Pembelian Bahan Baku
Dalam hal ini, bagian gudang membuat surat permintaan pembelian untuk
dikirimkan ke bagian pembelian :

No :
Tanggal :
SURAT PERMINTAAN PEMBELIAN

Kuantitas No. Part/Katalog Ukuran Penjelasan Lengkap

Diisi Bagian Pembelian


Kirim ke : Harga per No.
Pemasok Total Harga
Beban ke : Unit SOP
Tanggal diperlukan :
Diperlukan oleh :
Disetujui oleh :

Sumber : https://manajemenkeuangan.net/biaya-bahan-baku/
b. Order Pembelian Bahan Baku

No :
Tanggal :
Syarat :
SURAT ORDER PEMBELIAN
Kepada :
Kirim ke :

No Urut Nama Barang Spesifikasi Kuantitas Harga Satuan Jumlah

Total
Bagian Pembelian

Setelah bagian pembelian memilih pemasok bahan baku perusahaan,


selanjutnya bagian pembelian membuat surat order pembelian untuk dikirimkan
kepada pemasok.
c. Penerimaan Bahan Baku
Apabila pemesanan barang telah selesai dan sampai pada perusahaan, bagian
penerimaan barang akan menerima bukti dari perusahaan lain berupa faktur
apabila bahan baku dibeli secara kredit ataupun menerima kwitansi atau nota
kontan jika bahan baku dibeli secara tunai. Berikut contoh dokmen yang terkait.

No :
Tanggal :
LAPORAN PENERIMAAN BARANG
Nama Pengirim :
Dikirim Dari :

Nomor
Kendaraan Kondisi Segel Nomor SOPn
SOPb
Ciri
Jumlah Keterangan Kondisi
Jenis Ukuran Khusus Berat
Barang Produk Diterima
Kemasan

Diperiksa oleh Diterima oleh :

Sumber : https://manajemenkeuangan.net/biaya-bahan-baku/

Gambar faktur pembelian bahan baku


Sumber : https://www.canva.com/design/DAFk06Hz9Xw/deZxMiS_W59x5ajOCbk-rA/edit

Dalam kasus ini misalkan perusahaan membeli bahan baku secara kredit,
dokumen faktur pembelian dari perusahaan pemasok ini yang nantinya akan
digunakan bagian akuntansi dalam mencatat transaksi pembelian bahan baku secara
kredit. Jurnal akan dicatat bagian akuntansi yaitu :

D Persediaan Bahan Baku XX

K Utang Usaha/ Kas XX

2. Pembelian Bahan Penolong


Ketika perusahaan ingin membeli bahan penolong ketika melakukan produksi,
langkah yang dilakukan perusahaan sama seperti pada saat membeli bahan baku.
Perusahaan akan mengidentifikasi bahan apa saja yang termasuk ke dalam bahan
penolong dan mencatatnya ke dalam jurnal :
D Persediaan Bahan Penolong XX
K Utang Usaha/Kas XX
3. Pemakaian Bahan Baku
Bagian pembelian akan membuat bukti permintaan barang sesuai dengan yang
dibutuhkan bagian produksi untuk selanjutnya diserahkan ke bagian gudang dan
ditandatangani bagian gudang. Dokumen ini yang akan diserahkan ke bagian akuntansi
sebagai bukti atas pemakaian bahan baku.

Sumber : https://slideplayer.info/slide/11985119/

Jurnal pembukuannya adalah sebagai berikut :


D BDP- Persediaan Bahan Baku XX
K Persediaan Bahan Baku XX
4. Pemakaian Bahan Penolong
Bahan penolong yang dipakai dalam proses produksi juga harus dilakukan
pencatatan oleh bagian akuntansi. Bagian pembelian akan membuat dokumen
pencatatan pemakaian bahan penolong yang selanjutnya akan diserahkan ke bagian
akuntansi untuk dicatat dalam jurnal.

PENCATATAN PEMAKAIAN BAHAN PENOLONG


penolong

Sumber : https://slideplayer.info/slide/11985119/

Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan penolong :

D BDP- BOP XX

K Persediaan Bahan Penolong XX

5. Terjadinya bebang gaji dan upah


Dalam proses produksi, kehadiran tenaga kerja dan perhitungan terkait dengan
jam kerja mereka perlu dilakukan pencatatan sebagai dasar atau bukti bagian
akuntansi melakukan pencatatan ke dalam jurnal. Buku tenaga kerja tersebut dapat
disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Berikut contohnya :
Sumber : https://www.hadirr.com/blog/contoh-timesheet-kerja-harian-excel/
Jurnal untuk mencatat pemakaian atau pendistribusian tenaga kerja :
D BDP- BTK XX
D Beban Pemasaran XX
D Beban Adm dan Umum XX
K Beban Gaji dan Upah XX
6. Pembayaran Gaji dan Upah
Apabila perusahaan membayarkan gaji secara tunai, maka selanjutnya jurnal
yang harus dicatat yaitu :
D Beban Gaji dan Upah XX
K Kas XX
7. Pemakaian BOP untuk Produksi
Dalam hal pemakaian BOP dalam proses produksi, biasanya perusahaan
menetapkan presentase sebagai bobot pembebanan terhadap produk. Besarnya
presentase ini tergantung kebijakan perusahaan misalnya 45% dari BTKL dan
sebagainya yang biasanya ditetapkan berdasarkan pengalaman perusahaan dalam
proses produksi.
Jurnal untuk mencatat pemakaian BOP untuk produksi :
D BDP-BOP XX
K BOP Sesungguhnya XX
8. BOP yang Sesungguhnya Terjadi Selama Periode Akuntansi
Biaya overhead ini terkait dengan operasional perusahaan secara umum, seperti
biaya penyusutan, sewa gedung, pembayaran air, listrik, wifi, dan sebagainya yang
terkait dengan proses produksi. Sumber dokumen untuk mencatat biaya overhead
pabrik yaitu berdasarkan nota pembayaran atau bukti lain terkait dengan biaya
operasional perusahaan.
Jurnal pencatatan untuk BOP yang sesungguhnya terjadi :
D BOP Sesungguhnya XX
K Akumulasi penyusutan pabrik XX
K Akumulasi penyusutan perlatan XX
K Asuransi dibayar Dimuka XX
K …. (rek kredit lainya) XX
9. Produk Jadi yang Dipindah dari Departemen Produksi ke Gudang Barang Jadi
Setelah produk yang diproduksi suatu perusahaan selesai, maka perlu dilakukan
pencatatan untuk menghitung nilai barang jadi untuk selanjutnya dipindahkan ke
gudang. Jurnal pencatatan yang dibutuhkan :
D Persediaan Barang Jadi XX
K BDP-BBB XX
K BDP-BBP XX
K BDP-BTK XX
K BDP-BOP XX
10. Penjualan Produk Jadi
Ketika produk atau persediaan barang jadi terjual, maka perlu dilakukan
pencatatan. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah :
D Kas/Piutang XX
K Penjualan XX
D Harga Pokok Penjualan XX
K Persediaan Barang Jadi XX

6. Studi Kasus Perhitungan Harga Pokok Berdasarkan Proses


Ketika sebuah perusahaan memulai produksi, sangat penting bagi mereka untuk
mempertimbangkan keuntungan dan kerugian yang mungkin timbul. Salah satu aspek
penting dalam menentukan keuntungan adalah penetapan harga jual produk yang
akurat. Harga jual yang ditetapkan haruslah cukup menarik bagi pembeli sehingga
mereka tertarik untuk membeli produk tersebut. Jika harga jual terlalu tinggi, maka
perusahaan mungkin akan menghadapi kesulitan bersaing di pasar, hal ini dapat
menghambat tujuan perusahaan untuk mencapai laba yang diharapkan. Di sisi lain. Jika
harga pokok produksi terlalu rendah juga dapat mengakibatkan keuntungan yang
diperoleh tidak mencapai harapan. Harga produksi yang terlalu rendah mungkin
menunjukkan bahwa perusahaan tidak dapat menutupi biaya produksi dan
operasional yang sebenarnya, atau mungkin juga mengurangi kualitas produk yang
dihasilkan.

Studi Kasus pada Perusahaan Butik “Ratna Gallery”


Nama Perusahaan : Butik Ratna Gallery
Alamat : Jalan Pandjaitan Nomor 5
Bidang Usaha : Pembuatan Pakaian Sasirangan
Periode Akuntansi : 3 bulanan
Dalam proses produksinya, Butik “Ratna Galery” menggunakan beberapa bahan dan
peralatan. Berikut data dari Butik “Ratna Galery” berserta bahan dan alat yang
digunakan selama memproduksi tunik, blouse, dan jaket.

a. Bahan-bahan yang diperlukan untuk Proses Produksi


1. Bahan Baku Produk Tunik Sasaringan
a. Kain : 1,5 meter @ Rp. 45.000
b. Benang : 3 gulung @ Rp. 15.000
c. Jarum : 3 buah @ Rp. 10.000
d. Kancing : 5 pcs @ Rp. 5.500
e. Pewarna : 3 botol @ Rp. 18.000
f. Getah Karet : 1 pcs @Rp. 2.000

2. Bahan Baku Produk Blouse Sasaringan


a. Kain : 1,5 meter @ Rp. 45.000
b. Benang : 3 gulung @ Rp. 15.000
c. Jarum : 2 buah @ Rp. 10.000
d. Kancing : 5 pcs @ Rp. 5.000
e. Pewarna : 3 botol @ Rp. 18.000
f. Getah Karet : 1 pcs @Rp. 2.000

3. Bahan Baku dalam Proses Pembuatan Jaket


a. Kain : 2 meter @ Rp. 100.000
b. Benang : 3 gulung @ Rp. 15.000
c. Jarum : 2 buah @ Rp. 10.000
d. Sleting : 1 pcs @ Rp. 10.000
e. Pewarna : 3 botol @ Rp. 18.000
f. Getah Karet : 1 pcs @ Rp. 2.000
g. Karet : 1 meter @ Rp. 30.000

b. Peralatan yang digunakan


Mesin Jahit, Gunting, Penggaris pola, Baskom/ember, Kayu pengaduk, Setrika,
Pensil, Tali rapia, Bur jaket.

c. Hasil Produksi Sasirangan Bulan Januari- Maret 2022 Butik Ratna Banjarnegara

1. Tunik : 148 buah


2. Blouse : 42 buah
3. Jaket : 107 buah
Total : 297 buah
Persentase pembebanan biaya produksi dapat dihitung dengan :
• Tunik = = 50%
• Blouse = = 14%
• Jaket = = 36 %

d. Penggolongan Biaya
a. Biaya Bahan Baku, terdiri dari :
- Kain
- Obat pewarna
b. Biaya Bahan Penolong , terdiri dari :
- Benang
- Jarum
- Getah (Karet Pengikat)
- Kancing
- Pensil
- Sarung Tangan
c. Biaya Tenaga Kerja Langsung, terdiri dari tenaga kerja bagian produksi
d. Biaya overhead pabrik, terdiri dari :
- Biaya Listrik
- Biaya Air
- Biaya Telepon
- Penyusutan asset tetap

e. Perhitungan Depresiasi Aktiva Tetap Per 3 Bulan

NamaAktiva Tahun Unit Harga perolehan Nilai Residu Umur Jumlah


Perolehan perunit Ekomis Penyusutan
Gedung 2009 1 Rp 550.000.000 Rp 150.000.000 25 tahun Rp 5.000.000
Setrika 2019 5 Rp 120.000 Rp - 6 tahun Rp. 5.000
Meja 2019 3 Rp 280.000 Rp - 4 tahun Rp. 17.500
Gunting 2022 8 Rp 10.000 Rp - 5 tahun Rp. 500
Baskom 2022 5 Rp 80.000 Rp - 2 tahun Rp. 10.000
Kompor 2021 3 Rp 200.000 Rp - 5 tahun Rp. 10.000
TOTAL Rp. 550.740.000 Rp. 5.043.000

f. Perhitungan Baya Produksi Per 3 Bulan

Biaya Bahan Baku


Kain Polos 222 m Rp 300,000 Rp 6,660,000
Obat Pewarna 3 kg Rp 50,000 Rp 150,000
Total Biaya Bahan Baku Rp 6,810,000

Biaya Bahan Penolong


Benang 10 roll Rp 5,000 Rp 50,000
Jarum 2 pak Rp 10,000 Rp 20,000
Getah (karet pengikat) 2 pak Rp 8,000 Rp 16,000
Kancing 10 pcs Rp 5,000 Rp 50,000
Pensil 2 pak Rp 20,000 Rp 40,000
Sarung tangan 2 buah Rp 10,000 Rp 20,000
Total Biaya Bahan Peolong Rp 196,000

Biaya Tenaga Kerja Langsung


Bagian Produksi Rp 36,000,000 50% Rp 18,000,000
Total Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya Overhead Pabrik


Biaya Listrik Rp 500,000 50% Rp 250,000
Biaya Air Rp 500,000 50% Rp 250,000
Biaya Telepon Rp 300,000 50% Rp 150,000
Penyusutan Aktiva Tetap Rp 5,039,250 50% Rp 2,519,625
Total Biaya Overhead Pabrik Rp 3,169,625
Total Biaya Produksi Tunik Rp 28,175,625

g. Laporan Biaya Produksi


Laporan Biaya Produksi Pembuatan Tunik Butik Ratna
Gallery bulan Januari – Maret 2022

Data produksi :
Barang Masuk Dalam Proses Awal 148
Produk jadi ditransfer ke gudang -
Produk dalam proses akhir -
Jumlah produksi 148

Biaya Bahan Baku Rp. 6.810.000 Rp. 46.013


Biaya Bahan Penolong Rp. 196.000 Rp. 1.324
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp.18.000.000 Rp. 120.000
Biaya Overhead Pabrik Rp. 3.169.625 Rp. 21.130
Jumlah Rp28.175.625 Rp. 190.374
Perhitungan biaya :
HPP Produk Jadi ditransfer ke Gudang
140 @ Rp. 194.374 Rp. 28.175.352
Jumlah biaya produksi yang dibebankan Rp. 28.175.352

h. Jurnal yang Diperlukan


1. Jurnal pencatatan biaya bahan baku (BBB)
BDP- BBB (Tunik) Rp. 6.810.000
BDP- BBB (Blouse) Rp. 2.040.000
BDP- BBB (Jaket) Rp. 10.850.000
Persediaan Bahan Baku Rp. 19.700.000
2. Jurnal pencatatan biaya bahan penolong (BBP)
BDP- BBP (Tunik) Rp. 196.000
BDP- BBP (Blouse) Rp. 196.000
BDP- BBP (Jaket) Rp. 196.000
Persediaan Bahan Penolong Rp. 588.000
3. Jurnal pencatatan biaya tenaga kerja (BTK)
BDP- BTKL (Tunik) Rp. 18.000.000
BDP- BTKL (Blouse) Rp. 5.040.000
BDP- BTKL (Jaket) Rp. 12.960.000
Beban Gaji dan Upah Rp. 36.000.000
4. Jurnal pencatatan biaya overhead (BOP)
BDP- BOP (Tunik) Rp. 3.169.625
BDP- BOP (Blouse) Rp. 887.495
BDP- BOP (Jaket) Rp. 2.282.130
BOP Sesungguhnya Rp. 6.339.250
5. Jurnal pencatatan harga pokok produk jadi ditransfer ke gudang
Persediaan Produk Jadi (Tunik) Rp. 28.175.625
Persediaan Produk Jadi (Blouse) Rp. 8.163.495
Persediaan Produk Jadi (Jaket) Rp. 26.288.130
Biaya Bahan Baku (BBB) Rp. 19.700. 000
Biaya Bahan Penolong (BBP) Rp. 588. 000
Biaya Tenaga Kerja (BTK) Rp. 36.000. 000
Biaya Overhead Pabrik (BOP) Rp. 6.339. 350
DAFTAR PUSTAKA

Mahadevan, B. (2015). Akuntansi Biaya: Pengertian, Konsep Dasar, dan Penerapannya. Salemba
Empat.

Pranoto, A., & Wibowo, A. (2018). Pengaruh Metode Perhitungan Harga Pokok Berdasarkan
Proses Terhadap Efisiensi Biaya Produksi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 15(2), 123-138.

Sari, A. P., & Lestari, I. (2020). Implementasi Sistem Akuntansi Biaya Proses dalam Perusahaan
Manufaktur di Indonesia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, 3(1), 78-88.

Khafid, M. (2017). Akuntansi Penentuan Harga Pokok Produksi. Cetakan Kedua. Semarang:
Unnes Press.

Anda mungkin juga menyukai