Anda di halaman 1dari 12

Abstrak

Supply memiliki nilai yang besar, oleh karena itu supply harus diperhatikan
dalam pelaporannya. Sebagai salah satu aset non moneter. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk memilih metode yang paling tepat berdasarkan tiga metode yang
digunakan yaitu FIFO,LIFO, dan AVERAGE COST untuk menentukan biaya
pasokan bahan baku yang paling efektif bagi perusahaan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari ketiga metode yang digunakan diperoleh kesimpulan
sebagai berikut : Sistem periode FIFO dihitung dari hasil penelitian persediaan
akhir barang yang berbeda. Metode FIFO sebesar Rp 2.756.950, metode LIFO
sebesar Rp 2.744.800, dan metode Average sebesar Rp 2.750.224. pada perhitungan
laba kotor dapat diperoleh hasil yaitu berikut. Metode FIFO menghasilkan laba
kotor Rp 5.741.885, metode LIFO sebesar Rp 5.692.725, dan metode Average
sebesar Rp 5.695.011. kesimpulan dari analisis berupa dari hasil perhitungan
dengan masing-masing metode diperoleh metode yang paling menguntungkan jika
digunakan yaitu metode FIFO dengan laba kotor Rp 5.741.885.

Pendahuluan

Latar Belakang

Sejalan dengan pesatnya perkembangan ekonomi menyebabkan semakin


banyaknya perusahaan dan UMKM yang didirikan baik di bidang jasa maupun non
jasa. Hal ini tentu menyebabkan persaingan yang kompetitif antar pengusaha untuk
menghasilkan produk yang berkualitas demi menarik minat konsumen di pasaran.
Pemenuhan permintaan pasar harus dapat dilakukan perusahaan demi menjaga
kepercayaan konsumen dan mendapatkan laba yang optimal sehingga dapat
menjaga kelangsungan hidupnya. Ada banyak cara yang dapat dilakukan
perusahaan untuk mendapatkan laba yang optimal, salah satunya adalah dengan
perencanaan pengalokasian biaya atau menekan biaya produksi serendah mungkin
tanpa menurunkan tingkat kualitas produk yang dihasilkan.
Pengusaha membutuhkan informasi biaya untuk dapat mengklasifikasikan
dan membebankan biaya-biaya produksi sejalan dengan perhitungan harga pokok
produksi, selain itu dapat digunakan sebagai pedoman penetapan harga jual. Harga
pokok produksi sangat penting bagi setiap pengusaha. Perhitungan harga pokok
produksi dipengaruhi tiga unsur biaya, yaitu biaya bahan baku langsung, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku langsung
adalah semua bahan utama yang digunakan untuk membentuk bagian lengkap dari
barang jadi. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk
membayar upah bagi pekerja yang benar-benar mengubah bahan baku menjadi
barang jadi. Biaya overhead pabrik terdiri atas semua biaya yang tidak dapat
ditelusuri secara langsung ke pesanan tetapi terjadi dalam proses produksi dan
bukan merupakan biaya pemasaran serta administrasi dan umum. Ketiga unsur
biaya ini harus dihitung secara akurat agar dapat dijadikan sebagai pedoman untuk
menganggarkan biaya produksi dan penetapan harga jual produk.
Perhitungan harga pokok produksi yang tidak akurat akan menyebabkan
kesalahan dalam penentuan harga jual produk yang mungkin terlalu tinggi atau 2
bahkan terlalu rendah. Penetapan harga pokok produksi yang terlalu tinggi akan
menyebabkan perusahaan menetapkan harga jual yang tinggi sehingga akan
mengakibatkan produk yang ditawarkan sulit bersaing dengan produk sejenis di
pasaran, sebaliknya apabila penetapan harga pokok produksi terlalu rendah akan
menyebabkan perusahaan menetapkan harga jual yang rendah sehingga akan
menyebabkan laba yang diperoleh tidak optimal atau tidak dapat menutupi biaya
produk yang dikeluarkan selama proses produksi.
Dalam kebanyakan UMKM atau perusahaan, biaya produksi
dipertanggungjawabkan menggunakan salah satu dari dua jenis sistem akumulasi
biaya, yaitu sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing
system) dan sistem perhitungan biaya berdasarkan proses (process costing system).
Tujuan penting dari sistem dari perhitungan biaya manapun adalah untuk
menentukan biaya dari barang atau jasa yang dihasilkan oleh UMKM atau
perusahaan. Metode penentuan biaya proses adalah metode pengumpulan biaya
produk berdasar proses. Metode ini digunakan oleh UMKM dan perusahaan yang
membuat produk massa.
Perhitungan biaya dalam proses atau process costing termasuk dalam salah
satu desain sistem yang penting dalam pembuatan laporan keuangan, sehingga
laporan tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi yang akurat
oleh manajemen demi menentukan keputusan – keputusan penting bagi kemajuan
UMKM atau perusahaan. Bagi UMKM atau perusahaan yang memproduksi produk
yang homogen (sejenis) secara terus menerus, perhitungan biaya dalam proses atau
process costing menjadi alternatif yang efektif dalam menentukan harga pokok
penjualan.
Studi Pustaka

Pengertian Sistem Biaya berdasarkan Proses (Process cost system)

Biaya merupakan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang
telah terjadi atau yang kemungkinan terjadi untuk tujuan tertentu atau pengukuran
aktiva brersih akibat digunakannya jasa-jasa ekonomis untuk menciptakan
pendapatan pada saat ini atau masa mendatang. Umumnya biaya dihubungkan
dengan jenis-jenis organisasi, yaitu organisasi bisnis, organisasi non bisnis,
perusahaan manufaktur, perusahaan dagang, dan perusahaan jasa. Sistem Biaya
Berdasarkan Proses ( Process Cost System ) adalah total biaya yang dibebankan ke
pusat biaya dengan total produksi dibagi untuk memperoleh biaya yang dibebankan
setiap unit. Pusat biaya adalah produk sejenis atau homogen dalam suatu
departemen. Dan pusat biaya tersebut diperoleh dari beban Bahan baku, Tenaga
kerja dan Over Head.

Tahap-tahap Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses

Dokumen utama pada sistem perhitungan biaya berdasarkan proses secara


umum adalah laporan biaya produksi. Laporan biaya produksi meringkas jumlah
unit fisik dan unit ekuivalen dari satu departemen, biaya yang dikeluarkan selama
periode bersangkutan, serta biaya yang dibebankan ke unit yang selesai ditransfer
maupun persediaan akhir barang dalam proses. Penyusunan laporan biaya produksi
meliputi lima tahapan yaitu:
1. Menganalisis arus fisik dari unit produksi
Menentukan jumlah unit di awal proses pekerjaan, yang jumlah unit
mulai ke produksi (atau diterima dari departemen sebelumnya), jumlah unit
selesai, dan jumlah unit dalam mengakhiri persediaan dalam proses. Analisis
unit fisik meliputi akuntansi untuk kedua input dan unit output. Unit Masukan
termasuk persediaan barang dalam proses dan semua unit yang masuk
departemen produksi selama periode akuntansi. Unit keluaran termasuk unit
yang lengkap dan ditransfer keluar dari bagian produksi dan unit dalam
persediaan barang dalam proses berakhir.
2. Menghitung Unit Ekuivalen untuk Setiap Biaya Produksi
Tujuan dari perhitungan unit setara dengan produksi untuk bahan baku
langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik adalah untuk
mengukur kerja total pengeluaran produksi selama akuntansi periode. Unit
fisik sebagian lengkap diubah menjadi jumlah setara seluruh unit.
3. Menentukan Total Biaya Untuk Setiap Elemen Biaya Produksi
Biaya produksi total untuk setiap elemen biaya (bahan, tenaga kerja, dan
overhead) termasuk saat ini biaya yang dikeluarkan dan biaya persediaan unit
dalam proses awal. Besarnya biaya ini diperoleh dari permintaan resmi materi,
kartu waktu kerja, dan lembar alokasi biaya overhead pabrik. Biaya produksi
total untuk setiap elemen biaya juga disebut total biaya untuk menjelaskan.
Total biaya yang ditentukan pada langkah ketiga harus setuju dengan total
biaya ditugaskan pada langkah 5.
4. Menghitung Biaya Per Unit Ekuivalen Untuk Setiap Elemen Biaya produksi
Tujuan dari komputasi bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik per ekuivalen unit produksi adalah untuk memiliki
produk yang tepat biaya dan penentuan pendapatan untuk periode akuntansi,
yang meliputi unit baik lengkap dan tidak lengkap.
5. Membedakan Total Biaya Produksi Ke Unit Yang telah Selesai dan persediaan
Akhir Barang dalam proses.
Tujuan dari laporan biaya produksi untuk menentukan biaya produksi
total yang dikeluarkan untuk unit diselesaikan selama periode dan unit yang
masih dalam proses pada akhir.
Pada umumnya perusahaan membagi laporan biaya produksi lima tahap ini
kedalam tiga bagian :
1. Informasi jumlah produksi
2. Penentuan biaya perunit
3. Pembebanan biaya
Bagian pertama mencakup tahap 1, yaitu menganalisis arus unit fisik, serta
tahap 2, yaitu menghitung unit ekuivalen. Bagian kedua mencakup tahap 3, yaitu
menentukan total biaya yang akan diperhitungkan, serta tahap 4 yaitu menghitung
biaya per unit ekuivalen. Bagian ketiga mencakup tahap 5 yaitu pembebanan total
biaya produksi (perhitungan total biaya).

Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses

Biaya proses adalah sistem biaya produk yang mengakumulasikan biaya


biaya berdasarkan proses atau departemen dan tugas tugas mereka menjadi jumlah
yang besar dari produk yang hampir sama. Jenis perusahaan yang memakai proses
biaya karyawan yang di standarisasi proses produksi menjadi perusahaan industri
dengan prosuk sama. Biaya proses menyiapkan informasi untuk manajer dalam
menganalisa produk dan keuntungan pelanggan dalam menentukan harga, produk
campuran dan proses perbaikan.
Perhitungan biaya berdasarkan proses (process costing) digunakan dalam
perusahaan yang memproduksi produk homogen (satu jenis produk) dalam jumlah
besar dan dilakukan secara terus menerus ( jangka panjang ). Prinsip dasar dari
perhitungan biaya berdasarkan proses (process costing) adalah mengakumulasikan
(menjumlahkan) biaya dari operasi atau departemen tertentu (total biaya produksi)
dalam satu periode penuh dan kemudian membaginya dengan jumlah unit yang
diproduksi selama periode tersebut (total unit produksi)
Metode Penelitian
Metode penelitian adalah langkah yang dimiliki dan dilakukan peneliti dalam
rangka mengumpulkan informasi atau data serta melakukan analisa pada data yang
telah didapatkan tersebut. Metode penelitian memberikan gambaran rancangan
penelitian yang meliputi : langkah-langkah yang harus ditempuh, sumber data,
dengan langkah apa datadata tersebut diperoleh dan selanjutnya diolah serta
dianalisis.

Mulai

Perumusan
Masalah

Studi Literatur

Tujuan

Review Jurnal

Analisis Jurnal

Hasil

Kesimpulan

Kesimpulan
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan
mengumpulkan sumber jurnal penelitian agar menghasilkan kesimpulan yang dapat
diaplikasikan dalam pengelolaan UMKM maupun perusahaan industri di Indonesia.
Langkah awal dalam melakukan analisis penentuan metode yang paling tepat dalam
perhitungan persediaan pada UMKM maupun perusahaan industri dengan ketiga
metode yaitu merumuskan masalah yang terjadi pada beberapa UMKM dan
perusahaan industri. Langkah kedua yaitu melakukan studi literatur dengan
mengumpulkan beberapa referensi yang dapat dijadikan acuan dalam melakukan
analisis. Langkah ketiga yaitu menentukan tujuan dalam melakukan analisis.
Langkah keempat yaitu melakukan review pada jurnal yang akan digunakan dalam
melakukan analisis. Langkah kelima yaitu melakukan analisis terhadap masing-
masing jurnal. Langkah keenam menentukan hasil serta langkah terakhir yaitu
menghasilkan kesimpulan akhir berdasarkan pada beberapa jurnal yang telah
dianalisis. Sehingga, hasil akhir diharapkan bermanfaat bagi peneliti maupun
pengelola UMKM dan perusahaan industri. Penarikan kesimpulan berdasarkan
hasil penelitian yang sudah didapat dilakukan dengan menggunakan metode
normatif kualitatif, yaitu menggunakan sumbersumber informasi data sekunder saja
seperti jurnal-jurnal para ahli maupun jurnal skripsi para sarjana.

HASIL DAN DISKUSI


Hasil Studi Literatur 10 Jurnal yang dikaji peneliti menunjukan berbagai
analisis Penerapan kalkulasi biaya proses dengan metode harga rata-rata dan FIFO
pada UMKM maupun Industri di Indonesia.Peneliti menyajikan rangkuman dan
analisis dari 10 literatur tersebut sebagai berikut;

1. Menurut Goenawan, Alvina Susantolie, dan Yunus Fiscal Maret(2011).


Metode penilaian persediaan secara FIFO lebih baik digunakan oleh
perusahaan daripada menggunakan metode yang diterapkan oleh perusahaan
(LIFO) karena penilaian persediaan secara FIFO dapat memberikan
perhitungan harga pokok penjualan yang lebih wajar yang akan berpengaruh
kepada besar/kecilnya laba yang akan diperoleh perusahaan.

2. Menurut Widyastuti, M.N. Afif Desember (2015), Metode Fifo (First In First
Out) Metode ini dipakai untuk menentukan harga pokok dari barang yang
sudah terjual. Bila harga pokok penjualan dihitung dengan metode masuk
pertama keluar pertama (MPKP) atau First In First Out (FIFO), maka dianggap
barang yang dibeli pertama harus dijual (dikeluarkan) lebih dahulu. Bila
penjualan (pengeluaran) barang yang terakhir melebihi jumlah pembeliaan
barang dagang pertama tadi. Metode LIFO (Last In First Out) Metode ini
dipakai untuk menetukan harga pokok barang yang sudah terjual. Bila harga
pokok penjualan dihitung dengan metode masuk terakhir keluar pertama
(MTKP) atau Last In First Out (LIFO), maka dianggap barang yang beli
terakhir harus dijual (dikeluarkan) lebih dahulu. Bila penjualan (pengeluaran)
barang yang terakhir melebihi jumlah pembeliaan barang dagang yang terakhir
tadi, maka diambilkan dari pembeliaan sebelumnya. Metode Rata - rata
(Average) Dalam Metode ini, barang – barang yang dikeluarkan akan dibebani
harga pokok pada akhir periode, karena harga pokok rata-rata baru dihitung
pada akhir periode dan akibatnya, jurnal untuk mencatat berkurangnya
persediaan barang juga dibuat pada akhir periode. Apabila harga pokok rata-
rata dicatat setiap ada pengeluaran barang maka diperlukan untuk menghitung
harga pokok rata–rata setiap kali terjadi pembeliaan barang, sehingga dalam
satu periode akan terdapat beberapa harga pokok rata–rata.

3. Menurut Jurnal Rekavasi Desember (2018), Persediaan merupakan salah satu


aktiva yang mempunyai nilai cukup besar. Oleh karena itu persediaan harus
diperhatikan dalam pelaporannya. Tujuan dari penelitian ini adalah memilih
metode yang paling tepat dari ketiga metode yang digunakan yaitu FIFO, LIFO
dan AVERAGE COST untuk menentukan persediaan biaya bahan baku yang
paling efektif bagi perusahaan.

4. Gabriela Rondonuwu, Sifried S. Pangemanan dan Lidia M. Mawikere (2016),


melakukan penelitian mengenai “Analisis Penerapan Metode Persediaan
Berdasarkan Metode FIFO pada PT. Honda Tunas Dwipa Matra Manado”,
hasil dari penelitian yang didapat yaitu metode FIFO adalah metode yang tepat
untuk mengevaluasi persediaan barang pada perusahaan dan dapat digunakan
untuk meningkatkan laba yang akan diperoleh oleh PT. Honda Tunas Dwipa
Matra Manado. Dapat disimpulkan juga bahwa metode FIFO dan sistem
perpetual dapat memudahkan perusahaan untuk mengetahui jumlah kuantitas
persediaan atau perhitungan fisik barang karena setiap pembelian maupun
penjualan langsung dicatat dalam laporan persediaan.

5. Fredy Saparius Putra Simatupang dan Muhammad Hidayat Maret(2017),


melakukan penelitian “Analisis Metode Penelitian Persediaan untuk Mencapai
Laba yang Optimal pada Perusahaan OSI Electronic Manufacturing”, hasil
penelitian mengenai perbandingan dua metode penilaian persediaan antara
metode FIFO dengan Rata-rata Bergerak yaitu, hasil perhitungan laba kotor
dengan metode FIFO sebesar $ 288,463.73 , sedangkan dengan metode Rata-
rata Bergerak sebesar $ 165,943.07. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa
pencatatan dan penilaian atas persediaan dengan menggunakan metode FIFO
dapat menghasilkan laba yang lebih optimal daripada Rata-rata Bergerak.

6. Dewi Lestari, Dr. Subagyo., M.M. , Ir. Arthur Daniel Limantara , dan M.M.
(2019), melakukan penelitian mengenai “Analisis Perhitungan Persediaan
Bahan Baku dengan Metode FIFO dan Average (Study Kasus Pada UMKM
AAM Putra Kota Kediri) Tahun 2019”, hasil penelitian tersebut adalah kain
katun, kain semi sutra dan kain sutra dilakukan perhitungan harga pokok
penjualan dengan metode FIFO dengan sistem Perpetual dan periodik
menghasilkan HPP yang sama dan lebih kecil. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa metode FIFO baik dengan sistem perpetual maupun
periodik, keduanya menghasilkan laba yang tinggi dibandingkan metode
Average Perpetual dan periodik, karena nilai HPP-nya lebih kecil
dibandingkan metode Average Periodik dan perpetual, dan pajak yang
dibayarkan lebih besar dibandingkan metode Average perpetual dan periodik,
namun laba yang dihasilkan lebih tinggi, sehingga kesempatan untuk
menambah modal dan membeli barang akan lebih besar.

7. Nur Mufarihah Aprilia, H. Imam Baidlowi, dan Toto Heru Dwihandoko


(2020), melakukan penelitian mengenai “Analisis Perhitungan Persediaan
dengan Metode FIFO, LIFO, dan Average pada UMKM Megah Sandal
Mojokerto Tahun 2020”. Hasil penelitian yaitu pada masing-masing metode
menghasilkan hasil persediaan akhir barang yang berbeda. Metode FIFO
sebesar Rp. 2.756.950, metode LIFO sebesar Rp. 2.744.800, dan metode
Average sebesar Rp. 2.750.224. Pada perhitungan laba kotor dapat diperoleh
hasil yaitu sebagai berikut. Metode FIFO menghasilkan laba kotor Rp.
5.741.885, metode LIFO sebesar Rp. 5.692.725, dan metode Average sebesar
Rp. 5.695.011. Kesimpulan dari analisis berupa dari hasil perhitungan dengan
masingmasing metode diperoleh metode yang paling menguntungkan jika
digunakan yaitu metode FIFO dengan laba kotor Rp. 5.741.885.

8. Rivaldo Barchelino (2016), melakukan penelitian mengenai “Analisis


Penerapan PSAK No. 14 Terhadap Metode Pencatatan dan Penilaian
Persediaan Barang Dagang pada PT. Surya Wenang Indah Manado”, hasil
penelitian tersebut adalah metode pencatatan yang diterapkan pada PT. Surya
Wenang Indah Manado dalam mencatat persediaan barang dagangannya
menggunakan metode Perpetual Terkomputerisasi sedangkan untuk metode
penilaian barang dagangannya adalah dengan menggunakan metode FIFO,
dimana metode ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa persediaan
barang dagangan yang pertama dibeli adalah persediaan yang pertama harus
dijual sehingga telah sesuai dengan PSAK No. 14 (Revisi 2015).

9. Dian Indah Sari (2018), melakukan “Analisis Perhitungan Persediaan dengan


Metode FIFO dan Average pada PT. Harapan”. Hasil analisis apabila
perusahaan menggunakan metode FIFO maka nilai persediaan akhir Rp
402.000.000. Sedangkan jika perusahaan menggunakan metode Average maka
nilai persediaan akhir Rp 403.413.000. Selisih antara metode FIFO dan metode
Average sebesar Rp 1.413.000. Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis
yaitu perusahaan lebih tepat jika menggunakan metode Average karena nilai
persediaan akhir lebih besar daripada metode FIFO. Metode Average
memberikan harga pokok penjualan yang lebih rendah daripada metode FIFO
dan metode Average memberikan laba bersih yang lebih besar jika
dibandingkan metode FIFO. Metode FIFO sangat cocok digunakan untuk
perusahaan-perusahaan yang menjual barang sejenis, cepat kadaluarsa dan
model yang cepat berubah.

10. Irwan Andrianto (2019), melakukan penelitian mengenai “Analisis Penilaian


Persediaan dengan Metode FIFO, LIFO, dan Average untuk Menentukan
Tingkat Laba pada CV. Trio Motor Nganjuk”. Berdasarkan hasil dari penelitian
yang didapat adalah dalam periode tiga bulan (Januari, February dan Maret)
rata-rata laba yang dihasilkan dengan menggunakan metode FIFO adalah Rp.
405.100, dengan metode LIFO menghasilkan laba Rp. 398.300, dan penilaian
persediaan menggunakan metode Average menghasilkan laba sebesar Rp.
402.600. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu metode FIFO dan LIFO kurang
tepat digunakan karena harga perolehan barang yang terus berubah-ubah,
sebaliknya metode yang efektif dan tepat digunakan dalam penilaian
persediaan barang pada CV. Trio Motor Nganjuk adalah metode Average
karena dengan menggunakan metode ini dapat menghasilkan laba yang lebih
tinggi, hal ini terjadi karena dampak dari trend rata-rata dalam menentukan
harga pokok penjualan dan persediaan akhir serta mengurangi pengaruh
perubahan harga yang terlalu tinggi atau rendah dengan tujuan biaya di masa
depan akan lebih stabil.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang bisa kami ambil dari 10 jurnal yang sudah kita review
adalah penelitian ini bahwa dalam analisis menggunakan ketiga metode lebih pada
analisis sistem produksi diperusahaan tersebut. Jadi, masing-masing perusahaan
memiliki kriteria tertentu yang dapat mengarahkan perusahaan pada metode analisis
yang lebih efektif. Misalnya pada metode FIFO, metode ini lebih cocok digunakan
pada perusahaan yang memiliki produk yang cepat kadaluarsa, barang sejenis, dan
model cepat berubah. Keunggulan FIFO dalam perusahaan yaitu dapat mengetahui
besarnya laba dan rugi suatu perusahaan. Pada perusahaan yang memiliki harga
yang berubah-ubah lebih cederung pada metode Average karena untuk menjaga
stabilitas pada masa yang akan mendatang. Sedangkan pada perusahaan yang
memiliki harga beli dibebankan kepada operasi perusahaan terutama dalam periode
inflasi lebih tepat menggunakan metode LIFO.
DAFTAR PUSTAKA

Goenawan, Alvina Susantolie, dan Yunus Fiscal Maret (2011), Pengaruh metode
penilaian persediaan terhadap penentuan harga pokok.

Widyastuti, M.N. Afif desember (2015), Analisis perhitungan harga pokok


persediaan bahan baku dengan menggunakan metode FIFO dan Avarage dalam
menentukan harga pokok pesanan the PT.Sedap.
Jurnal Rekavasi Desember (2018), Analisis Persediaan biaya bahan baku dengan
menggunakan metode FIFO,LIFO, dan Avarage Cost pada produksi majalah
Djaka lodang Pada PT Muria Baru.
Gabriela Rondonuwu, Sifried S. Pangemanan dan Lidia M. Mawikere
September(2016), Evaluasi penerapan metode persediaan berdasarkan metode
FIFO pada PT. Honda Tunas Dwipa Matra Manado.
Fredy Saparius Putra Simatupang dan Muhammad Hidayat Maret (2017), Analisis
Metode Penelitian Persediaan untuk Mencapai Laba yang Optimal pada
Perusahaan OSI Electronic Manufacturing.
Dewi Lestari, Dr. Subagyo., M.M. , Ir. Arthur Daniel Limantara , dan M.M.
(2019), Analisis Perhitungan Persediaan Bahan Baku dengan Metode FIFO dan
Average (Study Kasus Pada UMKM AAM Putra Kota Kediri) Tahun 2019).
Nur Mufarihah Aprilia, H. Imam Baidlowi, dan Toto Heru Dwihandoko (2020),
Analisis Perhitungan Persediaan dengan Metode FIFO, LIFO, dan Average pada
UMKM Megah Sandal Mojokerto Tahun 2020.
Rivaldo Barchelino (2016), Analisis Penerapan PSAK No. 14 Terhadap Metode
Pencatatan dan Penilaian Persediaan Barang Dagang pada PT. Surya Wenang
Indah Manado.
Dian Indah Sari (2018) Analisis Perhitungan Persediaan dengan Metode FIFO dan
Average pada PT. Harapan.
Irwan Andrianto (2019) Analisis Penilaian Persediaan dengan Metode FIFO, LIFO,
dan Average untuk Menentukan Tingkat Laba pada CV. Trio Motor Nganjuk.

Anda mungkin juga menyukai