Anda di halaman 1dari 5

The Big Four International Firm

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Empat_Besar_(firma_audit)

Empat Besar (bahasa Inggris: The Big Four) adalah kelompok empat firma jasa profesional
terbesar di seluruh dunia, yang menawarkan jasa terkait akuntansi, seperti audit, penjaminan
(assurance), perpajakan, konsultasi manajemen, advisori, aktuaria, dan keuangan korporasi
(corporate finance). Firma Empat Besar adalah sebagai berikut, dengan data terakhirnya:

Dilihat dari data diatas berdasarkan angka pendapatan masing-masing Kantor Akuntan
Publik, maka sebuah kantor akuntan publik dinyatakan besar manakala memiliki pendapatan
yang besar.
KODE ETIK

Kode etik adalah merupakan suatu bentuk aturan tertulis yang secara sistematik sengaja
dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan dapat
difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-
rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Kode etik juga biasanya
berisi apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seseorang.

Kode etik untuk sebuah profesi adalah sumpah jabatan yang juga diucapkan oleh para pejabat
Negara. Kode etik dan sumpah adalah janji yang harus dipegang teguh. Artinya, tidak ada
toleransi terhadap siapa pun yang melanggarnya.

Di dalam KAP sendiri memuat setidaknya ada tiga aturan yang memuat aturan atau standard
standart dalam aturan auditing yaitu: prinsip etika, aturan etika dan interpretasi aturan etika.
Dan dalam kesempatan ini saya akan mendeskripsikan prinsip etika yang meliputi delapan
butir dalam pernyataan IAI, 1998, dalam Ludigdo, 2007 (dalam bahasa pemahaman sendiri).

1. Tanggung Jawab profesi

Dalam melaksanakan pekerjaan dan tanggung jawabnya sebagai bidang yang ahli dalam
bidangnya atau profesional, setiap auditor harus senantiasa menggunakan pertimbangan
moral dan profesional dalam setiap kegiatan yang dilakukan seperti dalam mengaudit sampai
penyampaian hasil laporan audit.

2. Kepentingan Publik

Profesi akuntan publik memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari
profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai,
investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan
integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Karena tanggung
jawab yang dimiliki oleh auditor adalah menjaga kredibilitas organisasi atau perusahaan.

3. Integritas

Auditor harus memiliki integritas yang tinggi, sama seperti hal dalam kepentingan publik,
auditor adalah peran yang penting dalam organisasi, dalam menjalankan tanggung jawabnya
auditor harus memiliki integritas yang tinggi, tidak mementingkan kepentingan sendiri tetapi
kepentingan bersama atas dasar nilai kejujuran. Sehingga kepercayaan masyarakat dan pihak
pihak lain memeliki kepercayaan yang tetap.

4. Objektivitas

Setiap auditor harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya.

Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan auditor bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau
dibawah pengaruh pihak lain. Akan tetapi, setiap auditor tidak diperbolehkan memberikan
jasa non-assurance kepada kliennya sendiri, karena dapat menimbulkan tindakan yang dapat
melanggar peraturan atau kecurangan.

5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan
ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan
profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir. Auditor
diharapkan memiliki pengetahuan yang memadai dan sikap yang konsistensi dalam
menjalankan tanggung jawabnya.

6. Kerahasiaan

Setiap auditor harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan
jasanya dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan
klien atau pihak pihak yang terkait, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau
hukum untuk mengungkapkannya.

7. Perilaku Profesional

Setiap auditor harus berperilaku yang konsisten dengan karakter yang dimiliki yang harus
dapat menyesuaikan perilakunya dengan setiap situasi atau keadaan dalam setiap tanggung
jawabnya terhadap klien.
8. Standar Teknis

Setiap auditor harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, auditor
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan
tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.

Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati auditor adalah standar yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan
pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.

SANKSI BAGI AKUNTAN PUBLIK YANG MELANGGAR KODE ETIK

jika AP melakukan pelanggaran ringan sebagaimana ketentuan Pasal 13,17, 19


,25,27,32,34,35 UU No. 5 tahun 2011 dan melakukan pelanggaran terhadap SPAP (Standar
Profesi Akuntan Publik) dan kode etik yang tidak berpengaruh terhadap laporan keuangan
yang diterbitkan.

Sanksi berikutnya berupa sanksi tertulis yang dikenakan pada pelanggaran sedang. AP dan
KAP tsb melanggar ketentuan Pasal 4, 30 ayat (1) huruf a,b,f, Pasal 31 dan melakukan
pelanggaran SPAP serta kode etik yang berpengaruh terhadap laporan yang diterbitkan
namun tidak signifikan.

Sanksi Pembatasan Pemberian Jasa kepada suatu jenis entitas tertentu, seperti bank, pasar
modal jika AP dan KAP melakukan pelanggaran cukup berat. Pelanggaran yang dimaksud,
jika AP dan KAP melanggar SPAP dan kode etik yang berpengaruh terhadap laporan yang
diterbitkan.

Jenis sanksi keempat, pembatasan pemberian jasa tertentu. AP atau KAP tersebut tidak
diperbolehkan memberikan jasa tertentu, seperti jasa audit umum atas laporan keuangan
selama 24 bulan. Bila dalam kurun waktu 3 tahun melakukan tindakan yang sama, AP dan
KAP tsb akan digolongkan melakukan pelanggaran cukup berat.

Sanksi kelima pembekuan ijin. AP atau KAP yang dikenakan sanksi ini jika melakukan
pelanggaran berat berupa pelanggaran ketentuan Pasal 9,28, 29,30, ayat (1) huruf c,e,g,h ,i
UU no 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik dan melakukan pelanggaran terhadap SPAP
serta kode etik yang berpengaruh signifikan terhadap laporan keuangan. Sanksi pembekuan
izin diberikan paling banyak 2 kali dalam waktu 48 bulan, namun jika masih melakukan hal
yang sama maka akan dikenakan sanksi pelanggaran berat, ijinnya akan dicabut.

Jenis sanksi ke enam berupa pencabutan izin jika AP atau KAP melakukan pelanggaran
sangat berat yaitu melanggar Pasal 30 ayat (1) huruf d, j UU Akuntan Publik dan melakukan
pelanggaran SPAP serta kode etik yang berpengaruh sangat signifikan terhadap laporan yang
di terbitkan.
Adapun sanksi denda telah berlaku lebih dahulu dengan di keluarkannya PP no 1 tahun 2013
tentan PNBP (pendapatan Negara bukan pajak) di lingkungan Kementerian Keuangan.

Sumber : https://tarymagetan.wordpress.com/2013/11/01/sanksi-terhadap-pelanggaran-kode-
etik-akuntan-publik/

Anda mungkin juga menyukai