Anda di halaman 1dari 11

Process Costing

March 25, 2015 Leave a comment

Oleh: Harry Andrian Simbolon, SE., M.Ak., QIA., Ak., CA


Dalam kebanyakan bisnis manufaktur, biaya produksi dipertanggung-jawabkan menggunakan
salah satu dari dua jenis system akumulasi biaya: pertama, sistem perhitungan biaya
berdasarkan pesanan (job order cost system) dan kedua, sistem perhitungan biaya
berdasarkan proses (process cost system). Pada umumnya, sistem perhitungan biaya
berdasarkan proses lebih ekonomis daripada sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan.
Sebaliknya, sistem perhitungan biaya berdasarkan proses hanya dapat digunakan apabila
yang diproduksi dalam satu departemen atau pusat biaya adalah produk sejenis atau
homogen.
Untuk menetapkan biaya ke produk, banyak perusahaan menggunakan sistem kalkulasi biaya
pesanan, kalkulasi biaya proses, atau kalkulasi biaya operasi. Manajemen berdasarkan
kegiatan (activity based management) dapat digabungkan dengan sistem kalkulasi biaya
produk tersebut. Suatu batch, kontrak, atau pesanan menyerap biaya dengan menggunakan
sistem pesanan pekerjaan (job order). Bahan langsung dari tenaga kerja langsung yang
berkaitan dengan setiap pekerjaan diidentifikasi dan diakumulasi pada kartu biaya pesanan.
Karena sumber daya overhead pabrik biasanya tidak dapat ditelusuri pada suatu pekerjaan
tertentu, overhead ditetapkan atas dasar hubungan sebab akibat.
Kalkulasi biaya proses mengakumulasi biaya per departemen untuk suatu periode waktu dan
mengalokasikan biaya tersebut diantara produk yang diproses selama periode berjalan.
Kalkulasi biaya proses mengetahui biaya setiap job (pekerjaan) lebih besar daripada biaya
tambahan yang dikeluarkan jika menggunakan sistem kalkulasi biaya pesanan. Suatu
perusahaan mungkin menemukan bahwa gabungan sistem kalkulasi biaya proses dan
kalkulasi biaya pesanan adalah sistem yang paling baik dalam memenuhi kebutuhan; sistem
seperti ini adalah sistem kalkulasi biaya operasi. Baik organisasi jasa maupun manufaktur
harus memilih sistem yang paling baik untuk memenuhi kebutuhan mereka masing-masing.
Dalam memutuskan apakah akan menggunakan kalkulasi biaya proses, kalkulasi biaya
pesanan, atau kalkulasi biaya operasi, akuntan harus mempelajari sifat operasi manufaktur
perusahaan. Kalkulasi biaya proses mengakumulasi biaya periode tertentu dalam setiap
departemen. Pendekatan ini berbeda dengan kalkulasi biaya pesanan dimana job menjadi titik
penting dalam penetapan biaya. Kalkulasi biaya proses dapat disesuaikan untuk perusahaan
dengan operasi perakitan lini, dimana terjadi arus produk yang berkesinambungan. Kalkulasi
biaya operasi menjadi lebih tepat jika bahan langsung dapat dialokasikan secara khusus pada
batch-batch dan biaya konversi dapat diterapkan pada semua unit fisik yang melalui operasi
tersebut.

Metode rata-rata tertimbang dan first in first our (FIFO) merupakan dua pendekatan untuk
menangani persediaan awal dalam kalkulasi biaya proses. Kalkulasi biaya FIFO
menunjukkan unit persediaan awal yang terpisah dari biaya yang dibebankan pada unit yang
dimulai dan diselesaikan dalam suatu periode. Perhitungan unit ekuivalen dalam dua metode
ini berbeda karena perlakuan terhadap persediaan awal. Dengan menggunakan manufaktur
just in time (JIT), akuntan dapat mengabaikan kalkulasi unit ekuivalen secara keseluruhan
karena terdapat sedikit atau tidak sama sekali barang dalam proses akibat pengurangan waktu
tenggang. Akibat pengurangan yang subtansial atas tingkat persediaan barang dalam proses
dan barang jadi, kebutuhan untuk mengalokasikan biaya secara terpisah ke persediaan akhir
menjadi berkurang. Sistem JIT membebankan biaya tenaga kerja langsung dan overhead
pabrik ke harga pokok penjualan secara langsung dan bukan ke barang dalam proses dan
barang jadi. Pengurangan yang subtansial atas biaya akuntansi mengabaikan penurunan
marjinal dalam keakuratan biaya produk perusahaan.
Kalkulasi biaya pesanan mungkin menjadi kurang berguna dalam penetapan yang terotomasi,
karena lot menjadi sangat kecil untuk memperoleh pesanan pekerjaan (job order) yang unik
pada setiap lot. Selain itu, perusahaan juga kurang menyukai pembuatan barang secara besarbesaran untuk persediaan, Sistem kalkulasi biaya job dan lot memudahkan pendekatan
kalkulasi biaya proses dan operasi dalam manufaktur yang fleksibel.
Setelah barang melewati operasi manufaktur, akuntan menghitung biaya per unit produk
untuk menentukan nilai persediaan. Variabel yang berbeda menyulitkan penentuan biaya
produk dalam proses ini. Sebagai contoh, penambahan bahan dapat menyebabkan kenaikan
biaya per unit atau unit yang dipertanggung-jawabkan. Adalah lebih sederhana jika bahan
yang ditambahkan tidak meningkatkan unit terkait. Kenaikan unit yang dipertanggungjawabkan yang berasal dari penambahan bahan mengharuskan kita menghitung kembali biaya
per unit departemen sebelumnya untuk menyebarkan biaya ini kepada unit yang bertambah
itu.
Perusahaan mengalami kehilangan unit dalam pemrosesan karena faktor-faktor yang tidak
dapat dikendalikan, seperti pendiutan atau penguapan. Manajemen harus menentukan batas
toleransi normal untuk kehilangan yang diperkirakan. Setiap kehilangan yang melebihi batas
tersebut merupakan kehilangan unit yang abnormal. Kalkulasi unit ekuivalen memasukkan
unit yang hilang sehingga kehilangan unit itu akan menanggung biaya. Biaya kehilangan unit
yang abnormal merupakan biaya periode. Titik dimana inspeksi terjadi dan unit yang hilang
terdeteksi, menentukan apakah baik persediaan akhir maupun unit yang ditransfer atau hanya
unit yang ditransfer yang akan menerima biaya dari kehilangan unit yang normal. Metode ini
menunjukkan biaya unit yang hilang memberikan insetif kepada manajemen agar lebih
mengusahakan cara untuk mencegah kehilangan. Penggunaan konsep kerusakan nol yang
meningkat juga mengurangi terjadinya kehilangan.
Proses costing
Proses costing merupakan metode akuntansi yang menelusuri dan terakumulasi biaya
langsung, dan mengalokasikan biaya tidak langsung dari proses manufaktur. Biaya
dikeluarkan untuk produk, biasanya dalam batch besar, yang mungkin mencakup produksi
sebulan itu. Akhirnya, biaya harus dialokasikan untuk unit individu produk. Ini memberikan
biaya rata-rata untuk masing-masing unit, dan merupakan kebalikan dari ekstrim Job costing
yang mencoba untuk mengukur biaya individu produksi masing-masing unit. Process costing
biasanya bab signifikan. Proses penetapan biaya adalah jenis operasi biaya yang digunakan

untuk memastikan biaya produk pada setiap proses atau tahap pembuatan. CIMA
mendefinisikan process costing sebagai Metode biaya diterapkan di mana barang atau jasa
hasil dari urutan operasi atau proses yang terus menerus atau berulang-ulang. Biaya dirataratakan atas unit yang diproduksi selama periode. Process costing cocok untuk industri yang
memproduksi produk homogen dan di mana produksi aliran kontinu. Sebuah proses dapat
disebut sebagai sub-unit organisasi khusus yang ditetapkan untuk biaya pengumpulan tujuan.
Karakteristik sistem biaya proses yang diterapkan pada perusahaan manufaktur adalah
sebagai berikut:
1. Sistem produksi merupakan sistem produksi yang berjalan terus menerus
(intermitten);
2. Produk yang dihasilkan merupakan produksi massal dan bersifat seragam (homogen);
3. Tujuan produksi adalah untuk membentuk persediaan (inventory).
Dalam laporan pertanggung-jawaban untuk sistem biaya proses ini, terdiri dari 3 bagian
yakni:
1. Bagian pertama berisi informasi data produksi yang sekaligus laporan arus fisik. Perlu
dipahami bahwa pengertian unit dalam bagian ini adalah unit ekuivalen.
2. Bagian kedua berisi informasi total akumulasi biaya yang menjadi tanggung-jawab
Manajer Departemen Produksi yang bersangkutan.
3. Bagian ketiga berisi informasi bagaimana total biaya didistribusikan menjadi nilai dari
barang dalam proses dan produk jadi.
Dalam system biaya proses ini, pada tiap akhir periode pertama masih terdapat barang dalam
proses pada akhir periode. Dimana barang dalam proses akhir periode pertama akan
diberlakukan sebagai barang dalam proses awal pada periode kedua. Dengan kata lain pada
periode kedua sudah terdapat barang dalam proses awal, sehingga untuk alokasi biaya
produksi terdapat 2 alternatif yang dapat dipilih, yakni:
1. Metode masuk pertama keluar pertama (FIFO);
2. Metode rata-rata (Average Method).
Unit ekuivalensi merupakan jumlah unit jadi yang dihasilkan dengan menggunakan bahan,
pekerja, overhead yang dikeluarkan selama satu periode yang tersedia untuk menyelesaikan
unit tersebut.
Kalkulasi Metode FIFO
Dalam metode ini, biaya persediaan awal barang dalam proses dipisahkan dari biaya yang
ditambahkan pada periode berjalan dan tidak dirata-ratakan dengan biaya tambahan baru.
Metode ini menghasilkan 2 angka biaya per unit:
1. Persediaan awal barang dalam proses yang diselesaikan;

2. Unit yang dimulai dan diselesaikan dalam periode yang sama.


Biaya persediaan awal barang dalam proses dicantumkan sebagai satu angka terpisah. Biaya
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan unit persediaan awal ditambahkan kebiaya tadi.
Jumlah kedua biaya ini kemudian ditransfer ke departemen berikutnya.
Kalkulasi Metode Rata-rata (Average)
Dalam kalkulasi atau penetapan biaya rata-rata dalam hal ini, berarti bahwa biaya persediaan
awal barang dalam proses digabungkan dengan periode yang baru. Kemudian biaya unit-unit
yang ditransfer ke departemen berikutnya dihitung melalui perkalian jumlah unit yang
ditransfer dengan biaya akhir per unit.
Dalam metode rata-rata biaya persediaan awal barang dalam proses ditambahkan ke biaya
dari departemen sebelumnya dan biaya bahan, pekerja dan overhead pabrik yang dikeluarkan
selama periode itu. Biaya per unit akan ditentukan dengan membagi biaya-biaya ini dengan
kuantitas produksi ekuivalen. Unit-unit serta biayanya kemudian ditransfer ke departemen
berikutnya sebagai suatu angka kumulatif.
Perbandingan Metode FIFO dan Average
Kalkulasi biaya rata-rata dan kalkulasi biaya FIFO masing-masing mempunyai keunggulan
tersendiri. Pemilihan salah satu metode itu akan tergantung seluruhnya pada sikap
manajemen mengenai prosedur penentuan biaya yang lebih layak dan praktis.
Metode rata-rata umumnya lebih mudah untuk digunakan karena perhitungannya lebih
mudah. Metode ini paling sesuai jika hanya bahan baku, biaya konversi dan tingkat
persediaan stabil. Metode FIFO paling sesuai digunakan apabila tingkat harga bahan baku,
biaya konversi atau tingkat persediaan berfluktuasi. Metode FIFO lebih disukai untuk
kepentingan pengendalian, karena biaya per unit untuk setiap periode independen terhadap
periode sebelumnya. Perbedaan mendasar diantara kedua metode terutama berkaitan dengan
perlakuan terhadap persediaan awal barang dalam proses. Kesulitan yang dihadapi dalam
prosedur akuntansi biaya proses adalah:
1. Penentuan kuantitas produksi dan tahap-tahap penyelesaiannya seringkali bermasalah;
2. Perhitungan biaya bahan seringkali memerlukan analisis yang cermat;
3. Industri yang menggunakan kalkulasi biaya proses pada umumnya merupakan jenis
industry yang banyak menghasilkan produk (heterogen).
Memperhitungkan Adanya Persediaan Produk Dalam Proses Awal
Dalam suatu departemen produksi, produk yang belum selesai diproses pada akhir periode
akan menjadi persediaan produk dalam proses pada awal periode berikutnya.
Produk dalam proses awal periode ini akan membawa harga pokok persatuan yang berasal
dari periode sebelumnya, yang kemungkinan akan berbeda dengan harga pokok per satuan
yang dikeluarkan oleh departemen produksi yang bersangkutan dalam periode sekarang.
Dengan demikian jika dalam periode sekarang dihasilkan produk selesai yang ditransfer ke

gudang atau ke departemen berikutnya, harga pokok yang melekat pada persediaan produk
dalam proses awal akan menimbulkan masalah dalam penentuan harga pokok produk selesai
tersebut.
Metode Rata-Rata Tertimbang
Dalam metode ini, jumlah harga pokok produk dalam proses awal ditambahkan dengan biaya
produksi yang dikeluarkan periode sekarang dibagi dengan unit ekuivalensi produk untuk
menghasilkan harga pokok rata-rata tertimbang.
Harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama
merupakan harga pokok kumulatif, yaitu merupakan penjumlahan harga pokok dari
departemen satu ditambahkan dengan departemen berikutnya yang bersangkutan.
Metode FIFO
Dalam metode ini, menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kali digunakan
untuk menyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam proses, baru kemudian
sisanya digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses periode sekarang.
Oleh karena itu dalam perhitungan unit ekuivalensi tingkat penyelesaian persediaan produk
dalam proses awal harus diperhitungkan.
Dalam departemen setelah departemen I, produk telah membawa harga pokok dari periode
sebelumnya digunakan pertama kali untuk menentukan harga pokok produk yang ditransfer
ke departemen berikutnya atau ke gudang.
Tambahan Bahan Baku Setelah Departemen Produksi I
Tambahan bahan baku ini mempunyai 2 kemungkinan :
1. Tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan. Tambahan initi dak terpengaruh
terhadap perhitungan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan, sehingga tidak
mempengaruhi perhitungan HPP per satuan yang diterima dari departemen produksi
sebelumnya.
1. Menambah jumlah produk yang dihasilkan. Hal ini akan berakibat diadakannya
penyesuaian HPP per satuan yang diterima dari departemen produksi sebelumnya.

Perhitungan Biaya Proses (Process Costing)


PERHITUNGAN BIAYA PROSES
(PROCESS COSTING)
Penentuan biaya proses adalah suatu metode dimana bahan baku, tenaga kerja, dan
overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya atau departemen.
Biaya yang dibebankan ke setiap unit produk yang dihasilkan ditentukan dengan membagi
total biaya yang dibebankan ke pusat biaya tersebut dengan jumlah unit yang diproduksi pada
pusat biaya yang bersangkutan.
Karakteristik penentuan biaya proses
Aktivitas produksi bersifat terus-menerus
Produksi bersifat masa, dengan tujuan untuk mengisi persediaan yang siap untuk dijual
Produk yang dihasilkan dalam suatu departemen atau pusat biaya relatif homogen dan
berdasarkan standar
4. Biaya dibebankan kesetiap unit dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya
dengan total unit yang diproduksi
5. Pengumpulan biaya dilakukan berdasarkan periode waktu tertentu.
1.
2.
3.

Ekuivalen unit dalam penentuan biaya proses


Unit ekuivalen produksi atau ekuivalen produksi adalah penyetaraan produk dalam proses
tersebut menjadi produk jadi.
Terdapat dua metode aliran biaya untuk mengkalkulasi biaya produksi produk dalam proses,
dengan perhitungan unit ekuivalen yaitu:
1. Aliran biaya rata-rata tertimbang
Rumus: Produk selesai + (PDP Akhir x tingkat penyelesaian)
2. Aliran biaya FIFO
Rumus: Produk selesai + (PDP Akhir x tingkat penyelesaian) (PDP Awal x tingkat penyelesaian)

Contoh:
PT. BERDIKARI mempunyai data sebagai berikut:
Persediaan awal PDP

= 1.000 unit

(tingkat penyelesaian: 100% bahan baku, dan 80% biaya konversi)

Produk masuk proses


Produk selesai di transfer
Persediaan akhir PDP

= 38.200 unit
= 38.000 unit
= 1.200 unit

(tingkat penyelesaian: 80% bahan baku, dan 75% biaya konversi)

Diminta: Hitung unit ekuivalen produksi menggunakan aliran biaya rata-rata tertimbang dan
aliran biaya FIFO
Jawab:
Menggunakan aliran biaya rata-rata:
Rumus : Produk Selesai + (PDP Akhir x tingkat penyelesaian)
Bahan baku
dan FOH)

Biaya konversi
(Tenaga kerja

------------------------------------------------Produk selesai
PDP Akhir:
1.200 x 80%
1.200 x 75%

38.000 unit

38.000 unit

960 unit
900 unit
------------------

-------------------------------Unit ekuivalen produksi

38.960 unit

Atau:
Bahan baku
: 38.000 unit + (1.200 x 80%)
Biaya konversi : 38.000 unit + (1.200 x 75%)

38.900 unit

= 38.960 unit
= 38.900 unit

Menggunakan Aliran biaya FIFO


Rumus : Produk Selesai + (PDP Akhir x tingkat penyelesaian) (PDP Awal x tingkat
penyelesaian)
Bahan baku

Biaya konversi
(Tenaga kerja

dan FOH)
------------------------------------------------Produk selesai
PDP Akhir:
1.200 x 80%
1.200 x 75%
PDP Awal:
1.000 x 100%
1.000 x 80%

38.000 unit

38.000 unit

960 unit
900 unit
(1.000 unit)
(800 unit)
------------------

-------------------------------Unit ekuivalen produksi

37.960 unit

Atau:
Bahan baku
: 38.000 unit + (1.200 x 80%) (1.000 X 100%)
Biaya konversi : 38.000 unit + (1.200 x 75%) - (1.000 X 80%)

38.100 unit
= 37.960 unit
= 38.100 unit

PERHITUNGAN BIAYA PER DEPARTEMEN:


Akuntansi, Biaya bahan:
Contoh:
PT. BOGOR adalah perusahaan mainan anak-anak dengan merk BB, perusahaan
mempunyai dua departemen produksi yaitu departemen pemotongan dan departemen
perakitan. Untuk kedua departemen tersebut perusahaan mempunyai dua akun produk dalam
proses secara terpisah. Permintaan bahan baku yang digunakan departemen pemotongan
sebesar Rp7.800.000, departemen perakitan sebesar Rp5.650.000
Buatlah jurnal permintaaan bahan baku tersebut:
Jurnal:
PDP-Departemen Pemotongan
7.800.000
PDP-Departemen perakitan
5.650.000

Persediaan Bahan Baku

13.450.000

Akuntansi, Biaya Tenaga Kerja:


Contoh:
PT. CIANJUR adalah perusahaan perakitan Radio dengan merk GACA Perusahaan
mempunyai dua departemen produksi yaitu departemen perakitan dan departemen
penyelesaian. Untuk kedua departemen tersebut perusahaan mempunyai akun produk dalam
proses secara terpisah.
Selama bulan Agustus jam kerja langsung yang diserap departemen perakitan sebanyak 1.840
jam dengan tarif Rp2.000 per jam. Departemen penyelesaian 1.650 jam, dengan tarif Rp1.500
perjam
Buatlah jurnal penyerapan biaya tenaga kerja masing-masing departemen:
Jurnal
PDP-Departemen perakitan
3.680.000
PDP-Departemen penyelesaian
2.475.000
Beban Gaji
6.155.000
Akuntansi, Biaya Overhead Pabrik:
Contoh:
PT. AGAM adalah perusahaan perakitan komputer dengan merk LAPY perusahaan
mempunyai dua departemen produksi yaitu departemen perakitan dan departemen
penyelesaian.
Selama bulan Agustus telah dicatat dalam buku besar: Listrik, air dan telp. Rp9.390.000,
akumulasi penyusutan mesin Rp6.400.000, bahan tak langsung Rp4.260.000, dan tenaga
kerja tak langsung Rp10.240.000
Diminta:
Buatlah jurnal penggunaan overhead pabrik tersebut:
Pengendali overhead pabrik
30.290.000
Listrik, air dan telp
9.390.000
Akumulasi penyusutan mesin
6.400.000
Bahan tak langsung
4.260.000
Tenaga kerja tak langsung
10.240.000
Apabila sifat produksi berfluktuasi dari bulan ke bulan maka digunakan pembebanan
berdasarkan tarif yang ditetapkan sebelumnya atau ditetapkan dimuka untuk masing-masing
departemen.
Contoh:
PT. ICO Com adalah perusahaan perakitan radio dengan merkICOM perusahaan
mempunyai dua departemen perakitan dan departemen penyelesaian. Untuk kedua
departemen tersebut perusahaan mempunyai akun produk dalam proses yang terpisah.
Perusahaan membebankan biaya overhead pabrik berdasarkan jam mesin, dengan tarif
ditentukan dimuka untuk departemen perakitan Rp3.500 per jam mesin dan departemen
penyelesaian Rp3.900 per jam mesin.
Selama bulan September jam mesin yang digunakan pada departemen perakitan 4.050 jam
mesin, departemen penyelesaian 3.700 jam mesin, BOP aktual Rp30.290.000
Diminta:
Buatlah jurnal:
PDP- Departemen perakitan
14.175.000
PDP-Depatemen penyelesaian
14.430.000

Biaya overhead pabrik dibebankan

28.605.000

Biaya overhead pabrik dibebankan:


4.050 x Rp3.500
= Rp14.175.000
3.700 x Rp3.900
= Rp14.430.000
BOP Aktual
BOP Dibebankan
Under Applied

Rp30.290.000
Rp28.605.000
----------------Rp 1.685.000

LAPORAN BIAYA PRODUKSI


Dalam penentuan biaya proses, semua biaya yang dibebankan ke setiap departemen produksi
dapat dikhtisarkan dalam laporan biaya produksi untuk masing-masing departemen.
Laporan biaya produksi memiliki format yang beragam, tetapi minimal memuat informasi
sbb:
1. Skedul kuantitas, memuat informasi produk dalam proses awal, produk masuk proses pada
periode bersangkutan, produk selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya atau gudang,
produk dalam proses akhir, produk hilang, produk cacat, dan produk rusak.
2. Biaya dibebankan, memuat informasi biaya produk dalam proses awal, biaya yang
dibebankan dari departemen sebelumnya, biaya dibebankan periode bersangkutan, unit
equivalen dan biaya per unit masing-masing elemen biaya.
3. Pertanggungjawaban biaya, memuat informasi biaya yang ditransfer ke departemen
berikutnya atau gudang, biaya produk yang hilang akhir proses, biaya produk rusak, biaya
produk cacat, biaya yang telah diserap produk dalam proses.
Contoh:
PT. JACO adalah perusahaan pengolahan nanas yang dikemas dalam kaleng, pengolahan
dilakukan melalui satu tahap pengolahan yaitu melalui departemen pengolahan.
Awal September perusahaan baru mulai beroperasi, dengan mengolah nanas sebanyak 8.000
kg, pada akhir September produk selesai yang ditransfer ke gudang sebanyak 7.600 kg,
sedangkan yang 400 kg masih dalam proses dengan tingkat penyerapan biaya bahan baku
100%, biaya tenaga kerja 75%, dan biaya overhead pabrik 80%. Biaya yang dikeluarkan
untuk mengolah nanas tersebut adalah:
Biaya bahan baku
Rp6.000.000
Biaya tenaga kerja
Rp4.740.000
Biaya FOH
Rp3.168.000
Diminta:
Susunlah laporan biaya produksi PT. JACO untuk bulan September 2012

PT. JACO
Departemen Pengolahan
Laporan Biaya Produksi
Untuk Bulan September 2012
Skedul Kuantitas
Produk Masuk Proses
Produk Selesai
Produk dalam proses akhir
(100% bahan, 75% Tenaga kerja, 80% BOP)

8.000 kg
7.600 kg
400 kg
8.000 kg

Biaya dibebankan
Elemen Biaya

Total

Unit
Biaya/kg
Ekuivalen
Bahan baku
6.000.000
8.000 kg
750
Tenaga kerja
4.740.000
7.900 kg
600
BOP
3.168.000
7.920 kg
400
Total
13.908.000
1.750
Unit Ekuivalen : Produk selesai + (PDP Akhir x tingkat penyelesaian)
Bahan baku
7.600 kg + (400 kg x 100%) = 8.000 kg
Tenaga Kerja
7.600 kg + (400 kg x 75%) = 7.900 kg
BOP
7.600 kg + (400 kg x 80%) = 7.920 kg
Pertanggungjawaban Biaya
Biaya produk selesai
7.600 kg x Rp1.750
Rp13.300.000
ditransfer
Produk dalam proses akhir:
Bahan baku
400 kg (100% x Rp750
Rp300.000
Tenaga Kerja
400 kg (25% x Rp600
Rp180.000
BOP
400 kg (80% x Rp400
Rp128.000
Rp608.000
Total
Rp13.908.000

Anda mungkin juga menyukai