Anda di halaman 1dari 9

Dana Otonomi Khusus dan Dana

Keistimewaan D.I.
Yogyakarta

1. Dana Otonomi Khsusus


Sesuai dengan amanat UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua sebagaimana telah diubah
dengan UU Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti UU Nomor 1 Tahun 2008 tentang
Perubahan atas UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus bagi Provinsi Papua menjadi Undang- Undang, kepada
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dialokasikan Dana
Otonomi Khusus, yang besarnya ditetapkan setara dengan 2
persen dari pagu DAU nasional.
Penggunaan Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua dan
Provinsi
Papua
Barat
terutama
ditujukan
untuk
pendanaan pembangunan di bidang pendidikan dan
kesehatan, dengan pengalokasian sebesar 70 persen
untuk Provinsi Papua dan 30 persen untuk Provinsi Papua
Barat.

Selain itu, kepada Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat juga
diberikan Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangka pelaksanaan
otonomi khusus bagi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat,
sebagai pelaksanaan amanat dari Pasal 34 ayat (3) huruf f UU
Nomor 21 Tahun 2001 jo. UU Nomor 35 Tahun 2008, terutama
ditujukan untuk pendanaan pembangunan infrastruktur dalam
rangka mengatasi keterisolasian dan kesenjangan penyediaan
infrastruktur antara Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dengan
daerah lainnya.
Adapun besaran Dana Tambahan Infrastruktur ditetapkan antara
Pemerintah dengan DPR disesuaikan dengan kemampuan keuangan
negara berdasarkan usulan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
setiap tahun anggaran. Dalam RAPBN tahun 2017, porsi pembagian
Dana Tambahan Infrastruktur adalah 75 persen untuk Provinsi
Papua dan 25 persen untuk Provinsi Papua Barat. Pembagian
tersebut didasarkan pada perbandingan beberapa
indikator yang meliputi jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah
desa/kampung dan kelurahan dapat dilihat pada Tabel II.5.3.

Sementara itu, Dana Otonomi Khusus untuk Provinsi Aceh dialokasikan


dengan besaran setara 2 persen dari pagu DAU nasional untuk memenuhi
amanat UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.
Penggunaannya ditujukan untuk mendanai pembangunan, terutama
pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi
Guna
mendukung
undang-undang
mengenaisosial,
otonomi
rakyat,
pengentasanpelaksanaan
kemiskinan, serta
pendanaan pendidikan,
dan
kesehatan.
khusus,
baik di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, maupun

Provinsi Aceh tersebut, dalam RAPBN tahun 2017 Dana Otonomi


Khusus dan Dana Tambahan Infrastruktur direncanakan
sebesar Rp19.689,2 miliar atau meningkat 7,8 persen dari
pagunya dalam APBNP tahun 2016 sebesar Rp18.264,4 miliar,
yang terdiri atas:
1. Dana Otonomi Khusus untuk Provinsi Papua dan Provinsi Papua
Barat sebesar
Rp8.094,6 miliar dengan pembagian Provinsi Papua sebesar
Rp5.666,2 miliar dan
Provinsi Papua Barat sebesar Rp2.428,4 miliar.
2. Dana Otonomi Khusus untuk Provinsi Aceh sebesar Rp8.094,6
miliar.
3. Dana Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua dan Provinsi Papua
Barat direncanakan
sebesar Rp3.500,0 miliar yang dialokasikan masing-masing untuk
Provinsi Papua
sebesar Rp2.625,0 miliar dan Provinsi Papua Barat sebesar Rp875,0

2. Dana Keistimewaan DI
Yogyakarta
Dana keistimewaan merupakan dana

sesuai dengan
amanat UU
yang dialokasikan dalam rangka
No 13/2012
penyelenggaraan kewenangan
tentang
keistimewaan Daerah Istimewa Yogjakarta
Keistimewaan
(DIY)
DIY
Pemerintah Provinsi
Kewenangan yang dimaksud
DIY dapat mengajukan
meliputi :
usulan kebutuhan dana
(i) tata cara pengisian jabatan,
untuk
kedudukan, tugas,
program/kegiatan
dan wewenang Gubernur dan
kepada Kementerian
Wakil Gubernur;
Keuangan,
(ii) kelembagaan Pemerintah
Kementerian
Untuk itu
Daerah DIY;
Perencanaan
(iii) kebudayaan;
Pembangunan
(iv) pertanahan; dan
Nasional/Badan
(v) tata ruang.
Perencanaan
Pembangunan
Nasional, dan
kementerian teknis

Usulan tersebut akan dinilai


kelayakannya
berdasarkan:
(i) kesesuaian dengan
program yang menjadi
prioritas nasional,
(ii) kesesuaian dengan
Peraturan Daerah
Istimewa (Perdais),
(iii) kewajaran nilai program
dan kegiatan,
(iv) asas efisiensi dan
efektivitas, dan
pelaksanaan Dana
Keistimewaan tahun
sebelumnya.

Hasil penilaian kelayakan


usulan dari daerah
digunakan sebagai dasar
untuk
menentukan besaran
alokasi Dana
Keistimewaan DIY, sesuai
dengan ketentuan yang
diatur
dalam PMK Nomor
124/PMK.07/2015 tentang
Tata Cara Pengalokasian
dan Penyaluran
Dana Keistimewaan
Daerah Istimewa
Yogyakarta.

Pada tahun 2017, arah kebijakan Dana


Keistimewaan DIY adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas perencanaan dan
ketepatan penggunaan Dana Keistimewaan DIY.
2. Meningkatkan pemantauan dan evaluasi dalam
rangka mendukung efektivitas penyelenggaraan
keistimewaan DIY.
3. Mendorong percepatan pelaporan atas
pelaksanaan kegiatan oleh pemerintah daerah.

Alokasi anggaran Dana Keistimewaan DIY dalam RAPBN


tahun 2017 direncanakan sebesar Rp800,0 miliar, atau
meningkat sebesar 46,1 persen jika dibandingkan dengan
pagunya
dalam APBNP tahun 2016 sebesar Rp547,5 miliar.

Penyaluran Dana Keistimewaan DIY tahun 2017


direncanakan dilakukan dalam 3 tahap, dengan
rincian sebagai berikut:
1. Tahap I disalurkan sebesar 15 persen dari pagu
Dana Keistimewaan DIY;
2. Tahap II disalurkan sebesar 65 persen dari pagu
Dana Keistimewaan DIY setelah Laporan Pencapaian
Kinerja tahap I minimal telah mencapai 80 persen;
3. Tahap III disalurkan sebesar 20 persen dari pagu
Dana Keistimewaan DIY setelah Laporan Pencapaian
Kinerja tahap I dan tahap II minimal telah mencapai
80 persen.

Anda mungkin juga menyukai