Metode rata-rata tertimbang dan first in first our (FIFO) merupakan dua pendekatan untuk
menangani persediaan awal dalam kalkulasi biaya proses. Kalkulasi biaya FIFO
menunjukkan unit persediaan awal yang terpisah dari biaya yang dibebankan pada unit yang
dimulai dan diselesaikan dalam suatu periode. Perhitungan unit ekuivalen dalam dua metode
ini berbeda karena perlakuan terhadap persediaan awal. Dengan menggunakan manufaktur
just in time (JIT), akuntan dapat mengabaikan kalkulasi unit ekuivalen secara keseluruhan
karena terdapat sedikit atau tidak sama sekali barang dalam proses akibat pengurangan waktu
tenggang. Akibat pengurangan yang subtansial atas tingkat persediaan barang dalam proses
dan barang jadi, kebutuhan untuk mengalokasikan biaya secara terpisah ke persediaan akhir
menjadi berkurang. Sistem JIT membebankan biaya tenaga kerja langsung dan overhead
pabrik ke harga pokok penjualan secara langsung dan bukan ke barang dalam proses dan
barang jadi. Pengurangan yang subtansial atas biaya akuntansi mengabaikan penurunan
marjinal dalam keakuratan biaya produk perusahaan.
Kalkulasi biaya pesanan mungkin menjadi kurang berguna dalam penetapan yang terotomasi,
karena lot menjadi sangat kecil untuk memperoleh pesanan pekerjaan (job order) yang unik
pada setiap lot. Selain itu, perusahaan juga kurang menyukai pembuatan barang secara besarbesaran untuk persediaan, Sistem kalkulasi biaya job dan lot memudahkan pendekatan
kalkulasi biaya proses dan operasi dalam manufaktur yang fleksibel.
Setelah barang melewati operasi manufaktur, akuntan menghitung biaya per unit produk
untuk menentukan nilai persediaan. Variabel yang berbeda menyulitkan penentuan biaya
produk dalam proses ini. Sebagai contoh, penambahan bahan dapat menyebabkan kenaikan
biaya per unit atau unit yang dipertanggung-jawabkan. Adalah lebih sederhana jika bahan
yang ditambahkan tidak meningkatkan unit terkait. Kenaikan unit yang dipertanggungjawabkan yang berasal dari penambahan bahan mengharuskan kita menghitung kembali biaya
per unit departemen sebelumnya untuk menyebarkan biaya ini kepada unit yang bertambah
itu.
Perusahaan mengalami kehilangan unit dalam pemrosesan karena faktor-faktor yang tidak
dapat dikendalikan, seperti pendiutan atau penguapan. Manajemen harus menentukan batas
toleransi normal untuk kehilangan yang diperkirakan. Setiap kehilangan yang melebihi batas
tersebut merupakan kehilangan unit yang abnormal. Kalkulasi unit ekuivalen memasukkan
unit yang hilang sehingga kehilangan unit itu akan menanggung biaya. Biaya kehilangan unit
yang abnormal merupakan biaya periode. Titik dimana inspeksi terjadi dan unit yang hilang
terdeteksi, menentukan apakah baik persediaan akhir maupun unit yang ditransfer atau hanya
unit yang ditransfer yang akan menerima biaya dari kehilangan unit yang normal. Metode ini
menunjukkan biaya unit yang hilang memberikan insetif kepada manajemen agar lebih
mengusahakan cara untuk mencegah kehilangan. Penggunaan konsep kerusakan nol yang
meningkat juga mengurangi terjadinya kehilangan.
Proses costing
Proses costing merupakan metode akuntansi yang menelusuri dan terakumulasi biaya
langsung, dan mengalokasikan biaya tidak langsung dari proses manufaktur. Biaya
dikeluarkan untuk produk, biasanya dalam batch besar, yang mungkin mencakup produksi
sebulan itu. Akhirnya, biaya harus dialokasikan untuk unit individu produk. Ini memberikan
biaya rata-rata untuk masing-masing unit, dan merupakan kebalikan dari ekstrim Job costing
yang mencoba untuk mengukur biaya individu produksi masing-masing unit. Process costing
biasanya bab signifikan. Proses penetapan biaya adalah jenis operasi biaya yang digunakan
untuk memastikan biaya produk pada setiap proses atau tahap pembuatan. CIMA
mendefinisikan process costing sebagai Metode biaya diterapkan di mana barang atau jasa
hasil dari urutan operasi atau proses yang terus menerus atau berulang-ulang. Biaya dirataratakan atas unit yang diproduksi selama periode. Process costing cocok untuk industri yang
memproduksi produk homogen dan di mana produksi aliran kontinu. Sebuah proses dapat
disebut sebagai sub-unit organisasi khusus yang ditetapkan untuk biaya pengumpulan tujuan.
Karakteristik sistem biaya proses yang diterapkan pada perusahaan manufaktur adalah
sebagai berikut:
1. Sistem produksi merupakan sistem produksi yang berjalan terus menerus
(intermitten);
2. Produk yang dihasilkan merupakan produksi massal dan bersifat seragam (homogen);
3. Tujuan produksi adalah untuk membentuk persediaan (inventory).
Dalam laporan pertanggung-jawaban untuk sistem biaya proses ini, terdiri dari 3 bagian
yakni:
1. Bagian pertama berisi informasi data produksi yang sekaligus laporan arus fisik. Perlu
dipahami bahwa pengertian unit dalam bagian ini adalah unit ekuivalen.
2. Bagian kedua berisi informasi total akumulasi biaya yang menjadi tanggung-jawab
Manajer Departemen Produksi yang bersangkutan.
3. Bagian ketiga berisi informasi bagaimana total biaya didistribusikan menjadi nilai dari
barang dalam proses dan produk jadi.
Dalam system biaya proses ini, pada tiap akhir periode pertama masih terdapat barang dalam
proses pada akhir periode. Dimana barang dalam proses akhir periode pertama akan
diberlakukan sebagai barang dalam proses awal pada periode kedua. Dengan kata lain pada
periode kedua sudah terdapat barang dalam proses awal, sehingga untuk alokasi biaya
produksi terdapat 2 alternatif yang dapat dipilih, yakni:
1. Metode masuk pertama keluar pertama (FIFO);
2. Metode rata-rata (Average Method).
Unit ekuivalensi merupakan jumlah unit jadi yang dihasilkan dengan menggunakan bahan,
pekerja, overhead yang dikeluarkan selama satu periode yang tersedia untuk menyelesaikan
unit tersebut.
Kalkulasi Metode FIFO
Dalam metode ini, biaya persediaan awal barang dalam proses dipisahkan dari biaya yang
ditambahkan pada periode berjalan dan tidak dirata-ratakan dengan biaya tambahan baru.
Metode ini menghasilkan 2 angka biaya per unit:
1. Persediaan awal barang dalam proses yang diselesaikan;
gudang atau ke departemen berikutnya, harga pokok yang melekat pada persediaan produk
dalam proses awal akan menimbulkan masalah dalam penentuan harga pokok produk selesai
tersebut.
Metode Rata-Rata Tertimbang
Dalam metode ini, jumlah harga pokok produk dalam proses awal ditambahkan dengan biaya
produksi yang dikeluarkan periode sekarang dibagi dengan unit ekuivalensi produk untuk
menghasilkan harga pokok rata-rata tertimbang.
Harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama
merupakan harga pokok kumulatif, yaitu merupakan penjumlahan harga pokok dari
departemen satu ditambahkan dengan departemen berikutnya yang bersangkutan.
Metode FIFO
Dalam metode ini, menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kali digunakan
untuk menyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam proses, baru kemudian
sisanya digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses periode sekarang.
Oleh karena itu dalam perhitungan unit ekuivalensi tingkat penyelesaian persediaan produk
dalam proses awal harus diperhitungkan.
Dalam departemen setelah departemen I, produk telah membawa harga pokok dari periode
sebelumnya digunakan pertama kali untuk menentukan harga pokok produk yang ditransfer
ke departemen berikutnya atau ke gudang.
Tambahan Bahan Baku Setelah Departemen Produksi I
Tambahan bahan baku ini mempunyai 2 kemungkinan :
1. Tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan. Tambahan initi dak terpengaruh
terhadap perhitungan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan, sehingga tidak
mempengaruhi perhitungan HPP per satuan yang diterima dari departemen produksi
sebelumnya.
1. Menambah jumlah produk yang dihasilkan. Hal ini akan berakibat diadakannya
penyesuaian HPP per satuan yang diterima dari departemen produksi sebelumnya.
Contoh:
PT. BERDIKARI mempunyai data sebagai berikut:
Persediaan awal PDP
= 1.000 unit
= 38.200 unit
= 38.000 unit
= 1.200 unit
Diminta: Hitung unit ekuivalen produksi menggunakan aliran biaya rata-rata tertimbang dan
aliran biaya FIFO
Jawab:
Menggunakan aliran biaya rata-rata:
Rumus : Produk Selesai + (PDP Akhir x tingkat penyelesaian)
Bahan baku
dan FOH)
Biaya konversi
(Tenaga kerja
------------------------------------------------Produk selesai
PDP Akhir:
1.200 x 80%
1.200 x 75%
38.000 unit
38.000 unit
960 unit
900 unit
------------------
38.960 unit
Atau:
Bahan baku
: 38.000 unit + (1.200 x 80%)
Biaya konversi : 38.000 unit + (1.200 x 75%)
38.900 unit
= 38.960 unit
= 38.900 unit
Biaya konversi
(Tenaga kerja
dan FOH)
------------------------------------------------Produk selesai
PDP Akhir:
1.200 x 80%
1.200 x 75%
PDP Awal:
1.000 x 100%
1.000 x 80%
38.000 unit
38.000 unit
960 unit
900 unit
(1.000 unit)
(800 unit)
------------------
37.960 unit
Atau:
Bahan baku
: 38.000 unit + (1.200 x 80%) (1.000 X 100%)
Biaya konversi : 38.000 unit + (1.200 x 75%) - (1.000 X 80%)
38.100 unit
= 37.960 unit
= 38.100 unit
13.450.000
28.605.000
Rp30.290.000
Rp28.605.000
----------------Rp 1.685.000
PT. JACO
Departemen Pengolahan
Laporan Biaya Produksi
Untuk Bulan September 2012
Skedul Kuantitas
Produk Masuk Proses
Produk Selesai
Produk dalam proses akhir
(100% bahan, 75% Tenaga kerja, 80% BOP)
8.000 kg
7.600 kg
400 kg
8.000 kg
Biaya dibebankan
Elemen Biaya
Total
Unit
Biaya/kg
Ekuivalen
Bahan baku
6.000.000
8.000 kg
750
Tenaga kerja
4.740.000
7.900 kg
600
BOP
3.168.000
7.920 kg
400
Total
13.908.000
1.750
Unit Ekuivalen : Produk selesai + (PDP Akhir x tingkat penyelesaian)
Bahan baku
7.600 kg + (400 kg x 100%) = 8.000 kg
Tenaga Kerja
7.600 kg + (400 kg x 75%) = 7.900 kg
BOP
7.600 kg + (400 kg x 80%) = 7.920 kg
Pertanggungjawaban Biaya
Biaya produk selesai
7.600 kg x Rp1.750
Rp13.300.000
ditransfer
Produk dalam proses akhir:
Bahan baku
400 kg (100% x Rp750
Rp300.000
Tenaga Kerja
400 kg (25% x Rp600
Rp180.000
BOP
400 kg (80% x Rp400
Rp128.000
Rp608.000
Total
Rp13.908.000